Anda di halaman 1dari 38

1. URAIAN UMUM 1.1.

Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah : Pekerjaan


Pembangunan Gedung Kantor PT ASIA CITRA
CAKRA
1.2. Pelaksanaan pekerjaan harus mengacu pada :
a. Rencana kerja dan syarat-syarat
b. Bestek, detail dan gambar kerja
c. Risalah Aanwizjing
d. Keputusan Direksi lapangan
1.3. Apabila terjadi perbedaan teknis/ persepsi tentang
pelaksanaan maka diharuskan berkonsultasi dan
persetujuan pihak Direksi
1.4. Pemborong diharuskan menyerahkan contoh
material/ bahan/ barang sebelum digunakan/
dipasang di lapangan

2. LINGKUP PEKERJAAN 2.1. Pekerjaan yang dilaksanakan meliputi pengadaan


material, naga kerja dan peralatan yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan yang
termasuk dalam kontrak
2.2. Lingkup pekerjaan adalah :
a. Pekerjaan Bangunan Standar
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Struktur :
I. Struktur Lantai
c. Pekerjaan Arsitektur
I. Pekerjaan Lantai Dasar
II. Pekerjaan Lantai 2 (Dua)
III. Pekerjaan Exterior
d. Pekerjaan Mekanikal dan Eletrikal
I. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
II. Pekerjaan Plumbing dan Sanitary

3. SITUASI 3.1. Lokasi Pembangunan Gedung Kantor PT. ASIA


CITRA CAKRA : Jalan TG. Balantak No.5 B
3.2. Pembangunan yang akan dilaksanakan terdiri dari
a. Pembangunan Gedung Kantor PT. ASIA
CITRA CAKRA ini adalah lebih ke pekerjaan
Arsitektur dan ME, sedangkan pekerjaan
strukturnya hanya sebagian kecil saja, seperti
Plat lantai 1 yang masih ada beberapa bagian
belum tercor
3.3. Pada saat Aanwizjing lapangan lokasi akan
ditunjukan pekerjaan yang akan dilaksanakan,
Kontraktor wajib meneliti situasi Tapak, terutama
keadaan tanah, sifat dan luasnya pekerjaan, dan hal-
hal lain yang dapat mempengaruhi harga
penawaran. untuk itu setiap rekanan diharuskan
meneliti dengan seksama setiap detail bangunan
rencana

3.4. Ukuran luas tersebut dalam pasal 1 ayat-ayat


terdahulu dimaksudkan sebagai garis besar/ prinsip/
patokan pelaksanaan dan pegangan Kontraktor.

3.5. Kontraktor harus sudah memperhitungkan segala kondisi


yang ada (Existing) di Tapak yang meliputi antara lain,
pepohonan, saluran drainase, pipa, kabel dibawah
tanah dan lain sebagainya yang dapat mengganggu
Kelancaran Pelaksanaan pekerjaan.

3.6. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan harus


dilakukan pembongkaran ataupun pemindahan hal-
hal tersebut diatas, maka Kontraktor diwajibkan
memperbaiki kembali, atau menyelesaikan
pekerjaan tersebut sebaik mungkin tanpa
mengganggu system yang ada.

3.7. Didalam kasus ini Kontraktor tidak dapat


mengajukan klaim biaya pekerjaan tambah,
sebelum melakukan pemindahan /
pembongkaran segala sesuatu yang ada di lapangan,
Kontraktor diwajibkan melaporkan dahulu ke
Konsultan Pengawas/Direksi.

3.8. Kelalaian atau kekurang telitian Kontraktor dalam hal ini


tidak dapat dijadikan alasan untuk mengajukan klaim
baik dari segi waktu maupun biaya.
3.9. Lahan bangunan akan diserahkan kepada
pemborong dengan kondisi seperti pada saat
Aanwizjing lapangan, seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk meneliti dan meninjau
lapangan adalah menjadi tanggung jawab
sepenuhnya pihak rekanan.

4. UKURAN TINGGI DAN 4.1. Satuan semua ukuran yang ada dalam rencana
PATOK adalah dalam cm (centi meter) untuk ukuran baja
dalam mm atau inch
4.2. Permukaan atas lantai keramik (P + 0,00)
adalah 100 cm dari tanah setelah ukuran tanah
hasil timbunan, kecuali ditetapkan lain pada
saat rapat penjelasan pekerjaan (sesuai
4.3. gambar rencana)
Ukuran penduga dari Pipa dia 2 setinggi 100
cm dari muka tanah asli, yang dilakukan dengan
cor beton untuk pondasinya. Ukuran penduga
tersebut merupakan titik pikat tetap yang harus
4.4. dibuat pemborong sesuai arahan Direksi.
Mengukur letak bangunan ketentuan letak
bangunan harus dibawah arahan dan
pengawasan pihak Direksi,pengukuran
dilaksanakan dengan menggunakanalat ukur
THEODOLITE dan perlengkapan lainnya yang
4.5. dibutuhkan dalam pengukuran.
Kontraktor harus menyediakan pembantu yang
ahli dalam cara-cara mengukur, alat-alat
penyipat datar (Theodolit, Waterpass), prisma
silang pengukuran menurut kondisi dan situasi
4.6. tanah bangunan, yang selalu berada di
lapangan.
Perbedaan antara gambar Kerja Dokumen dengan
keadaan di lapangan harus dilaporkan kepada
Konsultan Pengawas/Direksi, selanjutnya
4.7. Konsultan Pengawas/Direksi berkonsultasi dengan
Konsultan Perencana.
Tidak dibenarkan Kontraktor mengambil tindakan
tanpa sepengetahuan Konsultan Pengawas/
Direksi.
5. DIREKSI KEET/ LOS 5.1. ZPada awal pelaksanaan pekerjaan tahap pertama
KERJA berlangsung, pemborong telah menyiapkan
bangunan sementara yang berfungsi sebagai
kantor proyek dan atau los kerja yang
dipergunakan sebagai operasional kantor dan tempat
menyimpan barang/ material, peralatan maupun dapat
digunakan sebagai los kerja bagi tempat tinggal
sementara tenaga kerja
5.2. Bangunan sementara ini masih terus dapat
difungsikan untuk pelaksanaan pekerjaan.

6. GAMBAR-GAMBAR 6.1. Rencana Kerja dan syarat-syarat ini (RKS)


DOKUMEN dilampiri
a. Gambar Site Plan
b. Gambar Kerja Struktur ( SI )
c. Gambar Kerja Arsitektur ( AR )
d. Gambar Kerja Mekanikal / Elektrikal ( ME/EL )

7. PERATURAN TEKNIS 7.1. Dalam melaksanakan Pekerjan, kecuali bila ditentukan


PEMBANGUNAN lain dalam Rencana Kerja dan Syarat- syarat ini,
YANG berlaku dan mengikat ketentuan- ketentuan dibawah
DIGUNAKAN ini termasuk segala perubahan dan tambahannya :
a. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan
Pembangunan di Indonesia atau Algemene
Voorwarden voor de Uitvoering bij
Aaneming vanoenbare Werken (AV) 1941.
b. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia
untuk arbitasi Teknik dari Dewan Teknik
Pembangunan Indonesia.
c. Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan
Kerja Departemen Tenaga Kerja.
d. Peraturan Beton bertulang Indonesia NI - 2
PBI 1971.
e. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia NI - 5
PKKI.
f. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja
Indonesia PPBI 1984.
g. Peraturan Muatan Indonesia PMI.
h. Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia
NI -PUBI 1970
i. Peraturan Umum Listrik Indonesia PUIL
1979 dan Peraturan PLN setempat.
j. SK SNI No. T - 15 - 1991 - 03.
k. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir
Indonesia PUIPP.
l. Pedoman Plumbing Indonesia PPI 1979.
m. Persyaratan Cat Indonesia NI - 4.
n. Peraturan Kapur Indonesia NI - 7.
o. Peraturan Semen Portland Indonesia NI - 8.
bangunan NI - 10.
p. Peraturan Bata merah sebagai bahan dinding
q. Peraturan dan ketentuan lain yang
dikeluarkan oleh Dinas/Instansi Pemerintah
setempat yang bersangkutan dengan
masalah bangunan.
r. Untuk melaksanakan Pekerjaan ini, berlaku
dan mengikat pula :
Gambar Kerja yang dibuat oleh Konsultan
Perencana dan disahkan oleh Pemberi
Tugas termasuk pula Gambar Detail
Pelaksanaan (Shop Drawing) yang
diselesaikan oleh Kontraktor dan sudah
disahkan dan disetujui oleh Konsultan
Pengawas/Direksi.
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).
Gambar dan Berita Acara Penjelasan
Pekerjaan AANWIJZING).
Berita Acara Penunjukan.
Surat Keputusan Pemimpin Pelaksana
tentang Penunjukan Kontraktor.
Surat Perintah Kerja (SPK).
Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time
Schedule) yang telah disetujui oleh
Konsultan Pengawas/Direksi dan Pemberi
8. PENJELASAN RKS DAN 8.1. Kontraktor wajib meneliti semuagambar kerja,
GAMBAR Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS); termasuk
tambahan dan perubahannya dalam Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan yang dibantu Konsultan
Pengawas/Direksi.
8.2. Ukuran.Pada dasarnya semua ukuran utama yang
tertera dalam Gambar Kerja meliputi :
As - As
Luar - Luar
Dalam - Dalam
Luar - Dalam
8.3. Perbedaan Gambar.
a. Bila Gambar Kerja tidak sesuai dengan
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS),
Maka yang mengikat / berlaku adalah
Gambar.
b. Bila suatu Gambar tidak cocok dengan
Gambar yang lain dalam satu disiplin
kerja, maka gambar yang mempunyai skala
yang lebih besar yang berlaku / mengikat.
c. Bila ada perbedaan antara Gambar
Kerja Arsitektur dengan Struktur, maka
yang berlaku / mengikat adalah Gambar
Kerja Arsitektur sepanjang tidak mengurangi
segi Konstruksi
8.4. Gambar Detail Pelaksanaan (Shop Drawing).
a. Gambar Detail Pelaksanaan atau Shop
Drawing adalah Gambar Kerja yang wajib
dibuat Kontraktor berdasarkan Gambar
Kerja Dokumen yang telah disesuaikan
dengan keadaan lapangan.
b. Kontraktor wajib membuat Shop Drawing
untuk Detail-detail khusus yang belum
tercakup lengkap dalam Gambar Kerja
Dokumen, maupun yang diminta oleh
Konsultan Pengawas/Direksi dan atau
Konsultan Perencana.
c. Dalam Shop Drawing ini harus dicantum
Konsultan Pengawas/Direksi dan
digambarkan semua data yang
diperlukan termasuk pengajuan contoh
jadi dari semua bahan, keterangan
produk, cara pemasangan dan atau
spesifikasi/ persyaratan khusus seuai
dengan spesifikasi pabrik yang belum
tercakup secara lengkap didalam
Gambar Kerja Dokumen maupun
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).
d. Kontraktor wajib mengajukan Shop
Drawing kepada Konsultan
Pengawas/Direksi dan Konsultan
Perencana untuk mendapatkan
persetujuan tertulis bagi pelaksanaan
e. Kontraktor tidak dibenarkan mengubah atau
mengganti ukuran-ukuran yang tercantum
didalam gambar Kerja Dokumen tanpa
sepengetahuan Konsultan Pengawas/Direksi.
f. Segala akibat yang terjadi adalah tanggung
jawab Kontraktor, baik dari segi biaya
maupun waktu pelaksanaan
9. JADWAL 9.1 Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di
PELAKSANAAN lapangan, Kontraktor wajib membuat rencana kerja
pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa Bar
Chart & S-Curve Bahan dan Tenaga dan
mengkoordinasikan hasilnya kepada Konsultan
Pengawas/Direksi, sehingga pelaksanaan pekerjaan
terkendali dan tidak mengganggu kelancaran
proyek secara keseluruhan dan kelancaran kegiatan
di sekitar lokasi pekerjaan.

9.2. Rencana Kerja tersebut harus mendapatkan persetujuan


terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas/Direksi,
paling lambat dalam waktu 14 (empat belas) hari
kalender setelah surat keputusan penunjukan (SKP)
diterima oleh Kontraktor.

9.3. Rencana Kerja yang disetujui oleh Konsultan


Pengawas/Direksi, akan disahkan oleh Pemberi
Tugas.
9.4. Kontraktor wajib memberikan salinan Rencana
Kerja rangkap 4 (empat) kepada Konsultan
Pengawas/Direksi, 1 (satu) salinan Rencana Kerja
harus ditempel pada bangsal Kontraktor di
lapangan yang selaluy diikuti dengan grafik
kemajuan pekerjaan/prestasi kerja.

9.5. Konsultan Pengawas/Direksi akan menilai prestasi


pekerjaan Kontraktor berdasarkan Rencana Kerja
tersebut.

10. KUASA 10.1. Di lapangan pekerjaan, Kontraktor/Pemborong


KONTRAKTOR DI wajib menunjuk seorang Kuasa Kontraktor atau
LAPANGAN biasa disebut Pelaksana yang cakap dan ahli
untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di
lapangan dan mendapat kuasa penuh dari
Kontraktor/Pemborong, berpendidikan minimal sarjana
teknik sipil atau sederajat dengan pengalaman
minimum 5 (lima) tahun, atau STM jurusan Bangunan
dengan pengalaman minimum 10 (sepuluh) tahun.
10.2. Dengan adanya Pelaksana tidak berarti bahwa
Kontraktor/Pemborong lepas tanggung jawab sebagian
maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.

10.3. Kontraktor/Pemborong wajib memberi tahu secara


tertulis kepada Tim Pengelola Teknis Wilayah dan
Konsultan Pengawas/Direksi, nama dan jabatan
Pelaksana untuk mendapat persetujuan.

10.4. Bila dikemudian hari menurut Tim Pengelola Teknis


Wilayah dan Konsultan Pengawas/Direksi bahwa
Pelaksana dianggap kurang mampu atau tidak
cukup cakap memimpin pekerjaan, maka akan
diberitahukan kepada Kontraktor/Pemborong secara
tertulis untuk mengganti Pelaksana.

10.5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan surat


pemberitahuan, Kontraktor/Pemborong harus sudah
menunjuk Pelaksana yang baru atau
Kontraktor/Pemborong sendiri (penanggung
jawab/Direktur Perusahaan) yang akan
memimpin pelaksanaan pekerjaan.
11. TEMPAT TINGGAL 11.1. Untuk menjaga kemungkinan kerja diluar jam
(DOMISILI) kerja apabila terjadi hal-hal yang mendesak,
KONTRAKTOR Kontraktor dan Pelaksana wajib memberitahukan
secara tertulis alamat dan nomor telepon di lokasi kepada
Tim Pengelola Teknis setempat dan Konsultan
Pengawas/Direksi.

11.2. Kontraktor wajib memasukan identifikasi dan alamat


Bengkel Kerja (Workshop) dan peralatan yang dimiliki
dimana pekerjaan pemborongan akan dilaksanakan.

11.3. Alamat Kontraktor dan pelaksana diharapkan tidak


berubah selama pekerjaan. Bila terjadi perubahan
alamat Kontraktor dan Pelaksana wajib memberitahukan
secara tertulis.

12. PENJAGA 12.1. Kontraktor diwajibkan menjaga keamanan


KEAMANAN lapangan terhadap barang-barang milik proyek,
lAPANGAN Konsultan Pengawas/Direksi dan milik Pihak Ketiga
yang ada dilapangan

12.2. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang


telah disetujui Konsultan
Pengawas/Direksi/Konsultan Perencanaan, baik yang
telah dipasang maupun yang belum, adalah
tanggung jawab Kontraktor dan tidak akan
diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah.

12.3. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor


bertanggungjawab atas akibatnya, baik yang berupa
barang-barang maupun keselamatan jiwa. Untuk
itu Kontraktor diwajibkan menyediakan alat-
alat pemadam kebakaran yang siap ditempatkan
yang akan ditetapkan kemudian oleh Konsultan
Pengawas/Direksi.

13. JAMINAN DAN 13.1. Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut


KESELAMATAN syarat-syarat Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
KERJA (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap digunakan
dilapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan
musibah bagi semua petugas dan pekerja dilapangan.
13.2. Kontraktor wajib menyediakan air minum yang cukup
bersih dan memenuhi syarat-syarat kesehatan
bagi semua petugas yang ada dibawah kekuasaan
Kontraktor.

13.3. Kontraktor wajib menyediakan air bersih, Kamar Mandi


dan WC yang layak dan bersih bagi semua petugas
dan pekerja.

13.4. Tidak diperkenankan, membuat penginapan didalam


lapangan pekerjaan untuk Pekerja, kecuali untuk penjaga
keamanan.

13.5. Kontraktor Pelaksana Wajib Menjaga Keselamatan


seluruh personil yang terlibat di dalamnya
Segala hal yang menyangkut jaminan social dan
13.6. keselamatan para pekerja wajib diberikan oleh
Kontraktor sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.

14. ALAT-ALAT 14.1 Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan harus


PELAKSANAAN disediakan oleh Kontraktor, sebelum pekerjaan fisik
dimulai, dalam keadaan baik dan siap pakai, antara lain :
a. Beton molen yang akan ditentukan
kemudian oleh Konsultan Pengawas/Direksi.
b. Theodolit dan Waterpass yang telah diijinkan oleh
Konsultan Pengawas/Direksi.
c. Perlengkapan penerangan untuk kerja
lembur.
d. Pompa air sesuai kebutuhan untuk system
pengeringan, jika diperlukan.
e. Penggetar beton yang jumlah dan tipenya akan
ditentukan kemudian oleh Konsultan
Pengawas/Direksi.
f. Mesin Pemadat.
g. Alat-alat besar sesuai dengan besaran
(magnitude) pekerjaan tanah apabila diperlukan.
15. PEMERIKSAAN 15.1 Semua bahan dan material dan komponen jadi yang
BAHAN DAN didatangkan harus memenuhi syarat-syarat yang
KOMPONEN ditentukan dalam buku RKS ini.
JADI
15.2. Konsultan Pengawas/Direksi berwenang menanyakan
asal bahan/material dan komponen jadi, dan
Kontraktor wajib memberi tahu.

15.3. Contoh bahan/material dan komponen jadi yang akan


digunakan harus diserahkan kepada Konsultan
Pengawas/Direksi dan Konsultan Perencana
untuk mendapatkan standard of appearance.
Paling lambat waktu penyerahan contoh bahan
adalah 2 (dua) minggu sebelum jadwal pelaksanaan.
Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur, dan
produk yang dipilih; akan diinformasikan oleh
Konsultan Pengawas/Direksi kepada Kontraktor
selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari dari kalender
setelah penyerahan contoh bahan tersebut.

15.4. Semua bahan/material dan komponen jadi harus


disetujui secara tertulis oleh Konsultan
Perencana/Konsultan Pengawas/Direksi sebelum
dipasang.

15.5. Bahan/material dan komponen jadi yang telah


didatangkan oleh Kontraktor dilapangan pekerjaan tetapi
ditolak pemakaiannya oleh Konsultan Pengawas/Direksi
harus segera dikeluarkan dari lapangan pekerjaan
selambat- lambatnya dalam waktu 2x24 jam terhitung
dari jam penolakan.

15.6. Penyimpanan dan pemeliharaan bahan/material dan


komponen jadi harus sesuai dengan persyaratan dari
pabrik pembuat, dan atau sesuai dengan spesifikasi
bahan tersebut.

16. PEMERIKSAAN HASIL 16.1. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan
PEKERJAAN Kontraktor tetapi karena bahan/material ataupun
komponen jadi, maupun mutu pekerjaannya sendiri
ditolak oleh Konsultan Pengawas/Direksi harus segera
dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya
Kontraktor.
16.2. Sebelum memulai pekerjaan lanjutan yang
apabila bagian pekerjaan ini telah selesai, akan tetapi
belum diperiksa oleh Konsultan
Pengawas/Direksi, Kontraktor diwajibkan meminta
persetujuan dari Konsultan Pengawas/Direksi. Baru
apabila Konsultan Pengawas/Direksi telah
menyetujui bagian pekerjaan tersebut, Kontraktor dapat
meneruskan pekerjaannya.
16.3. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24
jam dihitung dari jam diterimanya Surat
Permohonan Pemeriksaan, maka Kontraktor
dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian
yang seharusnya diperiksa dianggap telah
disetujui Konsultan Pengawas/Direksi. Hal ini
dikecualikan bila Konsultan Pengawas/Direksi minta
perpanjangan waktu.
7. PEKERJAAN TAMBAH Pekerjaan Tambah Kurang.
17.1. a. Tugas mengerjakan pekerjaan tambah kurang
KURANG diberitahukan dengan tertulis atau ditulis
DAN dalam buku harian oleh Konsultan
PERSIAPAN Pengawas/Direksi serta disetujui oleh
PEKERJAAN Pemberi Tugas.
b. Pekerjaan tambah kurang hanya berlaku bila
memang nyata-nyata ada perintah tertulis
dari Konsultan Pengawas/Direksi atas
persetujuan Pemberi Tugas.
c. Biaya pekerjaan Tambah Kurang akan
diperhitungkan menurut daftar harga satuan
pekerjaan, yang dimasukan oleh Kontraktor
sesuai AV 41 Artikel 50 dan 51 yang
pembayarannya diperhitungkan bersama
angsuran terakhir.
d. Untuk pekerjaan tambah yang harga
satuannya tidak tercantum dalam harga
satuan yang dimasukan dalam
penawaran, maka harga satuannya akan
ditentukan lebih lanjut oleh Konsultan
Pengawas/Direksi bersama- sama
Kontraktor dengan persetujuan Pemberi
Tugas.
e. Adanya pekerjaan tambah tidak dapat
dijadikan alasan sebagai penyebab
kelambatan penyerahan pekerjaan, tetapi
Konsultan Pengawas/Direksi/Tim Pengelola
Teknis dapat mempertimbangkan
perpanjangan waktu karena adanya
pekerjaan tambah tersebut.
17.2. Persiapan Pekerjaan
a. Izin Bangunan
Izin Bangunan secara administrasi akan
diurus oleh Pemberi Tugas dalam
pelaksanaannya izin bangunan akan
diurus oleh Kontraktor. Biaya izin bangunan
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
b. Papan Reklame
Kontraktor tidak diperkenankan
menempatkan papan reklame dalam
bentuk apapun dalam lingkungan
halaman tapak pekerjaan atau pada pagar
halaman pekerjaan.
c. Papan nama Proyek
Kontraktor diwajibkan memasang
Papan Nama Proyek sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
d. Ijin-ijin lain yang berkaitan dengan
pelaksanaan, misalnya ijin pemakaian
jalan, ijin lingkungan menjadi tanggung
jawab Kontraktor Pelaksana.

18. PEKERJAAN 18.1. Lingkup Pekerjaan


PERSIAPAN a. Pekerjaan penyediaan air dan daya listrik
untuk bekerja.
b. Pekerjaan penyediaan alat pemadam
kebakaran.
c. Pekerjaan pemasangan patok ukur dan papan
bangunan (bouwplank).
18.2. Pekerjaan Penyediaan air dan Daya Listrik untuk
Bekerja.
a. Air untuk bekerja harus disediakan oleh
Kontraktor dengan membuat sumur pompa
di tapak atau didatangkan dari luar tapak dan
disediakan pula tempat penampungannya.
b. Air harus bersih bebas dari bau, bebas dari
Lumpur, minyak dan bahan kimia lain yang
merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan
petunjuk dan persetujuan Konsultan
Pengawas/Direksi.
c. Kontraktor harus membuat tempat
penampungan air yang senantiasa terisi
penuh untuk sarana kerja dengan kapasitas
minimal 3,5 meter kubik, dibuat dari pasangan
batako setengah batako dengan spesi 1 PC : 3
pasir dan diplester, atau dari drum-drum.
d. Listrik untuk bekerja harus disediakan
Kontraktor dan diperoleh dari sambungan
sementara PLN setempat selama masa
pembangunan berlangsung dan Pemasangan
diesel untuk pembangkit tenaga listrik
hanya diperkenankan untuk Penggunaan
sementara atas persetujuan Konsultan
Pengawas/Direksi.
18.3. Pekerjaan Penyediaan air dan Daya Listrik untuk
Bekerja.
a. Air untuk bekerja harus disediakan ol eh
Kontraktor dengan membuat sumur pompa
di tapak atau didatangkan dari luar tapak dan
disediakan pula tempat penampungannya.
b. Air harus bersih bebas dari bau, bebas dari
Lumpur, minyak dan bahan kimia lain yang
merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan
petunjuk dan persetujuan Konsultan
Pengawas/Direksi.
c. Kontraktor harus membuat tempat
penampungan air yang senantiasa terisi penuh
untuk sarana kerja dengan kapasitas minimal
3,5 meter kubik, dibuat dari pasangan batako
setengah batako dengan spesi 1 PC : 3 pasir
dan diplester, atau dari drum-drum.
d. Listrik untuk bekerja harus disediakan
Kontraktor Dan diperoleh dari sambungan
sementara PLN setempat selama masa
pembangunan berlangsung dan Pemasangan
diesel untuk pembangkit tenaga listrik
Hanya diperkenankan untuk penggunaan
sementara atas persetujuan Konsultan
Pengawas/Direksi.

18.4. Pekerjaan Pembongkaran, Pembersihan dan


Pengamanan Sebelum Pelaksanaan.
a. Pembongkaran dan Pembersihan.
b. Kontraktor harus membongkar
/membersihkan /memindahkan keluar dari tapak
segala sesuatu yang tidak akan dipakai
selama pembangunan yang
mungkin akan mengganggu pelaksanaan
pekerjaan baik diatas maupun tertanam
dalam tanah tapak, sesuai dengan petunjuk dan
persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi.
c. Hasil pembongkaran dan pembersihan harus
dikeluarkan dari dalam tapak, sesuai dengan
peraturan setempat.
d. Pengamanan
Kontraktor harus melindungi dan
mengamankan dari segala kerusakan
selama pelaksanaan pekerjaan terhadap
segala sesuatu yang dinyatakan oleh
Konsultan Pengawas/Direksi tidak
boleh dibongkar, baik berupa
bangunan, bagian dari bangunan, jaringan
listrik, gas, saluran air minum,
drainase, maupun pepohonan yang telah
ada.
Apabila terjadi kerusakan atas segala
sesuatu yang dinyatakan dipertahankan,
Kontraktor wajib memperbaiki hingga
keadaan semula.

Dalam hal ini biaya adalah tanggung


jawab Kontraktor, tidak dapat
diajukan sebagai klaim biaya
pekerjaan tambah.
Apabila segala sesuatu yang dinyatakan
dipertahankan mengganggu pelaksanaan
pekerjaan, maka Kontraktor harus
memindahkannya atas persetujuan
Konsultan Pengawas/Direksi.
e. Biaya untuk pekerjaan pembongkaran,
pembersihan, pengamanan menjadi
tanggung jawab Kontraktor, tidak dapat
diajukan sebagai klaim biaya pekerjaan
tambah.

Benda-benda/ barang yang berada di atas lahan


yang akan dibangun adalah milik pemberi tugas. Segala
yang mengakibatkan kerugian yang terjadi sebagai
akibat pelaksanaan pekerjaan adalah menjadi tangung
jawab penuh pihak pelaksana.

19. PEMASANGAN 19.1. Pasangan bouwplank dibuat untuk membantu


BOWPLANK menentukan as-as/sumbu-sumbu dalam
perletakan bangunan, baik mengenai
kesikuannya atau ukuran-ukuran lainnya.
19.2. Semua papan bouwplank menggunakan kayu kelas
II/terentang, papan-papan harus lurus diserut
rata, permukaan papan harus WATERPASS
DENGAN PIEL LANTAI + 0,00. Setiap jarak 1,50
m; papan bouwplank diperkuat dengan patok
kayu berukuran 6/10 cm atau dolken. Pada papan
bouwplank ini harus di cat sumbu-sumbu yang
diperlukan, dengan cat yang tidak luntur oleh pengaruh
cuaca.

19.3. Jarak papan bouwplank minimal 2,00 m; dari garis


bangunan terluar, untuk mencegah kelongsoran
terhadap galian-galian tanah pondasi.

19.4. Setelah pekerjaan papan bouwplank selesai,


pemborong wajib meminta pemeriksaan dan
persetujuan tertulis dari direksi.

19.5. Dalam hal ini, piel lantai (+ 0,00) ditentukan + 0,65 m


dari muka tanah yang ada sekarang atau
+2,00 dari permukaan jalan atau ditentukan lain
dalam penjelasan gambar.
A. PEKERJAAN STRUKTUR DAN ARSITEKTUR

20. PEKERJAAN TANAH 20.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan ini meliputi pelaksanaan galian dan
urugan tanah serta urugan pasir dengan
penyelesaian dan pembentukan
galian/urugannya harus mengikuti kemiringan/
elevasi dan ukuran-ukuran sesuai gambar
rencana, adapun pelaksanaannya sebagai berikut :
20.2. Pekerjaan tanah halaman dan tanah untuk
struktur
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pengupasan (stripping)
dan perataan (grading) tanah pada daerah/area yang
diatasnya akan didirikan
bangunan, jalan dan perkerasan.

20.3. Pekerjaan Penggalian


Pekerjaan ini meliputi penggalian tanah untuk :
Pondasi
Galian tanah untuk Peresapan
Galian tanah untuk Septiktank
Dan lain-lain seperti tercantum dalam Gambar
Kerja
20.4. Galian tanah dilaksanakan untuk pembuatan lubang
pondasi, lubang septictank/rembesan, lubang-lubang
saluran dan pekerjaan-pekerjaan lain yang menurut
kondisinya memerlukan adanya galian tanah.
20.5. Galian tanah dilaksanakan setelah kontraktor
bersama-sama pengawas lapangan menetapkan as-as +
elevasi yang akan dilakukan galian pada papan
buwplank.
20.6. Pekerjaan Pengurugan
Pekerjaan ini meliputi pengurugan dan
pemadatan tanah untuk :
Penimbunan galian tanah dalam rangka
pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
Pengurugan tanah untuk peninggian lantai Dan lain-
lain seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
20.7. Pekerjaan Pemadatan
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan memadatkan
kembali
tanah yang selesai diurug dalam rangka pelaksanaan
pekerjaan
Konstruksi dan peninggian untuk pembentukan tanah/
peninggian lantai.

20.8. Pekerjaan Pembentukan Muka Tanah


Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pembentukan tanah
dimana bangunan akan didirikan dan tanah
disekitarnya sesuai dengan ketinggian atau kedalaman
seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

20.9. Persyaratan Bahan


a. Tanah
Tanah dari dalam tapak atau tanah dari luar tapak
untuk pengurugan, pemadatan, dan pembentukan
muka tanah harus tanah asli bukan tanah humus,
bebas dari kapur, bekas bongkaran, Lumpur
maupun unsur- unsur lain yang dapat mengurangi
kualitas pekerjaan.
b. Alat pelaksanaan pekerjaan untuk pembongkaran,
penggalian,
pengurugan dan pemadatan
c. Pekerjaan Penggalian
Tanah humus digali dan dipisahkan dari lapisan
tanah dibawahnya. Pengupasan (stripping) dengan
kedalaman rata-rata 10 cm dan akan digunakan
sebagai lapisan penutup untuk urugan tanah
subur/sekeliling bangunan atau ditempatkan
langsung berdekatan fungsi tersebut.
Sisa tanah humus harus diambil dan dibuang keluar
halaman. Pembuangan dan pengangkutan
adalah menjadi tanggungjawab Kontraktor.
Biaya apapun untuk pembuangan dan
pengangkutan dianggap sudah termasuk dalam
seluruh kontrak.
Semua penggalian harus dikerjakan sesuai dengan
panjang, kedalaman, kemiringan dan lingkungan
yang
Diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan seperti
dinyatakan dalam gambar.
Persetujuan terhadap empat pengambilan tanah
untuk memenuhi keperluan pengurugan
seluruhnya harus dari kualitas yang sama dan
hanya dapat dipakai jika ada persetujuan dari
konsultan Pengawas/Direksi terlebih dahulu.
Galian tanah dilaksanakan untuk semua galian
pondasi dan semua pasangan lainnya di bawah
tanah seperti : rollag atau sloof dan lainnya harus
dilakukan sesuai rencana gambar.

20.10 Persyaratan Pelaksanaan


a. Selama pelaksanaan pekerjaan dan masa pemeliharaan,
Kontraktor harus mengadakan tindakan pencegahan,
baik terhadap gebangan atau arus air yang dapat
menyebabkan terjadinya erosi. Pencegahan ini
termasuk pembuatan tanggul-tanggul, parit-parit
sementara, sumur-sumur penampung, pompa air dan
tindakan yang dapat diterapkan guna
mencegah Penundaan pekerjaan
termasuk Pencegahan terhadap
masuknya air hujan atau air dari daerah
sekitarnya dan sebagainya.

b. Pekerjaan tanah halaman dan tanah untuk


struktur
Pekerjaan pengupasan lapisan tanah
bagian teratas :
Pada prinsipnya, lapisan humus harus
dibuang 10 cm
Tanah hasil kupasan ini hanya boleh untuk
mengurug daerah-daerah yang
rendah yang tidak akan didirikan
bangunan diatasnya.
c. Bila kondisi tanah sangat jelek atau labil,
maka lapisan teratas ini harus digali
sampai kedalaman tertentu atau sampai lapisan
tanah keras dan harus diganti atau diurug dengan
tanah yang baik atau sirtu (pasir dan batu gunung).

d. Galian tanah tidak boleh melebihi


kedalaman yang ditentukan dan bila ini
terjadi pengurugan harus kembali
dilakukan dengan pasangan atau beton tanpa
biaya tambahan dari Pemberi Tugas.
e. Pada bagian-bagian galian yang dianggap
mudah longsor, Kontraktor harus mengadakan
tindakan pencegahan dengan memasang
papan-papan pengaman atau cara lain.
Kerusakan- kerusakan yang terjadi akibat
gugurnya tanah dengan alasan apapun
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
f. Pengeringan tempat kerja
Tempat kerja terutama galian pondasi harus
dalam keadaan bebas air, untuk itu Kontraktor
harus mengadakan alat-alat
pengering dengan keadaan siap pakai
dengan daya dan jumlah yang dapat
menjamin kelancaran pekerjaan.
g. Apabila dasar tanah galian untuk pondasi
diperlukan daya dukung lebih baik, maka dasar
galian harus dipadatkan/ditumbuk.
h. Kelebihan kedalaman galian tanah akibat
hal-hal tertentu, kontraktor harus
melaksanakan penimbunan kembali serta
dipadatkan sesuai dengan persyaratan,
akibat hal ini tidak dilakukan biaya
tambahan.
i. Hasil akhir pekerjaan galian tanah pondasi
harus selalu diperiksa dahulu oleh direksi/
pengawas lapangan.

20.11 Pekerjaan urugan tanah dan pemadatan


meliputi :
a. Urugan tanah dilaksanakan pada lubang- lubang
sisa pondasi, peninggian tanah
untuk nol lantai dan pada bagian-bagian
pekerjaan yang kondisinya mengharuskan
adanya pekerjaan urugan tanah.
b. Tanah urugan harus berbutir, bersih dari humus,
sampah atau kotoran lainnya, bila
terlalu basah harus dihamparkan dahulu
hingga kering, dan bila terlalu kering harus
dengan air sesuai persyaratan.
c. Setelah lapisan tanah dikupas, daerah
bangunan tersebut harus dipadatkan
sehingga mencapai 90% kepadatan
maksimum paling sedikit sedalam 15 cm
sebelum urugan dilaksanakan.

d. Urugan harus dilakukan lapis demi lapis


dengan ketebalan tidak melebihi 20 cm, dan
setiap lapis harus dipadatkan dengan hand
compactor atau tandem roller atau steel wheel
power rollers. Rollers yang digunakan
maksimum 5 ton kecuali atas persetujuan
Konsultan Pengawas/Direksi digunakan
peralatan yang lebih kecil guna mencegah
kerusakan struktur yang sudah ada.
e. Tanah urug yang terlalu kering harus
dibasahi dengan sprinkler yang diikuti
dengan mesin penggilas dibelakangnya, atau
dengan cara lain yang diusulkan Konsultan
Pengawas/Direksi.

f. Urugan pada lereng harus dilakukan dengan


membuat bertangga pada lereng
tersebut untuk memberikan kaitan yang
kokoh terhadap tanah urugan. Urugan
kembali lubang pondasi hanya boleh
dilaksanakan seijin Konsultan
Pengawas/Direksi setelah dilakukan
pemeriksaan pondasi.

g. Setiap tanah urugan harus dibersihkan dari tunas


tumbuh-tumbuhan dan segala macam
sampah atau kotoran. Tanah urugan harus
dari jenis berbutir (tanah lading atau
berpasir) dan tidak terlalu basah.

h. Urugan tanah harus dipadatkan dengan mesin


pemadat (compactor) dan tidak dibenarkan
hanya menggunakan timbres
i. Urugan tanah untuk meninggikan atau untuk
memperbaiki permukaan akan
ditentukan oleh Konsultan Pengawas/
Direksi menurut ketinggian, lebar dan
kedalaman yang diperlukan.

j. Kekurangan atau kelebihan tanah harus


ditambah atau disingkirkan dari atau ke
tempat-tempat yang akan ditentukan oleh
Konsultan Pengawas/Direksi.

k. Urugan pasir harus dilaksanakan di bawah


semua lantai dan di bawah rabat sesuai gambar
kerja.
l. Pekerjaan pembentukan tanah :
Muka tanah dimana akan didirikan
bangunan diatasnya harus
dibentuk dengan rata menurut garis-
garis dan ketinggian yang telah
ditentukan di dalam Gambar Kerja.
Muka tanah dimana bangunan akan
berdiri diatasnya harus
dibentuk dengan rata.
20.12 Urugan pasir
a. Urugan pasir harus dilaksanakan pada
bagian-bagian dasar/bawah pasangan pondasi
telapak / foot palet sesuai gambar
b. Ketebalan urugan pasir ditentukan Tebal
10 cm untuk dibawah pondasi
c. Ketebalan ukuran pasir tersebut, adalah
ketebalan padat dengan cara ditimbris sambil
disiram air.
d. Pasir urug yang digunakan harus bersih
dari kotoran-kotoran/humus-humus.

21. PEKERJAAN
21.1.
PASANGAN PONDASI Pekerjaan pasangan ini dilaksanakan pada :

a. Pasangan pondasi batu karang


b. Pasangan Tembok
Bahan yang digunakan, pada dasarnya semua
jenis bahan yang dugunakan dalam pekerjaan ini harus
memenuhi persyaratan NI-10 dan PUBI 1970
(NI-3), diantaranya :
a. PC/semen : digunakan satu jenis semen
sekualitas TIGA RODA atau yang memenuhi
21.2. persyaratan dalam peraturan Portland Cement
Indonesia NI-8 atau ASTM C-150 Type I Atau
Standard Inggris BS-12.
b. Pasir pasang : digunakan pasir yang
berbutir tajam dan keras dengan kadar
Lumpur yang terkandung maximal pasir
harus bersih dan tidak mengandung bahan
organic/kotoran yang merusak kondisi
campuran.
c. Batu belah/batu karang : digunakan batuan
keras, bersih, tidak keropos dan
mempunyai permukaan yang kasar.
d. Air : digunakan air yang bersih, tawar dan tidak
mengandung bahan yang merugikan
pasangan, seperti asam alkali, atau bahan
organik lainnya.
21.3. Pemakaian jenis adukan :
Didalam mengatur perbandingan campuran yang
sempurna, kontraktor harus menggunakan dolak-dolak
pengatur campuran bahan, terbuat dari papan berukuran
40x40x20 cm. Campuran adukan yang digunakan antara lain
:

Tabel jenis adukan


JENIS
PERBANDIN
ADUK DIGUNAKAN UNTUK
GAN
NO AN
BAHAN
(SPESI
) 1. Pondasi batu karang setebal rata-rata 60 cm dibawah
permukaan sloof.
1. M2 1 pc : 3 pc 2. Lapisan plester beton pada kolom, sloof, ring balk
dan pembalokan
1. yang
Semua pasangan pondasi
permukaannya batu karang yang bukan
akan tampak.
kedap air.
3. Pasangan batu kedap air.
2. M2 1 pc : 5 pc 2. Semua pasangan dinding dan plesteran bata merah
bukan kedap air.
3. Pasangan ubin/tegel semua ruangan.
4. Lantai kerja dibawah pasangan keramik

21.4 Cara pelaksanaan :


a. Pasangan batu karang :
1). Dilaksanakan pada pasangan
pondasi atau pekerjaan lain yang
dinyatakan memakai pasangan batu
karang.
2). Batu karang sebelum dipasang harus
bersih dari segala kotoran.
3) Pemasangan batu karang harus
bersilang, pemberian adukan harus
penuh berisi/tidak boleh ada yang
berongga.
4). Tinggi pasangan batu karang tidak boleh
lebih dari 0,50 m pada setiap harinya.
5). Bagian pasangan batu karang harus
diplester ciprat sesuai dengan jenis
adukan yang dipakai pasangan.
6). Proses pengeringan pasangan harus
dibantu dengan siraman air.
7). Selama pasangan batu karang
belum secara utuh selesai (persekian
meter), lobang pondasi tidak dibenarkan
diurug.
22. PEKERJAAN BETON 22.1 Pekerjaan Beton ini dilaksanakan pada :
a. Pekerjaan Kolom Praktis
b. Pekerjaan Balok Lintel 15/15
c. Pekerjaan Balok Luifel
d. Pekerjaan Plat lantai

22.2 Bahan yang digunakan, pada dasarnya semua


jenis bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini
harus memenuhi persyaratan diantaranya :

Semen Portland
a. PC/semen : digunakan satu jenis semen
sekualitas TIGA RODA atau yang memenuhi
persyaratan dalam peraturan Portland Cement
Indonesia NI-8 atau ASTM C-150 Type I Atau
Standard Inggris BS-12.
b. Semen yang telah mengeras sebagian /
seluruhnya,tidak diperkenankan untuk
digunakan.
c. Tempat penyimpanan semen harus
diusahakan sedemikian rupa sehingga semen
bebas dari kelembapan
d. Konsultan pengawas dapat memeriksa
semen yang disimpan dalam gudang
pada setiap waktu sebelum
dipergunakan. Kontraktor harus bersedia
untuk memberi bantuan yang dibutuhkan oleh
Konsultan pengawas Pekerjaan untuk
pengambilan contoh-contoh tersebut, semen
yang tidak dapat diterima sesuai pemeriksaan
oleh Konsultan Pengawas, harus tidak
dipergunakan/diafkir

e. Jika semen yang dinyatakan tidak


memuaskan tersebut telah dipergunakan untuk
beton, maka Konsultan Pengawas dapat
memerintahkan untuk dibongkar, beton
tersebut dan diganti dengan memakai semen
yang telah disetujui atas beban kontraktor.
f. Pasir Beton harus terdiri dari pasir dengan butir-
butir yang bersih dan bebas dari bahan -
bahan organis,Lumpur dan lain
sebagainya,serta memenuhi komposisi
butir dan kekerasan seperti yang
tercantum dalam NI - 2 PBI 1971.

g. Koral yang digunakan harus bersih dan


bermutu baik serta mempunyai gradasi dan
kekerasan sesuai persyaratan yang tercantum
dalam NI-2 PBI 1971 ,koral yang digunakan
ukuran 2/3 cm

h. Air yang digunakan harus air tawar yang bersih


dan tidak mengandung minyak
,asam,garam alkalis serta bahan-bahan
organis/bahan lain yang dapat merusak
beton.

i. Apabila dipandang pertlu Pengawas dapat


meminta kepada pemborong supaya air
yang dipakai diperiksa dilaboratorium
pemerisaan bahan yang resmi atas biaya
pemborong.

Baja Tulangan
a. Baja tulangan yang dipakai harus dari
mutu U-32 untuk baja diameter lebih besar
atau sama dengan 12 dan U-24 untuk baja
diameter lebih kecil 12, kecuali untuk
diameter 16 keatas harus menggunakan
U-32 (ulir) sesuai dengan PBI 1971, JIS SR 24
British Standard No 785 atau ASTM
Designation A-15. dan harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas.

b. Konsultan Pengawas berhak meminta kepada


kontraktor,surat keterangan tentang pengujian
oleh pabrik dari semua baja tulangan beton
yang disediakan untuk persetujuan
konsultan pengawas sesuai dengan
persyaratan mutu untuk setiap bagian
konstruksi seperti tercantum dalam gambar
rencana
c. Baja tulangan Beton harus bersih dari lapisan
minyak/lemak dan bebas dari cacat-cacat
seperti serpih-serpih,karat dan zat kimia
lainnya yang dapat mengurangi/merusak
daya lekat antara baja tulangan dengan beton.

d. Ukuran diameter baja tulangan harus sesuai


dengan gambar rencana dan tidak
diperkenankan adanya toleransi bentuk
ukuran.diameter besi ulir adalah diameter
dalam.

e. Ukuran baja tulangan tersebut harus sesuai dalam


Gambar Kerja, penggantian dengan
diameter lain harus dengan persetujuan
tertulis dari Direksi. Segala biaya yang
diakibatkan oleh penggantian tulangan terhadap
yang digambar sejauh bukan kesalahan
Gambar Kerja adalah tanggung jawab
Kontraktor.

f. Semua baja tulangan harus disimpan pada


tempat yang bebas lembab, disesuaikan
diameter serta asal pembelian. Semua
baja tulangan harus dilindungi terhadap
semua macam kotoran dan lemak serta
sejauh mungkin dilindungi terhadap karat.

Bahan campuran tambahan (Additives)


a. Pemakaian bahan tambahan kimiawi
(Concrete admixture / Additives) kecuali
yang disebut tegas dalam Gambar Kerja
atau RKS harus seijin tertulis dari Konsultan
Pengawas/Direksi.
b. Bahan tambahan yang mempercepat
pengerasan awal (initial set) tidak boleh
dipakai. Sedangkan untuk beton kedap air di
bawah tanah (hydrostatic pressure)
tidak boleh bahan kedap air yang mengandung
garam stearate.
c. Bahan campuran tambahan beton harus
sesuai dengan iklim tropis dan memenuhi AS
1978 & ASTM C 494 Type B dan Type D
sekaligus sebagai pengurang air adukan dan
penunda pengerasan awal.
d. Semua Admixture yang akan digunakan,
ditentukan berdasarkan hasil pekerjaan benda
uji / contoh-contoh yang dibuat dan
telah mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas / Direksi.
e. Untuk penyambungan kembali akibat
terhentinya suatu pengecoran beton dipakai
bahan perekat CALBOND sebelum dicor
dengan beton baru, serta permukaannya harus
dikasarkan.
Jumlah pemakaian untuk 1 m2 adalah 0,3 liter
calbond dicampur dengan larutan semen/PC
sekitar 25% nya dengan cara ditaburkan.

Bekisting
a. Bekisting dibuat dari panel multiplex 12 mm
atau papan borneo tenal minimal 2 cm dengan
rangka penguat penyokong dan penyangga
dibuat dari kayu borneo 5/7,
5/10 secukupnya, sehingga mampu
mendapatkan kekuatan dan kekakuan
mendukung beton sampai selesai proses
ikatan beton. Untuk kolom struktur dipakai
papan borneo tebal 3/20.
b. Steger cetakan / Bekisting dipakai kayu
borneo dengan ukuran minimum 5/10 cm atau
pipa besi (scaffolding). Tidak
diperkenankan memakai bamboo.
c. Khusus cetakan bekisting untuk beton
pracetak harus dibuat lebih kokoh dan lebih
kaku, permukaan panel lurus, halus sehingga
menghasilkan bidang yang rata dan halus.

22.3 Persyaratan Teknis


Komposisi campuran beton
Beton dibentuk dari semen Portland/PC, pasir,
kerikil, batu pecah, air seperti yang ditentukan;
semuanya dicampur dalam perbandingan yang
sesuai dan diolah sebaik-baiknya sehingg sampai
didapat kekentalan yang tepat.
Komposisi campuran beton dibuat dengan
perbandingan volume dengan multibeton
berdasarkan mix disain sebagai berikut :

Macam Perbandingan Penggunaan


Untuk pekerjaan beton tumbuk,
C1 1 PC : 2 PS : 3 KR rabat dan lantai kerja.

Untuk pekerjaan beton bertulang :


C2 Mutu beton K-175 sirip beton kolom praktis dan ring
balk dan listplank beton

Untuk pekerjaan beton bertulang :


C3 Mutu beton K-225 sloof, kolom, balok, plat lantai,
tangga beton.

22.4 Perrsyaratan Pelaksanaan Pekerjaan Beton


Kelas dan Mutu Beton
a. Kelas dan Mutu dari beton harus sesuai
dengan standard Beton Indonesia NI-2 ,
PBI-1971
b. Kriteria untuk menentukan mutu beton
adalah persyaratan bahwa hasil pengujian
benda-benda uji harus memberikan
BK(kekuatan tekan beton kareteristik)
yang lebih besar dari yang ditentukan.

Komposisi Campuran Beton


a. Beton harus dibentuk dari semen
Portland,pasir,kerikil,dan air seperti yang
ditentukan sebelumnya.
Bahan beton dicampur dalam
perbandingan yang serasi dan diolah
sebaik-baiknya sampai pada kekentalan yang
tepat/baik.

b. Untuk mendapatkan mutu beton yang sesuai


dengan yang disyaratkan/ditentukan
dalam spesipikasi ini,harus dipakai
campuran yang direncanakan(MIX
DESIGNED)
c. Ukuran maxsimal dari Agregat kasar dalam beton
untuk bagian-bagian dari pekerjaan
tidak boleh melampaui ukuran yang
ditetapkan dalam persyaratan bahan beton,

d. Perbandingan antara bahan-bahan


pembentuk beton yang dipakai untuk
berbagai mutu,harus ditetapkan dari
waktu ke waktu selama berjalannya
pekerjaan,demikian juga pemeriksaan
terhadap agregat dan beton yang
dihasilkan.

e. Perbandingan campuran dan factor air semen


yang tepat akan ditetapkan atas dasar beton
yang dihasilkan yang mempunyai
kepadatan yang tepat,keawetan dan
kekuatan yang dikehendaki.

f. Kekentalan (Konsistensi) adukan beton untuk


bagian-bagian konstruksi beton,harus
disesuaiukan dengan jenis konstruksi yang
bersangkutan,cara pengangkutan adukan beton
dan cara pemadatannya.Kekentalan adukan
beton antara lain ditentukan oleh faktor
air semen.

g. Agar dihasilkan suatu konstruksi beton yang


sesuai dengan yang
direncanakan,maka factor air semen
ditentukan sebagai berikut:

Faktor air semen untuk kolom


balok, plat lantai, tangga, dinding
beton, dan listplank /parapet
maksimum 0,60
Faktor air semen untuk konstruksi
plat atap, dan tempat-tempat
basah lainnya maksimum 0,55.
h. Untuk lebih mempermudah dalam pengerjaan
beton,dan dapat dihasilkan suatu mutu
sesuai dengan yang direncanakan,maka
untuk konstruksi beton dengan factor air semen
maksimum 0,55 harus memakai Plasticizer
sebagai bahan additive. Pemakaian merk dari
bahan additive tersebut harus mendapat
persetujuan dari konsultan pengawas/
direksi.

i. Pengujian beton akan dilakukan oleh konsultan


pengawas pekerjaan atas biaya kontraktor
pelaksana. Perbandingan campuran beton
jika dipandang perlu harus diubah untuk
tujuan penghematan yang dikehendaki,
workability, kepadatan, kekedapan, atau
kekuatan. dan kontraktor tidak berhak atas
claim yang disebabkan perubahan yang demikian.

22.5 Pengujian Konsistensi Beton dan Benda-


benda Uji Beton
a. Banyaknya air yang dipakai untuk beton
harus diatur menurut keperluan untuk
menjamin beton dengan konsistensi yang baik
dan untuk menyesuaikan variasi kandungan
lembab atau gradasi dari agregat waktu masuk
dalam mesin pengaduk (Mixer).
Penambahan air untuk mencairkan kembali
beton padat hasil pengadukan yang terlalu yang
terlalu lama atau yang menjadi kering sebelum
dipasang sama sekali tidak diperkenankan.

b. Keseragaman Konsistensi beton untuk setiap


kali pengadukan sangat perlu.

c. Nilai Slump dari beton(pengujian kerucut


slump),tidak boleh kurang dari 8 cm dan tidak
melampaui 12 cm,untuk segala beton yang
dipergunakan.
d. Semua pengujian harus sesuai dengan NI-
2 , PBI - 1971.Konsultan Pengawas berhak
untuk menuntut nilai Slump yang lebih kecil bila
hal tersebut dapat dilaksanakan dan akan
menghasilkan beton berkualitas lebih tinggi atau
alas an penghematan.

e. Kekuatan tekan beton harus ditetapkan oleh


konsultan pengawas melalui pengujian
biasa dengan kubus ukuran
15x15cm,dibuat dan diuji sesuai dengan
NI-2 PBI
1971
Kontraktor pelaksana harus menyediakan
fasilitas yang diperlukan untuk
mengerjakan contoh-contoh pemeriksaan yang
representative.

22.6 Baja Tulangan


a. Baja tulangan beton harus
dibengkok/dibentuk dengan teliti sesuai
dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang
tertera pada gambar -gambar konstruksi
Semua batang harus dibengkokan dalam keadaan
dingin,pemanasan dari besi beton hanya dapat
diperkenankan bila seluruh cara pengerjaan
disetujui oleh konsultan pengawas

b. Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai


dengan gambar rencana . Untuk menempatkan
tulangan tetap tepat ditempatnya maka
tulangan harus diikat kuat dengan kawat
beton dengan bantalan beton decking atau
kursi-kursi besi/cakar ayam
perenggang.dalam segala hal untuk besi
beton yang horizontal harus digunakan
penunjang yang tepat,sehingga tidak ada
batang yang turun.

c. Jarak bersih terkecil antara batang yang pararel


apabila tidak ditentukan dalam gambar
rencana, minimal harus 1,2 kali ukuran
terbesar dari agregat kasar dan harus
memberikan kesempatan masuknya alat
penggetar beton.
d. Pada dasarnya jumlah luas tulangan harus sesuai
dengan gambar rencana dan
perhitungan,apabila dipakai dimensi tulangan
yang berbeda dengan gambar,maka yang
menentukan adalah luas tulangan, dalam hal
ini kontraktor diwajibkan meminta persetujuan
terlebih dahulu dari konsultan pengawas.

22.7 Selimut Beton


Penempatan besi beton di dalam cetakan tidak boleh
menyinggung dinding atau dasar cetakan,serta harus
mempunyai jarak tetap untuk setiap bagian - bagian
konstruksi.
Apabila tidak ditentukan di dalam gambar
rencana, maka tebal selimut beton untuk satu sisi
pada masing-masing konstruksi adalah sebgai
berikut :
a. Balok Sloof = 4,00 cm
b. Kolom = 3,00 cm
c. Balok = 2,50 cm
d. Pelat Dak Beton = 1,50 cm

Sambungan Baja Tulangan


Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada
tempat-tempat lain dari yang ditunjukan pada gambar
- gambar, bentuk dari sambungan harus disetujui
oleh konsultan pengawas. Overlap pada
sambungan- sambungan tulangan harus minimal 40
kali diameter batang yang dipakai/ digunakan,
kecuali jika ditetapkan dalam secara pasti di dalam
gambar rencana dan harus mendapat persetujuan
konsultan pengawas.

22.8 Perlengkapan Mengaduk


Kontraktor harus menyediakan peralatan dan
perlengkapan yang mempunyai ketelitian
cukup untuk menetapkan dan mengawasi
jumlah dari masing-masing bahan beton.
Perlengkapan-perlengkapan tersebut dan
pengerjaannya selalu harus mendapatkan
persetujuan dari Konsultan Pengawas.
Mengaduk
a. Bahan-bahan pembentuk beton harus
dicampur dan diaduk dalam mesin
pengaduk beton yaitu Batch Mixer.
Konsultan pengawas berwenang untuk
menambah waktu pengadukan jika
pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal
untuk mendapatkan hasil adukan dengan
susunan kekentalan dan warna yang merata
dalam komposisi dan konsistensi dari adukan
ke adukan,kecuali bila diminta adanya
perubahan dalam komposisi atau konsistensi.
Air harus dituang lebih dahulu selama
pekerjaan penyerpurnaan.
b. Tidak diperkenankan melakukan
pengadukan beton yang berlebih-lebihan
(lamanya) yang membutuhkan
penambahan air untuk mendapatkan
konsistensi beton yang dikehendaki.
Messin pengaduk yang memproduksi hasil
yang tidak memuaskan harus diganti.
Mesin pengaduk tidak boleh dipakai
melebihi dari kapasitas yang telah
ditentukan

22.9 Suhu
Suhu beton sewaktu dituang tidak boleh lebih dari
32o C dan tidak kurang dari 4,50 C.
Bila suhu dari Beton yang dituang berada
antara 270 C dan 320 C, beton harus diaduk
ditempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor.
Bila beton dicor pada waktu iklim sedemikian
rupa,sehingga suhu dari beton melebihi 32 0 C,
sebagai yang ditetapkan oleh konsultan pengawas,
kontraktor harus mengambil langkah - langkah yang
efektif, upamanya mendinginkan agregat, mencampur
dengan es dan mengecor pada waktu malam hari bila
perlu, untuk mempertahankan suhu beton, waktu
dicor pada suhu dibawah 320 C.
22.10 Rencana Cetakan
Cetakan harus sesuai dengan bentuk, dan ukuran yang
ditentukan dalam gambar rencana.
Bahan yang dipergunakan harus mendapatkan
persetujuan dari konsultan pengawas sebelum
pembuatan cetakan dimulai.
Sewaktu-waktu Konsultan pengawas dapat mengafkir
sesuatu bagian dari bentuk yang tidak dapat
diterima dalam segi apapun dan kontraktor harus
dengan segera mengambil bentuk yang diafkir dan
menggantinya atas biaya sendiri.
Konstruksi Cetakan
a. Semua cetakan harus betul-betul teliti kuat dan
aman pada kedudukannya sehingga dapat
dicegah pengembangan atau gerakan selama
/sesudah pengecoran beton.

b. Sebelum beton dicor,permukaan dari


cetakan-cetakan harus diminyaki dengan
minyak yang biasa diperdagangkan untuk
maksud itu yang mencegah secara efektif
lekatnya beton pada cetakan dan memudahkan
dalam pembongkaran cetakan beton.
Penggunaan minyak cetakan harus hatihati
untuk mencegah kontak dengan besi beton
yang mengakibatkan kurangnya daya lekat.

c. Penyangga cetakan (steiger) harus bertumpu


pada pondasi yang baik dan kuat sehingga
tidak akan ada kemungkinan penurunan
cetakan selama pelaksanaan.

22.11 Pengangkutan Beton


Cara-cara dan alat-alat yang digunakan untuk
pengangkutan beton harus sedemikian rupa sehingga
beton dengan komposisi dan kekentalan yang
diinginkan dapat dibawa ke tempat pekerjaan,tanpa
adanya pemisahan dan kehilangan bahan yang
menyebabkan perubahan nilai slump.
Pengecoran
a. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan
cetakan,ukuran dan letak baja tulangan beton
sesuai gambar rencana/ pelaksanaan,
pemasangan sparing- sparing instalasi,
penyokong,pengikat dan lain-lainnya selesai
dikerjakan. sebelum pengecoran dimulai
permukaan - permukaan yang berhubungan
dengan pengecoran harus sudah disetujui
oleh konsultan pengawas.
b. Segera sebelum pengecoran beton
dimulai ,semua permukaan pada tempat
pengecoran beton (cetakan) harus bersih dari air
yang tergenang, reruntuhan atau bahan lepas.
Permukaan bekisting dengan bahan-
bahan yang menyerap pada tempat- tempat yang
akan dicor harus dibasahi dengan merata sehingga
kelembaban/air dari beton yang baru dicor tidak
akan diserap.
c. Pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan lebih
dari 2 meter,semua penuangan beton harus
selalu lapis-perlapis horizontal dan tebalnya
tidak lebih dari 50 cm. Konsultan pengawas
berhak untuk mengurangi tebal tersebut
apabila pengecoran dengan tebal 50 cm, tidak
dapat memenuhi spesifikasi ini.

d. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama


hujan deras berlangsung sehingga spesikasi
mortar terpisah dari agregat kasar.
Selama hujan,air semen atau spesi tidak
boleh dihamparkan pada construction joint
dan air semen atau spesi yang terhampar harus
dibuang sebelum pekerjaan dila

Anda mungkin juga menyukai