Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemilihan topik kerja praktek Prosedur Sinkronisasi
Generator PLTU Paiton Unit 3 Dengan Jaringan PLN
dipilih dengan alasan sebagai berikut :
a. Topik ini sesuai dengan kelompok keahlian
penulis, yaitu Teknik Tenaga.
b. Prosedur sinkronisasi generator dengan jaringan
PLN tidak dipelajari pada program studi Teknik
Elektro Industri, Politeknik Elektronika Negeri
Surabaya.
c. Prosedur sinkronisasi generator dengan jaringan
PLN pada pembangkit tenaga listrik memiliki
peran yang sangat penting yaitu berkaitan dengan
kualitas penyaluran energi listrik.

1.2 Tujuan Penulisan


Penulisan laporan ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1
2

a. Pemenuhan syarat menyelesaikan pendidikan di


jurusan Teknik Elektro, program studi Diploma
Tiga Teknik Elektro Industri, Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya (PENS).
b. Penambahan wawasan bagi pembaca mengenai
prosedur sinkronisasi generator pada PLTU Paiton
Unit 3.

1.3 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang dibahas pada laporan ini
mengenai prosedur sinkronisasi generator PLTU Paiton
unit 3.

1.4 Pembatasan Masalah


Masalah yang dibahas pada laporan ini terbatas pada
pokok pokok sebagai berikut :
a. Sistem kebijakan K3 dan keamanan yang
diterapkan pada PT. IPMOMI
b. Penjelasan secara umum mengenai sistem di
PLTU Paiton Unit 3.
c. Prosedur sinkronisasi generator PLTU Paiton
Unit 3 ditinjau dari sisi kelistrikan.
3

1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kerja praktek ini dilaksanakan di PT. Internasional Power
Mitsui Operation & Maitenance Indonesia Jl. Raya
Surabaya Situbondo KM 141 Paiton Probolinggo
67291, Jawa Timur, Indonesia. Selang waktu pelaksanaan
tepatnya tanggal 4 Agustus 2014 sampai dengan 30
Agustus 2014.

1.6 Metode Penelitian


Dalam penyusunan laporan ini penulis mengumpulkan
data dengan cara sebagai berikut :
a. Studi Pustaka, yaitu membaca operation manual,
diktat, buku dan laporan yang terdapat pada ruang
kerja maupun perpustakaan.
b. Studi Lapangan, yaitu pengamatan yang
dilakukan saat teknisi bekerja dengan didampingi
oleh pembimbing.
c. Wawancara, yaitu mengajukan pertanyaan pada
orang yang bersangkutan dengan topic penelitian
dan ahli pada bidang kerjanya.
4

1.7 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan
laporan ini adalah sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan
Bab ini membahas latar belakang
pemilihan topik, tujuan, rumusan serta
batasan masalah, metode penelitian,
waktu dan tempat pelaksanaan serta
sistematika penulisan.

Bab II : Deskripsi Umum PT. IPMOMI


Bab ini memaparkan tentang latar
belakang perusahaan, deskripsi, serta
struktur organisasi PT. IPMOMI.

Bab III : Kebijakan K3 dan Keamanan Yang


Diterapkan di PT. IPMOMI
Bab ini membahas tentang sistem K3
dan keamanan yang diterapkan di PT.
IPMOMI.
5

Bab IV : Proses Secara Umum Sistem PLTU


Paiton Unit 3.
Bab ini membahas tentang proses yang
terdapat pada sistem-sistem di dalam
PLTU Paiton Unit 3 secara umum.

Bab V : Prosedur Sinkronisasi Generator PLTU


Paiton Unit 3 dengan jaringan PLN.
Bab ini membahas tentang prosedur
sinkronisasi Generator PLTU Paiton unit
3.

Bab VI : Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dari bab-bab
sebelumnya dan saran.
BAB II
DESKRIPSI UMUM PT. IPMOMI

2.1 Latar Belakang Perusahaan


Kebutuhan energi listrik adalah yang paling
vital dalam seluruh aktivitas kehidupan manusia
guna meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran hidup. Untuk menghasilkan energi
listrik harus melalui suatu proses yang panjang
dan rumit. Energi listrik sangat mempermudah
dalam pemenuhan kebutuhan manusia, mengingat
sifat dari energi listrik yang mudah disalurkan dan
dikonversikan ke dalam bentuk energi lain,
seperti cahaya, gerak, kalor, dan sebagainya.
Perkembangan penduduk yang semakin pesat
mengakibatkan peningkatan konsumsi teknologi
dan dunia usaha, sehingga kebutuhan energi terus
meningkat. Kebutuhan ini bahkan belum mampu
dipenuhi secara optimal oleh PLN, oleh karena itu
sejak diberlakukannya UU No. 15 Tahun 1985,
PP No. 10 Tahun 1989 dan Keputusan Presiden
Nomor 37 Tahun 1992 memberikan ijin kepada
pihak swasta untuk ikut berpartisipasi dalam
7

usaha ketenagalistrikan di bidang Pembangkit


Transmisi dan Distribusi.
Sesuai dengan PERPRES 71 / Tahun 2006,
pemerintah telah menugaskan kepada PT. PLN
untuk melakukan percepatan pembangunan
pembangkit tenaga listrik yang menggunakan
bahan bakar batubara. Pembangunan PLTU
batubara dibagi 2 tahap yaitu tahap 1 kapasaitas
sebesar 10.000 MW tahap 2 untuk menjaga
sebagian besar demand beban khususnya di pulau
Jawa Madura dan Bali yang akan dibangun baik
oleh PT. PLN maupun swasta.
Salah satu perusahaan listrik swasta adalah
PT. Paiton Energy memiliki 2x615 MW dan
untuk pengoperasian dan pemeliharaan
diserahkan kepada PT. IPMOMI. Pada proses
pembangkitan tenaga listrik diperlukan
kontinuitas produksi energi listrik. Hal ini
disebabkan karena PT. IPMOMI sendiri
merupakan salah satu pembangkit listrik yang
mensuplai listrik untuk wilayah Jawa dan Bali.
Dengan kapasitas total 1230 MW net atau 615 net
untuk per unitnya, PLTU Paiton unit 7 & 8
8

diharapkan mampu memenuhi kebutuhan listrik


masyarakat wilayah Jawa dan Bali. Dalam
mensuplai listrik untuk kebutuhan wilayah Jawa
dan Bali tersebut PLTU Paiton unit 7 & 8
dilengkapi dengan peralatan yang mendukung
dalam sistem PLTU secara keseluruhan.
Untuk memenuhi target pemerintah / PLN dalam hal
penyediaan tenaga listrik di Jawa Madura dan Bali pada
percepatan pembangunan pembangkit listrik tahap 2
maka PT. Paiton Energy ditunjuk pemerintah untuk
proyek perluasan / Expansion Project PLTU di Paiton
dengan membangun PLTU Unit 3 berkapasitas 1x815
MW net. Sehingga total PLTU batubara yang dikelola
oleh PT. Paiton Energy adalah 2045 MW net di Paiton,
Probolinggo dimana pengoperasian dan pemeliharaan
dilakukan oleh PT. IPMOMI.

2.2 Deskripsi Umum Perusahaan


Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton unit 7 &
8 merupakan dua unit pembangkit listrik yang
menggunakan turbo generator berbahan bakar batubara
sebagai penghasil uap panas (steam) dengan kapasitas
2x615 MW net. Kedua unit ini beroperasi dengan factor
kemampuan rata-rata 9.158.580 MWH per tahun dan
9

mengonsumsi batubara kira-kira 4,6 juta ton per tahun.


Batubara tersebut didatangkan dari tambang batubara
ADARO dan KIDECO di Kalimantan Timur dengan
menggunakan tongkang. Batubara tersebut ditampung
ditampung di penimbunan batubara (coal stockpile) di
lokasi PLTU Paiton. PLTU Paiton unit 7 & 8 ini dimiliki
oleh PT. Paiton Energy company yang dioperasikan oleh
PT. IPMOMI. Pembangunan Proyek ini ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan energi listrik Jawa dan Bali. Proyek
ini adalah implementasi dari kebijakasanaan pemerintah
Indonesia dalam pertumbuhan diversifikasi energi.
Dalam hal ini, kandungan batubara yang ada di Indonesia
akan dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit tenaga
listrik dan mengurangi ketergantungan terhadap minyak
bumi.
10

Gambar 2.1 Komplek PLTU Paiton

PLTU Paiton Unit 3 merupakan salah satu proyek


percepatan pembangunan pembangkit listrik tahap 2
dengan kapasitas 1x815 MW net yang berbahan bakar
batubara. Bilamana kemampuan beroperasi 90% dalam
setahun maka perkiraan total energi yang dihasilkan
adalah 6.425.460 MWH / tahun dan mengonsumsi
batubara sebesar 3,06 juta ton pertahun. Hingga saat ini
perusahaan konsorsium dari PT. Paiton Energy yang
memiliki saham dari proyek PLTU Paiton unit 7 & 8
serta unit 3 antara lain :

a) GDF SUEZ (Perancis)


b) Mitsui Corporation Japan (Jepang)
11

c) Tokyo Electric Power Company Japan


(Jepang)
d) PT. Batu Hitam Perkasa (Indonesia)

2.3 Struktur Organisasi


Organisasi merupakan sarana dalam tercapainya suatu
tujuan. Dalam pengertian dinamis, organisasi adalah
tempat dan alat dari sekelompok badan usaha milik
swasta maupun instansi pemerintah yang lebih
menekankan pada subyek atau pelaku, yaitu interaksi
antara orang-orang yang berada dalam organisasi
tersebut. Dengan adanya struktur organisasi akan
memberikan suatu penjelasan terhadap pendelegasian
tugas dan wewenang pada anggota organisasi, dengan
demikian akan membantu kelancaran aktifitas organisasi
tersebut.
Struktur organisasi di PT. IPMOMI, PLTU Paiton unit 3,
7 & 8 dibagi atas delapan departemen yaitu :
1. Production Departement
2. Procurement Departement
3. Fuel and Ash Departement
4. Maintenance Departement
5. Engineering Departement
6. Finance and Corporate Departement
7. Community and Human Resource Departement
12

8. Healthy, Safety, Environment and Compliance


Departement
Masing-masing department dipimpin oleh seorang
manager yang membawahi supervisor atau shift
supervisor, engineering, senior optech, teknisi, sekretaris
serta beberapa administrasi. Keseluruhan departemen
dipimpin oleh Plant Manager yang bertanggung jawab
terhadap IPR-GDF di regional asia.
Di departemen maintenance sendiri memiliki tugas untuk
melakukan pengoperasian dan pemeliharaan pada plant
demi menjaga kualitas, keandalan dan kontinyuitas
penyaluran energi listrik. Sistem pekerjaan maintenance
lebih cenderung bersifat preventif bukan korektif
sehingga pekerjaan dilakukan bertujuan untuk
memperpanjang lifetime peralatan dan aset PLTU.
Pekerjaan di departemen maintenance memiliki jadwal
masing-masing sesuai dengan kebutuhan, mulai dari
jadwal mingguan, bulanan maupun tahunan.
BAB III
KEBIJAKAN K3 DAN SISTEM KEAMANAN
DI PT. IPMOMI

3.1 Gambaran Umum

PT. IPMOMI sangat mengedepankan keselamatan dalam


hal kerja dalam artian keselamatan diri sendiri, peralatan
dan lingkungan. Itu semua bisa dilihat dari beberapa item
penunjang untuk menanggulangi kecelakaan yang ada di
PT. IPMOMI.
Standart safety / pengaman (Company Policy) yang ada
di PT. IPMOMI adalah :

1. Ensuring compliance with Indonesian laws


2. Ensuring risk is regulary assesed
3. Preventing polution
4. Continously improving quality

5.Supporting community interest

13
14

Sertifikasi yang pernah diterima oleh PT. IPMOMI antara


lain healthy and management system (OHSAS-18001)
dan environmental management system (ISO - 14001)
serta penghargaan PT. IPMOMI dalam proses
maintenance dan produksi. Menjalankan dengan
mengurangi kecelakaan dengan memberlakukan daerah
fresh eyes safe work abservation site be safe out there
area pengaman kerja yang aman bertindak dengan
selamat merupakan pengendali paling sederhana pada
pekerja untuk bertindak aman bagi diri sendiri dan
peralatan dengan menggunakan safety standart /
pengaman standar.
PT. IPMOMI mempunyai standar pengaman yang ketat
bagi visitor. Hal ini untuk membatasi visitor pada area
IPMOMI. Contohnya adalah:

A. A security check
Dimana para visitor yang akan memasuki PT. IPMOMI
akan melewati 3 gate penjagaan. 2 gate penjagaan
gabungan dengan PJB dan YTL sedangkan 1 gate
penjagaan milik PT. IPMOMI. Hal ini dilakukan untuk
menghindari hal yang tidak diinginkan.
15

B. Acces control room


Disini pendataan para visitor untuk mendapatkan ID
Card visitor berwarna kuning yang bisa digunakan pada
gedung admin.

C. Safety induction and ID card


Sebelum mendapatkan ID Card yang bisa digunakan ke
semua akses, para visitor yang benar - benar
berkepentingan dan dalam waktu yang lama akan
mendapatkan materi safety induction sebagai syarat
mendapatkan ID Card dan informasi tentang safety yang
ada di ruang lingkup PT. IPMOMI.

3.2 Plant Acces

A. Entering in plant location


Di plant setiap pekerjaan harus menscan ID mereka
sebagai tanda masuk dan untuk dapat mengetahui posisi
anda. Setiap masuk dan keluar akan dicek oleh security.

B. Driving and Riding in site plant


Kecepatan maksimum 25 km/jam dan apabila mobil
dengan bagian terbuka, maka pekerja yang ada diatasnya
harus duduk ditengah. Bagi sepeda motor harus
16

menggunakan helm standar, bukan helm safety, dan untuk


pengguna kendaraan roda empat diwajibkan memasang
sabuk pengaman semata-mata untuk keselamatan kita
semua.
C. Personal Protective Equipment
PPE merupakan standar pengaman pribadi yang harus
dibawah disaat para pekerja berada di daerah plant. PPE
minimum yang harus dibawah adalah:
1. Pakaian
2. Celana panjang
3. Safety helmet
4. Kacamata safety
5. Sepatu safety dengan ujung lapis baja

Sedangkan pada daerah-daerah bertanda khusus safety


yang digunakan PPE minimum:
a. Ear Plug Protection
b. Eye protection untuk pekerjaan

1. Chemical Handling
2. Gas Welding and Cutting
3. Arc Welding and Cutting
4. Grinding
5. Ash Handling

c. Respiratory Protection
d. Hand Protection
e. Miscellaneous

D. Safety Precaution
17

Berpikirlah semua mesin dalam keadaan hidup dan dapat


menimbulkan bahaya. Sehingga diusahakan bertindak
hati-hati.

E. Rigging
Pengecekan alat-alat atau kondisi mesin-mesin pembantu
pada kegiatan produksi oleh supervisor.

F. Ladder and Scaffolding


Pada pekerjaan yang mempunyai resiko pada ketinggian,
semua peralatan termasuk tangga dan alat untuk
menopang tubuh kita harus lulus kegunaan dan
keamanannya. Setiap pekerja harus menggunakan safety
belt.
G. Permit to Work
Surat resmi untuk mengontrol operasi dan maintenance
yang berisi apa yang akan dilakukan, resiko-resiko dan
akibatnya, harus disetujui supervisor pada Central
Control Room. Apabila sudah disetujui IRC akan
menyegel control yang akan dilakukan PTW untuk
melakukan tugasnya. PTW digunakan pada :
1. Confineded Space Access
2. Hot Work
3. Radiography Work
4. High Voltage Work

H. Emergency Assembly Point


18

Merupakan titik penyelamatan dan cek posisi. Apabila


terjadi keadaan darurat, maka segera menelpon ke nomor
7778 dengan sistematika melapor : Siapa, Apa dan
Dimana, maka bantuan akan segera datang ketempat
kejadian.
BAB IV
PROSES SECARA UMUM SISTEM PLTU
PAITON UNIT 3

Pembangkit listrik bertujuan untuk menghasilkan tenaga


listrik. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, digunakan
salah satu dari beberapa sumber energi. Pada PLTU
Paiton menggunakan bahan bakar utama berupa batubara.
Batubara ini kemudian akan digunakan sebagai bahan
bakar utama agar uap dapat menggerakkan turbin yang
dihubungkan dengan generator. Generator adalah mesin
yang mengkonversi energi mekanik menjaadi energi
listrik. Generator ini kemudian terhubung dengan
transformator, yang akan meningkatkan tegangan
keluaran dari generator untuk transmisi yang lebih
efisien. Tegangan keluaran dari beberapa generator yang
telah melewati transformator kemudian diparalel masuk
ke dalam jaringan dan ditransmisikan oleh SUTET
(Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) ke beberapa
daerah. Transmission Lines menyambungkan sumber
listrik (pembangkit) dengan substation. Transformator
yang terdapat pada substation berfungsi menurunkan

19
20

tegangan sehingga listrik dapat digunakan untuk


keperluan sehari-hari.
Sebuah perusahaan pembangkit listrik dituntut
untuk dapat memenuhi permintaan (demand) pelanggan.
Untuk waktu jangka pendek, jumlah permintaan relatif
konstan, namun dalam waktu 24 jam jumlah permintaan
terus berubah-ubah dengan signifikan.

Gambar 4.1 Grafik Demand Jawa Bali

Secara umum, jumlah permintaan paling rendah terdapat


pada saat dini hari dan paling tinggi terdapat pada sore
hingga malam hari.

Pada pembangkit listrik dengan bahan bakar fosil, terjadi


konversi energi mekanik menjadi energi listrik. Energi
mekanik yang digunakan untuk memutar generator
21

berasal dari uap air yang dipanaskan. Proses konversi


energi ini terdapat pada ketiga komponen berikut : Boiler,
Steam Turbine, Generator.

Gambar 4.2 Diagram blok sistem PLTU Paiton Unit 3

Penjelasan mengenai diagram blok di atas terdapat pada


sistem-sistem berikut ini :
22

4.1 Sistem PLTU secara umum


4.1.1 Sistem Utama PLTU
Sistem utama yang terdapat pada PLTU ialah proses
konversi energi mekanik menjadi energi listrik. Proses ini
diawali dengan masuknya air ke dalam boiler. Di dalam
boiler, terdapat pipa-pipa yang tersusun membentuk
furnace walls. Bahan bakar yang masuk ke dalam furnace
kemudian digunakan untuk menyalakan api. Bahan bakar
ini melepasakan energi thermal yang kemudian diserap
oleh air yang ada di dalam pipa-pipa. Seiring dengan
peningkatan temperatur, air mulai mendidih lalu berubah
menjadi uap. Uap ini yang kemudian masuk ke turbin.
Setelah dipanaskan dan mengalami perubahan wujud
dengan sempurna, uap akan mengalir ke turbin, diawali
dengan high pressure (HP) turbin. Di dalam turbin
terdapat piringan- piringan (Blades), yang dibedakan
menjadi stationary blades dan rotating blades. Ketika uap
bertekanan tinggi melewati blades turbin, uap ini
menyebabkan rotating blades memutar turbin. Sementara
itu, stationary blades mengarahkan uap ke rotating blades
selanjutnya. Di dalam rotating blades, tekanan dan energi
thermal yang dimiliki oleh uap diubah menjadi energi
mekanik lalu memutar shaft. Shaft merupakan bagian
turbin yang berhubungan langsung dengan rotor pada
23

generator yang menyebabkan stator pada generator


terinduksi dan memiliki beda potensial. Tegangan
keluaran generator kemudian ditingkatkan dengan
transformator step-up.
4.1.2 Water / Steam Cycle

Gambar 4.3 Water / Steam Cycle

Air yang masuk ke dalam sistem boiler merupakan air


murni (demineralized water). Proses pengolahan air yang
dilakukan untuk mendapatkan air murni tersebut ialah
proses desalinasi. Air laut dipompa melalui desalination
pump memasuki tempat pengolahan yang dinamakan
Reverse Osmosis (RO) di dalamnya air diolah agar kadar
garam dan konduktivitasnya hilang atau serendah
mungkin. Setelah itu air dilewatkan pada proses
24

demineralisasi, yaitu proses penghilangan kandungan


mineral dalam air. Air murni keluaran proses inilah yang
dinamakan demin water dan digunakan dalam sistem
utama PLTU.

Uap keluaran dari HP turbin mengalami penurunan


tekanan dan energi thermal, oleh sebab itu sebelum uap
ini masuk ke intermediate pressure (IP) turbin dilewatkan
terlebih dahulu ke reheater agar uap memiliki energi
thermal yang cukup untuk melewati IP turbin dan Low
Pressure Turbin (LP). Uap keluaran LP turbin kemudian
memasuki kondenser, yang bertujuan untuk menurunkan
tekanan dan temperatur uap hingga berubah wujud
menjadi air seutuhnya. Air yang berasal dari kondenser
ini kemudian dipanaskan kembali dengan cara melewati
LP heater dan HP heater. Proses ini dilakukan untuk
meningkatakan efisiensi boiler karena air dengan
temperatur dan tekanan tinggi dapat lebih mudah diubah
menjadi uap di dalam boiler. Air ini kemudian dialirkan
kembali menuju boiler. Siklus air atau uap ini berkaitan
erat dengan siklus rankine.
25

Gambar 4.4 Siklus Rankine unit 7 & 8 (subcritical)

Siklus rankine adalah sebuah siklus termodinamika yang


mengkonversi energi panas menjadi energi gerak. Siklus
ini merupakan siklus ideal untuk pembangkit listrik
tenaga uap, tergambar pada grafik perbandingan
temperatur dan entalpi diatas. Fluida padda siklus rankine
mengikuti aliran tertutup dan digunakan secara tetap.
26

Gambar 4.5 Siklus Rankine unit 3 (supercritical)

Disebabkan siklus ini berupa aliran tertutup maka


sebenarnya tidak ada titik awal namun untuk
memudahkan penjelasan, digunakan keluaran kondenser
sebagai titik awal. Air keluaran kondenser melewati LP
heater, disini air mengalami penurunan tekanan tetapi
temperaturnya meningkat. Agar air dapat mengalir ke
proses selanjutnya maka digunakan Boiler Feed Pump
(BFP), disini tekanan air dinaikkan dengan temperatur
tetap. Setelah dipompa, air kembali dipanaskan dengan
HP heater, suhu dan tekanan kembali dinaikkan. Di
27

dalam boiler, terjadi peningkatan temperatur dan tekanan


secara signifikan. Peningkatan ini juga menyebabkan
perubahan wujud air menjadi uap yang selanjutnya akan
masuk ke dalam turbin.

Pemanasan air dalam waterwalls dilakukan hingga


temperatur mencapai critical point. Air yang telah
mengalami perubahan menjadi uap ini kemudian
dipanaskan kembali menggunakan superheater (SH).
Proses pemanasan dengan superheater ini dilakukan agar
temperatur uap tidak turun secara signifikan setelah
melewati turbin. Penurunan temperatur yang signifikan
dapat menyebabkan perubahan wujud kembali menjadi
air, perubahan wujud ini dapat menimbulkan masalah di
dalam turbin sehingga dibutuhkan superheater sebagai
pemberi energi thermal tambahan.

Pada HP turbin, suhu dan tekanan mengalami penurunan


karena energi thermal pada uap digunakan untuk
memutar shaft turbin. Oleh karena itu dibutuhkan
reheater sebagai sumber energi thermal tambahan agar
uap dapat melewati IP turbin. Setelah melewati IP turbin
uap mengalir ke LP turbin. Temperatur dan tekanan uap
keluaran LP turbin sangat rendah disebabkan sebagian
28

besar energi thermal yang masih dimiliki oleh uap


dikonversikan menjadi energi mekanik untuk memutar
shaft turbin. Uap bertekanan rendah ini kemudian
dialirkan kembali ke titik awal siklus yaitu kondenser.

Temperatur Tekanan Entalpi


Keluaran Sistem
(oC) (MPa) (KJ/Kg)
Condenser 41,2 172,6
LP Heater 151,3 638
Boiler Feed Pump
194,7 842,1
(BFP)
HP Heater 288,7 30,26 1272,1
Boiler-Economizer 342 29,95
Boiler waterwalls 422 27,52-27,47
Boiler Superheater 538 25,8 3306,6
HP Turbin 305,5 5,1 2939,1
Reheater 566 4,7 3590,6
LP Turbin 41,2 2370,7

Tabel 4.1 Tabel siklus rankine supercritical

4.1.3 Coal Handling System


Pada PLTU Paiton digunakan batubara sebagai sumber
bahan bakarnya. Batubara ini dibawa oleh kapal-kapal
29

tongkang ke tempat penampungan batubara (coal


stockpile) yang ada ditepi laut. Dari tempat ini, batubara
didistribusikan ke coal silo dengan menggunakan
conveyor. Coal silo berfungsi sebagai tempat
penampungan batubara sementara sebelum batubara
dihaluskan. Proses penggilingan batubara dilakukan oleh
coal pulverizer, di dalamnya batubara digiling hingga
menjadi butiran-butiran halus. Setelah melewati coal
pulverizer, batubara ini kemudian bergabung dengan
udara yang berasal dari Primary Air Fan (PAF).
Campuran udara dengan batubara inilah yang kemudian
masuk dan menjadi bahan bakar dalam boiler. Selain
batubara, digunakan pula minyak sebagai bahan bakar
pada saat proses start awal boiler.

4.1.4 Flue Gas System


Proses pembakaran yang terjadi dalam boiler
menghasilkan gas buang (Flue Gas) dan limbah padat
yang disebut Bottom Ash. Bottom Ash ini memiliki
densitas tinggi, pada saat pembakaran abu ini dapat
langsung jatuh ke dasar boiler. Disisi lain, limbah gas
yaitu Flue Gas masih merupakan campuran udara yang
berbahaya bagi lingkungan apabila langsung dilepaskan
ke udara bebas. Oleh karena itu, selepas dari boiler Flue
30

Gas dialirkan ke Electrostatic Precipitator (ESP)


melewati Air Heater (AH). Pada Air Heater, temperatur
Flue Gas yang tinggi dimanfaatkan untuk memanaskan
udara dari Forced Draft Fan (FDF), pemanasan ini
dibutuhkan atas dasar efisiensi boiler. Setelah melewati
Air Heater terjadi proses pemisahan abu kering (Fly Ash)
yang terdapat pada Flue Gas di dalam Electrostatic
Precipitator (ESP) dalam proses pemisahan ini
menggunakan prinsip listrik stastis, partikel- partikel
padat bermuatan yang terdapat pada Flue Gas akan
bergerak menuju elektroda-elektroda yang ada di dalam
Electrostatic Precipitator (ESP). Partikel-partikel inilah
yang dinamakan abu kering atau Fly Ash. Fly Ash
kemudian dibawa ke tempat penampungan, yaitu Fly Ash
Silo. Flue Gas yang telah kehilangan abu keringnya
dialihkan ke Flue Gas Desulfurizer (FGD) dengan
menggunakan Induced Draft Fan (IDF). Di dalam Flue
Gas Desulfurizer (FGD) Flue Gas disemprotkan dengan
air laut, fungsinya ialah untuk mengurangi kandungan
sulfur (SOx) yang terdapat pada flue gas. Setelah proses
desulfuration Flue Gas ini dibuang ke udara melalui
stack.
31

4.1.5 FGD Water Treatment System


Kondenser berfungsi untuk mendinginkan uap yang telah
melewati turbin untuk menurunkan temperatur uap
digunakan air laut. Air laut dipompa dengan Circulating
Water Pump (CWP) kemudian dilewatkan kondenser lalu
dipompa kembali menuju Flue Gas Desulfurizer (FGD)
dan digunakan untuk mengikat sulfur yang masih
terdapat pada Flue Gas. Air yang mengandung sulfur lalu
disalurkan ke wadah untuk diproses kembali agar dapat
dikembalikan ke laut dengan aman. Proses ini mencakup
penetralan pH dan aerasi, yaitu penambahan oksigen
(O2).

4.2 Supercritical Boiler


32

Gambar 4.6 Supercritical Boiler

Salah satu komponen utama dari sistem pembangkit


listrik tenaga uap ialah boiler. Boiler berfungsi untuk
memanaskan air hingga menjadi uap yang kemudian
akan memutar turbin dan generator agar dapat
membangkitkan listrik. PLTU Paiton unit 3
menggunakan jenis boiler yang berbeda dengan PLTU
unit 7 & 8. Boiler ini dinamakan Supercritical Boiler.
33

Supercritical boiler merupakan once-trough boiler artinya


seluruh air yang dipanaskan akan berubah wujud menjadi
uap dan langsung dialirkan ke turbin. Pada umumnya di
dalam boiler terdapat pemisah antara uap dan air yang
dinamakan Steam Drum. Air yang sudah dipanaskan
akan masuk ke dalam Steam Drum untuk kemudian
dipisahkan antara uap dan air. Hasil pemanasan yang
berupa uap akan dialirkan ke turbin sedangkan hasil
pemanasan yang belum sempurna yaitu yang masih
berupa air akan dialirkan kembali ke dalam boiler untuk
dipanasakan kembali. Pada Supercritical Boiler tidak
terdapat Steam Drum, ini disebabkan oleh hasil
pemanasan ialah berupa uap kering. Air yang dipanaskan
di dalam boiler seluruhnya menjadi uap tanpa kecuali
sehingga dapat dialirkan langsung ke turbin.

Namun pada proses start up, temperatur boiler tidak


langsung tinggi sehingga air yang dipanskan belum
sepenuhnya berupa menjadi uap. Oleh karena itu terdapat
water separator yang memiliki fungsi sama dengan steam
drum yaitu memisahkan air dengan uap hasil pemanasan
pada boiler.
BAB V
PROSEDUR SINKRONISASI GENERATOR PLTU
PAITON UNIT 3 DENGAN JARINGAN PLN

Sinkronisasi adalah suatu cara untuk menghubungkan


dua sumber atau lebih Arus Bolak-Balik (AC) untuk
menyuplai beban. Sumber AC tersebut antara lain
generator dan beban adalah transformator yang akan
digabungkan atau diparalel dengan tujuan untuk
meningkatkan keandalan dan kapasitas sistem tenaga
listrik. Generator PLTU Paiton unit 3 sendiri memiliki
rating daya 1045 MVA.

Gambar 5.1 Generator Turbin PLTU Paiton Unit 3

34
35

5.1 Spesifikasi Umum Dan Pengaman Utama Generator


PLTU Paiton Unit 3
Spesifikasi Generator PLTU Paiton Unit 3 sebagai
berikut :
SN : 08HVFN01
Voltage : 27 kV
Capacity : 1045 MVA
Excitation : 640 Volts
Stator Current : 22346 Amps
Field Current : 5705 Amps
Gas Press : 0.55 Mpag
Power Factor: 0.85 Lag

Gambar 5.2 Nameplate Generator PLTU Paiton Unit 3


36

Generator PLTU Paiton unit 3 merupakan tipe turbo


generator karena beroperasi pada putaran tinggi yaitu
3000 RPM. Secara teoritis jika dilihat dari data yang
tertera pada generator, generator PLTU Paiton unit 3
dapat menghasilkan daya aktif sebesar 888,25 MW,
Namun karena terdapat beberapa losses pada generator
seperti rugi inti, rugi tembaga, ataupun rugi-rugi mekanik
maka generator hanya dapat menyuplai daya aktif
maksimal 870 MW karena terjadi rugi sebesar 1-2%
pada rotor maupun stator generator.
Untuk mengetahui batasan kerja maksimal generator
PLTU Paiton unit 3 dapat dilihat pada kurva
kapabilitasnya. Pada kurva kapabilitas terdapat beberapa
parameter seperti : daya aktif, daya reaktif, suhu air
pendingin dan tekanan gas pendingin dimana pada
generator ini menggunakan gas hidrogen (H2).
37

Gambar 5.3 Kurva Kapabilitas Generator PLTU


Paiton Unit 3

Daerah operasi generator terletak di dalam daerah dua


garis putih yang saling berpotongan membentuk sudut
lancip dan garis hijau. Garis putih atas merupakan batas
dari over excitation, garis putih bawah merupakan batas
dari under excitation dan garis hijau merupakan batas
pendinginan yang mampu dicover oleh pendingin
38

generator baik berupa water cooling ataupun hydrogen


cooling. Water cooling digunakan untuk mendinginkan
bagian stator generator, sedangkan hydrogen cooling
digunakan untuk mendinginkan bagian rotor generator.
Selama beroperasi generator harus dijaga agar selalu
berada di dalam daerah operasi agar dapat menyalurkan
daya secara optimal dan aman bagi generator itu sendiri.
Jika generator beroperasi di melebihi batas garis atas
(over excitation) maka akan mengakibatkan panas
berlebihan di rotor generator. Jika generator beroperasi di
melebihi batas garis bawah (under excitation) maka akan
mengakibatkan panas berlebihan di stator generator.
Namun jika generator beroperasi melebihi batas garis
hijau maka pendingin generator baik berupa water
cooling ataupun hydrogen cooling tidak mampu
mengcover panas yang dihasilkan oleh generator.
Panas yang berlebihan (overheating) dapat
mengakibatkan kerusakan laminasi pada kumparan-
kumparan yang terdapat pada generator sehingga
menyebabkan hubung singkat antar kumparan ataupun
hubung singkat antara kumparan dengan body generator.
Untuk menghindari hal tersebut, sebelum dihubungkan
dengan Generator Step-up (GSU) Transformer diberi
39

pengaman berupa Generator Load Switch (GLS). GLS


adalah semacam pemutus yang bekerja jika terdapat
kondisi yang tidak normal pada generator.

Gambar 5.4 Nameplate Generator Load Switch


(GLS)

Dalam kondisi running kerja GLS dikontrol oleh


Distributed Control System (DCS) yang terdapat pada
Central Control Room (CCR).
40

5.2 Syarat-Syarat Sinkronisasi


A. Mempunyai Tegangan Kerja Yang Sama

Antara tegangan generator (yang akan diparalel) dengan


tegangan sistem jaringan harus sama besarnya (nilainya).
Untuk menyamakan, maka tegangan generator harus
diatur, yaitu dengan mengatur arus eksitasinya. Apabila
tegangan generator lebih tinggi dari tegangan sistem,
maka mesin (generator) akan mengalami sentakan beban
M Var lagging (induktif) artinya generator mengirim
daya reaktif ke sistem. Sebaliknya bila tegangan
generator lebih rendah dari pada tegangan sistem, mesin
akan mengalami sentakan beban M Var Leading
(kapasitif), artinya generator menyerap daya reaktif dari
sistem.

B. Mempunyai Urutan Phase Yang Sama

Yang dimaksud urutan phase adalah arah putaran dari


ketiga phase. Arah urutan ini dalam dunia industri
dikenal dengan nama CW (clockwise) yang artinya
searah jarum jam dan CCW (counter clockwise) yang
artinya berlawanan dengan jarum jam. Hal ini dapat
diukur dengan alat phase sequence type jarum. Dimana
41

jika pada saat mengukur jarum bergerak berputar


kekanan dinamakan CW dan jika berputar kekiri
dinamakan CCW. Disamping itu dikenal juga urutan
phase ABC dan CBA. ABC identik dengan CW
sedangkan CBA identik dengan CCW.

C. Mempunyai Frekuensi Kerja Yang Sama


Frekuensi generator dan frekuensi sistem harus sama
(match). Untuk menyamakan maka putaran generator
harus diatur, yaitu dengan cara mengatur katup governor
(aliran uap masuk turbin). Jika frekuensi generator lebih
tinggi dari pada frekuensi sistem, sistem akan mengalami
sentakan beban MW dari mesin, artinya mesin
membangkitkan MW. Sebaliknya jika generator
frekuensinya lebih rendah dari pada sistem, mesin akan
mengalami sentakan MW dari sistem , artinya mesin
menjadi motor (motorig).

D. Mempunyai sudut phase yang sama

Sudut fasa antara generator dan sistem harus sama. Untuk


menyamakannya fasa generator harus diatur, yaitu
42

dengan cara mengatur kecepatan generator dengan katup


governor. Apabila terjadi perbedaan fasa antara generator
dengan sistem akan mengakibatkan sentakan perpindahan
daya antara mesin dan sistem. Hal ini mengakibatkan
kondisi gangguan dan terjadinya sirkulasi arus antara
mesin dan sistem yang besarnya ditentukan oleh
perbedaan antara keduanya. Di dalam penyediaan listrik,
perusahaan listrik mempunyai kewajiban untuk
menyediakan kualitas listrik yang stabil kepada
pelanggan. Kualitas tersebut meliputi frekuensi dan
tegangan yang selau konstan. Frekuensi di Indonesia
menggunakan standar 50 Hz. Variasi frekuensi sebaiknya
tidak melebihi 1 % dari 50 Hz, yaitu : 49,5 - 50,5Hz atau
2970 - 3030 Rpm. Bila ferkuensi menyimpang dari 50 Hz
, maka jam listrik dan putaran motor akan berubah
sehingga untuk peralatan yang presisi atau teliti
perubahan ini dapat mengakibatkan terganggunya operasi
alat. Batas waktu penyimpangan yang diperbolehkan dan
tidak menimbulkan pengaruh adalah selama 10 detik.
Jika jumlah pembangkitan MW melebihi kebutuhan
pelanggan (konsumen), maka kelebihan energi ini
menaikan putaran rotor semua turbin generator yang
terhubung ke sistem sehingga frekuensi naik. Sebaliknya
43

bila kebutuhan beban pelanggan lebih besar dari MW


yang dibangkitkan, maka semua turbin generator
putarannya berkurang sehingga frekuensi nya turun.
Tegangan nominal untuk sistem tegangan rendah kepada
pelanggan adalah 220 Volt. Variasi tegangan yang
disarankan tidak melebihi 6% dari tegangan nominalnya.
Jadi untuk tegangan nominal 220 Volt rentangnya adalah
206,8~ 233,2 V. Tidak seperti frekuensi, tingkat (level)
tegangan pada seluruh sistem tidak sama. Tegangan
sistem dapat dipengaruhi oleh keadaan setempat atau ling
kungan.

5.3 Prosedur Sinkronisasi Generator terhadap Jaringan

A. Proses Start-Up

Ketika turbin mulai berputar dan kecepatan naik secara


berangsur-angsur, dengan menghubungkan noise bar ke
bagian bearing dan frame generator, periksalah jika
terdapat suara tidak normal muncul di generator, atau jika
sirip dari oil seal ring menggesek pada poros. Kenaikan
suhu pada setiap bagian perlu diperhatikan dan, jika
perlu, atur jumlah air pendingin pada generator.
44

Turbin dijaga dengan kecepatan rendah selama sekitar


sepuluh menit untuk menghangatkan mesin, tapi jika
suhu minyak bearing naik tiba-tiba, atau jika suhu
berubah terus menerus, maka untuk mengatasi hal
tersebut selama periode ini adalah memeriksa generator
dengan mengurangi kecepatannya. Jika tidak ada
kelainan yang ditemukan pada turbin dan generator,
naikkan kecepatan generator.

B. Persiapan Sebelum Sinkronisasi

Jika tidak ada kelainan di generator hingga pada rating


kecepatannya dan setelah melalui berbagai tes pada
turbin, pada kondisi ini bisa digunakan untuk
membangkitkan tegangan, kemudian lakukan
pemeriksaan tahap selanjutnya sesuai dengan prosedur
berikut.

Kunci saklar pemisah (Disconnecting Switch) dan buka


pemutus (Circuit Breaker) utama generator, dan periksa
peralatan tersebut setelah tegangan generator mencapai
tegangan nominal.
45

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum sinkronisasi :

a. Keseimbangan tegangan pada tiap phase


b. Urutan phase
c. Dengan menggunakan indikator sinkronisasi, periksa
pada fasa yang sama apakah tegangan pada
transformator tegangan disisi busbar sama dengan
tegangan pada transformator tegangan disisi
generator. Indikator akan menunjuk nilai 0 jika
tegangan disisi busbar sama dengan tegangan di sisi
generator dan ini menunjukkan kondisi sinkron.
d. Dengan mengubah frekuensi naik atau turun dari nilai
rating ketika tegangan dibangkitkan, periksa apakah
penunjuk dari indikator sinkronisasi sudah sesuai
dengan nilai yang telah ditetapkan.

C. Sinkronisasi ke Jaringan

Jika persiapan sebelum sinkronisasi selesai dan kondisi


yang akan disinkronkan telah terpenuhi, sinkronisasikan
dengan prosedur berikut.

a. Naikkan tegangan generator dengan mengatur arus


medan hingga mencapai tegangan nominal.
b. Aktifkan indikator sinkronisasi dan atur saklar
kontrol untuk governor motor, sesuaikan frekuensi
46

(50 Hz), phase dan tegangan generator dengan


tegangan line melalui pengatur tegangan.
c. Saat proses sinkronisasi ketika frekuensi, tegangan
dan phase generator sudah sesuai dengan line maka
tutup circuit breaker generator lalu sinkronkan lagi
generator dengan line.
d. Setelah generator dengan line dalam kondisi benar-
benar sinkron, masukkan beban sebesar 5% dari
beban total (815 MW) dengan segera lalu jaga
keadaan tersebut selama 30 menit. Beban akan
dinaikkan secara bertahap hingga mencapai beban
penuh melalui koordinasi antara operator start-up
dengan operator boiler.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. Generator PLTU Paiton unit 3 menggunakan dua


jenis pendingin yaitu water cooling dan hydrogen
cooling. Water cooling digunakan untuk
mendinginkan bagian stator generator sedangkan
hydrogen cooling digunakan untuk mendinginkan
bagian rotor generator.

2. Agar dapat bekerja dengan optimal dan aman


maka generator harus selalu bekerja di dalam
daerah operasi pada kurva kapabilitas.

3. Untuk menyinkronkan generator dengan grid


haruslah memenuhi 4 syarat yaitu :

Mempunyai tegangan kerja yang sama.


Mempunyai frekuensi kerja yang sama.
Mempunyai sudut phase yang sama.
Mempunyai urutan phase yang sama.

47
48

6.2 Saran
1. Diharapkan pembimbing memiliki intensitas
diskusi yang cukup untuk mahasiswa kerja
praktek.
2. Diharapkan Mahasiswa kerja praktek diberikan
waktu yang seimbang antara studi literatur
dengan studi lapangan.
49

DAFTAR PUSTAKA

1. Mitsubishi Electric Corporation, Operation Manual


Generator And Excitation System, September 2010
2. Mitsubishi Electric Corporation, Basics Of Generator,
February 2011
3. Sampurno Djoko, Basic Power Plant Training,
Februari 2012

4. http//www.ntmomi4-net.com; (LAN yang digunakan


PT. IPMOMI)
5. http://dunia-
listrik.blogspot.com/2009/11/sinkronisasi.html
50

(halaman ini sengaja dikosongkan)

Anda mungkin juga menyukai