Anda di halaman 1dari 5

PERTEMUAN KE -3

ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN


DOSEN : FRENGKI RIXEN, S. KEP, NERS

1) Pengertian Etika
Berasal dari kata ethos yang dalam bentuk tunggal yang berarti kebiasaan, adat-istiadat,
akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir. Dalam bentuk jamak (Ta etha), berarti
adat kebiasaan. Etika dapat diartikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau
ilmu tentang adat kebiasaan (Bertens, 2000).
Etika merupakan norma, nilai, atau pola tingkah laku kelompok profesi dalam memberikan
pelayanan jasa kepada masyarakat.
Ciri- ciri profesi :
a. Mengikuti pendidikan sesuai standar nasional
b. Pekerjaannya berlandaskan etik profesi
c. Mengutamakan panggilan kemanusiaan daripada keuntungan
d. Pekerjaannya legal melalui perizinan
e. Anggotanya belajar sepanjang hayat (longlife education)
f. Mempunyai organisasi profesi (ex: PPNI, IDI, dll)
Profesi mencantumkan kewajiban Memenuhi Standar Profesi . Etika mempunyai sanksi
moral; dan profesi memiliki sanksi disiplin profesi atau disiplin administratif. Etika adalah
pengetahuan tentang moralitas, menilai baik buruknya sesuatu ditinjau dari sisi moral. Etika
dapat mengandung norma kesusilaan (yaitu sikap dan perilaku), maupun norma kesopanan
(yaitu perilaku antar manusia), dan dapat dipengaruhi oleh norma agama dan norma hukum.
2) Pengertian hukum kesehatan :
Hukum adalah peraturan perundang-undangan yg dibuat oleh suatu kekuasaan, dalam
mengatur pergaulan hidup masyarakat, dalam rujukan lain disebutkan juga bahwa Hukum
adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang di kukuhkan oleh
penguasa atau pemerintah (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Hukum terbagi menjadi :
a. Hukum Perdata mengatur subyek dan antar subyek dalam hubungan dan kedudukannya
yang sederajat (hubungan interrelasi).
b. Hukum Pidana adh peraturan mengenai hukuman yang tertera pada KUHP di Indonesia
Hukum Kesehatan
Hukum kesehatan adalah peraturan perundang- undangan yang menyangkut pelayanan
kesehatan (merupakan ketentuan hukum yg berhubungan langsung dengan pemeliharaan dan
pelayanan kesehatan)
3) Perbedaan etika dan hukum kesehatan
ETIKA HUKUM
Berlaku untuk profesi Berlaku untuk umum
Disusun berdasarkan kesepakatan anggota Disusun oleh badan pemerintah yang
profesi berkuasa
Etik bisa tertulis dan tidak tertulis Hukum tersusun rinci dalam UU dan
lembaran negara
Sanksi etik berupa tuntunan moral Sanksi hukum berupa tuntutan hukum
Pelanggaran etik diselesaikan oleh Profesi Pelanggaran hukum diselesaikan oleh aparat
hukum / pengadilan
Penyelesaikan pelanggaran etik tidak selalu Penyelesaian pelanggaran hukum harus
disertai bukti fisik dengan bukti fisik

4) Prinsip Etik Dalam Keperawatan


a. Autonomy
Keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan
sendiri/ Hak untuk membuat keputusan sendiri
Hal yang berpengaruh : tingkat kesadaran, usia, penyakit, lingkungan rumah sakit,
ekonomi, tersedianya informasi.
Salah satu contoh yang tidak memperhatikan otonomi adalah dapat memilih sendiri
model pengobatan serta petugas kesehatan dalam perawatannya.
Salah satu contoh dari perwujudan autonomy adalah adanya informed consent dalam
pelaksanaan tindakan medis yang bersifat invasive. Proses pemberian informasi hingga
pasien memberikan persetujuan atas tindakan yang dilakukan.
b. Beneficence (Prinsip kemurahan hati)
Prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan kepada kebaikan pasien.
Disini ditekankan tindakan atau perbuatan yang mempunyai sisi baik atau bermanfaat
lebih besar dibanding dengan sisi buruk atau mudharat
Contoh perawat menasehati klien tentang program latihan untuk memperbaiki kesehatan
secara umum, tetapi perawat mengatakan untuk tidak dilakukan karena alasan resiko
serangan jantung.
c. Non maleficence (Tidak Merugikan)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/ cedera fisik dan psikologis pada pasien.
Contoh: ketika ada pasien yang menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak
pemberian transfusi darah dan ketika itu kondisi perdarahan (melena) membuat keadaan
klien semakin memburuk dan dokter harus menginstruksikan pemberian transfusi darah.
Akhirnya transfusi darah diberikan karena tindakan tersebut tidak merugikan pasien
d. Justice (Keadilan)
Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika perawat bekerja tanpa
membedakan pasien berdasarkan status ekonomi, sosial, suku, ras, dll. Memberikan apa
yang menjadi hak bagi setiap orang sesuai dengan kebutuhannya.
Contoh ketika perawat dinas sendirian dan ketika itu ada pasien dari kelas I yang
meminta bantuan untuk makan. Di saat yang sama, terdapat keluarga pasien dari kelas III
sedang meminta bantuan karena pasien mengeluh sesak. Perawat harus tahu yang mana
yang didahulukan tanpa membedakan berdasarkan status kelas ekonomi
e. Veracity (Kejujuran)
Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran
merupakan dasar membina hubungan saling percaya.
Contoh Ny. S masuk rumah sakit dengan berbagai macam fraktur karena kecelakaan
mobil, suaminya juga ada dalam kecelakaan tersebut dan meninggal dunia. Ny. S selalu
bertanya-tanya tentang keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada perawat
untuk belum memberitahukan kematian suaminya kepada klien perawat tidak mengetahui
alasan tersebut dari dokter dan kepala ruangan menyampaikan intruksi dokter harus
diikuti. Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik kejujuran.
f. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan mengenai informasi tentang klien harus dijaga karena hal tersebut
merupakan privasi klien.
Contohnya adalah dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien. Dokumen ini hanya
bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang
klien diluar area pelayanan harus dihindari.
g. Fidelity (Prinsip kesetiaan/ ketaatan)
Menepati janji dengan cara memasukkan ketaatan ke dalam tanggung jawab dan peduli
terhadap kondisi pasien.
Contoh : Perawat menjanjikan jika hasil pemeriksaan sudah di dapat akan di sampaikan
kepada klien, maka perawat tersebut menepati janjinya.
h. Accountability
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat
dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
Contoh: perawat bertanggung jawab terhadap diri sendiri, profesi, klien, sesama
karyawan dan masyarakat. Jika salah memberi dosis obat kepada klien perawat tersebut
dapat digugat oleh klien yang menerima obat, oleh dokter yang memberi tugas delegatif,
dan masyarakat yang menuntut kemampuan professional.
5) Landasan etik dalam bidang kesehatan
Deklarasi World Medical Association:
a. Deklarasi Genewa 1948: Lafal Sumpah Dokter.
b. Deklarasi Helsinski 1964: Riset Klinik
c. Deklarasi Sidney 1968: Saat Kematian
d. Deklarasi Oslo 1970 :Pengguguran Kandungan atas indikasi medik.
e. Deklarasi Tokyo 1975:Penyiksaan.
6) Produk Hukum Dalam Bidang Kesehatan
a. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan
b. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
c. Undang-Undang RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik kedokteran
d. PerMenKes RI nomor 75 tahun 2014 tentang pusat kesehatan masyarakat
e. Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan

REFERENSI
1. Hendrik. 2011. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta : EGC
2. Machfoedz, Ircham, dkk. 2010. Kode Etik, Etika & Lafal Sumpah. Yogyakarta: Fitramaya
3. Purba, Jenny Marlindawani & Sri Endang Pujiastuti. 2009. Dilema Etik Dan Pengambilan
Keputusan Etik. Jakarta : EGC
4. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan
5. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
6. Undang-Undang RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik kedokteran
7. PerMenKes RI nomor 75 tahun 2014 tentang pusat kesehatan masyarakat
8. Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai