Anda di halaman 1dari 8

33

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Singkawang Utara merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota
Singkawang Kalimantan Barat yang memiliki dua Puskesmas yaitu
Puskesmas Singkawang Utara I dan Puskesmas Singkawang Utara II.
Puskesmas Singkawang Utara II mempunyai luas wilayah 26,5 km2,
berbatasan dengan :
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Setapuk Kecil.
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Sei. Wie.
3. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Bukit Batu
4. Sebelah barat berbatasan dengan Laut Natuna
Berdasarkan data penduduk di wilayah Puskesmas Singkawang Utara II
tahun 2016, jumlah penduduk 11.216 jiwa yang terdiri dari laki-laki 5658
jiwa dan perempuan 5558 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 3404. Jumlah
bayi di wilayah Puskesmas Singkawang Utara II 225 orang dan bayi yang
berumur 6-11 bulan pada bulan Mei 2017 berjumlah 102 orang.
Wilayah kerja Puskesmas Singkawang Utara II meliputi 4 kelurahan,
yaitu kelurahan Sei. Garam, kelurahan Naram, kelurahan Sei. Bulan dan
kelurahan Sei. Rasau. Untuk memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat,
Puskesmas Singkawang Utara II memiliki 2 Puskesmas Pembantu dan 1
Polindes.
Puskesmas Singkawang Utara II memiliki tenaga kesehatan keseluruhan
berjumlah 41 dengan rincian sebagai berikut:
1. Dokter Umum 2 orang
2. Dokter Gigi 1 orang
3. Perawat15
4. Bidan12
5. Perawat Gigi 3
6. Analis 1

33
34

7. Farmasi 2
8. Kesling 2
9. Pekarya 3

B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Umur Responden
Umur Frekuensi %
< 20 tahun 15 14,4
20-35 tahun 77 74,1
>35 tahun 12 11,5
Total 104 100

Dari tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
masih berusia produktif (20-35 tahun) yaitu 77 orang (74,1%).
2. Analisis Univariat
a. Tingkat Pengetahuan
Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai
Bayi 6-11 Bulan Di Puskesmas Singkawang Utara II
Pengetahuan Frekuensi %
Baik 16 15,4
Cukup 38 36,5
Kurang 50 48,1
Total 104 100

Dari tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa sebagian responden


berpengetahuan kurang yaitu 50 orang (48,1 %).
b. Tingkat Pendidikan
Tabel 4.3 Distribusi Pendidikan Ibu Yang Mempunyai
Bayi 6-11 Bulan Di puskesmas Singkawang Utara II
Pendidikan Frekuensi %
Dasar 60 57,7
Menengah 39 37,5
Tinggi 5 4,8
Total 104 100
35

Dari tabel 4.3 diatas dapat diketahui sebagian besar responden


berpendidikan dasar, yaitu 60 orang (57,7 %).
c. Pekerjaan
Tabel 4.4 Distribusi Pekerjaan Ibu Yang Mempunyai
Bayi 6-11 Bulan Di Puskesmas Singkawang Utara II
Pekerjaan Frekuensi %
Tidak bekerja 41 39,4
Bekerja 63 60,6
Total 104 100

Dari tabel 4.4 diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar dari
responden responden adalah bekerja, yaitu 63 orang (60,6 %).
3. Analisis Bivariat
Analisis korelasi bivariat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antara faktor pengetahuan, pendidikan dan pekerjaan dengan
pemberian ASI ekskslusif di Puskesmas Singkawang Utara II. Untuk
mencari besaran hubungan yang ada antara faktor-faktor tersebut
dilakukan uji Chi Square. Adapun analisis ini adalah sebagai berikut :
a. Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian ASI eksklusif
Tabel 4.5 Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Pemberian
ASI Eksklusif Di Puskesmas Singkawang Utara II Tahun 2017
Pengetahuan Pemberian ASI Total
Tidak Eksklusif Eksklusif
N % N % N %
Baik 11 68,8 5 31,2 16 100
Cukup 22 57,9 16 42,1 38 100
Kurang 46 92,0 4 8,0 50 100
Total 79 75,9 25 24,1 104 100
Nilai p = 0,001

Berdasarkan pada tabel 4.5 terlihat bahwa responden yang


pengetahuannya kurang pada kelompok tidak ASI eksklusif sebanyak
92,0 % dan pada kelompok ASI eksklusif sebanyak 8,0%. Dari hasil
uji statistik menunjukkan bahwa nilai p = 0,001, nilai p < 0,05 artinya
ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan yang kurang dengan
pemberian ASI eksklusif.
36

b. Hubungan Pendidikan dengan Pemberian ASI eksklusif


Tabel 4.6 Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pemberian ASI
Eksklusif Di Puskesmas Singkawang Utara II Tahun 2017
Pendidikan Pemberian ASI Total
Tidak Eksklusif Eksklusif
N % N % N %
Dasar 57 95,0 3 5,0% 60 100
Menengah 17 43,6 22 56,4 39 100
Tinggi 5 100 0 0 5 100
Total 79 76 25 24 104 100
Nilai p = 0,000

Berdasarkan pada tabel 4.6 terlihat bahwa responden yang tingkat


pendidikannya dasar pada kelompok tidak ASI eksklusif sebanyak
95% dan pada kelompok ASI eksklusif sebanyak 5%. Dari hasil uji
statistik menunjukkan bahwa nilai p = 0,000, nilai p < 0,05 artinya ada
hubungan yang bermakna antara pendidikan dasar dengan pemberian
ASI eksklusif.
c. Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif
Tabel 4.7 Hubungan Pekerjaan Dengan Pemberian ASI Eksklusif
Di Puskesmas Singkawang Utara II Tahun 2017
Pekerjaan Pemberian ASI Total
Tidak Eksklusif Eksklusif
N % N % N %
Tidak Bekerja 40 97,6 1 2,4 41 100
Bekerja 39 61,9 24 38,1 63 100
Total 79 76 25 24 104 100
Nilai p = 0,000

Berdasarkan pada tabel 4.7 terlihat bahwa responden yang yang


bekerja pada kelompok tidak ASI eksklusif sebanyak 61,9% dan pada
kelompok ASI eksklusif sebanyak 38,1%. Dari hasil uji statistik
menunjukkan bahwa nilai p = 0,000 nilai p < 0,05 artinya ada
hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan pemberian ASI
eksklusif.
37

C. Pembahasan
Dilihat dari karakteristik responden berdasarkan umur, bahwa sebagian
besar responden (74,1%) masih berusia produktif (20-35 tahun). Menurut
Purwanti (2004) menyatakan bahwa umur adalah faktor yang menentukan
dalam pemberian ASI, karena dari segi produksi ASI, ibu yang berusia antara
20-35 tahun pada umumnya dapat menghasilkan cukup ASI dibandingkan
dengan berusia lebih dari 35 tahun.
Berdasarkan hasil uji statistik Chi Squere dari penelitian yang peneliti
lakukan di Puskesmas Singkawang Utara II dapat dikemukakan :
1. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara pengetahuan dengan pembeian ASI eksklusif di
Puskesmas Singkawang Utara II (p = 0,001).
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Mubarak (2011), dimana ibu
yang memiliki pengetahuan kurang cendrung memiliki perilaku yang
kurang baik. Sebaliknya semakin tinggi pengetahuan ibu maka semakin
besar kesadaran ibu untuk memberikan ASI esksklusif.
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari
pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan ( Syafrudin &
Yudhia, 2009 : 126).
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Tatik Lindiawati (2012) yang berjudul Hubungan tingkat pendidikan,
pengetahuan, dan sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Desa
Sebubus Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas tahun 2012. Dimana hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif dengan nilai p = 0,000.
Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Agnes Hilala (2013),
bahwa pengetahuan ibu ada hubungannya dengan perilaku pemberian ASI
eksklusif.
Dalam penelitian ini pengetahuan diukur berdasarkan kemampuan
responden dalam menjawab beberapa pertanyaan yang telah disediakan
38

oleh peneliti. Dari hasil penelitian dan berdasarkan beberapa teori serta
melihat hasil penelitian sebelumnya maka peneliti menyimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI
eksklusif.
2. Hubungan Pendidikan dengan Pemberian ASI eksklusif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif di
Puskesmas Singkawang Utara II (p = 0,000).
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Hary dalam Rohman (2009)
yang menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan
mudah tidaknya seseorang menyerap atau memahami pengetahuan yang
mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang
semakin baik pula pengetahuannya..
Pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang.
Seseorang yang berpendidikan tinggi akan berbeda perilakunya dengan
orang yang berpendidikan rendah (Waryana, 2016 :160).
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan yang pernah dilakukan oleh
Makarina Inachulata (2012) yang berjudul Faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah Puskesmas
Kebong Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang, dimana ada
hubungan yang bermakna antar pendidikan ibu dengan pemberian ASI
eksklusif dengan nilai p=0,000. Demikian juga hasil penelitian yang
dilakukan oleh Tatik Lindiawati (2012) dan Agnes Hilala (2013)
menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu
dengan pemberian ASI eksklusif.
Dari hasil penelitian dan berdasarkan teori yang ada, serta melihat
hasil penelitian sebelumnya maka peneliti menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.
39

3. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif


Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas
Singkawang Utara II (p = 0,000).
Menurut Notoatmodjo (2010) istilah pekerjaan digunakan untuk suatu
tugas atau kerja yang menghasilkan sebuah karya bernilai imbalan dalam
bentuk uang bagi seseorang. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
Maryunani (2012:95) bahwa ibu bekerja sering mengabaikan pemberian
ASI dengan alasan kesibukan kerja, padahal tidak ada yang bisa
menandingi kualitas ASI, bahkan susu formula sekalipun. Hasil penelitian
Makarina Inachulata (2012) juga sesuai dengan hasil peneliti, dimana ada
hubungan yang bermakna antar pekerjaan ibu dengan pemberian ASI
eksklusif.
Dari hasil penelitian dan berdasarkan teori yang ada, serta melihat
hasil penelitian sebelumnya maka peneliti menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.
Hasil penelitian secara keseluruhan menyatakan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara pengetahuan, pendidikan dan pekerjaan ibu dengan
pemberian ASI eksklusif. Ini sesuai dengan teori Roesli,U (2005) yang
menyatakan bahwa penomena kurangnya pemberian ASI eksklusif
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya : pengetahuan ibu yang kurang
tentang ASI eksklusif, beredarnya mitos yang kurang baik, serta kesibukan
ibu bekerja dan singkatnya cuti melahirkan merupakan alasan yang
diungkapkan ibu yang tidak menyusui secara eksklusif, sehingga pemberian
ASI eksklusif sangat sulit dilaksanakan sesuai harapan.
Menurut Wawan dan Dewi (2010) bahwa perilaku seseorang atau
masyarakat tentang kesehatan dipengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan, umur,
lingkungan dan sosial budaya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan.
Disamping itu, ketersediaan fasilitas terutama fasilitas tempat menyusui,
sikap dan perilaku petugas kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat
terbentuknya perilaku.
40

Petugas kesehatan juga diharapkan dapat memberikan konseling yang


baik kepada ibu-ibu yang menyusui agar ibu-ibu dapat sukses menyusui
bayinya. Pemberian konseling ini tidak hanya sebelum persalinan dan pada
masa kehamilan, melainkan juga sepanjang tahun pertama dan kedua
kehidupan anak. Petugas bisa memberikan saran-saran yang bermanfaat
mengenai kesediaan ibu menyusui bayinya kapanpun, baik bayi dalam
keadaan sehat maupun sakit. Dengan konseling yang baik, petugas bisa
membantu meyakinkan ibu bahwa ASInya cukup sehingga ibu bisa
memberikan ASI secara eksklusif (Depkes RI, 2011).
Menurut Notoatmodjo (2012) jika seseorang memperoleh banyak
pengetahuan maka cendrung akan berperilaku sesuai dengan pengetahuannya.
Pengetahuan dapat diperoleh responden melalui mata dan telinga yaitu
membaca dan mendengar. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh
dari pendidikan formal. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media
massa juga mempunyai pengaruh besar terhadap opini dan kepercayaan
orang. Pengalaman juga sebagai salah satu sumber pengetahuan dengan cara
mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah
yang dihadapi. Hasil atas pembuktian pengetahuan tersebut akan menjadi
penentu perilaku. Perilaku pemberian ASI eksklusif juga terjadi karena
adanya niat dalam diri seseorang, karena niat juga merupakan faktor utama
dari terbentuknya suatu perilaku.
Perubahan perilaku kearah pemberian ASI eksklusif harus dilaksanakan
secara berkesinambungan melibatkan seluruh lembaga pemerintah, swasta
dan masyarakat. Peran serta masyarakat dapat diwujudkan dalam bentuk
dorongan dan dukungan kepada ibu menyusui (Depkes RI, 2011).

Anda mungkin juga menyukai