Anda di halaman 1dari 11

KERANGKA ACUAN KERJA

SURVEY DAN PEMETAAN

(PENATAAN GARIS SEMPADAN PANTAI)

DI KOTA SINGKAWANG

APBD Tahun Anggaran 2017


SURVEY DAN PEMETAAN
(PENATAAN GARIS SEMPADAN PANTAI)
DI KOTA SINGKAWANG

I. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
Penyusunan Penetapan Sempadan Sempadan Pantai di dasarkanpada:
a. Undang-undang RI No. 26Tahun 2007,tentang Penataan Ruang;
b. Undang-Undang Republik Indonesia No.23 Tahun 1997 tentang Lingkungan
Hidup;
c. Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil
d. Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.
e. Peraturan Presiden Nomor 51 Tahun 2016 tentang Batas Sempadan Pantai.
f. Keputusan Presiden R.I No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung
g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.12/PRT/M/2009 tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Non Hijau di Wilayah
Kota/Kawasan Perkotaan
h. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
Perkotaan;
i. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 06/PRT/M/2007tentang Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.
j. Peraturan Menteri PU Nomor29/PRT/2006tentang Pedoman Persyaratan
Teknis Bangunan Gedung;
k. Peraturan Menteri PU Nomor30/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis
Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan;
l. Peraturan Daerah Kota Singkawang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Singkawang

2. Gambaran Umum

Laju pertumbuhan penduduk yang pesat disertai dengan meningkatnya


intensitas pembangunan di segala bidang, menyebabkan permasalahan dan

1
konflik di bidang pertanahan juga semakin meningkat. Permasalahan yang paling
utama adalah terbatasnya ketersediaan lahan, terutama di kota-kota besar.
Kondisi yang demikian memberikan alasan bagi para investor untuk merambah
wilayah pesisir atau pantai dan menjadikannya sebagai tempat kegiatan usaha,
mengingat selama ini wilayah pantai belum banyak tersentuh maupun
dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan wilayah pantai tersebut meliputi
kegiatan berbasis ekonomi, diantaranya sebagai lahan industri, rekreasi/wisata,
bangunan hotel dan resort, pemukiman, pertanian, dan sebagainya. Sementara
itu, wilayah pantai merupakan kawasan dengan ekosistem yang khas karena
memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan menyangga kehidupan
masyarakat pantai, sehingga keberadaannya perlu dilestarikan.
Pesisir atau wilayah pantai merupakan wilayah yang sangat rentan
terhadap perubahan, baik perubahan alam maupun perubahan akibat ulah
manusia. Fenomena yang terjadi saat ini sungguh sangat memprihatinkan dan
membuat hati miris, dimana eksploitasi wilayah pantai hanya demi kepentingan
pemilik modal besar. Sekitar 80 % wilayah pantai telah dikuasai oleh swasta,
termasuk pengusaha. Mereka dengan leluasa mengubah pantai, termasuk
mendirikan bangunan di wilayah pantai dengan cara mereklamasi pantai (Arika
dan Triana, 2002). Selain itu kelestarian lingkungan dan ekosistem pesisir yang
kaya tidak menjadi prioritas utama lagi. Desakan kebutuhan ekonomi telah
menyebabkan wilayah pantai yang seharusnya menjadi wilayah penyangga
daratan menjadi tidak dapat mempertahankan fungsinya sehingga kerusakan
lingkungan pantai pun terjadi. Kondisi ini terjadi di pantai selatan Jabar, dimana
keadaannyanya semakin mengkhawatirkan akibat adanya aktivitas masyarakat
setempat serta eksploitasi sumber daya alam seperti pasir besi.
Pantai-pantai di seluruh wilayah Indonesia mestinya terbuka untuk
kepentingan umum. Namun ketika hotel-hotel, resort, cottage serta pemukiman
mewah semakin menjamur dibangun di sepanjang pantai, maka pantai tidak lagi
menjadi ruang publik dan terbebas dari monopoli pihak bermodal besar. Seperti
yang terjadi di sepanjang pantai Anyer atau pantai-pantai di Bali, bangunan atau
properti yang seharusnya dibangun paling minim berjarak 100 m dari garis batas
air pasang, ternyata berdiri dan berpagar kokoh serta begitu mepet dengan bibir
pantai bahkan sampai menjorok ke laut. Kondisi tersebut memberikan dampak
terhadap kelestarian lingkungan pantai dan kehidupan nelayan tradisional.
Pengamatan yang dilakukan pada tahun 2001 di kawasan pantai Bali

2
menunjukkan bahwa 20% dari 438 km panjang pantai di Bali mengalami
kerusakan. Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan kawasan-kawasan lain yang
ada di Indonesia. Misalnya saja di kawasan Pontianak, Bengkayang, Singkawang
dan Sambas kerusakan pantai mencapai 14 km. Kerusakan juga terjadi di
beberapa kawasan pantai Jawa antara lain di Teluk Jakarta, pantai Eretan, pantai
Mauk, dan beberapa kawasan di Sumatera dan Sulawesi (Iah, 2006).
Dampak lainnya adalah nelayan kecil atau tradisional merasa diabaikan
hak-haknya, karena adanya bangunan-bangunan tersebut di sepanjang pantai
telah jelas akan menutup akses nelayan kecil atau tradisional terhadap ruang laut.
Mereka akan kesulitan mendapatkan tempat untuk merapatkan perahunya.
Padahal nelayan tradisional yang merupakan komunitas terbesar masyarakat
pantai yang pada akhirnya akan menjadi komunitas yang paling dirugikan dalam
kasus seperti ini. Disamping itu dampak kerusakan lingkungan pantai dan pesisir
yang cukup parah akan menghilangkan fishing ground dan mempengaruhi
kehidupan nelayan tradisional di daerah tersebut yang akhirnya memerparah
kemiskinan nelayan. Fenomena banyaknya bangunan-bangunan di sepanjang
pantai dan kerusakan lingkungan pantai serta kepentingan nelayan tradisional
yang termarjinalkan harus segera mendapat perhatian sekaligus penangan serius.
Untuk mencegah terjadinya kerusakan pantai lebih jauh, diperlukan adanya
kawasan sempadan pantai. Daerah yang disebut sebagai sempadan pantai
tersebut harus dijadikan daerah konservasi. Dalam ketentuan Keppres No. 32
Tahun 1990, diatur perlindungan sempadan pantai sejauh 100 meter. Peraturan
yang telah ada tersebut, hendaknya ditaati, ditegakkan, dan ditindaklajuti dengan
aturan-aturan pelaksana dibawahnya baik di tingkat pusat maupun daerah
.

3. Alasan, Tujuan, Sasaran dan Manfaat Kegiatan Dilaksanakan

Penetapan garis sempadan pantai dimaksudkan sebagai upaya agar kegiatan


perlindungan, penggunaan, dan pengendalian atas sumber daya yang ada pada
suatu kawasan, dalam hal ini pantai dapat dilaksanakan. Tujuannya agar fungsi
pantai, tidak terganggu oleh aktivitas yang ada dan akan berkembang di sekitarnya.
Diharapkan, kegiatan pemanfaatan dan upaya peningkatan nilai manfaat sumber
daya yang ada di pantai dapat memberikan hasil optimal sekaligus menjaga :
kelestarian fungsi pantai dari daya rusak air terhadap pantai dan lingkungan. Selain

3
itu, melihat kenyataan bahwa dalam perkembangan kota, orang sering membangun
pada daerah-daerah yang dianggap masih kosong/tidak bertuan (seperti sempadan
pantai) dan dengan berjalannya waktu, pelanggaran yang sudah dilakukan ini sulit
ditertibkan.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan penyediaan tanah untuk pengamanan
pantai maka perlu ditetapkan sempadan pantai agar Pemerintah Kota Singkawang
dapat mengadakan pengawasan dan/atau penguasaaan tanah wilayah pantai sesuai
dengan kepentingan dan karakteristik lokasi.

II . KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN


1. Uraian Kegiatan
a. Pendataan
Data yang dikumpulkan berupa informasi yang didapatkan dari identifikasi
kondisi fisik dan lingkungan pantai di kota Singkawang. Data tersebut
ditunjang dengan ketersediaan peta (peta kota, dan peta kawasan
perencanaan dengan skala 1:5000 1:25.000); foto-foto (foto udara/citra
satelit dan foto-foto kondisi kawasan perencanaan). Pengidentifikasian
ketersediaan lahan untuk sempadan pantai sesuai dengan kategori lokasi
serta peraturan dan rencana-rencana terkait. Selain itu identifikasi dan
inventarisasi juga dilakukan terhadap kepemilikan lahan dan gambaran
keberadaan bangunan eksisting yang ada disekitar kawasan pantai.

b. Analisis Kondisi Fisik Dan Lingkungan


Analisis adalah penguraian atau pengkajian atas data yang telah berhasil
dikumpulkan.
Komponen analisis meliputi :
1) Kondisi (kualitas dan kuantitas) fisik lahan, pantai dan bangunan
diwilayah sempadan pantai;
2) Kondisi lingkungan dan infrastruktur;
3) Karakteristik biofisik berdasarkan keberadaan ekosistem lahan basah,
terumbu karang, padang lamun, gumuk pasir, estuaria, laguna, dan
delta
4) Karakteristik hidro-oseanografi pesisir ditentukan berdasarkan
parameter tinggi gelombang, Arus Laut, serta pasang surut laut

4
5) Kondisi geomorphologi pantai;
6) Karakteristik dan fungsi pantai;
7) Kondisi Sosial budaya masyarakat.

c. Penataan wilayah sempadan pantai


Dari hasil analisa diperoleh gambaran penataan wilayah sempadan pantai
untuk dilakukan penetapan garis pantai (garis nol pantai) dan Garis
Sempadan Pantai serta penataan pantai untuk rencana pengembangan
terhadap hal hal yang dimungkinkan untuk dilakukan pengembangan di
wilayah sempadan pantai.
d. Penyusunan Dokumen Teknis
Hasil tahap ananalisis kondisi dan lingkungan pantai berupa
dokumen teknis yang memuat penetapan garis pantai (Garis nol
pantai/Garis pasang tertinggi/ garis pantai yang menjadi acuan penentuan
sempadan pantai) dan penataan sempadan pantai.
e. Penyusunan Konsep Surat Keputusan Walikota
Menyusun Konsep Keputusan Walikota tentang Penetapan Sempadan
Pantai di Kota Singkawang yang berisi matriks sempadan pantai yang
setidaknya memuat lokasi, kategori, kelas, kondisi, syarat sempadan.

2. Batasan Kegiatan
Substansi dibatasi pada identifikasi dan inventarisasi lahan di wilayah
sempadan pantai dan analisa yang menghasilkan penataan sempadan pantai.
Batasan kawasan perencanaan merujuk pada ketentuan/criteria yang tertera
dalam peraturan terkait.

Administrasi tidak terbatas pada ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur


didalam KAK, tetapi dapat dikembangkan sendiri oleh Pelaksana dalam rangka
optimalisasi keluaran yang ingin dihasilkan.

III. INDIKATOR KELUARAN


1. Indikator Keluaran (Kualitatif)
Tersusunnya Dokumen Teknis Penetapan Sempadan Sempadan Pantai di
Kota Singkawang yang dapat digunakan sebagai panduan/bahan dalam
penyusunan Konsep Keputusan Walikota dalam Penetapan Sempadan Pantai

5
Singkawang di Kota Singkawang.
2. Keluaran (Kuantitatif)
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah Dokumen Teknis
Penetapan Sempadan Pantai di Kota Singkawang dan Konsep Surat
Keputusan Walikota.

IV . PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Metode Pelaksanaan
a. Melakukan penyusunan program kerja (alur pikir dan jadwal) dan penyusunan
instrument pendataan dan analisis.
b. Mengkaji dan merumuskan kembali kebijakan, peraturan, standar, pedoman
dan kriteria serta landasan teori tentang Sempadan Pantai.
c. Mengkaji peraturan daerah dan dokumen perencanaan daerah terkait dengan
pantai yang berada di Kota Singkawang, diantaranya adalah Rencana Tata
Ruang, Peraturan Daerah yang berkaitan dengan Pantai, Jalan dan Bangunan
Gedung, Dokumen/Rencana Penataan Kawasan terkait,dll.
d. Mengkaji sebaran lokasi perencanaan dalam konteks identifikasi kondisi fisik
dan lingkungan.
e . Melakukan kegiatan pemetaan, analisis kondisi fisik dan lingkungan d a l a m
r a n g k a m e n yu s u n P e n e t a p a n S e m p a d a n P a n t a i .
f. Menyusun Konsep Peraturan Walikota.

2. Tahapan Kegiatan
a. Pelaksana diwajibkan merinci kegiatannya agar dicapai keluaran yang sesuai
dengan KAK.
b. Pelaksana diwajibkan secara aktif melakukan koordinasi dengan Tim
Teknis yang dibentuk oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota
Singkawang sehingga dapat dicapai keluaran yang memadai, dengan
dimungkinkan pula untuk melakukan konsultasi dengan instansi
pemerintahan di tingkat lokal (kecamatan-kelurahan).
c. Secara garis besar tahapan kegiatan yang perlu dilakukan antara lain adalah:
i. Penetapan strategi dan program pencapaian sasaran kegiatan.
ii. Pengumpulan data dan informasi terutama lokasi pantai Singkawang.
iii. Pengolahan data dan perumusan penetapan sempadan, serta
penyusunan Rancangan/ Konsep Peraturan Walikota.

6
d. Kegiatan dimaksud pada butir c. di atas dapat dikembangkan lebih
lanjut oleh Pelaksana, sehingga setidak-tidaknya produk kegiatan adalah
sebagai berikut:
i. LAPORAN PENDAHULUAN, minimal meliputi:
1. Gambaran umum wilayah perencanaan
2. Permasalahan yang berhubungan dengan penataan sempadan
pantai
3. Tujuan dan sasaran
4. Keluaran
5. Pendekatan dan Metodologi
6. Rencana kerja dan penugasan tenaga ahli
7. Ketersediaan data dan kebijakan/peraturan
ii. LAPORAN ANTARA, minimal memuat:
1. Identifikasi kawasan : geomorfologi pantai serta karakteristik dan
fungsi pantai.
2. Analisis kondisi fisik : lahan, pantai dan bangunan.
3. Analisis lingkungan dan infrastruktur.
4. Analisis sosial budaya masyarakat.
5. Analisis kebijakan dan peraturan terkait.
iii. LAPORAN DRAFT FINAL, mencakup Konsep Penataan Sempadan
serta Rancangan/Konsep Peraturan Walikota.
iv. LAPORAN AKHIR, meliputi Dokumen Teknis Penataan Sempadan
Pantai di Kota Singkawang serta Rancangan/ Konsep Peraturan
Walikota. Laporan akhir merupakan hasil penyempurnaan dari
pembahasan laporan draft final.
v. ALBUM PETA, Meliputi peta peta hasil penataan garis sempadan pantai
dengan skala 1 : 5.000 dan ukuran A1

V . TEMPAT PELAKSANAAN KEGIATAN


Kegiatan ini berlokasi di Kota Singkawang.

V I. PELAKSANAAN DAN PENANGGUNGJAWAB KEGIATAN


1. Pelaksana Kegiatan
a. Pelaksana kegiatan ini adalah KONSULTAN PERENCANA yang ditetapkan
berdasarkan proses seleksi sebagaimana peraturan yang berlaku

7
b. Untuk melaksanakan kegiatan sebagaimana ditetapkan didalam KAK ini,
Tim dari Konsultan Perencanaakan dipimpin oleh seorang Team Leader
dengan latar belakang pendidikan Minimal S2 Geodesi/Geografi,
mempunyai Sertifikat Keahlian Pemetaan dan GIS dan telah berpengalaman
Minimal 2(dua) tahun dibidangn y a .Team Leader ini akan memimpin dan
mengkoordinir seluruh kegiatan Tim dalam pelaksanaan pekerjaan selama
4(empat) bulan penuh sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai.
Anggota Tim lain terdiri dari tenaga ahli dengan disiplin ilmu yang setara
dengan keahlian seperti berikut di bawah ini dengan pengalaman minimum
5(lima) tahun, yaitu:
i. Ahli Perencanaan Wilayah/Kota (minimal S1) Planologi /Arsitektur,
mempunyai Sertifikat Keahlian Perencanaan Wilayah/Arsitektur, dan
minimal berpengalaman 2 tahun pada bidangnya.
ii. Ahli Teknik lingkungan (minimal S1) berijasah teknik lingkungan
mempunyai Sertifikat Keahlian Teknik Lingkungan dan minimal
berpengalaman 2 tahun pada bidangnya;
iii. Ahli Oseanografi/Kelautan (Minimal S1) minimal berpengalaman 2 tahun
pada bidangnya.
iv. Ahli hukum, berijazah (Minimal S1) hukum, minimal berpengalaman 2
tahun pada bidangnya.
c. Dibantu Tenaga Sub Profesional dan Pendukung : Tenaga Administrasi
berijazah minimal D3, Operator Komputer berijazah minimal SMA/SMK,
Tenaga CAD/GIS berijazah minimal D3 Arsitek/Teknik Sipil, Serta Surveyor
berijazah minimal D3 Arsitek/Teknik Sipil/Kelautan/Geografi/Geodesi
2. Pembahasan
Dalam pekerjaan ini dilakukan 3 (tiga) kali pembahasan :
a. Pembahasan yang dilaksanakan pada tahap Laporan Pendahuluan
b. Pembahasan yang dilaksanakan pada tahap Laporan Antara dan,
c. Pembahasan yang dilaksanakan pada tahap Laporan Draft Final.
Hasil dari proses ini adalah Dokumen Teknis Penataan Sempadan Pantai di
Kota Singkawang serta Rancangan/Konsep Peraturan Walikota.

3. Penanggungjawab Kegiatan
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Singkawang.

8
4. Penerima Manfaat Kegiatan
Penerima manfaat adalah Pemerintah Kota Singkawang Prov. Kalbar

VII. JADWAL KEGIATAN


1. Waktu Pelaksanaan Kegiatan
a. Waktu Pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan selama 4(empat) bulan
kalender.
b. Konsultan Perencana diminta untuk merinci sendiri kegiatannya selama
waktu tersebut butir a. diatas dengan mengantisipasi jadwal pencapaian
produk antara kegiatan dan dalam rangka menampung kegiatan-kegiatan
yang mungkin dilakukan oleh Konsultan Perencana.
2. Pentahapan pelaporan kegiatan adalah sebagai berikut:
1. Laporan Pendahuluan
Laporan ini diserahkan maksimal 1 (satu) bulan setelah pekerjaan
dimulai dengan diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja oleh Pejabat
Pembuat Komitmen, dengan jumlah 10 (sepuluh) eksemplar. Laporan
Pendahuluan dinyatakan diterima bila telah dilakukan pembahasan dan
disetujui olehTimTeknis.
2. Laporan Antara
Laporan ini diserahkan maksimal 1,5 (satu setengah) bulan setelah
penyerahan Laporan Pendahuluan, dengan jumlah 10 (sepuluh) eksemplar
dan dilengkapi dengan peta dan foto-foto. Laporan Antara dinyatakan
diterima bila telah dilakukan disetujui oleh Tim Teknis.
3. Laporan Draft Final
Laporan ini diserahkan maksimal 1(satu) bulan setelah penyerahan
Laporan Antara, dengan jumlah 28 (dua puluh delapan) eksemplar dan
dilengkapi dengan peta dan foto-foto.
Laporan Draft Final diterima minimal 4 hari sebelum dilakukan
pembahasan.
4. Laporan Final
Laporan ini diserahkan maksimal 2 (dua) minggu setelah penyerahan
Laporan Antara, dengan jumlah 12 (duabelas) eksemplar. Laporan ini
dilengkapi dengan peta dan kumpulan foto-foto hasil survey lapangan dan
proses pelaksanaan pekerjaan. Laporan ini disertai dengan Rancangan
Konsep Peraturan Walikota sebanyak 5 (lima) eksemplar, dan Album Peta

9
skala 1: 5000 dengan ukuran A1 sebanyak 5 Eksemplar. Laporan Final
dinyatakan diterima bila telah dilakukan pembahasan dan disetujui oleh
Tim Teknis.
Selain laporan dalam bentuk hardcopy, Konsultan Perencana
berkewajiban menyiapkan seluruh hasil pekerjaannya dalam bentuk
computer file yang dikemas ke dalam 1 (satu) unit CD/DVD sebanyak 12
keping.

VIII . BIAYA
1. Biaya pelaksanaan pekerjaan dibebankan pada APBD Tahun 2017 Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Singkawang dengan
anggaran sebesar Rp.393.000.000.- (tigaratus sembilan puluh tiga juta
rupiah).
2. Pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan secara kontraktuaL

Singkawang, Maret 2017

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN


DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
KOTA SINGKAWANG

ISKANDAR ZULKARNAIN, ST., MT


NIP. 197005101992031016

10

Anda mungkin juga menyukai