LIMBAH SEBAGAI MODEL PENERAPAN BUDAYA MENDONGENG UNTUK PESERTA DIDIK YANG MENGANGKAT NILAI KEARIFAN LOKAL (MEMOAR)
Sintia Nova Yanti, Ekki Septian Putra
sintianovayanti@gmail.com Universitas Negeri Malang
Studi ini mencoba menguraikan permasalahan yang sedang terjadi dalam
dunia pendidikan dan juga berusaha memberikan sebuah solusi atas permasalahan tersebut. Permasalahan yang akan dibahas yaitu rendahnya minat mendongeng yang ada di Indonesia. Kebiasaan mendongeng merupakan suatu budaya yang hampir punah untuk saat ini karena telah tergerus oleh kecanggihan teknologi informasi sehingga anak-anak cenderung lebih mengutamakan gadget. Berdasarkan survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015 menyebutkan, bahwa 90,27 persen anak usia sekolah di Indonesia suka menonton televisi dan bermain gadget, sedangkan hanya 18,94 persen yang membaca buku dan mendongeng. Terlihat sangat miris jika dibandingkan dengan angka melek huruf mencapai 96,3 persen. Selain itu penanaman nilai kearifan lokal juga semakin memudar karena pengaruh budaya barat. Penanaman nilai kearifan lokal harus dimulai sejak dini, terlebih sejak anak-anak menempuh pendidikan sekolah dasar. Oleh sebab itu, diperlukan solusi inovatif untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan budaya mendongeng yang menjadi salah satu lahan untuk penanaman nilai kearifan lokal karena dapat memicu peserta didik untuk memunculkan kekuatan berfikirnya yang super jenius dan mengajaknya berimajinasi layaknya seorang professor. Dengan kolaborasi media pembelajaran berupa boneka jari yang berbahan dasar limbah. Secara dedaktis, psikologis, media pembelajaran dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik, sehingga tujuan dari diterapkannya budaya mendongeng untuk menanamkan nilai kearifan lokal ini dapat dicapai. Selain tujuan tersebut juga membentuk generasi muda yang inovatif dan kreatif, yang sangat dibutuhkan untuk menghadapai persaingan global. Metode dari penelitian ini yaitu dengan mengkaji berbagai sumber literasi dan wawancara dengan guru besar yang berkompeten dalam bidang kearifan lokal.
Kata Kunci: Budaya mendongeng, kearifan lokal, media pembelajaran