Anda di halaman 1dari 2

Bumi Datar dan Logika Ikan Dalam Mangkuk

Ada begitu banyak mitologi yang digunakan untuk menjelaskan fenomena alam. Sewaktu kecil ketika
bertanya kepada kakek tentang gempa bumi, kakek bercerita tentang sebuah makhluk raksasa yang
hidup dibawah tanah dan gempa terjadi akibat makhluk itu menggerakkan ekornya. Waktu kecil aku
juga percaya akan hal itu. Cerita ini ada diseluruh dunia dengan konsep yang hampir sama yang
membedakan adalah hewan atau dewa yang tinggal di bawah tanah sana. Banyak pula mitologi tentang
fenomena lain seperti saat gerhana ada Butho (makhluk raksasa) yang memakan bulan dan orang-orang
membunyikan kentongan agar butho ketakutan dan tidak jadi memakan bulan.

Pada jaman sekarang orang tidak akan percaya lagi tentang mitologi tersebut. Karena lama kelamaan
orang akan semakin bertanya dan menemukan fakta-fakta baru. Seperti pada gerhana bulan atau
matahari mereka mulai menyadari bahwa kejadian itu bukanlah kejadian acak melainkan sebuah
kejadian yang mempunyai pola. Begitu pula pada gempa bumi orang mulai sadar kalau gempa juga
kadang bersamaan dengan meletusnya gunung dan mulai mengaitkan gempa dengan aktivitas gunung
berapi.

Kemampuan manusia dalam memahami pola adalah suatu hal yang alamiah dan telah dipelajari dalam
ilmu psikologi dengan istilah pattern recognition atau kemampuan memahami pola. Kemampuan ini
sering diujikan dalam berbagai seleksi seperti masuk ke universitas ataupun pekerjaan. Kalian pasti
familiar dengan 1,3,5, . Atau 3, 6, 9, . Itu adalah contoh pengenalan pola yang paling sederhana.
Kemampuan mendasar manusia inilah yang merubah pemikiran manusia selama berabad abad.
Kemampuan inilah yang membuat Edmund Halley memprediksi kedatangan komet Halley pada tahun
1758.

Pemahaman manusia terus berkembang dengan mengamati pola kejadian yang bisa diamati. Newton
dengan memperhatikan benda jatuh kemudian mampu memfromulasikan gravitasi yang kemudian
mampu digunakan dengan tepat untuk memprediksi peredaran benda langit. Kemampuan manusia
tidak lagi sesederhana Halley memprediksi kemunculan komet namun hingga mampu memprediksi
planet yang sebelumnya tidak terdeteksi namun ternyata ada tepat diposisi itu berdasarkan perhitungan
matematis. Tidak jarang berbagai pengenalan pola menciptakan hal yang bertentangan sebut saja
pertentangan antara heliosentris dan geosentris yang sampai berabad-abad dan bahkan ada yang masih
mengungkitnya kembali.

Ada pula pertentangan yang cukup unik seperti Newton yang berpendapat bahwa cahaya adalah
partikel dan Young yang menyebutkaan cahaya adalah gelombang. Newton mampu membuktikan sifat
cahaya sebagai partikel namun Young juga mampu membuktikan sifat cahaya sebagai gelombang.
Hingga kemudian Einstein berpendapat cahaya adalah keduanya yaitu cahaya adalah partikel dan
gelombang dan kini kita mengenal cahaya merupakan partikel dan gelombang.

Pertentangan lain yakni teori gerak newton dan teori relativitas eintein. Teori newton jika diuji pada
gerak benda pada kondisi normal dapat berlaku dengan akurat namun berbagai kondisi membuatnya
tidak berlaku seperti pada kecepatan sangat tinggi (mendekati kecepatan cahaya) dan gaya gravitasi
yang sangat kuat. Kemudian Eintein mengemukakan gagasan tentang relativitas yang mampu membuat
perhitungan dalam keadaan ekstream seperti kecepatan cahaya, lubang hitam, gelombang gravitasi dan
pembelokan cahaya oleh gravitasi.
Berdasarkan berbagai pertentangan diatas ada teori yang saling melengkapi, ada yang bertentangan dan
kemudian hilang, ada yang bertentangan namun mempunyai kesimpulan keduanya. Namun apakah
semua teori itu benar dan salah? Tidak semudah itu mengatakan teori salah dan benar. Kita hingga
sekarang masih menggunakan teori gerak newton walau kita tahu teori relativitas lebih mumpuni.
Bahkan hampir seluruh institusi pendidikan masih mengajarkan hukum newton, mungkin alasan yang
bisa dipakai adalah hukum lebih mudah dipahami dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ada
pula perhitungan astronomi jaman kuno yang masih digunakan hingga sekarang yang masih relevan
dipakai.

Ada sebuah analogi tentang ikan dalam mangkuk, mangkuk yang dimaksud disini bukan mangkuk untuk
makan namun mangkuk yang digunakan sebagai tempat untuk memelihara ikan. Ikan yang dipelihara
dalam mangkuk akan terlihat lebih cembung jika dibandingkan dengan ikan yang dipelihara pada
aquarium dengan permukaan datar. Jelas sekali kedua ikan akan melihat dunia luar dengan pandangan
yang berbeda. Ketika ada orang yang lewat kedua ikan mampu menghitung gerak orang tersebut
tentunya dengan rumus yang berbeda. Apakah ikan dalam aquarium mempunyai rumus yang lebih tepat
dari ikan yang di dalam mangkuk? Bisa jadi keduanya benar dan bisa digunakan untuk menentukan
waktu tiba orang yang lewat tersebut dari titik A ke titik B.

Itulah pandangan tentang realitas dan ada berbagai alternatif tentang realitas. Itu pula yang membuat
bangsa babylonia dapat memprediksi gerhana bulan atau matahari tanpa adanya asumsi bumi datar
ataupun asumsi heliosentris. Itu pula yang membuat prediksi pergerakan benda langit dengan asumsi
geosentris dan heliosentris mempunyai ketepatan yang nyaris sama. Namun apakah teori newton dan
Einstein tidak bisa dipakai untuk asumsi geosentris? Jadi kalian masih percaya bumi itu datar? Mungkin
kalian perlu membaca buku Grand Design setidaknya sampai bab 3.

Anda mungkin juga menyukai