Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS RASIO KEUANGAN

PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.


PERIODE 2015-2016

oleh:
Muhammad Rizki Arfian
NIM. 14812141002

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
PERHITUNGAN RASIO DAN PEMBAHASAN
A. Liquidity Ratio
1. Current Ratio
Rumus:

Rasio ini menunjukkan kemampuan Perseroan dalam memenuhi


liabilitas jangka pendeknya yang akan jatuh tempo, dihitung dengan
membagi aset lancar dengan liabilitas jangka pendek. Besarnya rasio lancar
PT Semen Indonesia dapat dilihat pada laporan tahunan yang telah
dipublikasikan oleh perusahaan.
a. Tahun 2015
Pada tahun 2015, rasio lancar PT Semen Indonesia adalah sebesar 1,60.
Hal ini berarti bahwa setiap 1 kewajiban lancar dijamin oleh 1,60 aset
lancar.

b. Tahun 2016
Pada tahun 2016, rasio lancar PT Semen Indonesia adalah sebesar 1,27.
Hal ini berarti bahwa setiap 1 kewajiban lancar dijamin oleh 1,27 aset
lancar.

Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui bahwa terdapat


penurunan sebesar 0,33 dari tahun 2015 ke tahun 2016. Penurunan ini terkait
dengan kebijakan belanja aset untuk investasi dalam rangka pengembangan
Perseroan, dampak akuisisi entitas anak, serta kebijakan pengelolaan kas
Perseroan untuk mendukung strategi pemasaran. Seperti yang disebutkan
dalam laporan tahunan periode 2016, PT Semen Indonesia sedang
melaksanakan investasi pembangunan pabrik semen baru terintegrasi di
Rembang dan Padang, hal ini berdampak pada rasio lancar perusahaan.
Namun, dalam rasio lancar tahun 2016 ini dapat diketahui bahwa
perusahaan masih mampu untuk memenuhi liabilitas jangka pendek yang
akan jatuh tempo.
2. Acid Test Ratio
Rumus:

a. Tahun 2015

Hal ini berarti bahwa setiap 1 kewajiban lancar dijamin oleh 1,15 aset
lancar (tanpa persediaan).

b. Tahun 2016

Hal ini berarti bahwa setiap 1 kewajiban lancar dijamin oleh 0,84 aset
lancar (tanpa persediaan).

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa pada tahun


2016, rasio cepat PT Semen Indonesia adalah sebesar 0,84. Sedangkan pada
tahun 2015, rasio cepat PT Semen Indonesia adalah sebesar 1,15. Hal ini
mengindikasikan adanya penurunan sebesar 0,31 dari tahun 2015 ke tahun
2016. Penurunan dalam rasio ini hampir dengan penurunan dalam rasio
lancar, karena memang sifat dari rasio ini hampir sama, hanya saja dalam
rasio cepat jumlah persediaan Perseroan tidak dimasukkan dalam
perhitungan.
Penurunan rasio cepat dari tahun 2015 ke tahun 2016 sebesar 0,31%
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut, yaitu kebijakan belanja aset untuk
investasi dalam rangka pengembangan Perseroan, dampak akuisisi entitas
anak, serta kebijakan pengelolaan kas Perseroan untuk mendukung strategi
pemasaran. Selain itu, pada tahun 2016 dan 2015, rasio lancar PT Semen
Indonesia lebih tinggi apabila dibandingkan dengan rasio cepat. Hal ini
mengindikasikan bahwa aset lancar perusahaan secara keseluruhan
bergantung pada persediaannya.

3. Collection Period
Rumus:

a. Tahun 2015

hari

Hal ini berarti bahwa penagihan piutang perusahaan membutuhkan


waktu 46 hari.

b. Tahun 2016

hari

Hal ini berarti bahwa penagihan piutang perusahaan membutuhkan


waktu 51 hari.

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa pada tahun


2016, tingkat kolektibilitas piutang sebesar 51 hari, meningkat dari tahun
sebelumnya yaitu 46 hari. Adanya kenaikan sebesar 5 hari ini disebabkan
oleh kenaikan jumlah piutang usaha Perseroan. Di dalam laporan tahunan
periode 2016 disebutkan bahwa Piutang usaha Perseroan tercatat sebesar
Rp3.838 miliar atau naik 8,3% dari akhir tahun 2015 sebesar Rp3.544
miliar. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh naiknya kegiatan
operasional Perseroan untuk memenuhi permintaan pelanggan dan juga
diakibatkan oleh penerapan strategi pemasaran. Selain itu, peningkatan ini
juga dipengaruhi oleh hasil akuisisi entitas anak dengan total nilai wajar
piutang usaha dan piutang lain-lain PT Varia Usaha dan entitas anak pada
saat akuisisi Rp645 miliar dan VUB Rp244 miliar.

4. Day to Sell Inventory


Rumus:

a. Tahun 2015

hari

Hal ini berarti bahwa penjualan persediaan membutuhkan waktu 58


hari.

b. Tahun 2016

hari

Hal ini berarti bahwa penjualan persediaan membutuhkan waktu 56


hari.

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa pada tahun


2016, tingkat kemampuan menjual persediaan perusahaan sebesar 56 hari,
turun dari tahun sebelumnya yaitu 58 hari. Adanya penurunan sebesar 2
hari ini disebabkan oleh adanya penurunan beban pokok pendapatan, akibat
diterapkannya strategi cost transformation. Perseroan berhasil menurunkan
beban pokok pendapatan sebesar 0,1% dari Rp16.302 miliar ditahun 2015
menjadi Rp16.278 miliar dan beban pokok penjualan per ton jual semen
dan terak sebesar 1,5% dari Rp568 ribu menjadi Rp559 ribu meskipun
selama tahun 2016 terjadi inflasi sebesar 3,02%.

B. Capital Structure and Solvency


1. Total Debt to Equity
Rumus:

Berdasarkan laporan tahunan yang telah dipublikasikan, dapat


diketahui rasio utang PT Semen Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Tahun 2015
Pada tahun 2015, rasio utang PT Semen Indonesia adalah sebesar 0,14.
Hal ini berarti bahwa setiap 1 pendanaan dari ekuitas terdapat 0,14
pendanaan dari utang.

b. Tahun 2016
Pada tahun 2016, rasio utang PT Semen Indonesia adalah sebesar 0,20.
Hal ini berarti bahwa setiap 1 pendanaan dari ekuitas terdapat 0,20
pendanaan dari utang.

Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui bahwa terdapat


kenaikan sebesar 0,06 dari tahun 2015 ke tahun 2016. Kenaikan ini
dipengaruhi oleh meningkatnya liabilitas dan ekuitas. Total liabilitas
Perseroan meningkat selaras dengan realisasi investasi dan tumbuhnya skala
usaha. Di tahun 2016, total liabilitas naik 27,5% menjadi Rp13.652,5 miliar
dari Rp10.712,3 miliar di tahun 2015. Sementara itu, peningkatan ekuitas
Perseroan selaras dengan bertambahnya akumulasi saldo laba, yang berasal
dari laba bersih pada setiap periode operasional. Total Ekuitas Perseroan
tahun 2016 tumbuh 11,4% menjadi Rp30.574,4 miliar dari Rp27.440,8
miliar di tahun 2015.

2. Long Term Debt to Equity


Rumus:
Berdasarkan laporan tahunan yang telah dipublikasikan, dapat
diketahui rasio utang jangka panjang PT Semen Indonesia adalah sebagai
berikut.
a. Tahun 2015
Pada tahun 2015, rasio utang jangka panjang PT Semen Indonesia
adalah sebesar 0,15. Hal ini berarti bahwa setiap 1 pendanaan dari
ekuitas terdapat 0,15 pendanaan dari utang jangka panjang.

b. Tahun 2016
Pada tahun 2016, rasio utang jangka panjang PT Semen Indonesia
adalah sebesar 0,18. Hal ini berarti bahwa setiap 1 pendanaan dari
ekuitas terdapat 0,18 pendanaan dari utang jangka panjang.

Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui bahwa terdapat


kenaikan sebesar 0,03 dari tahun 2015 ke tahun 2016. Kenaikan ini
dipengaruhi oleh meningkatnya liabilitas jangka panjang dan ekuitas.
Liabilitas jangka panjang, yang mencerminkan dukungan pendanaan pihak
ketiga mengalami peningkatan seiring dengan perubahan kebijakan sumber
pendanaan. Liabilitas jangka panjang Perseroan di tahun 2016 naik lebih
tinggi, 33,7% dari 1,4% di tahun 2015. Nilai liabilitas jangka panjang di
tahun 2016 adalah Rp5.500,8 miliar dari Rp4.113,1 miliar di tahun 2015.
Nilai liabilitas jangka panjang ini akan terus meningkat di tahun
2017 dan ke depan, mengingat Perseroan akan semakin meningkatkan
upaya penggalangan dana jangka panjang baik dalam rangka mendukung
investasi maupun dalam rangka refinancing liabilitas yang akan jatuh
tempo. Sementara itu, peningkatan ekuitas Perseroan selaras dengan
bertambahnya akumulasi saldo laba, yang berasal dari laba bersih pada
setiap periode operasional. Total Ekuitas Perseroan tahun 2016 tumbuh
11,4% menjadi Rp30.574,4 miliar dari Rp27.440,8 miliar di tahun 2015.
3. Times Interest Earn
Rumus:

Berdasarkan laporan tahunan yang telah dipublikasikan, dapat


diketahui rasio kelipatan bunga dihasilkan pada PT Semen Indonesia
adalah sebagai berikut.
a. Tahun 2015
Pada tahun 2015, rasio kelipatan bunga dihasilkan pada PT Semen
Indonesia adalah sebesar 4,64. Hal ini berarti bahwa setiap 1 laba
sebelum pajak menjamin 4,64 kali beban bunga.

b. Tahun 2016
Pada tahun 2016, rasio kelipatan bunga dihasilkan pada PT Semen
Indonesia adalah sebesar 2,98. Hal ini berarti bahwa setiap 1 laba
sebelum pajak menjamin 2,98 kali beban bunga.

Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui bahwa terdapat


penurunan sebesar 1,66 dari tahun 2015 ke tahun 2016. Penurunan ini
dipengaruhi oleh turunnya laba sebelum pajak yang diterima PT Semen
Indonesia. Laba sebelum pajak Perseroan turun 13,1% dari Rp5.851 miliar
menjadi 5.085 miliar pada tahun 2016. Selain itu, penurunan rasio tersebut
juga dipengaruhi oleh beban bunga Perseroan yang meningkat.
Peningkatan beban bunga merupakan konsekuensi dari peningkatan jumlah
pinjaman yang dilakukan perusahaan.

C. Return on Investment
1. Return on Assets
Rumus:

Berdasarkan laporan tahunan yang telah dipublikasikan, dapat


diketahui nilai ROA PT Semen Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Tahun 2015
Pada tahun 2015, ROA PT Semen Indonesia adalah sebesar 11,9%. Hal
ini berarti bahwa setiap investasi 1 rupiah pada aset akan menghasilkan
11,9% laba tahunan.

b. Tahun 2016
Pada tahun 2016, ROA PT Semen Indonesia adalah sebesar 10,2%. Hal
ini berarti bahwa setiap investasi 1 rupiah pada aset akan menghasilkan
10,2% laba tahunan.

Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui bahwa terdapat


penurunan sebesar 1,7% dari tahun 2015 ke tahun 2016. Penurunan ini
dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas proyek pembangunan pabrik baru
yang memasuki masa penyelesaian dan adanya penambahan aset sebagai
dampak dari akuisisi entitas anak. Selain itu, penurunan ROA juga
disebabkan oleh penurunan laba bersih yang diperoleh perusahaan.
Sehingga, ketika laba yang diperoleh perusahaan menurun, sedangkan aset
perusahaan meningkat, maka nilai ROA akan mengalami penurunan.

2. Return on Common Equity


Rumus:

Berdasarkan laporan tahunan yang telah dipublikasikan, dapat


diketahui nilai ROE PT Semen Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Tahun 2015
Pada tahun 2015, ROE PT Semen Indonesia adalah sebesar 17,1%. Hal
ini berarti bahwa setiap investasi 1 rupiah pada ekuitas biasa akan
menghasilkan 17,1% laba tahunan.

b. Tahun 2016
Pada tahun 2016, ROE PT Semen Indonesia adalah sebesar 15,6%. Hal
ini berarti bahwa setiap investasi 1 rupiah pada ekuitas biasa akan
menghasilkan 15,6% laba tahunan.
Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui bahwa terdapat
penurunan sebesar 1,5% dari tahun 2015 ke tahun 2016. Penurunan ini
dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah ekuitas perusahaan. Peningkatan
ekuitas Perseroan selaras dengan bertambahnya akumulasi saldo laba, yang
berasal dari laba bersih pada setiap periode operasional. Total Ekuitas
Perseroan tahun 2016 tumbuh 11,4% menjadi Rp30.574,4 miliar dari
Rp27.440,8 miliar di tahun 2015. Selain itu, penurunan ROE juga
disebabkan oleh penurunan laba bersih yang diperoleh perusahaan.
Sehingga, ketika laba yang diperoleh perusahaan menurun, sedangkan
jumlah ekuitas meningkat, maka nilai ROE akan mengalami penurunan.

D. Operating Performance
1. Gross Profit Margin
Rumus:

Berdasarkan laporan tahunan yang telah dipublikasikan, dapat


diketahui nilai Margin Laba Bruto PT Semen Indonesia adalah sebagai
berikut.
a. Tahun 2015
Pada tahun 2015, Margin Laba Bruto PT Semen Indonesia adalah
sebesar 39,5%. Hal ini berarti bahwa setiap 1 rupiah penjualan akan
menghasilkan 39,5% laba kotor.

b. Tahun 2016
Pada tahun 2016, Margin Laba Bruto PT Semen Indonesia adalah
sebesar 37,7%. Hal ini berarti bahwa setiap 1 rupiah penjualan akan
menghasilkan 37,7% laba kotor.

Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui bahwa terdapat


penurunan sebesar 1,8% dari tahun 2015 ke tahun 2016. Penurunan ini
terutama dipengaruhi oleh penurunan pendapatan Perseroan. Pada tahun
2016, pendapatan Perseroan adalah Rp26.134 miliar atau lebih rendah
3,0% dibanding tahun 2015 sebesar Rp26.948 miliar, yang mana juga
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014. Penurunan tahun ini
dipengaruhi oleh penurunan pendapatan segmen semen sebesar 5,4% dari
Rp26.155 miliar menjadi Rp24.730 miliar, sementara tahun lalu turun
sebesar 0,7%.

2. Operating Profit Margin


Rumus:

Berdasarkan laporan tahunan yang telah dipublikasikan, dapat


diketahui nilai Margin Laba Usaha PT Semen Indonesia adalah sebagai
berikut.
a. Tahun 2015
Pada tahun 2015, Margin Laba Usaha PT Semen Indonesia adalah
sebesar 22,1%. Hal ini berarti bahwa setiap 1 rupiah penjualan akan
menghasilkan 22,1% laba usaha.

b. Tahun 2016
Pada tahun 2016, Margin Laba Usaha PT Semen Indonesia adalah
sebesar 20,0%. Hal ini berarti bahwa setiap 1 rupiah penjualan akan
menghasilkan 20,0% laba usaha.

Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui bahwa terdapat


penurunan sebesar 2,1% dari tahun 2015 ke tahun 2016. Penurunan ini
terutama dipengaruhi oleh penurunan pendapatan Perseroan. Seperti yang
telah dijelaskan pada analisis margin laba bruto, pada tahun 2016,
pendapatan Perseroan adalah Rp26.134 miliar atau lebih rendah 3,0%
dibanding tahun 2015 sebesar Rp26.948 miliar, yang mana juga mengalami
penurunan dibandingkan tahun 2014. Penurunan tahun ini dipengaruhi oleh
penurunan pendapatan segmen semen sebesar 5,4% dari Rp26.155 miliar
menjadi Rp24.730 miliar, sementara tahun lalu turun sebesar 0,7%.
3. Net Profit Margin
Rumus:

Berdasarkan laporan tahunan yang telah dipublikasikan, dapat


diketahui nilai Margin Laba Bersih PT Semen Indonesia adalah sebagai
berikut.
a. Tahun 2015
Pada tahun 2015, Margin Laba Bersih PT Semen Indonesia adalah
sebesar 16,8%. Hal ini berarti bahwa setiap 1 rupiah penjualan akan
menghasilkan 16,8% laba bersih.

b. Tahun 2016
Pada tahun 2016, Margin Laba Bersih PT Semen Indonesia adalah
sebesar 17,3%. Hal ini berarti bahwa setiap 1 rupiah penjualan akan
menghasilkan 17,3% laba bersih.

Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui bahwa terdapat


kenaikan sebesar 0,5% dari tahun 2015 ke tahun 2016. Kenaikan ini
dipengaruhi oleh adanya fakta bahwa laba bersih Perseroan relatif tetap di
angka Rp4.521 miliar. Sehingga dengan adanya penurunan pendapatan,
margin laba bersih akan secara otomatis mengalami kenaikan yaitu dari
16,8% menjadi 17,3%.

E. Asset Utilization
1. Cash Turnover
Rumus:

a. Tahun 2015
Hal ini berarti bahwa setiap pemanfaatan 1 rupiah pada kas dan setara
kas akan menghasilkan 6,06 pendapatan usaha.

b. Tahun 2016

Hal ini berarti bahwa setiap pemanfaatan 1 rupiah pada kas dan setara
kas akan menghasilkan 7,69 pendapatan usaha.

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa terdapat


kenaikan sebesar 1,63 dari tahun 2015 ke tahun 2016. Kenaikan ini
dipengaruhi oleh adanya penurunan rata-rata kas dan setara kas perusahaan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kas dan setara kas
perusahaan menurun karena adanya kebijakan belanja aset untuk investasi
dalam rangka pengembangan Perseroan dan kebijakan pengelolaan kas
Perseroan untuk mendukung strategi pemasaran.

2. Account Receivable Turnover


Rumus:

a. Tahun 2015

Hal ini berarti bahwa kemampuan perusahaan untuk menagih piutang


usaha dari penjualan kredit adalah 4,88 kali.
b. Tahun 2016

Hal ini berarti bahwa kemampuan perusahaan untuk menagih piutang


usaha dari penjualan kredit adalah 3,60 kali.

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa terdapat


penurunan sebesar 1,27 dari tahun 2015 ke tahun 2016. Penurunan ini
dipengaruhi oleh adanya kenaikan yang signifikan pada rata-rata piutang
usaha perusahaan. Di dalam laporan tahunan periode 2016 disebutkan
bahwa Piutang usaha Perseroan tercatat sebesar Rp3.838 miliar atau naik
8,3% dari akhir tahun 2015 sebesar Rp3.544 miliar. Peningkatan ini
terutama disebabkan oleh naiknya kegiatan operasional Perseroan untuk
memenuhi permintaan pelanggan dan juga diakibatkan oleh penerapan
strategi pemasaran. Selain itu, peningkatan ini juga dipengaruhi oleh hasil
akuisisi entitas anak dengan total nilai wajar piutang usaha dan piutang
lain-lain PT Varia Usaha dan entitas anak pada saat akuisisi Rp645 miliar
dan VUB Rp244 miliar.

3. Inventory Turnover
Rumus:

a. Tahun 2015

Hal ini berarti bahwa kemampuan perusahaan untuk menjual


persediaan adalah 6,25 kali.
b. Tahun 2016

Hal ini berarti bahwa kemampuan perusahaan untuk menjual


persediaan adalah 6,41 kali.

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa terdapat


kenaikan sebesar 0,16 dari tahun 2015 ke tahun 2016. Kenaikan ini
dipengaruhi oleh tingkat efektifitas perusahaan dalam mengelola beban
pokok pendapatan. Salah satu upaya yang dilakukan perseroan adalah
dengan melakukan cost transformation. Perseroan berhasil menurunkan
beban pokok pendapatan sebesar 0,1% dari Rp16.302 miliar ditahun 2015
menjadi Rp16.278 miliar dan beban pokok penjualan per ton jual semen
dan terak sebesar 1,5% dari Rp568 ribu menjadi Rp559 ribu meskipun
selama tahun 2016 terjadi inflasi sebesar 3,02%.

4. Working Capital Turnover


Rumus:

Berdasarkan laporan tahunan yang telah dipublikasikan, dapat


diketahui Working Capital Turnover PT Semen Indonesia adalah sebagai
berikut.
a. Tahun 2015

Hal ini berarti bahwa setiap 1 rupiah modal kerja bersih akan
menghasilkan 5,22 penjualan.
b. Tahun 2016

Hal ini berarti bahwa setiap 1 rupiah modal kerja bersih akan
menghasilkan 5,22 penjualan.

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa terdapat


kenaikan sebesar 3,26 dari tahun 2015 ke tahun 2016. Kenaikan ini
dipengaruhi oleh adanya penurunan pada modal kerja bersih PT Semen
Indonesia. Secara keseluruhan modal kerja bersih Perseroan turun 43,6%
dari Rp3.940 miliar pada tahun 2015 menjadi Rp2.221 miliar pada tahun
2016. Penurunan ini terkait dengan kebijakan belanja aset untuk investasi
dalam rangka pengembangan Perseroan, dampak akuisisi entitas anak, dan
kebijakan pengelolaan kas Perseroan untuk mendukung strategi pemasaran.

5. PPE Turnover
Rumus:

a. Tahun 2015

Hal ini berarti bahwa setiap 1 rupiah aset tetap menghasilkan 1,19
pendapatan.

b. Tahun 2016
Hal ini berarti bahwa setiap 1 rupiah aset tetap menghasilkan 0,93
pendapatan.

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa terdapat


penurunan sebesar 0,25 dari tahun 2015 ke tahun 2016. Penurunan ini
dipengaruhi oleh turunnya pendapatan dan naiknya rata-rata aset tetap
perusahaan. Komponen Aset Tetap kembali naik, tahun 2016 tumbuh
22,6% menjadi Rp30.846,8 miliar dari Rp25.167,7 miliar di tahun 2015.
Tahun 2015 aset tetap tumbuh 24,5%. Peningkatan tersebut selaras dengan
penyelesaian pembangunan pabrik baru, bangunan lainnya dan adanya
kenaikan pada aset sewa pembiayaan untuk mendukung peningkatan
aktivitas produksi maupun menggantikan aset sewa pembiayaan yang
sudah kurang produktif. Selain itu, saldo tersebut juga dipengaruhi oleh
adanya pertumbuhan inorganic perusahaan berupa akuisisi entitas anak.

6. Total Asset Turnover


Rumus:

a. Tahun 2015

Hal ini berarti bahwa setiap 1 rupiah aset menghasilkan 0,74


pendapatan.

b. Tahun 2016

Hal ini berarti bahwa setiap 1 rupiah aset menghasilkan 0,63


pendapatan.
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa terdapat
penurunan sebesar 0,11 dari tahun 2015 ke tahun 2016. Penurunan ini
dipengaruhi oleh turunnya pendapatan dan naiknya rata-rata total aset
perusahaan. Total Aset Perseroan kembali naik sebagai hasil realisasi
investasi berkelanjutan yang dilakukan sejak beberapa tahun terakhir. Per
tahun 2016 total aset naik 15,9% menjadi Rp44.226,9 miliar dari
Rp38.153,1 miliar di tahun 2015. Nilai Total Aset dimasa mendatang akan
terus meningkat, selaras dengan realisasi pembangunan fasilitas produksi
baru.

F. Market Measure
1. Price to Earning
Rumus:

a. Tahun 2015

Hal ini berarti bahwa setiap 0,13 rupiah investasi pada PT Semen
Indonesia akan menghasilkan 1 rupiah laba perusahaan.

b. Tahun 2016

Hal ini berarti bahwa setiap 0,13 rupiah investasi pada PT Semen
Indonesia akan menghasilkan 1 rupiah laba perusahaan.

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa besarnya


price to earning PT Semen Indonesia dari tahun 2015 ke 2016 menunjukkan
angka yang sama. Hal ini dikarenakan tidak ada perubahan yang signifikan
pada jumlah laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk.

2. Earnings Yield
Rumus:

a. Tahun 2015

Hal ini berarti bahwa setiap 1 rupiah investasi pada PT Semen


Indoneisa akan mendapatkan pengembalian sebesar 7,62 rupiah.

b. Tahun 2016

Hal ini berarti bahwa setiap 1 rupiah investasi pada PT Semen


Indoneisa akan mendapatkan pengembalian sebesar 7,62 rupiah.

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa besarnya


Earning Yield PT Semen Indonesia dari tahun 2015 ke 2016 menunjukkan
angka yang sama. Hal ini dikarenakan tidak ada perubahan yang signifikan
pada jumlah laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk.

3. Dividend Yield
Rumus:
a. Tahun 2015

Hal ini berarti bahwa setiap 1 rupiah investasi pada PT Semen


Indoneisa akan mendapatkan aliran dividen sebesar 3,75 rupiah.

b. Tahun 2016

Hal ini berarti bahwa setiap 1 rupiah investasi pada PT Semen


Indoneisa akan mendapatkan aliran dividen sebesar 3,05 rupiah.

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa besarnya


dividen yield dari tahun 2015 ke 2016 mengalami penurunan sebesar 0,70.
Hal ini disebabkan oleh penurunan jumlah dividen yang dibagikan, di mana
pada tahun 2015, jumlah dividen yang dibagikan sebesar
Rp2.226.339.939,00, sedangkan pada tahun 2016 menurun menjadi
Rp1.808.588.162,00.

4. Dividend Payout Rate


Rumus:

a. Tahun 2015
Hal ini berarti bahwa setiap 1 rupiah laba bersih yang diperoleh
perusahaan akan digunakan untuk membayar dividen sebesar 0,49
rupiah.

b. Tahun 2016

Hal ini berarti bahwa setiap 1 rupiah laba bersih yang diperoleh
perusahaan akan digunakan untuk membayar dividen sebesar 0,40
rupiah.

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa besarnya


dividen payout rate dari tahun 2015 ke 2016 mengalami penurunan sebesar
0,09. Hal ini disebabkan oleh penurunan jumlah dividen yang dibagikan, di
mana pada tahun 2015, jumlah dividen yang dibagikan sebesar
Rp2.226.339.939,00, sedangkan pada tahun 2016 menurun menjadi
Rp1.808.588.162,00.

5. Price to Book
Rumus:

a. Tahun 2015

Hal ini berarti bahwa setiap 1 rupiah nilai buku perusahaan setara
dengan 21,62 rupiah nilai pasar perusahaan.
b. Tahun 2016

Hal ini berarti bahwa setiap 1 rupiah nilai buku perusahaan setara
dengan 19,40 rupiah nilai pasar perusahaan.

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa besarnya


price to book PT Semen Indonesia dari tahun 2015 ke 2016 mengalami
penurunan sebesar 2,22. Hal ini disebabkan oleh adanya kenaikan nilai
buku perusahaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah modal
pemegang saham.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.semenindonesia.com

Anda mungkin juga menyukai