Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kompetensi Dasar
3.1 Memahami teks tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek baik
melalui lisan maupun tulisan
Langkah-langkah Pembelajaran
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
4. Seperti halnya teks yang lain (misalnya teks laporan hasil observasi, teks tanggapan
deskriptif, teks eksposisi, dan teks eksplanasi), teks cerita pendek juga memiliki struktur
isi yang khas, yang membedakannya dengan jenis teks lainnya. Untuk memahami
struktur isi teks cerpen, mari kita diskusikan dalam kelompok masing-masing
permasalahan berikut!
No. Permasalahan Hasil Diskusi Nilai
1. Apa judul cerpen
tersebut?
2. Dalam cerpen pasti ada
sesuatu atau masalah
yang diceritakan. Apa
yang diceritakan dalam
cerpen tersebut?
3. Dalam cerpen pasti ada
pelaku ceritanya.
Sebutkan pelaku-
pelaku yang ada dalam
cerpen tersebut dan
simpulkan sifat/watak
masing-masing pelaku
tersebut!
CERPEN
5. Selain struktur isi, teks cerpen juga memiliki ciri-ciri bahasa yang berbeda dengan teks
yang lain. Ayo kita cari ciri bahasa teks cerpen!
Temukan kata-kata yang digunakan dalam cerpen dengan melengkapi tabel berikut!
No. Kategori Temuan dalam teks cerpen Jenis
kata
1. Kata-kata yang
digunakan untuk
menjelaskan sifat,
penampilan fisik, dan
kepribadian pelaku
2. Kata-kata yang
digunakan untuk
menggambarkan latar
(latar waktu, tempat,
dan suasana)
3. Kata-kata yang
digunakan untuk
menunjukkan
tindakan-tindakan
yang dilakukan atau
peristiwa-peristiwa
yang dialami para
pelaku
Kompetensi Dasar
4.1 Menangkap makna teks laporan hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi,
eksplanasi, dan cerita pendek baik secara lisan maupun tulisan
4.1.1 Mampu menjelaskan makna kalimat atau kata yang diucapkan tokoh dalam teks cerpen
yang dibaca
4.1.2 Mampu membuat kalimat lain yang maknanya sama dengan makna kalimat atau kata
yang diucapkan tokoh dalam teks cerpen yang dibaca.
4.1.3 Mampu menjawab/mengajukan pertanyaan terkait dengan isi teks cerpen (pertanyaan
literal, inferensial, integratif, kritis) dengan benar
4.1.4 Mampu menjelaskan keterkaitan isi cerpen dengan kehidupan nyata disertai
bukti/alasan yang tepat
Langkah-langkah Pembelajaran
Bendera
MESKI sedang liburan di rumah neneknya di Desa Bangunjiwa, Amir tetap bangun pagi.
Sudah menjadi kebiasaan setiap hari. Kalau sedang tidak libur, Amir bangun pagi untuk
bersiap ke sekolah. Amir selalu ingat nasehat Nenek, Orang yang rajin bangun pagi akan
lebih mudah mendapat rezeki.
Di mata Amir, Nenek adalah sosok perempuan tua yang bijak dan pintar. Amir tak tahu apa
makna nasehat Nenek itu, tapi ia merasa ada benarnya. Bangun pagi membuatnya tidak
terlambat tiba di sekolah dan tidak ketinggalan pelajaran. Selain itu, bangun pagi sungguh
menyenangkan. Hanya pada waktu pagi kita bisa menikmati suasana alam yang paling
nyaman. Cahaya matahari masih hangat, udara masih bersih, tumbuhan pun tampak segar,
seolah semua lebih bugar setelah bangun tidur.
Pagi itu Amir mendapati Nenek duduk sendirian di beranda depan. Rupanya, Nenek sedang
menyulam bendera. Amir menyapa dan bertanya, Selamat pagi, Nek. Benderanya kenapa?
Nenek tersenyum. Belum perlu, katanya. Ini masih bisa diperbaiki. Tidak baik
memboroskan uang. Lebih untung ditabung, siapa tahu akan ada kebutuhan yang lebih
penting.
O, penting sekali. Justru karena sangat penting, Nenek tidak akan membuangnya. Nenek
berhenti sejenak dan menatap cucunya. Kelak, ketika kamu dewasa, Nenek harap kamu juga
menjadi penting seperti bendera ini.
Amir mengamati bendera itu. Selembar sambungan kain merah dan putih. Tidak ada yang
istimewa. Apa pentingnya, Nek? Apa bedanya dengan kain yang lain?
Pertanyaan Amir membuat Nenek berhenti menyulam. Nenek diam. Pintar sekali anak ini,
kata Nenek dalam hati. Nenek merasa perlu memberi jawaban terbaik untuk setiap
pertanyaannya. Untunglah, Nenek teringat Eyang Coelho, seorang lelaki gaek yang cengeng
dan sedikit manja, yang membayangkan dirinya bersimpuh dan tersedu di tepi Sungai Paedra.
Eyang Coelho pernah menulis sebuah cerita tentang pensil. Nah, Nenek akan meniru cara
tokoh perempuan tua dalam cerita itu ketika memberikan penjelasan kepada sang cucu.
Penting atau tidak, tergantung bagaimana kita menilainya, akhirnya Nenek berkata.
Bendera ini, lanjutnya, bukan kain biasa. Ia punya beberapa keistimewaan yang
membedakannya dengan kain-kain lain. Keistimewaan itu yang patut kita tiru.
Pertama: semula ini memang kain biasa. Tapi, setelah dipadukan dengan urutan dan ukuran
seperti ini, ia berubah jadi bendera, menjadi lambang negara. Merah-putih ini lambang negara
kita, Indonesia. Setiap negara punya bendera yang berbeda. Dan semua warga negara
menghormati bendera negaranya. Tapi, jangan lupa, kain ini menjadi bendera bukan karena
dirinya sendiri, melainkan ada manusia yang membuatnya. Begitu pula kita bisa menjadi apa
saja, tapi jangan lupa ada kehendak Sang Mahapencipta.
Kedua: Pada waktu kain ini dijahit, tentu ia merasa sakit. Tapi sesudahnya, ia punya wujud
baru yang indah dan bermakna. Kita, manusia, hendaknya begitu juga. Sabar dan tabah
menghadapi sakit dan derita, karena daya tahan itulah yang membuat kita menjadi pribadi
yang kuat, tidak mudah menyerah.
Ketiga: Bendera akan tampak perkasa jika ada tiang yang membuatnya menjulang, ada angin
yang membuatnya berkibar. Artinya, seseorang bisa mencapai sukses dan berguna karena ada
dukungan dari pihak-pihak lain. Kita tak boleh melupakan jasa mereka.
Keempat: Makna bendera ini tidak ditentukan oleh tempat di mana ia dibeli, berapa harganya,
atau siapa yang mengibarkannya. Ia bermakna karena di balik bentuk dan susunan warnanya
ada gagasan dan pandangan yang diwakili. Begitulah, kita pun harus memperhatikan diri dan
menjaganya agar tetap selaras dengan cita-cita dan tujuan hidup kita.
Begitulah, cucuku yang ganteng, sekarang kau mengerti? ujar Nenek mengakhiri
penjelasannya.
Amir mengangguk. Meski belum bisa memahami semua, ia menangkap inti dan garis
besarnya: betapa penting arti sebuah bendera.
Sudah, sana mandi dulu. Nenek akan menyiapkan gudeg manggar lengkap dengan telor dan
daging ayam kampung empuk kesukaanmu.
Amir menuruti saran Nenek. Ia masuk ke rumah sambil membayangkan kesegaran air sumur
pedesaan.
***
Pada kesempatan lain, Amir mendapat tugas sebagai pengibar bendera pada upacara di
sekolahnya. Seiring dengan lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan serentak oleh para guru
dan teman-temannya, ia menarik tali pengikat bendera agar Sang Saka Merah-Putih berkibar
di angkasa.
Ketika bendera mencapai puncak tiang, semua peserta upacara khusyuk memberikan
penghormatan. Saat itu Amir berpikir bahwa setiap orang di lapangan itu tak ubahnya sehelai
benang. Sekolah tempat mereka belajar ibarat alat pemintal, tempat benang-benang itu
menganyam dan meluaskan diri agar menjadi lembaran kain.
Kelak setiap lembar kain akan berguna. Ada yang menjadi baju, celana, selimut, atau taplak
meja. Menjadi lap piring juga berjasa, meski tidak pernah dibanggakan dan murah harganya.
Sebaliknya, jika menjadi pakaian, sering dipamerkan dalam acara-acara gemerlapan dan
harganya bisa mencapai ratusan juta.
Di dalam hati Amir bertekad, ingin menjadi kain yang istimewa. Ia ingin menjadi lambang,
seperti bendera. (*)
2. Jelaskan makna kalimat atau kata yang diucapkan tokoh dalam teks cerpen tersebut!
No. Kalimat/Kata Makna
5. Jelaskan keterkaitan isi cerpen tersebut dengan kehidupan nyata disertai bukti/alasan
yang tepat!
Kompetensi Dasar
3.2 Membedakan teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita
pendek baik melalui lisan maupun tulisan
3.2.1 Mampu menjelaskan perbedaan teks cerita pendek dengan teks laporan hasil observasi
dilihat dari struktur isi
3.2.2 Mampu menjelaskan perbedaan teks cerita pendek dengan teks laporan hasil observasi
dilihat dari fitur/ciri bahasanya
Langkah-langkah Pembelajaran
Teks 1
Traktor
NYALANG mata Wo Rikan acapkali melihat derum benda itu. Meraung-
raung seperti tengah mentertawakan dirinya yang kini jadi sering menganggur
karena tak ada lagi pekerjaan. Padahal telah lama musim penghujan menjadi
mimpi indah dalam kepala lelaki gaek itu.
Aku mau yang cepat, Wo. Kalau pakai sapi kan lama? Mahal sedikit tak apa,
asal kerjanya bagus, kalimat Haji Ali terus terngiang dalam telinganya.
Saat itu Wo Rikan tak mengerti. Berselang hari kemudian barulah ia paham
bahwa makhluk berisik itulah penyebabnya.
Tak cuma Haji Ali, semua orang yang semula pelanggan tetap Wo Rikan kini
beralih pula darinya. Hanya dalam seminggu, semua pekerjaan yang telah
enam bulan ditunggu habis tak bersisa!
Kini ia telah melihat dengan mata kepalanya sendiri, hanya dalam waktu satu
jam, separuh pekerjaan hampir selesai. Tanah terbajak sempurna, sementara
sang pengemudinya hanya terlihat duduk manis di sadel belakang. Terlihat
amat santai. Beda dengan dirinya ketika harus duduk di tuas belakang sapi,
yang disamping menjadi pengendali arah juga harus berusaha menjadi
pemberat agar mata bajak bisa lebih dalam menghujam tanah.
Kini tak ada pekerjaan yang tersisa selain mencangkul galengan [1] sawah.
Sayangnya Wo Rikan bukanlah tukang cangkul yang ulung. Lagipula
tubuhnya sudah ringkih. Habis mencangkul seharian, tiga hari berikutnya
tubuh tuanya serasa remuk dihajar pegal-pegal. Tak seperti ketika ia masih
muda dulu.
***
***
Hal itu susah betul diterimanya secara penuh. Setiap berpapasan dengan Dikin
dan traktor piaraannya, kemarahan dalam dada Wo Rikan melonjak-lonjak.
Derum traktor terdengar bagai riuh kaum kala [2] ketika merusak ketentraman
kahyangan. Aneka rencana langsung berhamburan masuk tanpa permisi ke
dalam kepala, berebut untuk meraih persetujuannya.
Tak ada lagi pekerjaan yang bisa membuat Wo Rikan makan enak. Maka ia
pun tak balas marah-marah kepada pendamping hidupnya yang setia itu. Ia
biarkan perempuannya mengumpat-umpat dirinya sepuas hati saat melihat Wo
Rikan yang malas-malasan membantu pekerjaannya mengumpulkan daun
waru dan jati, berburu keong besusul, memanen genjer liar, juga mengambil
petet cina yang tumbuh liar di sepanjang pematang sungai pinggiran sawah.
Istrinya tak pernah tahu karena Wo Rikan memang tak pernah memberitahu
bahwa kemalasannya adalah tersebab malam-malamnya yang selalu sulit tidur
dan selalu dipenuhi dengan aneka rencana.
Pun ketika istrinya menegur karena teramat jengkel, Wo Rikan masih juga
menjawab, Tadi malam Gatotkaca telah melumpuhkan Kala Pracona! tak
peduli perempuannya semakin jengkel sampai pernah menyembunyikan radio
tua itu, hingga Wo Rikan meradang dan tak mau lagi bantu-bantu
pekerjaannya.
Wo Rikan tak peduli meski ia tak dipedulikan lagi. Oleh istrinya, oleh pemilik
sawah langganannya, bahkan oleh dunia sekalipun. Baginya, ketika Kala
Pracona berhasil dilumpuhkan berkali-kali oleh Gatotkacameski hanya
sementaraitu sudah sedikit mengurangi sakit hatinya.
***
Kalau aku mati nanti, apa kau akan cari suami lagi? tanya Wo Rikan
sebelum istrinya terlelap.
Kalau aku tak ada lagi, apa yang akan kamu lakukan? bertanya lagi karena
diacuhkan.
Mbok Tu sering tak peduli dengan apa yang dilakukan dan dipikirkan Wo
Rikan selain ketika lelaki itu membantunya mencari kebutuhan makan. Maka
ketika shubuh itu lelakinya telah raib dari sisinya, ia pun lebih peduli dengan
pesanan daun, bothok keong dan bothok petet dari para tetangganya ketimbang
mencari tahu ke manakah gerangan suaminya pergi.
Kalau ingin Wo Rikan bebas, Mbok Tu harus mau mengganti rugi semua
biaya perbaikan traktor saya selama ini, wajah Dikin terlihat memerah saat
menyebutkan satu per satu kerusakan yang pernah dibengkelkannya.
Catatan:
[1] Pembatas antar sawah
[2] Raksasa
Teks 2
Komodo, Binatang Melata Terberat di Dunia
Tahukah Anda binatang melata apakah yang paling besar? Binatang itu
adalah komodo. Binatang itu hidup di semak-semak belukar dan di daerah
hutan di sejumlah pulau di Indonesia.
Hampir semua bagian gigi komodo tertutup oleh gusi. Ketika komodo
sedang makan, gusinya berdarah dan menjadi media ideal bagi
berkembangnya bakteri yang berbahaya. Bakteri yang hidup dalam air liur
komodo menyebabkan darah korban yang digigit keracunan. Komodo akan
menggigit binatang mangsanya, lalu membuntutinya sampai binatang itu
lemas tidak berdaya untuk dibawa pergi.
2. Jelaskan perbedaan teks cerita pendek dengan teks laporan hasil observasi dilihat dari
struktur isi berdasarkan dua contoh teks di atas!
Teks 1 Teks 2
3. Jelaskan perbedaan teks cerita pendek dengan teks laporan hasil observasi dilihat dari
fitur/ciri bahasanya berdasarkan dua contoh teks di atas!
Teks 1 Teks 2
Kompetensi Dasar
4.2 Menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita
pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun
tulisan
4.2.1 Mampu menemukan bahan untuk menulis cerpen dari berbagai sumber (pengalaman
pribadi, pengalaman orang lain, berita di televisi, koran, majalah, dll.)
4.2.2 Mampu mengembangkan garis besar kerangka/alur cerpen
4.2.3 Mampu menulis pembuka cerpen (orientasi/perkenalan tokoh dan peristiwanya)
4.2.4 Mampu menghidupkan tokoh dengan dialog
4.2.5 Mampu membuat klimaks cerita
4.2.6 Mampu mengembangkan latar untuk menghidupkan cerita
4.2.7 Mampu menulis penyelesaian cerpen
4.2.8 Mampu mempresentasikan cerpen yang telah dibuat dengan lafal dan intonasi serta
penghayatan yang tepat
Langkah-langkah Pembelajaran
a. Pilihlah bahan
untuk menulis
cerpen dari
berbagai sumber,
bisa dari
pengalaman
pribadi,
pengalaman
orang lain, berita
di televisi, koran,
majalah, dan lain-
lain yang menarik
c. Susunlah garis
besar
kerangka/alur
cerpen dengan
kriteria:
menggambarkan
keutuhan cerita,
runtut, unik,
menggambarkan
tahapan orientasi,
konflik, klimaks,
dan leraian.
d. Tulislah pembuka
cerpen dengan
kriteria mampu
menuntun
kesadaran
pembaca untuk
masuk ke dunia
imajinasi,
menarik,
memotivasi,
menimbulkan
rasa penasaran
melalui deskripsi
orang, tempat,
atau suasana.
f. Tulislah klimaks
cerita dengan
kriteria:
menggambarkan
puncak
ketegangan
dalam cerita,
mendukung
keutuhan cerita,
dapat menyeret
emosi pembaca,
menimbulkan
tanda tanya pada
benak pembaca
akan
penyelesaiannya
h. Tulislah
penyelesaian
cerita dengan
kriteria: memiliki
satu jenis
penyelesaian
(senang, sedih,
menggantung),
dapat
mempermainkan
emosi pembaca,
mendukung
keseluruhan isi
cerpen, tokoh
benar-benar telah
selesai
mengalami
sesuatu
Kompetensi Dasar
3.3 Mengklasifikasi teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita
pendek baik melalui lisan maupun tulisan
3.3.1 Mampumengelompokkan teks cerpen berdasarkan tema (sosial, budaya, agama, dll)
3.3.2 Mampumemberikan alasan yang menjadi dasar pengklasifikasian cerpen berdasarkan tema yang
diangkat.
Langkah-langkah Pembelajaran
1. Bacalah dengan saksama empat teks cerpen (cerita anak) berikut! Klasifikasikan/kelompokkan
keempat teks cerpen tersebut berdasarkan temanya!Berikan alasan/bukti yang mendukung tema
tersebut!
Teks 1
SEBELAH TELINGA
Sejak papa mengganti komputer di rumah dengan komputer jinjing, Lala jadi lebih suka
mengisi akhir pekannya dengan bermain game. Apalagi ada banyak pilihan permainan
yang tersedia.
Lalaaa.., terdengar suara mama memanggil namanya. Tolong matikan keran air
di kamar mandi.
Lala yang sedang asyik tidak segera menyahut. Bukannya Lala tidak mendengar
tetapi permainan yang sedang dimainkannya sedang seru. Kalau ia menjawab panggilan
mama kemudian menghampiri mama, sudah dapat dipastikan ia akan kalah.
Sejak papa mengganti komputer di rumah dengan komputer jinjing, Lala jadi lebih suka
mengisi akhir pekannya dengan bermain game. Apalagi ada banyak pilihan permainan
yang tersedia.
Lalaaa.., terdengar suara mama memanggil namanya. Tolong matikan keran air
di kamar mandi.
Lala yang sedang asyik tidak segera menyahut. Bukannya Lala tidak mendengar
tetapi permainan yang sedang dimainkannya sedang seru. Kalau ia menjawab panggilan
mama kemudian menghampiri mama, sudah dapat dipastikan ia akan kalah.
Lalaaa.., suara mama kembali terdengar.
Iyaa Maa.., Lala akhirnya menyahut. Namun tatapan matanya tak lepas dari
layar komputer di depannya. Tangannya sibuk bergerak memainkan tombol tanda panah
yang ada di keyboard komputer.
Lala! panggilan itu kembali terdengar. Kali ini dengan nada menyentak dan
terdengar begitu dekat.
Lala tersentak kaget. Ia mendongak. Dilihatnya mama berdiri di hadapannya.
Kedua tangannya terlipat di depan dada. Sorot matanya begitu tajam. Buru-buru Lala
menekan salah satu tombol yanga ada di papan ketik. Permainan yang semula tampak di
layar komputer jinjingnya langsung berhenti.
I.. I.. ya.. Maa.., jawab Lala dengan takut-takut.
Suatu hari, ada sebuah air kecil yang bernama Airi. Ia baru terbangun dari tidurnya, ia
tidur di daun di sebatang bunga.
"Hoaaam ... hari yang cerah!" Airi terbangun. Ia menguap dan lekas bergegas menuju
ibunya.
"Ibu! Ayo, kita akan berjalan-jalan, iya kan?" Airi membangunkan ibunya, ya, kemarin
ibu Airi berjanji kalau besok mereka akan berjalan-jalan.
Akhirnya merekapun segera turun dari bunga. Mereka berjalan-jalan di sebuah taman
yang indah. Airi meminta izin kepada ibunya, ia ingin menemui teman lamanya. Sebuah
bunga mawar, namanya Mawaru. Ibunya mengizinkannya.
"Maaf ya, api. Tunggu... Hahahaha!" Airi tertawa terbahak-bahak, ia melihat sebagian
tubuh api hilang.
Api sedih, ia akhirnya meninggalkan Airi.
Setelah bermain dengan Mawaru, Airi dan ibunya pulang. Akan tetapi, ibu Airi lebih
memilih pulang lewat tanah.
"Ibu, aku merasa tidak enak! Kita belum pernah melewati jalan ini sebelumnya," Airi
tampak agak ketakutan.
"Iya nak, Ibu juga merasa agak bingung." Ibunya membalasnya.
Saat mereka sampai, mereka merasa berada di kumpulan air lainnya yang sangat banyak.
Ternyata, mereka sampai di bak mandi milik seorang manusia.
Manusia itu memasukkan Airi & Ibunya kedalam freezer. Beberapa menit kemudian,
mereka membeku, menjadi es batu.
Beberapa jam setelahnya, manusia mengangkat kotak itu dan menyimpannya di lantai,
manusia itu meninggalkan Airi dan ibunya, dan para air begitu saja, tiba-tiba, api dan
angin datang.
"Api, angin! Tolong selamatkan kami, para air! Kami telah membeku dan menjadi es!"
Airi berteriak sangat--sangat--sangat kencang.
Angin menurunkan seluruh air itu ke lantai, keluar dari kotak itu. Api melelehkan seluruh
air. Lalu, api, angin & para air berjalan bersama, keluar dari rumah milik manusia. Api
menghanguskan pintu rumah manusia, arang-arangnya ditiup oleh angin. Merekapun
keluar bersama-sama.
"Terimakasih ya, air, angin. Tunggu... kau kan api tadi siang kan?, Maaf ya. Aku sudah
menghinamu," Airi meminta maaf kepada api.
"Tidak apa-apa. Oh ya, perkenalkan, aku Apia. Temanku, Anginu" jawab Apia.
Setelah lama berjalan, akhirnya mereka sampai rumah masing-masing. Ah! Leganya ...,
dan Airi, Apia & Anginu menjadi sahabat sejati sejak itu.
Sepatu belum dilepas. Pakaian seragam sekolahnyapun belum juga diganti. Tas dilempar
di tempat tidurnya. Sigit langsung membantingkan dirinya sambil menggerutu dengan
wajah cemberut. Emosinya meledak.
Itulah sebabnya, maka ibunya memasang telinga di muka pintu Sigit. lngin mengetahui
apa yang sebenarnya telah terjadi pada anak tunggalnya itu.
Prok! Prok! suara di dalam kamar itu mengejutkan ibu Sigit.
Ada apa sih, Git? tanya ibu Sigit dari balik pintu kamar.
Tidak ada jawaban dari dalam kamar.
Keluarlah nak..! pinta ibu Sigit halus.
Itupun tak dijawab oleh Sigit.
Sebaiknya sepulang sekolah kamu cuci tangan dan makan dulu, Git
Tetap tidak ada sautan. Hal itu menyebabkan ibu Sigit geleng-geleng kepala dan akhirnya
berlalu menuju dapur untuk menyiapkan makan siang.
Jam menunjukkan pukul lima sore ketika Sigit selesai mandi. Kini wajahnya tak
secemberut siang tadi. Apa lagi tak lama kemudian Dullah datang membawa buah duku.
2. 2
4. 4
Kompetensi Dasar
4.3 Menelaah dan merevisi teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksplanasi, dan
cerpen sesuai dengan struktur dan kaidah teks, baik secara lisan maupun tulisan.
4.3.1 Mampu menelaah teks cerpen yang telah ditulis kelompok/temanlain dariaspek judul,
alur, tokoh dan perwatakannya, latar, tema/amanat/pesan secara jujur
4.3.2 Mampu merevisi teks cerpen dari aspek bahasa (EYD).
Langkah-langkah Pembelajaran
2. Alur
3. Tokoh dan
perwatakannya
4. latar
5. Tema/amanat/
pesan
c. Datalah kesalahan aspek bahasa (ejaan, pilihan kata, dan susunan kalimat)
dalam teks tersebut, lalu tulislah pembetulannya!
No. Kesalahan Revisi/pembetulan
1.
2. Alur
3. Tokoh dan
perwatakannya
4. latar
b. Datalah kesalahan aspek bahasa (ejaan, pilihan kata, dan susunan kalimat)
dalam teks cerpen yang ditulis teman tersebut, lalu tulislah pembetulannya!
No. Kesalahan Revisi/pembetulan
2.
Kompetensi Dasar
3.4 Mengidentifikasi kekurangan teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi,
eksplanasi, dan cerita pendek berdasarkan kaidah-kaidah teks baik melalui lisan maupun
tulisan
Indikator Pencapaian Kompetensi
3.4.1 Mampu mengidentifikasi kelebihan/kekurangan teks cerpen dari salah satu unsur
pembangun cerpen dengan alasan atau data/kutipan yang mendukung.
3.4.2 Mampu mengidentifikasi kelebihan/kekurangan teks cerpen dari segi bahasa dengan
alasan atau data/kutipan yang mendukung
Langkah-langkah Pembelajaran
A. Tugas Kelompok
1. Bacalah dengan saksama teks berikut!
Di atas bangku bambu reyot, Pak Kerto meluruskan kedua kakinya. Beberapa
saat kemudian, ia beranjak dari bangku dan melangkah ke bilik belakang yang hanya
dibatasi oleh anyaman daun rumbia. Diambilnya beberapa potong ubi dari panci dan
diletakkannya di atas selembar daun pisang. Ia kembali ke depan dan menikmati ubi
rebus sambil meminum kopi.
Tiba-tiba pintu terbuka dan laki-laki dengan perut gendut muncul. Ooo.
Juragan. Silakan, Gan, sambut Pak Kerto sambil membungkuk. Dengan tergesa
dibersihkannya bangku bambu yang sudah reyot itu. Bagaimana? Apakah semuanya
sudah beres? tanya sang juragan.
Sebagian sudah saya panen, Gan. Tinggal ladang sebelah kanan parit. Silakan
juragan periksa hasil panenan itu.
Di mana kau letakkan, Kerto?
Ada di samping rumah, Gan. Ada enam karung terigu. Bagus-bagus hasil
panenan kali ini, kata Pak Kerto.
Kedua orang itu melangkah ke samping rumah. Sang juragan segera mendekati
tumpukan karung. Sesaat, dibukanya salah satu karung dan diambilnya sehelai daun
yang ada di dalamnya, kemudian sehelai daun itu diciumnya. Ahhh, luar biasa!
teriaknya kegirangan. Bagusbagus sekali panenan kali ini, Kerto, lanjut juragan
itu sambil menepuk punggung Pak Kerto. Hati Pak Kerto bahagia telah membuat
juragan senang. Ia akan mendapat tambahan upah. Watak juragan memang begitu,
kalau sedang senang ia tak segan-segan memberi tambahan upah.
Enam karung ini disimpan yang baik dan jangan sampai kena hujan. Dua hari
lagi aku akan kembali ke sini mengambil semua hasil panenan, ucap juragan sambil
meninggalkan Pak Kerto.
Sepeninggal juragan, Pak Kerto berbaring sambil berselimut sarung. Ia tak dapat
tidur. Pikirannya menerawang jauh. Pak Kerto ingin membelikan kain kebaya buat
istrinya dan dua sandal plastik buat kedua anaknya. Hatinya bahagia karena sebentar
lagi ia akan pulang untuk melepas kerinduan pada istri dan kedua anaknya.
2.
4.
3. Temukan kelebihan/kekurangan teks cerpen dari segi bahasa dengan alasan atau
data/kutipan yang mendukung!
2.
3.
4.
4. Silakan pilih satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
Kelompok lain dipersilakan menanggapi hasil diskusi kelompok yang tampil.
2.
3.
4.
3. Analisislah kelebihan/kekurangan teks cerpen dari segi bahasa dengan alasan atau
data/kutipan yang mendukung!
No. Unsur Bahasa Kelebihan/kekurangan Bukti/alasan
1.
2.
3.
4.
Kompetensi Dasar
4.4 Meringkas teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita
pendek baik secara lisan maupun tulisan
Langkah-langkah Pembelajaran
A. Tugas Kelompok
1. Bacalah dengan saksama teks cerpen berikut!
Di atas bangku bambu reyot, Pak Kerto meluruskan kedua kakinya. Beberapa
saat kemudian, ia beranjak dari bangku dan melangkah ke bilik belakang yang hanya
dibatasi oleh anyaman daun rumbia. Diambilnya beberapa potong ubi dari panci dan
diletakkannya di atas selembar daun pisang. Ia kembali ke depan dan menikmati ubi
rebus sambil meminum kopi.
Tiba-tiba pintu terbuka dan laki-laki dengan perut gendut muncul. Ooo.
Juragan. Silakan, Gan, sambut Pak Kerto sambil membungkuk. Dengan tergesa
dibersihkannya bangku bambu yang sudah reyot itu. Bagaimana? Apakah semuanya
sudah beres? tanya sang juragan.
Sebagian sudah saya panen, Gan. Tinggal ladang sebelah kanan parit. Silakan
juragan periksa hasil panenan itu.
Di mana kau letakkan, Kerto?
Ada di samping rumah, Gan. Ada enam karung terigu. Bagus-bagus hasil
panenan kali ini, kata Pak Kerto.
Kedua orang itu melangkah ke samping rumah. Sang juragan segera mendekati
tumpukan karung. Sesaat, dibukanya salah satu karung dan diambilnya sehelai daun
yang ada di dalamnya, kemudian sehelai daun itu diciumnya. Ahhh, luar biasa!
teriaknya kegirangan. Bagusbagus sekali panenan kali ini, Kerto, lanjut juragan
itu sambil menepuk punggung Pak Kerto. Hati Pak Kerto bahagia telah membuat
juragan senang. Ia akan mendapat tambahan upah. Watak juragan memang begitu,
kalau sedang senang ia tak segan-segan memberi tambahan upah.
Enam karung ini disimpan yang baik dan jangan sampai kena hujan. Dua hari
lagi aku akan kembali ke sini mengambil semua hasil panenan, ucap juragan sambil
meninggalkan Pak Kerto.
Sepeninggal juragan, Pak Kerto berbaring sambil berselimut sarung. Ia tak dapat
tidur. Pikirannya menerawang jauh. Pak Kerto ingin membelikan kain kebaya buat
istrinya dan dua sandal plastik buat kedua anaknya. Hatinya bahagia karena sebentar
lagi ia akan pulang untuk melepas kerinduan pada istri dan kedua anaknya.
Pikirannya tertuju pada pohon-pohon kecil di ladang sebelah kanan parit yang besok
2. Temukan intisari teks tersebut dengan cara menemukan ide pokok masing-masing
struktur teks (tahap perkenalan, konflik, klimaks, dan penyelesaian)!
No. Struktur Teks Ide Pokok
1. Perkenalan
2. Konflik
4. Penyelesaian
3. Susunlah ringkasan teks tersebut dengan cara menggabungkan ide pokok masing-
masing struktur teks dengan menggunakan ejaan, tanda baca, pilihan kata, kalimat,
dan paragraf yang sesuai EYD!
4. Pilihlah satu kelompok untuk mempresentasikan ringkasan yang telah disusun untuk
ditanggapi kelompok lain!
B. Tugas Individu
1. Bacalah teks cerpen yang ditulis teman!
2. Tulislah intisari teks cerpen tersebut dengan cara menemukan ide pokok masing-
masing struktur teks (tahap perkenalan, konflik, klimaks, dan penyelesaian)!
3. Susunlah ringkasan teks tersebut dengan cara menggabungkan ide pokok masing-
masing struktur teks dengan menggunakan bahasa yang sesuai kaidah dalam EYD!
Kompetensi Dasar
5. Memahami Unsur Kebahasaan
Langkah-langkah Pembelajaran
1. Lengkapilah kalimat/paragraf berikut dengan konjungsi yang tepat!
a. Angsa-angsa putih menyelam, menyembul, ... [1] mengepak beberapa saat di atas
permukaan air, ... [2] mendarat kembali.
b. ... [3] melewati pemeriksaan yang melelahkan, sekitar lima jam, oleh petugas
pemerintah Israel yang muda-muda, kami bisa masuk Palestina.
c. Adzan subuh mengantar kami berbondong ke Masjidil Aqsha. Udara yang cukup
dingin, membuat kami menggigil. Waktu itu jamaah salat subuh tidak banyak.
... [4] habis salat lalu nyruput kopi dan makan bakso, o, alangkah lezatnya. Para
jamaah setempat berpakaian tebal ... [5] berkumpul menyatu. Kami sempat
berpotret-potretan dengan takmir masjid di depan mihrab, yang tidak mungkin
kami lakukan di mihrab Masjidil Haram ... [6] Masjid Nabawi, ... [7] Masjid
Istiqlal.
d. RUMAH sakit ini rasanya menebarkan arus kematian. Terasa pada tengkuk ... [8]
telapak tangan yang dingin. Lorong-lorong yang lengang mengantarkan kereta
jenazah yang bergulir sendirian. Bau obat pengepel lantai yang menelan nasi
bungkus pada kemasan air minum yang kempis. Barangkali di ranjang sebelah
seorang pasien sedang bergulat memperebutkan nyawanya dengan Malaikat
Izrail. ... [9] adzan subuh terdengar, saya masih malas bangun dalam tidur duduk
dengan kepala terkulai di ranjang Astri, anak saya yang berumur 12 tahun. Astri
telah tiga hari pingsan, belum juga ada tanda-tanda mau siuman. Para dokter tidak
tahu kenapa lama sekali Astri pingsan.Anak-anak yang sehat, energetik, ... [10]
periang, yang mewarisi watak saya yang selalu dalam keadaan senang,
sebenarnya tidak mungkin begitu mudah jatuh pingsan. Dunia memang penuh
penderitaan, ... [11] lupakanlah itu ... [12] rebutlah kegembiraan hidup untuk
selama-lamanya.
Cerpen Danarto
Hari masih pagi ketika gadis kecil itu berjingkrak-jingkrak ke sana ke mari sambil
berteriak-teriak, "Hujan ikan! Hujan Ikan!" Kepalanya menengadah menatap angkasa
mencari tahu apakah ada lubang menganga nun di atas sana dari mana ikan-ikan
melayang beramai-ramai terjun ke bumi. Gadis kecil itu juga berlari mengitari gubuk
tempat tinggalnya dengan teriakan tak berkeputusan, "Hujan ikan! Hujan ikan!"
Ayah dan ibunya, juga dua kakaknya muncul dari dalam gubuk sambil menatap ke
udara. Sesaat ratusan ekor ikan menghujani keluarga itu. Dengan mulut menganga,
beruntun ucapan "masya Allah", tak disadari keajaiban sedang berlangsung di
kediaman mereka.
"Hujan ikan! Hujan ikan!" teriakan gadis kecil itu terus-menerus penuh kegembiraan.
Keluarga itu lalu memunguti dengan cekatan ratusan ekor ikan yang berserakan di
rerumputan pelataran, kebun, dan atap gubuk mereka. "Subhanallah," berulang-ulang
terlantun dari mulut mereka. Apa yang sedang terjadi dengan langit? Mengapa hujan
ikan seolah-olah disajikan kepada mereka? Hujan ikan sesaat yang meluncurkan
ratusan ekor ikan dari langit, apakah ini berkah? Apakah ini bencana? Mereka
mencoba memahami kehendak Tuhan yang tak terduga, seperti halnya memahami
hidup mereka sendiri yang serba jauh dari pengandaian.
Kelihatan keluarga ini tak biasa berandai-andai. Hidup sehari-hari keluarga yang
berkebun sayuran ini penuh kepastian. Kerja keras dan bersyukur kepada Tuhan.
Sebuah keluarga dengan tiga anak, dua lelaki, satu perempuan, tahu apa yang harus
dilakukan. Hidup terpencil di sebuah bukit, mereka tampak bebas menggarap lahan
yang ada hampir-tak berbatas. Bayam, kangkung, kul, singkong, kacang panjang,
cabai, sudah bertahun-tahun menghidupi keluarga ini sejak pengantin baru.
Merasa tak bisa hidup di kota, suami istri itu memilih menetap di sebuah bukit.
Dengan tetangga yang berjauhan, keduanya merasakan kebebasan. Bukit yang tanpa
tuan, keduanya serta-merta -- sebagaimana para tetangganya -- menjadi pemilik
sepenggal lahan kebun yang dipilihnya secara bebas. Tangan-tangan Pemda boleh
jadi tidak memadai jumlahnya untuk bisa mengurusi lahan perkebunan atau pertanian
Sebagaimana para tetangganya, setiap saat keluarga itu dapat memperluas lahannya
dengan leluasa. Disamping sayur-mayur, keluarga itu mencoba menanam kembang.
Di antaranya anggrek. Namun sejauh ini belum dapat diukur keberhasilan usaha
kebun anggrek itu. Sedang sayur-mayur yang menjadi kebutuhan sehari-hari, keluarga
itu menjualnya kepada pedagang yang mengambilnya dan memasarkannya di kota.
Dari sini keluarga itu hidup cukup memadai.
Jarak yang cukup jauh dari kota menyebabkan para penghuni perbukitan itu cukup
sulit menyekolahkan anak-anaknya. Si bungsu, gadis kecil itu, sekitar enam tahun
usianya, yangsuka berjingkrak-jingkrak, hidup menyatu dengan kangkung, bayam,
kacang panjang, burung, tikus, dan kijang. Gadis kecil itu sering ngobrol dengan
burung maupun tikus yang berseliweran di sekitar kebun itu. Pada suatu hari, dia
melihat kijang di kejauhan dan memanggilnya. Kijang itu nampak bengong, heran,
ada seorang gadis kecil yang barangkali terlalu berani memanggil binatang yang
punya tanduk itu. Kenapa tidak?
Jelaskan makna kata yang dicetak miring dalam teks tersebut sesuai dengan konteks
penggalan cerpen!
No. Kata Makna
Malina belum menentukan ke mana ia akan pergi ketika ia menumpang bus tua. Dia
hanya tahu bus itu akan keluar dari kota kecil tempat ia tinggal, dan itu pula
tujuannya.
Ada beberapa kursi kosong. Malina bergerak ke dalam dan memilih duduk di pinggir,
dekat jendela yang terbuka. Kursi di sampingnya belum terisi. Udara cukup dingin,
digesernya kaca jendela sampai rapat. Tas warna hitam yang mengembung ia letakkan
di antara kedua kaki.
Wajah cekung dan bibir kering tanpa pemerah menambah getir penampilannya.
Apalagi ia sama sekali tidak tersenyum pada siapa atau apa pun. Sesekali ia
semburkan napas keras-keras, amat disengaja. Seseorang di depannya kadang
menoleh. Mungkin terganggu. Mungkin penasaran. Ia tidak hirau. Wajahnya ia
tempelkan dengan ketat ke kaca jendela. Kalau ada orang di jalan yang memerhatikan,
mukanya pasti mirip kaleng penyok.
Apakah itu artinya kakek dan nenek bisa bermain lumpur seumur hidup mereka? Itu
pertanyaan lain yang mendekam di kepala Malina, namun tak mampu ia sampaikan
pada orang tuanya. Anak kecil tidak boleh terlampau ingin tahu semuanya, begitu
pendapat orang dewasa.
Ia hanya merasa alangkah senang kakek dan neneknya itu. Bermain kotor dan tidak
ada yang melarang (sesungguhnya ini bukan semata-mata masalah boleh bermain
kotor atau tidak, tapi tentang kebebasan yang diidamkan semua anak kecil).
Bus berhenti. Tubuh Malina terlonjak ke depan. Ia menarik tasnya yang sedikit
bergeser. Seseorang naik dan menempati kursi di sampingnya. Anak laki-laki sepuluh
tahunan dengan seragam pramuka yang lengkap. Seragam yang dulu amat disukainya
karena ia mengira sangat keren dengan rok warna coklat pekat. Berjam-jam ia akan
Anak lelaki di sampingnya menguap. Ia perhatikan wajah itu tampak berat. Wajah
cemberut yang menahan beban. Mungkinkah ia habis dimarahi? Bisa pula ia sedang
malas sekolah tapi dipaksa untuk tidak membolos oleh ibunya. Jangan-jangan ia
tengah ketakutan karena lupa membuat PR dan akibat dari itu ia pasti mendapat
hukuman berdiri di halaman sekolah sampai jam pelajaran berakhir.
Buru-buru Malina mengatakan pada dirinya agar berhenti memikirkan masalah di luar
kehidupannya. Hidupnya sendiri sudah terlampau rumit. Sekarang ia sedang menjauhi
kerumitan itu. Ia ingin memisahkan diri. Namun dalam bahasa orang-orang di
sekelilingnya, ia sedang ingin lari. Mau dibantah percuma. Maka ia benarkan
pendapat itu dengan keputusan yang membuatnya berada dalam bus tua --tempat ia
bertemu segala macam kejorokan yang dulu mungkin saja tidak terbayangkan bisa
sedekat ini.
Dalam bus tua, Malina meremas jemarinya seperti remaja yang baru saja melompat
dari jendela kamar dan menemukan ruang kosong yang terlalu lebar. Ia mengalami
euphoria yang justru membuatnya kebingungan akan melangkah ke mana.
***
Menurut yang sudah-sudah, Bu Geni bukan perias biasa. Beliau mampu mengubah
calon pengantin perempuan menjadi sedemikian cantiknya sehingga benar-benar
manglingi, tak dikenali lagi. Salah satu keistimewaan beliau adalah menyemburkan
asap rokok ke wajah calon pengantin. Menurut tradisi, katanya ini disembagani,
dijadikan seperti kulit tembaga. Bukan emas. Hampir semua perias pengantin
memakai cara yang sama, namun tak ada yang menyamai kelebihannya. Pernah
dalam satu hajatan, tuan rumah pingsan karena disangka anak perempuan yang
dinikahkan kabur. Ibu calon pengantin pingsan, bapak calon pengantin malu, dan
sanak saudara mulai mencari ke teman-temannya. Padahal, sang calon pengantin ada
di rumah. Bahkan setelah ditemukan, ibu calon pengantin masih menolak: Itu
bukan anak saya. Itu bukan anak saya.
Pengulangan yang terdapat dalam paragraf cerpen tersebut adalah kata calon
pengantin dan ibu calon pengantin. Kata ganti yang digunakan meliputi Bu Geni:
beliau, -nya. Sedangkan kata penghubung (transisi) yang digunakan antara lain
sehingga, namun, karena, dan, padahal, dan bahkan.
Datalah pengulangan (repetisi), kata ganti, dan kata penghubung (transisi) yang
terdapat dalam penggalan cerpen di atas!
Paragraf Pengulangan Kata Ganti Kata Penghubung