Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Otitis eksterna adalah salah satu jenis dari infeksi telinga yang mengenai
saluran telinga, baik akut maupun kronis disebabkan oleh bakteri, jamur, virus,
atau alergi, dapat terlokalisir atau difus. Faktor penyebab timbulnya otitis eksterna
kelembaban, perubahan pH, penyumbatan meatus akustikus eksternus (MAE), dan
trauma lokal.1,2
Penyakit otitis eksterna ini merupakan penyakit telinga yang paling sering
dijumpai dibandingkan dengan penyakit telinga lainnya. Otitis eksterna dapat
menyerang semua ras manusia dan mempunyai perbandingan yang sama antara
perempuan dan laki-laki serta dapat dialami oleh berbagai usia. Angka insiden
otitis eksterna tinggi di negara tropis dan jarang pada iklim- iklim sejuk dan
kering. Otittis eksterna yang sering adalah akut, kronis, dan eksema.4
Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41 %),
strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%). Otitis
eksterna ini merupakan suatu infeksi MAE bagian luar yang dapat menyebar ke
aurikula, periaurikuler, atau ke tulang temporal..3
Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis. Keadaan iklim yang
sedemikian rupa menyebabkan kasus otitis eksterna ini lazim ditemukan di
Indonesia. Oleh karena itulah penulis tertarik untuk menulis responsi tentang otitis
eksterna.

1
BAB II
TINJUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Telinga


Telinga dibagi menjadi telinga luar, tengah, dan dalam. Bagian luar dan
tengah berfungsi utamanya untuk menyalurkan suara ke telinga dalam.1
Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga, MAE sampai membran timpani.
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin yang dilapisi oleh kulit. Daun telinga
memiliki beberapa daerah depresi yang disebut konka; rongga atau dasar yang
luas pada daun telinga, lobul; bagian yang tidak berisi tulang rawan dan
mengandung jaringan ikat fibrosa, lemak, dan pembuluh darah.2,3
MAE berbentuk huruf S dimana sepertiga bagian luar terbentuk oleh
tulang kartilago dan dibatasi oleh kulit pada dan dua pertiga bagian dalamnya
terdiri dari tulang yang dilapisi kulit yang berlanjut sampai membran timpani.
Panjangnya kira-kira 2.5-3 cm.4
Sepertiga luar MAE terdapat kelenjar serumen yang menghasilkan
serumen dan terdapat rambut. Kelenjar sebasea dijumpai hampir pada seluruh
bagian MAE. Pada dua pertiganya hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.5
Membran timpani merupakan membran semitransparan , tipis, dan oval
yang terdapat pada bagian medial akhir MAE. Membran ini merupakan pembatas
antara MAE dengan kavum timpani pada telinga tengah. Membran timpani
dibungkus oleh kulit yang sangat tipis pada bagian luarnya dan dilapisi oleh
membran mukosa pada telinga tengah bagian dalamnya. Membran timpani
berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah MAE dan terlihat oblik
terhadap sumbu MAE. Bagian superior yang melekat ke malleus disebut pars
flaksida yang tipis dan longgar. Bagian inferior yang terdiri dari serat-serat radial
dan sirkular disebut pars tensa. Ketika kita mengamati dengan otoskop akan
tampak daerah terang yang merupakan reflek cahaya (cone of light). Reflek ini
bermula dari umbo secara anteroinferior pada pukul 7 pada telinga kiri dan pukul
5 pada telinga kanan. Reflek ini muncul karena adanya serat radier dan sirkuler
pada membran timpani yang menimbulkan cahaya berupa kerucut.6

2
Membran timpani bergetar sesuai respon terhadap vibrasi udara yang
masuk melalui MAE. Pergerakan membran ditransmisi melalui telinga tengah
oleh tulang pendengaran (maleus, inkus, dan stapes).7

Telinga Tengah
Telinga tengah dan dalam terletak pada bagian petrosus tulang temporal.
Telinga tengah termasuk kavum timpani; ruang yang berhubungan secara
langsung dengan membran timpani, dan resesus epitimpani; ruang superior
terhadap membran timpani. Telinga tengah berhubungan secara anteromedial
dengan nasofaring melalui tuba faringotimpani. Pada pars flaksida terdapat daerah
yang disebut atik. Di tempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang
menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid. Kavum timpani dibatasi
oleh membran mukosa yang berlanjut sampai tuba faringotimpani, antrum
mastoid, dan sel mastoid.2
Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus
longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, inkus
melekat pada stapes. Stapes melekat pada tingkap oval yang berhubungan dengan
koklea. Hubungan antara tulang-tulang pendengaran merupakan persendian.2,3

Telinga Dalam

3
Telinga dalam terdiri dari vestibuler dan koklea yang berfungsi untik
mempertahankan keseimbangan dan resepsi suara. Ujung atau puncak koklea
disebut helikotrema, menghubungkan perilimfe skala timpani dengan skala
vestibuler.2
Vestibuler terdiri dari 3 buah kanalis semisirkuler yang berhungan secara
tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan
melintang koklea tampak skala timpani di sebelah bawah, skala vestibule di
sebelah atas dan skala media diantara skala timpani dan skala vestibuli. Sakala
timpani dan skala vestibuli berisi perilimfe, sedangkan skala media berisi
endolimfe. Kedua cairan ini membawa gelombang suara ke organ akhir untuk
pendengaran dan keseimbangan. Dasar skala vestibuli dibentuk oleh membran
vestibule sedngkan dasar skala media dibentuk oleh membran basalis. Pada
membran ini terdapat organ spiral (organ korti), yang merupakan reseptor
terhadap stimulus auditori. Pada skala media terdapat bagian berbentuk lidah yang
disebut membran tetktoria dan pada membran basal melekat sel rambut dalam, sel
rambut luar, dan kanalis corti yang membentuk organ korti.6,7

Fisiologi Telinga
Fungsi Non-Akustik
Karena keunikan anatomi aurikula serta konfigurasi MAE yang
melengkung atau seperti spiral, maka telinga luar mampu melindungi membran
timpani dari trauma, benda asing, dan efek termal. Salah satu cara perlindungan
yang diberikan telinga luar adalah pembentukan serumen. Sebagian struktur
kalenjar terletak pada bagian kartilaginosa. Eksfoliasi sel-sel stratum korneum
ikut pula berperan dalam pembentukan materi yang membentuk suatu lapisan
pelindung penolak air pada dinding kanalis ini. pH gabungan pada bagian ini
adalah sekitar 6, suatu faktor tambahan yang berfungsi mencegah infeksi. Migrasi
sel-sel epitel yang terlepas membentuk suatu mekanisme pembersihan sendiri dari
membran timpani kearah luar.8

Fungsi Akustik

4
Proses mendengar diawali dengan dikumpulkan dan dihantarkannya
gelombang bunyi melalui udara atau tulang ke struktur-struktur telinga tengah.
Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke kemudian
diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pedengarandan tingkap
oval. Energi getar ini akan diteruskan ke stapes yang akan menggerakkan tingkap
oval sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui
membran Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan
gerak relative antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini
merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia
sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion yang
bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel
rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus
auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.9

2.2 Definisi
Otitis artinya peradangan pada telinga dan eksterna artinya luar. Radang
telinga dapat dikategorikan berdasarkan lokasi tempat terjadinya peradangan.
Apabila infeksi terjadi di MAE bagian luar maka diklasifikasikan sebagai otitis
eksterna. Otitis eksterna adalah salah satu jenis dari infeksi telinga yang mengenai

5
saluran telinga, baik akut maupun kronis disebabkan oleh bakteri, jamur, virus,
atau alergi, dapat terlokalisir atau difus.1

2.3 Epidemiologi
Angka insiden otitis eksterna tinggi di negara tropis. Insiden lebih tinggi
pada musis panas, karena aktivitas akuatik yang tinggi. Otitis eksterna yang sering
adalah akut, kronis, dan eksema, sedangkan otitis eksterna nekrosis jarang terjadi.
Infeksi dapat disebabkan oleh kondisi yang panas dan lembab. Otitis eksterna
dapat menyerang semua ras manusia dan mempunyai perbandingan yang sama
antara perempuan dan laki-laki serta dapat dialami oleh berbagai usia.9 Di
Amerika Serikat, otitis eksterna merupakan penyakit yang sering terjadi di semua
negara bagian terjadi pada 4 dari 1000 orang. Morbiditas otitis eksterna akut difus
pada atlet akuatik rendah.2

2.4 Etiologi
Pada umumnya penyebab dari otitis eksterna adalah infeksi bakteri seperti
Staphyilococcus aureus, Pseudomonas, Staphylococcus albus, E. colli. Di
Amerika Serikat Sekitar 98% disebabkan aleh P. aeruginosa. Kasus sisanya
mungkin disebabkan oleh Proteus vulgaris, Escherichia coli, S. aureus dan jamur
seperti Candida albicans, Aspergillus sp dan Mucor sp. 2,3
Faktor predisposisi yaitu struktur unik dari MAE yang memudahkan
terjadinya otitis eksterna. MAE yang lembab, hangat dan gelap, merupakan
lingkungan yang baik untuk perkembangan jamur dan bakteri. MAE juga
mempunyai pertahanan yang spesifik. MAE menghasilkan serumen, serumen
bersifat asam, mengandung lisozim, dan substansi lain yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri dan jamur, apabila terjadi peningkatan pH dan hilangnya
atau keringnya serumen MAE pada atlet air yang terpapar dengan air secara
berulang juga dapat mempermudah timbulnya otitis eksterna. Seringnya mengorek
telinga dengan menggunakan tangan, cotton bud ataupun objek lainnya dapat
mengakibatkan trauma ringan karena merusak lapisan kulit yang tipis pada
MAE..3,4

6
Pada individu dengan kondisi alergi, seperti eksema, rhinitis alergi, atau
asma, juga merupakan faktor resiko tinggi terjadi otitis eksterna.6

2.5 Klasifikasi
Otitis Eksterna Akut
Terdapat 2 kemungkinan otitis eksterna akut yaitu otitis eksterna
sirkumskripta dan otitis eksterna difus:
a. Otitis Eksterna Akut Sirkumskripta/Furunkel
Oleh karena kulit di sepertiga luar MAE mengandung adneksa kulit seperti
folikel rambut, kalenjar sebasea dan kalenjar serumen maka di tempat itu
dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus sehingga membentuk furunkel.
Kuman penyebab tersering adalah Staphylococcus aureus atau
Staphylococcus albus. Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai
dengan besar bisul. Hal ini disebabkan karena kulit MAE tidak
mengandung jaringan longgar dibawahnya, sehingga rasa nyeri timbul
pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri juga dapat timbul spontan pada
waktu membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu terdapat juga
gangguan pendengaran bila furunkel besar dan menyumbat MAE.
Terapinya tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses,
diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal diberikan
antibiotika dalam bentuk salep, seperti polymixin B atau bacitrasin atau
antiseptik (asam asetat 2-5% dalam alcohol 2%). Kalau dinding furunkel
tebal, dilakukan insisi kemudian dipasang drain untuk mengalirkan
nanahnya. Biasanya tidak perlu diberikan obat simptomatik seperti
analgetik dan obat penenang. 1,6,8
b. Otitis Eksterna Akut Difus
Otitis eksterna akut difus merupakan bentuk yang paling sering dan paling
banyak terjadi pada perenang. Secara umum terjadi dalam waktu 48 jam,
dengan gejala inflamasi MAE termasuk otalgia, gatal, atau rasa penuh
dengan atau tanpa hilangnya rasa pendengaran. Nyeri rahang, dan nyeri
tekan tragus atau aurikula, edema atau eritema difusa dengan atau tanpa
otore, limpadenitis regional, eritema membran timpani,, atau selulitis

7
aurikula. Biasanya mengenai kulit MAE duapertiga dalam. Tampak kulit
MAE hiperemis dan edema dengan batas yang tidak jelas, serta terdapat
furunkel. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis media
supuratif kronis. Gejalanya sama dengan otitis eksterna sirkumskripta.
Kadang-kadang terdapat sekret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung
lendir (musin) seperti sekret yang ke luar dari cavum timpani pada otitis
media. Senturia dan rekan mengusulkan tiga tahap klinis otitis eksterna :
preinflammatory , inflamasi akut , dan inflamasi kronis .Pada tahap
inflamasi akut ini bisa menunjukan gejala dan tanda-tanda ringan , sedang,
ataupun berat.10 Tahap preinflamasi dimulai ketika stratum korneum
menjadi edema karena hilangnya lapisan lipid pelindung dan mantel asam
dari liang telinga. pasien akan mengeluh gatal dan penuh pada telinganya.
Tahap inflamasi akut ringan ditandai dengan meningkatnya rasa gatal dan
nyeri, Eritema ringan dan edema dapat ditemukan pada pemeriksaan. Jika
sudah memasuki fase sedang tanda-tanda peradangan akan meningkat.
pasien mengeluh nyeri telinga menengah dan gatal pada telinga. Akan
tampak penyempitan liang telinga oleh karena edema, kulit liang telinga
teriritasi dan menebal. Sekret eksudatif akan lebih banyak. Pada fase
inflamasi berat, lumen saluran menjadi obstruksi total karena meningkatan
hiperemia, edema dan otorea purulen. Pasien mengeluh rasa sakit yang
berat, terutama pada saat mengunyah atau manipulasi tragus. Infeksi
meluas ke jaringan ikat longgar dan kelenjar getah bening di sekitar liang
telinga.
Otitis Eksterna Nekrosis Maligna
Otitis eksterna maligna merupakan tipe dari infeksi akut yang difus yang
biasanya terjadi pada pasien dewasa yang immunocompromissed, seperti diabetes
mellitus, acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) dan jarang terjadi pada
anak. Otitis eksterna nekrosis mungkin juga juga disebabkan oleh selulitis atau
osteomielitis. Infeksi dapat meluas secara progresif ke lapisan subkutis dan organ
sekitarnya sehingga dapat menimbulkan kelainan berupa kondritis, otitis, dan
osteomielitis yang mengakibatkan kehancuran tulang temporal. Gejalanya rasa

8
gatal yang diikuti nyeri yang hebat dan sekret yang banyak serta pembengkakkan
MAE.1,7
Saraf fasial dapat terkena sehingga dapat menimbulkan paresis atau
paralysis facial. Pengobatan tidak boleh ditunda-tunda yaitu dengan pemberian
antibiotik dosis tinggi yang dikombinasi dengan amino glikosid. Disamping obat-
obatan, juga diperlukan tindakan debrideman.7
Otitis Eksterna Kronis
Sama halnya dengan otitis eksterna akut difusa, namun terjadi dalam
durasi yang lebih lama, yaitu lebih dari 6 minggu. Paling banyak disebabkan oleh
infeksi bakteri atau jamur yang tidak diobati dengan baik. Dapat juga disebabkan
oleh iritasi kulit yang disebabkan oleh cairan otitis media, trauma berulang,
adanya benda asing, penggunaan cetakan (mould) pada alat bantu dengar (hearing
aid) dapat menyebabkan radang kronis. Akibatnya terjadi penyempitan MAE oleh
pembentukan jaringan parut atau sikatriks. Pengobatannya memerlukan operasi
rekonstruksi MAE.1,6,9
Otomikosis
Infeksi jamur di MAE dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di daerah
tersebut. Yang tersering ialah jamur aspergilus. Kadang-kadang ditemukan juga
kandida albicans atau jamur lain. Gejalanya biasanya berupa rasa gatal dan rasa
penuh di MAE tetapi sering pula tanpa keluhan. Pengobatannya ialah dengan
membersihkan MAE. Larutan asam asetat 2-5% dalam alkohol yang diteteskan ke
MAE. Kadang-kadang diperlukan obat antijamur sebagai salep yang diberikan
secara topikal. 1,8
Herpes Zoster Otikus
Herpes zoster otikus merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
virus varicella zoster. Menyerang satu atau lebih dermatom saraf kranial. Keadaan
ini disebut juga Ramsay Hunt Syndrome. Gejala klinis Tampak lesi vesikuler
liang telinga, otalgia, dan terkadang paralisis otot wajah sampai gangguan
pendengaran berupa tuli neurosensoris. Pengobatan sesuai dengan tatalaksana
herpes zoster.1,8
Keratosis Obturans dan Kolesteatoma Eksterna

9
Keratosis obturans disebabkan oleh terbentuknya sel epitel berlebih yang
tidak bermigrasi ke telinga luar. Gejala klinis pada keratosis obturans adalah
ditemukan gumpalan epidermis di liang telinga, tuli konduktif akut, nyeri yang
sangat hebatliang telinga lebih lebar, membrane timpani yang utuh tetapi lebihang
tebal, dan jarang ditemukannya sekresi telinga. Gangguan pendengaran dan rasa
nyeri yang hebat timbul akibat adanya pendesakan pada gumpalan epitel di MAE.
Terjadi erosi tulang menyeluruh sehingga tampak MAE menjadi lebih luas.1,7
Pada kolesteatoma eksterna ditemukan otore, nyeri tumpul menahun, hal
ini disebabkan oleh karena invasi kolestestoma ke tulang yang menimbulkan
periosteitis. Erosi tulang hanya terjadi pada daerah posteroinferior. Kolesteatoma
hanya terjadi pada satu telinga saja dan lebih sering pada orang tua.1,7
Penatalaksanaan pada keratosis obturans adalah keluarkan gumpalan
keratin dan bersihkan debris secara berkala. Pada kolesteatoma eksterna perlu
dilakukan operasi agar kolesteatoma dan tulang yang nekrosis bisa diangkat
sempurna. Bila kolesteatoma masih kecil dan terbatasdapat dilakukan tindakan
konservatif. Koleteatoma dan jaringan yang nekrotik dapat diangkat sampai bersih
dan diikuti dengan pember9ian antibiotic topical secara berkala. Pemberian obat
tetes telinga dari campuran alkohol atau gliserin dalam H2O2 3%, tiga kali
seminggu.1,7,9

2.6 Patofisiologi
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan
dan dikeluarkan dari membran timpani melalui MAE. Cotton bud dapat
mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit mati dan
serumen akan menumpuk di sekitar membran timpani. Penimbunan sel-sel kulit
yang mati dan serumen akan menyebabkan penimbunan air yang masuk ke dalam
saluran ketika mandi atau berenang.9
Hal ini juga diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada
MAE. Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam
MAE ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap
pada MAE merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur.8

10
Adanya faktor predisposisi dapat menyebabkan berkurangnya lapisan
protektif sehingga menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini
menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi
inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya
infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri.7
Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan
perubahan rasa nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan
mengeluarkan cairan/nanah yang bisa menumpuk dalam MAE sehingga hantaran
suara akan terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran.7
Bakteri patogen yang sering menyebabkan otitis eksterna yaitu
Pseudomonas (41%), Streptokokus (22%), Stafilokokus aureus (15%) dan
Bakteroides (11%). Infeksi pada MAE luar dapat menyebar ke aurikula,
periaurikuler dan tulang temporal.9 Otalgia pada otitis eksterna disebabkan :
Kulit MAE luar beralaskan periostium & perikondrium bukan
bantalan jaringan lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma.
Selain itu, edema dermis akan menekan serabut saraf yang
mengakibatkan rasa sakit yang hebat.
Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar MAE luar bersambung dengan
kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja
pada daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan MAE
luar sehingga mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada penderita
otitis eksterna.7,8

2.7 Diagnosis
Anamnesis:
Rasa gatal sampai nyeri di dalam telinga. Rasa gatal dapat dirasakan
sampai tenggorok. Kadang-kadang disertai sedikit nyeri. Sekret bisa encer,
bening, sampai dengan sekret kental purulen. Pada bentuk kronik sekret
tidak ada atau hanya sedikit atau berupa gumpalan, berbau akibat bakteri
saprofit ataupun jamur.
Pendengaran normal atau sedikit berkurang.

11
Pada furunkel MAE gejala yang paling dominan adalah nyeri telinga
(otalgi). Nyeri bertambah saat gerakan mengunyah atau bila telinga
disentuh.6
Pemeriksaan:
MAE terisi sekret serus (alergi), purulen (infeksi kuman), keabu-abuan
atau kehitaman (jamur).
Kulit MAE edema, hiperemi merata sampai ke membrana timpani.
Pembesaran kelenjar regional daerah servikal antero superior, parotis atau
retro aurikuler.
Pada furunkel didapatkan edema, hiperemi pada pars kartilagenus MAE,
nyeri tarik aurikula dan nyeri tekan tragus. Bila edema hebat membran
timpani dapat tidak tampak.6

2.8 Komplikasi
Komplikasi pada otitis eksterna jarang terjadi. Namun terkadang dapat
muncul komplikasi seperti:
a. Abses
Abses biasanya sangat nyeri dan berisi pus, biasanya muncul pada telinga
yang terkena infeksi.
b. Stenosis MAE
Muncul pada otitis eksterna kronis, dapat mempengaruhi pendengaran
karena stenosis dari MAE ini menyebabkan MAE menyempit.
c. Inflamasi atau perforasi membran timpani
Dapat terjadi jika infeksi meluas ke membran timpani.
d. Selulitis
Selulitis adalah infeksi kulit akibat bakteri yang dapat muncul setelah otitis
eksternal. Hal ini terjadi saat bakteri yang normal pada permukaan kulit
memasuki area kulit yang terkena infeksi.
e. Otitis eksterna maligna
Merupakan komplikasi yang serius tetapi sangat jarang terjadi. Otitis
eksterna maligna terjadi jika infeksi menyebar di tulang sekitar lubang
telinga.6,7

12
2.9 Manajemen
Untuk mengobati otitis eksterna generalisata, pertama-tama dilakukan
pembuangan sel-sel kulit mati yang terinfeksi dari saluran telinga dengan alat
penghisap atau kapas kering. Setelah saluran telinga dibersihkan, fungsi
pendengaran biasanya kembali normal. 8
Biasanya diberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik selama
beberapa hari. Beberapa tetes telinga ada yang mengandung kortikosteroid untuk
mengurangi pembengkakan. Kadang diberikan obat tetes telinga yang
mengandung asam asetat untuk mengembalikan keasaman pada saluran telinga.
Untuk mengurangi nyeri pada 24-48 jam pertama bisa diberikan
aseteminofen atau kodein. Infeksi yang sudah menyebar keluar saluran telinga
(selulitis) diobati dengan antibiotik peroral. Furunkel dibiarkan pecah dengan
sendirinya karena jika sengaja disayat bisa menyebabkan penyebaran infeksi.
Obat tetes telinga yang mengandung antibiotik tidak efektif. Untuk meringankan
nyeri dan mempercepat penyembuhan bisa dilakukan pengompresan hangat
(sebentar saja) dan pemberian obat pereda nyeri. Penatalaksanaan Otitis Eksterna:
MAE dibersihkan dengan menggunakan kapas lidi.
Pemasangan tampon pita cm x 5 cm yang telah dibasahi dengan
larutan Burowi filtrata pada MAE. Tampon secukupnya, tidak
boleh diletakkan terlalu ke dalam (nyeri/bahaya melukai membran
timpani, sulit mengeluarkan).
Tampon setiap 2-3 jam sekali ditetesi dengan larutan Burowi agar
tetap basah. Tampon diganti setiap hari. Larutan Burowi dapat
diganti dengan tetes telinga yang mengandung steroid dan
antibiotik.
Apabila diduga infeksi kuman Pseudomonas diberikan tetes yang
mengandung neomycine dan hydrocortisone.
Pada infeksi jamur digunakan tetes telinga larutan asam salisilat 2-
5% dalam alkohol 20%.
Pada otitis eksterna kronik difus dapat diberikan triamsinolone
0,25% krim/salep atau dexamethasone 0,1%.

13
Antibiotik oral di berikan dengan pertimbangan bila infeksi cukup
berat. 8
Penatalaksanaan otitis eksterna difus fase inflamasi akut:
a. Ringan
Inspeksi rutin disertai pembersihan dan debriment liang telinga
(dapat memakai suction)
Antiseptik
Obat tetes telinga: hidrokortison-antibiotik seperti: ciprofloxacin,
ofloxacin, neomycin sulfate
Edukasi: control faktor predesposisi, hindari pajanan air dan
manipulasi liang telinga memakai kapas atau jari tangan
b. Sedang
Pembersihan dan debriment liang telinga (dapat memakai suction)
Antiseptik
Obat tetes telinga: hidrokortison-antibiotik seperti: ciprofloxacin,
ofloxacin, neomycin sulfate
Tampon diolesi sediaan antibiotik topical, seperti: gentamicin
cream
Analgesik, seperti: paracetamol, asam mefenamat
c. Berat
Tampon yang diolesi sediaan antibiotic topical selama 2-3 hari
dilanjutkan dengan pembersihan liang telinga dan obat tetes
telinga.
Jika infeksi meluas, maka berikan antibiotic sistemik per oral
golongan quinolone (ciprofloxacin, levofloxacin) untuk dewasa.10

Penatalaksanaan otitis eksterna bertujuan:


Membuang serumen, kotoran, dan sel-sel kulit mati dari MAE.
Bersihkan dan keringkan menggunakan alat penghisap atau kapas
kering.
Mengeluarkan mikroorganisme. Masukkan tampon yang
mengandung antibiotik ke dalam MAE untuk menghindari infeksi

14
bakterial akut dan ulserasi. Berikan juga antibiotik sistemik jika
perlu.
Mengurangi rasa sakit, peradangan dan edema. Berikan obat
golongan kortikosteroid misalnya metil prednisolon.
Menghilangkan rasa tidak enak.
Memulihkan pendengaran.
Menghilangkan gatal dan penggarukan yang berulang. Terapi
antifungal untuk menghindari infeksi jamur.
Terapi antialergi dan antiparasit.
Penatalaksanaan otitis eksterna kronik yaitu operasi rekonstruksi
MAE.7,8

15
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien


Nama : INMC
Umur : 28 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Bangsa : Indonesia
Suku : Bali
Agama : Hindu
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Jl. Wr. Supratman Gg I No 3 Denpasar
Tanggal Pemeriksaan : 24 Februari 2015

3.2. Anamnesis
Keluhan Utama
Nyeri pada telinga kanan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang sendiri ke poliklinik THT RS Indera Provinsi Bali dengan keluhan
nyeri pada telinga kananya sejak 2 hari yang lalu sebelum pemeriksaan. Nyeri
dikatakan terasa hilang timbul dan jika nyeri timbul akan terasa sangat sakit.
Awalnya pasien mengeluhkan gatal dan penuh pada telinga kanan lalu setelah itu
pasien mengorek-ngorek sendiri telinganya menggunakan cotton bud. Beberapa
hari kemudian pasien merasakan nyeri dan semakin hari semakin memberat. Nyeri
dirasakan memberat saat pasien menyentuh telinga dan membuka mulutnya.
Nyeri akan hilang pada saat pasien beristirahat. Pasien mengatakan tidak ada
cairan yang keluar dari telinganya. Riwayat demam, batuk dan pilek tidak ada.
Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien tidak pernah mengalami penyakit ini sebelumnya. Riwayat sering bersin-
bersin, sakit telinga, sakit gigi, infeksi saluran napas bagian atas disangkal oleh

16
pasien. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes
mellitus, dan penyakit jantung.
Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah mendapatkan pengobatan untuk mengatasi keluhan ini
sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita keluhan seperti yang dikeluhkan
oleh pasien. Riwayat penyakit kronis dan gangguan metabolik seperti hipertensi
dan diabetes pada keluarga disangkal.
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan maupun makanan
sebelumnya. Riwayat asma pada pasien disangkal.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan pegawai swasta dan tinggal bersama kedua orang tuanya.
Kegiatan pasien lebih sering dilakukan diluar rumah. Pasien sering membersihkan
telinga dengan cotton bud. Penderita mengaku merokok dan minum kopi.
Penderita mengaku tidak minum minuman keras.

3.3. Pemeriksaan Fisik


Status Vital Sign
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 120/70
Denyut Nadi : 78 kali/menit
Respirasi : 18 kali/menit
Temperatur Axila : 36,1 oC
Status General
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva Anemi - / - , Sklera Ikterus - / -
THT : Sesuai status THT
Leher : Pembesaran Kelenjar Getah Bening - / -
Pembesaran Kelenjar Tiroid - / -

17
Thorak : Cor : S1S2 Tunggal, Reguler, Murmur -
Pulmo: Vesikuler + / +, Rhonchi - / -, Wheezing - / -
Abdomen : Distensi (-), Bising Usus (+) N, Hepar/Lien tidak teraba
Ekstremitas : Hangat Edema
+ + - -

+ + - -

Status Lokalis THT


Telinga Kanan Kiri
Daun telinga Bentuk normal Bentuk normal
Nyeri Tekan Tragus ada Tidak ada
Nyeri Tarik Aurikuler Tidak ada Tidak ada
MAE Oedema, liang telinga Ditemukan serumen
sempit, hyperemia (+)
Discharge Minimal Cair (+) Tidak ada
Membran Timpani Belum dapat dievaluasi Belum dapat dievaluasi
Tumor Tidak ada Tidak ada
Mastoid Normal Normal

Hidung Kanan Kiri


Hidung Luar Normal Normal
Kavum Nasi Lapang Lapang
Septum Tidak ada deviasi Tidak ada deviasi
Sekret Tidak ada Tidak ada
Mukosa Merah muda Merah muda
Tumor Tidak ada Tidak ada
Konka Dekongesti Dekongesti
Sinus Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi
Koana Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi

18
Tenggorok
Dispneu Tidak ada
Sianosis Tidak ada
Mucosa Merah muda
Dinding belakang faring Granulasi (-), post nasal drip (-)
Stridor Tidak ada
Suara Normal
Tonsil T1 / T1 tenang

3.4. Resume.
Pasien laki-laki umur 28 tahun, suku Bali, Hindu, datang ke poliklinik THT RS
Indera Provinsi Bali dengan keluhan nyeri pada telinga kananya sejak 2 hari yang
lalu sebelum pemeriksaan. Nyeri dikatakan terasa hilang timbul dan jika nyeri
timbul akan terasa sangat sakit. Awalnya pasien mengeluhkan gatal dan penuh
pada telinga kanan lalu setelah itu pasien mengorek-ngorek sendiri telinganya
menggunakan cotton bud. Beberapa hari kemudian pasien merasakan nyeri dan
semakin hari semakin memberat. Nyeri dirasakan memberat saat pasien
menyentuh telinga dan membuka mulutnya. Nyeri akan hilang pada saat pasien
beristirahat. Pasien mengatakan tidak ada cairan yang keluar dari telinganya.
Riwayat demam, batuk, pilek dan alergi disangkal. Pada pemeriksaan lokalis THT
ditemukan nyeri tekan tragus pada telinga kanan. Liang luar telinga kanan pasien
sempit ditemukan adanya odem, hiperemi, sekret minimal, dan membran timpani
sulit dievaluasi. Pada telinga kiri pasien, terlihat adanya serumen di liang telinga
luar dan membran timpani sulit untuk dievaluasi.

3.5. Diagnosis Kerja


- Otitis eksterna difusa auricular dextra
- Serumen aricular sinistra

19
3.6. Penatalaksanaan
Auricular dextra:
- Membersihkan liang telinga
- Tampon dengan tetes telinga ofloxacin
- Ciprofloxacin 2 x 500 mg
- Asam Mefenamat 3 x 500 mg
Auricular sinistra:
- Ekstraksi serumen
KIE:
- Hindari faktor pencetus timbulnya penyakit
- Kontrol ke poli THT setelah obat habis
3.7. Prognosis
Dubius ad bonam

20
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien laki-laki umur 28 tahun, suku Bali, Hindu, datang ke poliklinik


THT RS Indera Provinsi Bali dengan keluhan nyeri pada telinga kananya sejak 2
hari yang lalu sebelum pemeriksaan. Nyeri dikatakan terasa hilang timbul dan jika
nyeri timbul akan terasa sangat sakit. Awalnya pasien mengeluhkan gatal dan
penuh pada telinga kanan lalu setelah itu pasien mengorek-ngorek sendiri
telinganya menggunakan cotton bud. Beberapa hari kemudian pasien merasakan
nyeri dan semakin hari semakin memberat. Nyeri dirasakan memberat saat pasien
menyentuh telinga dan membuka mulutnya. Nyeri akan hilang pada saat pasien
beristirahat. Pasien mengatakan tidak ada cairan yang keluar dari telinganya.
Riwayat demam, batuk, pilek dan alergi disangkal. Pada pemeriksaan lokalis THT
ditemukan nyeri tekan tragus pada telinga kanan. Liang luar telinga kanan pasien
sempit ditemukan adanya odem, hiperemi, sekret minimal, dan membran timpani
sulit dievaluasi. Pada telinga kiri pasien, terlihat adanya serumen di liang telinga
luar dan membran timpani sulit untuk dievaluasi
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat disimpulkan bahwa
pasien mengalami Otitis Eksterna Ringan pada telinga kanan, sesuai dengan teori
yang terdapat dalam literatur dimana umumnya pasien mengeluhkan gatal pada
telinga sampai dengan rasa nyeri yang terasa bertambah saat mengunyah atau saat
telinga disentuh serta keluarnya sekret dari telinga, didukung dengan temuan
liang telinga hiperemis, dan liang telinga menyempit karena oedem.6 Dikatakan
otitis eksterna difusa karena batas hiperemi tidak tegas dan proses infeksinya
terjadi di liang telinga dua pertiga dalam.
Penatalaksanaan pada pasien ini bertujuan untuk mengatasi penyebab dan
gejalanya, mencegah kejadian otitis eksterna berulang, dan mencegah komplikasi.
Penatalaksaan OE pertama-tama dilakukan dengan membuang serumen, kotoran,
dan sel-sel kulit mati dari MAE dengan cara membersihkan dan mengeringkan
menggunakan kapas kering. Kemudian Pemasangan tampon pita cm x 5 cm

21
yang telah diteteskan obat tetes telinga atau larutan Burowi pada MAE. Tampon
secukupnya, tidak boleh diletakkan terlalu ke dalam karena dapat menimbulkan
nyeri dan dapat melukai membran timpani. Tampon diganti setiap hari. Larutan
Burowi dapat diganti dengan tetes telinga yang mengandung steroid dan
antibiotic.7,8
Pemberian antibiotik menggunakan Ciprofloxacin 2 x 500 mg bertujuan
untuk mengatasi infeksi yang terjadi dan diberikan dalam waktu 5 hari. Obat
pilihan utama otitis eksterna adalah golongan penisilin, seperti amoksisilin dan
ampisilin. Dapat juga diberikan golongan quinolon seperti ciprofloxacin. Hal ini
disebabkan golongan ini sangat sensitif untuk gram negatif salah satunya
Pseudomonas aeruginosa.7,8
Asam Mefenamat 3 x 500mg diberikan untuk mengurangi rasa nyeri pada
telinga penderita biasanya pada 24-48 jam pertama. Asam Mefenamat dapat
diberikan hingga nyeri yang dirasakan oleh penderita menghilang.7,8
Pada pasien ini belum didapatkan tanda-tanda komplikasi namun belum
dapat dipastikan karena pemeriksaan liang telinga sulit dilakukan karena sempit
akibat adanya edema pada MAE, oleh karena itu dapat dikatakan pasien ini
memiliki prognosis dubius ad bonam.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Fisher Tony: Otitis Externa.Medical Centre, Nottingham.2011 : 1-5


2. Moore KL, Agur AMR. Dalam Buku Anatomi Klinis Dasar. Edisi 1:
Jakarta. 2012: 401-408
3. Murat Enoz,Zervinc Ifan : Bacterial and fungal organisms in otitis externa
patients without fungal infection risk factors in Erzurum, Turkey Vol 75 .
Brazilian Journal of Otorhinolaryngology . 2009:721-723
4. Sander Robert MD : Otitis Externa: A Practical Guide to Treatment and
Prevention Vol 63. Medical College of Wisconsin,Milwaukee.2010:729-
730
5. Rosenberg Eric : Complicated Otitis Externa. Grand Rounds Presentation,
The University of Texas Medical Branch, Department of Otolaryngology.
2009 :1-5
6. Efiaty Arsyat Supardi , Iskandar Nubaiti . Dalam Buku Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher . Edisi 7 : Jakarta.2012: 53-55
7. Schaefer P, Baugh RF. Otitis Externa. American Family Physician.
2012;86(11):1055-61
8. Rosenfeld RM, et al. Clinical Practice Guideline: Acute Otitis Externa.
Otolaryngology Head Neck Surg. 2006;134-138
9. Rosenfeld RM, et al. Clinical Practice Guideline: Acute Otitis Externa
Executive Summary. Otolaryngology Head Neck Surg. 2014; 150(2) 161
168
10. Ballenger JJ, et al. Ballengers Otorhinolaryngology Head and Neck
Surgery Sixteenth Edition. 2003; 230-248

23

Anda mungkin juga menyukai