Anda di halaman 1dari 105

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PEMBINAAN

IBADAH TERHADAP ANAK ASUH YAYASAN


YATIM PIATU ISLAM AL-BAROKAH PONDOK
GEDE BEKASI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Farhah Khairiyah

NIM: 107051002805

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H./2011 M.
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 15 Juni 2011

Farhah Khairiyah
ABSTRAK
Farhah Khairiyah
107051002805
Strategi Komunikasi Dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh
Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi

Pembinaan ibadah sangatlah diperlukan, mengingat zaman sekarang


ini, merosotnya tingkat atau nilai-nilai agama yang dimiliki oleh anak,
dikarnakan perkembangan zaman yang sudah sangat maju, sehingga bisa
menyebabkan anak terjerumus kearah yang tidak baik, terlebih lagi kepada
anak yatim yang tidak mempunyai seorang ayah/ibu untuk mendidik serta
membimbing mereka agar mereka berperilaku yang baik dan benar sesuai
dengan ajaran agama. Dengan itu perlu adanya upaya pembinaan ibadah
kepada anak yatim melalui kegiatan pembinaan ibadah yang intensif, guna
menolong batin mereka dari kesusahan serta keguncangan yang terjadi di diri
masing-masing untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselarasan hidup
terhadap diri mereka.
Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah merupakan lembaga yang
mempunyai perhatian terhadap pendidikan dalam mencapai kualitas anak-anak
asuh dengan peningkatan ibadah, kemandirian maupun kemampuan daya
saing dengan anak seusianya dikala mereka sudah keluar dari yayasan yatim
tersebut. Dalam hal ini diperlukan suatu strategi untuk mencapai suatu tujuan
yang maksimal yaitu pembinaan ibadah serta pentingnya suatu strategi
komunikasi yang diterapkan oleh Yayasan tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi
komunikasi dalam pembinaan ibadah serta faktor pendukung dan penghambat
apa saja dalam pembinaan ibadah di Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah
Pondok Gede Bekasi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
dengan melakukan analisis deskriptif, analisis terhadap strategi komunikasi
Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah dalam pembinaan ibadah terhadap
anak asuh, penulis mencoba memaparkan semua data yang diperoleh melalui,
pengamatan, wawancara dan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data tentang langkah-langkah
penyusunan strategi komunikasi serta penerapan dalam pembinaan ibadah
terhadap anak asuh Yayasan Al-Barokah, ini terbukti dengan adanya,
kegiatan serta tugas yang diberikan berkaitan dengan pembinaan ibadah dalam
meningkatkan ibadah serta memperbaiki sifat anak asuh melalui strategi
konseling dan penngenalan karakter masing-masing anak asuh. Namun disisi
lain hambat an komunikasi yaitu kurangnya kesadaran pada diri anak asuh
dalam menjalani kegiatan ibadah dengan tugas yang diberikan oleh pengurus
Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah sehingga menghambat pembinaan
secara maksimal.
Dengan itu untuk kedepannya, dapat meningkatkan berbagai kegiatan
keagamaan dalam membina anak-anak asuh sehingga terciptanya peningkatan
serta kemampuan anak asuh dalam beribadah, sehingga memperoleh hasil
yang baik sesuai dengan ajaran Islam.
DAFTAR ISI

ABSTRAK...i
KATA PENGANTAR....ii
DAFTAR ISI..v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...1
B. Batasan dan Rumusan Masalah....6
C. Tujuan Penelitian.....7
D. Manfaat Penelitian...7
E. Tinjauan Pustaka..8
F. Metodologi Penelitian..9
G. Sistematika Penulisan.16

BAB II LANDASAN TEORI


A. Strategi Komunikasi...17
1. Pengertian Strategi...17
2. Tahapan-tahapan Strategi.19
3. Pengertian Komunikasi21
4. Pengertian Strategi Komunikasi...22
5. Langkah-langkah Strategi Komunikasi24
6. Fungsi Strategi Komunikasi.31
B. Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh...32
1. Pengertian Pembinaan......32
2. Pengertian Ibadah.....34
3. Bentuk-bentuk Ibadah..36
4. Pengertian Anak Asuh..37
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN YATIM PIATU ISLAM
AL-BAROKAH
A. Sejarah Berdirinya Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah.39
B. Visi, Misi dan Tujuan.....44
C. Program Kegiatan...44
D. Sarana dan Struktur Organisasi..49
E. Program Pembinaan Ibadah...52

BAB IV ANALISIS STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PEMBINAAN


IBADAH
A. Langkah-langkah Penyusunan Strategi Komunikasi Yang
diterapkan Oleh Yayasan Al-Barokah.....56
B. Penerapan Strategi Komunikasi Dalam Pembinaan Ibadah
Terhadap Anak Asuh...70
C. Faktor Pendukung dan Penghambat yang dimiliki Oleh Yayasan
Yatim Piatu Islam Al-Barokah.......75

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan....77
B. Saran-saran.79

DAFTAR PUSTAKA...80
LAMPIRAN..82
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi merupakan bagian

terpenting dari kehidupan manusia. Adanya komunikasi yang terjalin dengan

harmonis merupakan keadaan yang sangat didambakan oleh setiap keluarga.

Terjalinnya hubungan baik dalam keluarga dipengaruhi oleh pendidikan, kasih

sayang, bimbingan terhadap nilai keagamaan dan lain-lain.

Setiap anak yang lahir, ia berhak mendapat pengasuhan dan

pendidikan dari orang tua ataupun seorang pengasuh tentang pembinaan

ibadah. Sosok pengasuh disini, sangat dibutuhkan oleh seorang anak, jika

mereka tidak memiliki orang tua yang mendidik dan memberikan pengajaran

kepadanya. Karena dalam Islam setiap anak Adam berhak mendapat

pengasuhan dan pendidikan dan dipandang suci dan mulia.

Fungsi yang sangat penting sebagai seorang pengasuh yaitu

berkomunikasi dalam menanamkan serta membina keagamaan yang baik bagi

anak-anak asuhnya, dalam hal ini yayasan. Yayasan Islam sesuai dengan

fungsinya sebagai lembaga pendidikan, tempat untuk mempelajari,

mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam yang

menerapkan pentingnya moral keagamaan.1

Perkembangan seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan

dimana ia tinggal. Tanpa masyarakat, kepribadian seorang individu tidak dapat

1
Mastufu, Prinsip Pendidikan Pesantren (Jakarta: Inis, 1994), h. 55.
berkembang demikian pula halnya dengan aspek moral pada anak. Seorang

anak asuh yang tinggal disebuah yayasan tidak akan merasakan kasih sayang

dan bimbingan dari orang tuanya sebagai panutan yang dicontoh oleh anak

tersebut. Dengan demikian perlu disadari bahwa peranan seorang pengasuh

sangat penting sebagai teladan yang dapat dicontoh oleh anak asuhnya, karena

otomatis anak asuh akan selalu berinteraksi dengan pengasuhnya dalam

kehidupan sehari-hari.

Sebagaimana layaknya lembaga pendidikan, pendidikan pesantren

yang diterapkan disuatu yayasan juga mempunyai tujuan yang jelas. Nilai-

nilai yang terkandung di dalamnya merupakan suatu pendidikan fikih-sufistik

yang lebih mengedepankan moralitas/akhlak keagamaan demi kepentingan

hidup akhirat.2 Selain itu, suatu yayasan pendidikan Islam dituntut

memberikan pembinaan ibadah terhadap anak asuhnya (santri) sejak sedini

mungkin.

Pembinaan ibadah sangatlah diperlukan, mengingat zaman sekarang

ini, merosotnya tingkat atau nilai-nilai agama yang dimiliki oleh anak,

dikarnakan perkembangan zaman yang sudah sangat maju, dimana anak

sangat dimanjakan oleh arus teknologi, media dan hiburan-hiburan yang

sifatnya melemahkan dan membuat orang lupa, sehingga bisa menyebabkan

anak terjerumus kearah yang tidak baik, terlebih lagi kepada anak yatim yang

tidak mempunyai seorang ayah untuk mendidik serta membimbing mereka

agar mereka berperilaku yang baik dan benar sesuai dengan ajaran agama.

2
Mansur, Moralitas Pesantren (Meneguk kearifan dari telaga kehidupan) (Yogyakarta:
Safiria Insania Press, 2004), h. 17.
Islam sebagai suatu agama mengajarkan pemeluknya agar peduli

terhadap fenomena lingkungannya. Manusia sendiri dalam perspektif Islam

merupakan makhluk sosial yang antara yang satu dengan yang lainnya harus

saling tolong-menolong termasuk terhadap anak yatim.

Dalam menyantuni anak-anak yatim tidak saja memenuhi kebutuhan

jasmaniahnya saja, seperti sandang, pangan, perumahan, kesehatan, tetapi juga

memenuhi kebutuhan-kebutuhan jiwa (rasa aman, harga diri, pengembangan

bakat), sosial (dikasihi, mengasihi, pergaulan), dan keruhanian (agama,

ibadah, dan sebagainya), serta menyelenggarakan pendidikan (dan

ketrampilan) bagi mereka.3

Dalam kebutuhan keruhanian, ibadah dapat membuat seorang hamba

akan selalu dekat dengan Tuhannya, bahkan ibadah dapat menolong batinnya

dari kesusahan. Banyak hal yang dapat dipetik dari ibadah. Dari segi sosial,

ibadah merupakan pengakuan akidah setiap anggota masyarakat dan kekuatan

jiwa mereka yang berimplikasi terhadap persatuan dan kesatuan umat Islam.

Dalam hal ini, seorang anak asuh yaitu anak yatim dengan meninggalnya

seorang ayah sebagai pelindung dan pencari nafkah keluarga, demikian pula

kematian ibu sebagai sumber kasih sayang, apalagi kematian keduanya, jelas

akan menimbulkan guncangan pada anak-anak yang ditinggalkan. Merekapun

akan mengalami frustasi atas beberapa kebutuhan, menghayati rasa tak aman,

hampa dan kehilangan kasih sayang, karena merasa kehilangan tokoh panutan

dalam membentuk kepribadian mereka.

3
Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1997), h. 173.
Dalam kondisi tersebut, perlu adanya upaya pembinaan ibadah kepada

anak yatim melalui kegiatan pembinaan ibadah yang intensif. Guna menolong

batin mereka dari kesusahan serta keguncangan yang terjadi di diri masing-

masing untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselarasan hidup terhadap diri

mereka.

Dalam memenuhi kebutuhan keruhanian, dalam hal ini pembinaan

ibadah, agama Islam tidak hanya menganjurkan kepada perorangan saja ,tetapi

juga kepada suatu yayasan. Pada saat ini lembaga yang mengedepankan

organisasi sosial kemasyarakatan dengan mempunyai anak-anak asuh tumbuh

menjamur dalam berbagai bentuk, seperti salah satunya adalah yayasan yatim

piatu Islam al-barokah yang merupakan lembaga yang mempunyai perhatian

terhadap pendidikan dalam mencapai kualitas anak asuh yang dapat

menyejajarkan diri dengan anak-anak non-yatim sebayanya, dengan

peningkatan spiritual, keterampilan, kemandirian maupun kemampuan daya

saing dengan anak seusianya dikala mereka sudah keluar dari yayasan yatim

tersebut. Ia juga merupakan sebuah lembaga yang professional dan amanah

dalam mengasuh, membina, mendidik, menggembangkan potensi anak yatim

demi menghantarkan mereka menjadi anak yang mandiri.

Untuk menjalankan pembinaan ibadah ini dibutuhkan perencanaan,

saluran komunikasi yang tepat, metode serta evaluasi yang tepat sehingga

dapat dijalankan dengan efektif. Dalam hal ini, strategi digunakan untuk

mencapai suatu tujuan yang telah diciptakan. Tujuan tidak akan mudah dicapai

tanpa strategi, karena pada dasarnya segala tindakan atau perbuatan itu tidak

terlepas dari strategi.


Strategi komunikasi yang merupakan paduan perencanaan komunikasi

(communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication

management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi

komunikasi ini harus mampu menunjukkan operasionalnya secara praktis

harus dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan (approach) bias berbeda

sewaktu-sewaktu bergantung pada situasi dan kondisi.

Hal yang menarik dari yayasan yatim piatu Islam Al-Barokah yang

telah lama berdiri, banyak membuat perubahan pada masyarakat sekitar,

diantaranya dalam bidang keagamaan. Sehingga kehidupan sehari-hari

diwarnai oleh nilai-nilai keagamaan. Selain itu, yayasan yatim piatu ini selain

mempunyai peranan penting sebagai media untuk memberikan pembinaan

ibadah terhadap anak asuhnya, strategi komunikasi yang lakukan oleh yayasan

melalui kegiatan atau program dengan memberikan bimbingan dan pendidikan

dalam pembinaan ibadah sedini mungkin.

Berdasarkan latar belakang di atas dan mengingat pentingnya sebuah

lembaga yang harus memiliki suatu strategi untuk memberikan atmosfir yang

baik kepada anak asuhnya, agar mereka dapat menjadi pribadi yang baik serta

menjunjung nilai-nilai keagamaan dalam hal ini tentang ibadah kepada Allah

SWT. Hal ini yang membuat penulis tertarik mengambil penelitian di Yayasan

Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi, dengan mengangkat

judul skripsi: Strategi komunikasi dalam Pembinaan Ibadah Terhadap

Anak Asuh Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede

Bekasi.
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah peneliti dalam membuat skripsi ini, maka perlu

adanya pembatasan masalah, maka masalah yang akan diteliti oleh penulis

adalah Strategi komunikasi dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh

Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi.

Dalam penelitian ini peneliti memfokuskannya pada pelaksanaan

Ibadah Khasshah juga bisa disebut dengan ibadah mahdhah yang artinya

hubungan manusia dengan Tuhannya yaitu Allah SWT, yang bersifat ritual

(peribadatan), yaitu ibadah harian meliputi shalat berjamaah, shalat fardhu

dan shalat sunnah. Pilihan ini dikarenakan, ibadah-tersebut merupakan ibadah

sehari-hari yang dapat dengan mudah peneliti lihat dan amati saat observasi.

2. Rumusan Masalah

Dengan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

a. Bagaimana Langkah-langkah Penyusunan Strategi komunikasi

Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi

dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh?

b. Bagaimana Penerapan Strategi komunikasi Yayasan Yatim Piatu

Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi dalam Pembinaan Ibadah

Terhadap Anak Asuh?

c. Faktor-faktor pendukung dan penghambat apa saja yang dimiliki

Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi

dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh?


C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai oleh penulis yaitu:

1. Untuk mengetahui Langkah-langkah Penyusunan Strategi komunikasi

Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi dalam

Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh.

2. Untuk mengetahui Penerapan Strategi komunikasi Yayasan Yatim

Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi dalam Pembinaan Ibadah

Terhadap Anak Asuh

3. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat apa saja

yang dimiliki Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede

Bekasi dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Penulis berharap penelitian ini dapat memperkaya kajian

mengenai strategi komunikasi dalam hal mengetahui Pembinaan

ibadah anak yatim yang di asuh untuk kepentingan saat ini dan

selanjutnya.

b. Manfaat Praktis

Dapat menjadi bahan masukan bagi pengurus yayasan atau

lembaga mengenai strategi berkomunikasi dalam hal Pembinaan

Ibadah pada lembaga yang mengurusi anak-anak yatim.


E. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis mengadakan tinjauan

kepustakaan di perpustakaan yang ada di Fakultas Dakwah dan Komunikasi

maupun di Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis


4
menemukan dari saudara Suhardin M , ia meneliti tentang strategi

komunikasi organisasi PT.TKI Jalur Nugraha Eka Kurir dengan meneliti

usaha dalam membina para pegawainya dan bukan keanggotaan lainnya dalam

pembinaan mental keagamaan.

Selanjutnya dari saudari Iin Nurhayati 5, penelitiannya berisi tentang

strategi komunikasi yang dilihat dari pemberdayaan anak asuhnya di Yayasan


6
Masjid Jami Bintaro Jaya. Selain itu, dari saudari Nia Ekawati ,

penelitiannya berisi tentang pola komunikasi antara ibu dan anak dalam

menanamkan nilai-nilai agama bagi anak kandungnya yang prasekolah di

Asrama Suku Dinas Pemadam Kebakaran.

Dikarenakan belum adanya menganalisa tentang strategi komunikasi

dan usaha-usaha yang dilakukan oleh Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah

tersebut di atas untuk memberikan Pembinaan ibadah terhadap anak asuhnya

khususnya terhadap anak yatim. Maka penulis tertarik untuk meneliti judul

tersebut, karena di indonesia banyak sekali yayasan yang menjadi wadah bagi

anak-anak yatim dalam menyampaikan pendidikan agama.

4
Suhardin M, Strategi Komunikasi Organisasi Dalam Pembinaan Mental Keagamaan
Pegawai PT.TKI Jalur Nugraha Eka Kurir, (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008), h. 6.
5
Iin Nurhayati, Strategi Panti Asuhan Baiturrahman Dalam Pemberdayaan Anak Asuh di
Yayasan Masjid Jami Bintaro Jaya, (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010), h. 10.
6
Nia Ekawati, Pola Komunikasi Ibu dan Anak Dalam Penanaman Ninai-nilai Keagamaan
Pada Anak Usia Prasekolah di Asrama Suku Dinas Pemadam Kebakaran, (Skripsi S1 Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008), h. 13.
F. Metodologi Penelitian

1. Metode Pendekatan

Dalam melakukan penyusunan penelitian ini, peneliti

menggunakan pendekatan kualitatif berdasarkan pada prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.7 Yaitu

berdasarkan data-data yang diperoleh dan sumber-sumber tertulis

mengenai pokok masalah yang akan dikaji. Sedangkan tipe penelitian

ini menggunakan tipe deskripsi kualitatif, di mana peneliti

mendeskripsikan atau menggambarkan sifat atau karakteristik individu,

keadaan, gejala, kelompok tertentu atau frekuensi adanya hubungan

tertentu dalam suatu masyarakat atau populasi organisme.

Sedangkan menurut Nawawi pendekatan kualitatif dapat

diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi,

dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu objek, dihubungkan

dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis

maupun praktis. Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan

informasi-informasi dalam situasi sawajarnya, untuk dirumuskan

menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat

manusia.8

7
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rodakarya, 2000) h.
3.
8
Nawawi Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 1992) h. 209.
Dalam penelitian ini penulis ingin menggambarkan bagaimana

Strategi komunikasi organisasi Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah

dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah deskriptif yaitu

metode yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang

keadaan-keadaan nyata sekarang (sementara langsung). Tujuan utama

menggunakan jenis penelitian ini adalah untuk menggambarkan sifat

suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan,

dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.9

Selain itu penelitian deskriptif ditujukan untuk data yang

dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal

ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu,

semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa

yang sudah diteliti.10

Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif dengan

pendekatan kualitatif yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah

menguraikan, memaparkan dan menggambarkan serinci mungkin

strategi komunikasi pada pembinaan ibadah oleh anak asuh di Yayasan

yatim piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi.

9
Consuelo G. Sevilla, dkk. Pengantar Metode Penelitian (Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia (UI Press), 2006), cet. 1. Hal. 71.
10
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rodakarya, 2000)
h. 6.
3. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan yatim piatu Islam

Al-Barokah yang beralamat di jalan raya Jatimakmur, Kelurahan

Jatimakmur Kecamatan Pondok Gede Bekasi.

b. Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian ini demi mendapatkan data yang

akurat dari subjek penelitian, maka Penelitian ini dilakukan pada bulan

Maret hingga bulan Mei 2011.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Yayasan yatim piatu Islam

Al-Barokah Pondok Gede Bekasi. Dan Objek dalam penelitian yaitu

Strategi komunikasi Yayasan yatim piatu Islam Al-Barokah untuk

memberikan Pembinaan Ibadah terhadap anak asuhnya, yaitu semua

pihak yang terlibat dalam memberikan informasi tentang strategi

komunikasi di Yayasan yatim piatu Islam Al-Barokah tersebut.

5. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk memeriksa keabsahan data penulis menggunakan teknik

triangulasi. Teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan

pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut.11Teknik

11
Ibid., h. 178.
triangulasi yang banyak digunakan adalah pemeriksaan terhadap

sumber lain.

Dalam hal ini penulis menggunakan santri sebagai anak asuh di

Yayasan yatim piatu Islam Al-Barokah sebagai sumber pengecekan

keabsahan data yang penulis terima dari pembimbing atau pengurus

ibadah mengenai pembinaan ibadah bagi anak asuh tersebut.

6. Sumber Data

Sumber data penelitian ini penulis kategorikan sebagai berikut :

a. Data Primer

Data primer yang dimaksud adalah data pokok yang diperoleh

melalui hasil observasi dan wawancara.

b. Data Sekunder

Data pendukung yang diperoleh dari buku, dan berbagai literatur

lainnya yang berkaitan dengan tema penelitian.

7. Instrumen dan Alat Bantu

Pada penelitian kualitatif, kegiatan pencatatan data lebih

banyak bergantung pada diri sendiri, dengan menjadi instrument

penelitian, peneliti dapat senantiasa menilai keadaan dan mengambil

keputusan.12 Namun demikian penulis memerlukan alat bantu dalam

melakukan kegiatan pengumpulan dan pencatatan data. Alat bantu

12
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rodakarya, 2000)
h. 19.
tersebut antara lain pedoman wawancara, alat perekam (tape recorder),

dan catatan lapangan.

Pedoman wawancara merupakan format wawancara terstruktur

dengan terlebih dahulu menyusun pertanyaan-pertanyaan yang sesuai

dengan masalah penelitian. Jawaban dari setiap pertanyaan dalam

pedoman wawancara terekam dengan menggunakan alat bantu tape

recorder untuk merekam hasil wawancara memerlukan persetujuan

dari subjek penelitian yang diwawancarai. Sedang catatan lapangan

untuk membantunya mencatat pengamatan lapangan dan membantu

penulis ketika menganalisis data.13

8. Teknik Pengumpulan Data

Adapun cara untuk mengumpulkan data-data, penulis

menggunakan cara sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi yang dilakukan penulis untuk mendapatkan data

mengenai strategi komunikasi dan Pembinaan Ibadah anak asuh yaitu

tentang langkah-langkah strategi komunikasi yang dilakukan oleh

Yayasan dalam membina ibadah anak asuh serta penerapan strategi

komunikasi tersebut.

b. Wawancara

Wawancara yaitu suatu proses Tanya jawab lisan, dimana dua

orang atau lebih berhadapan fisik (face to face). Dalam hal ini, peneliti

13
Ibid., h. 138-154.
mengumpulkan data dengan wawancara langsung dengan narasumber,

dengan mempersiapkan sejumlah pertanyaan yang terstruktur, sesuai

dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan topik permasalahan.

Peneliti mewawancarai diantaranya yaitu: Kepala Sekolah MTs Yatim

Piatu Al-Barokah mengenai program ibadah yang diterapkan Yayasan,

yaitu Bapak Samsul Hadi. Tata Usaha MTs Yatim Piatu Al-Barokah

yaitu Bapak Nasrun tentang data seluruh anak asuh. Pengurus bagian

ibadah anak asuh yaitu Bapak Faqihuddin tentang strategi komunikasi

yang dilakukan tentang pembinaan ibadah anak asuh. Serta beberapa

anak asuh yaitu, Armelia Sri Wulandari, Nurdin Salim dan yang

terakhir Diana Punky tentang data diri mereka.

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan menginfestasi dokumen-

dokumen yang relevan dan terkait dengan permasalahan yang di teliti.

Peneliti mencari data/informasi tambahan melalui buku, internet dan

lain-lain untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan

penelitian.

9. Teknik Pengolahan Data

Sedangkan pengolahan data digunakan adalah pendekatan

analisis kualitatif yang menggunakan pendekatan deskriptif analisis

yaitu menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

faktor-faktor, sifat serta hubungan fenomena dengan yang diteliti.

Yaitu Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah.


10. Teknik Analisa Data

Maksud dari Analisis data yaitu proses pengumpulan data dan

mengurutkannya ke dalam pola dan pengelompokan data. Mohammad

Nasir mengemukakan analisis data merupakan bagian yang sangat

penting dalam metode ilmiah, karena dalam analisis data tersebut dapat

diberi arti dan makna yang berguna memecahkan masalah penelitian.14

Dalam proses analisis data penulis menelaah semua sumber

data yang tersedia, yang bersumber dari hasil wawancara dengan

beberapa pihak staf, pengurus ibadah santri (anak asuh) dan anak asuh,

selain itu di analisis dengan menggunakan teori langkah-langkah

strategi komunikasi menurut Onong Uchjana. Pada tahap akhir dari

analisis data ini penulis mengecek keabsahan data yang ada, agar

menghasilkan data-data yang konkrit tentang strategi komunikasi yang

dilakukan yayasan yatim piatu Islam al-barokah tentang pembinaan

ibadah terhadap anak asuh.

11. Teknik Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis berpedoman kepada buku

pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis dan disertasi) yang

disusun oleh tim penulis UIN Jakarta dan diterbitkan oleh CeQDA

UIN Jakarta pada tahun 2007. Cet. Ke-2.

14
Moh. Nasir D. Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia,1993), h. 405.
G. Sistematika Penulisan

Tulisan ini dibagi menjadi 5 (lima) bab secara rinci sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, yang meliputi Latar Belakang Masalah,

Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,

Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab II Landasan Teori, yang meliputi Strategi Komunikasi, yang

terdiri dari langkah-langkah strategi komunikasi, fungsi strategi

komunikasi, Pembinaan Ibadah dan pengertian Anak Asuh.

Bab III Gambaran Umum Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah,

yang meliputi Sejarah Singkat Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah,

Visi dan Misi Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah, Program Kegiatan

dan Struktur Organisasi Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah.

Bab IV Analisis Strategi Komunikasi dalam Pembinaan Ibadah,

yang meliputi Langkah-langkah Penyusunan Strategi Komunikasi yang

diterapkan oleh Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah, penerapan

Strategi Komunikasi dalam Pembinaan Ibadah, serta Faktor-faktor

pendukung dan penghambat yang dimiliki Yayasan Yatim Piatu Islam Al-

Barokah.

Bab V Kesimpulan dan Saran, yang meliputi Kesimpulan dari

hasil penelitian dan saran.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Strategi Komunikasi

1. Pengertian Strategi

Pengertian strategi menurut Hari Murti Kridalaksana, dalam

bukunya Kamus Sinonim Bahasa Indonesia, yang mengungkapkan

bahwa: Strategi berarti siasat perang, haluan, kebijaksanaa dan akal

atau budi daya.15 Strategi dalam segala hal digunakan untuk mencapai

suatu tujuan yang telah diciptakan. Tujuan tidak akan mudah dicapai

tanpa strategi, karena tidak akan mudah dicapai tanpa strategi, karena

pada dasarnya segala tindakan atau perbuatan itu tidak terlepas dari

strategi.

Sedangkan pengertian strategi secara istilah, sebagaimana

dikatakan oleh Onong Uchjana dalam bukunya yang berjudul Ilmu

Komunikasi Teori dan Praktek :

Strategi adalah cara-cara dimana suatu perusahaan atau


kegiatan akan berjalan kearah tujuan yang sudah direncanakan
terlebih dahulu Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan
(planning) dan manajemen (management) untuk mencapai
suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi
tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan
arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana
taktik operasionalnya.16

15
Hari Murti Kridalaksana, Kamus Sinonim Bahasa Indonesia (Jakarta: Nusa Indah,
1981), h. 173.
16
Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1992), h. 32.
Selain itu strategi komunikasi menurut Din Syamsuddin dalam

bukunya Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani,

mengandung arti diantaranya:

a. Rencana dan cara yang seksama untuk mencapai tujuan.

b. Seni dalam menyiasati pelaksaan rencana atau program untuk

mencapai tujuan.

c. Sebuah penyesuaian terhadap lingkungan untuk menampilkan

fungsi dan peran penting dalam mencapai keberhasilan.17

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa

istilah strategi, Seni atau ilmu untuk menggunakan sumber daya

untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu.18

Selain itu, dalam bukunya Strategi Pembangunan Indonesia

dan Pembangunan Dalam Islam, Syarif Usman mengatakan:

Strategi sebagai kebijaksanaan menggerakkan dan

membimbing seluruh potensi (kekuatan, daya, dan

kemampuan) bangsa untuk mencapai kemakmuran dan

kebahagiaan.19

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, penulis

menyimpulkan bahwa strategi yaitu upaya atau usaha dalam

melakukan sebuah tujuan guna mencapai keberhasilan, dengan

memanfaatkan serta menyesuaikan sumber daya yang ada, baik itu

17
Din Syamsyuddin, Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani (Jakarta :
Logos, 2000), h. 127.
18
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta
: Balai Pustaka, 1999), h. 199.
19
Syarif Usman, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan Dalam Islam
(Jakarta: Firma Djakarta, Tanpa Tahun), cet. ke-1 h. 6.
kekuatan, daya dan kemampuan sehingga tujuan dan sasaran akan

tercapai.

2. Tahapan-Tahapan Strategi

Di dalam sebuah strategi, diperlukan adanya beberapa tahapan

dalam menjalankan sebuah strategi, diantaranya, yaitu 20:

a. Perumusan Strategi

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah merumuskan

strategi yang dilakukan. Sudah termasuk di dalamnya adalah

pengembangan tujuan, mengenai dan ancaman eksternal,

menetapkan kekuatan kelemahan secara internal, menetapkan suatu

objektifitas, menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi

untuk dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga ditentukan

suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau

melakukan suatu keputusan dalam proses kegiatan.

b. Implementasi Strategi

Setelah merumuskan dan memilih strategi yang telah

ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi

yang ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang

telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerja sama dari

unit, tingkat dan anggota organisasi. Dalam pelaksaan strategi,

maka proses formulasi dan analisis strategi hanya akan menjadi

impian yang jauh dari kenyataan. Implementasi strategi bertumpu

20
Fred R David, Manajemen Strategi Konsep (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h. 03.
pada alokasi dan pengorganisasian sumber daya yang ditampakkan

melalui penetapan struktur organisasi dan mekanisme

kepemimpinan yang dijalankan bersama budaya perusahaan dan

organisasi.

c. Evaluasi Strategi

Tahap yang terakhir dari menyusun strategi adalah evaluasi

strategi. Evaluasi strategi sangat diperlukan karena keberhasilan

yang dicapai dapat diukur kembali untuk menetapkan tujuan

berikutnya. Evaluasi menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan

dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat

diperlukan untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah

dicapai. Ada tiga macam kegiatan mendasar untuk mengevaluasi

strategi, yakni :

1) Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi

dasar strategi. Adanya perubahan yang ada akan menjadi satu

hambatan dalam pencapaian tujuan, begitu pula dengan faktor

internal yang diantaranya strategi tidak efektif atau hasil

implementasi yang buruk dapat berakibat buruk pula bagi hasil

yang akan dicapai.

2) Mengukur prestasi (membandingkan dengan kenyataan).

Prosesnya dapat dilakukan dengan menyelidiki penyimpangan

dari rencana, mengevaluasi prestasi individual, dan menyimak

kemajuan yang dibuat kearah pencapaian sasaran yang

dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus dapat


diukur dan mudah dibuktikan, criteria yang meramalkan hasil

lebih penting daripada criteria yang mengungkapkan yang

terjadi.

3) Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi

sesuai dengan rencana. Dalam hal ini tidak harus berarti bahwa

strategi yang ada yang ditinggalkan atau harus merumuskan

strategi yang baru. Tindakan korektif diperlukan bila tindakan

atau hasil tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan semula

atau pencapaian yang diharapkan.

3. Pengertian Komunikasi

Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa kata

communicatio (Latin) bersumber dari kata dasar communis yang

berarti sama.21 Selain itu komunikasi yaitu:

Komunikasi adalah suatu tingkah laku, perbuatan atau


kegiatan penyampaian atau pengoperan lambang-lambang yang
mengandung arti atau makna, atau perbuatan penyampaian
suatu gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang
lainnya, atau lebih jelasnya, suatu pemindahan atau
penyampaian informasi, mengenai pikiran, dan perasaan-
perasaan.22

Secara terminologi komunikasi berarti proses penyampaian

sesuatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pertanyaan

itu jelas komunikasi melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang

menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, ,,yang terlibat dalam

21
Djamalul Abidin Ass, Komunikasi dan Bahasa Dakwah (Jakarta, Gema Insani Press,
1996), hal. 16.
22
James G. Robbins, Barbara S. Jones, Komunikasi Yang Efektif (Jakarta : CV Pedoman
Ilmu Jaya, 1986),h. 1.
komunikasi itu adalah manusia. Karena itu, komunikasi yang

dimaksudkan disini adalah komunikasi manusia, yang sering juga

disebut komunikasi sosial.23

Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses


pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan
pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara
dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi tersebut
memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi
adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian,
penerimaan dan pengolahan pesan.24

Pengertian-pengertian yang disebutkan diatas pastinya belum

mewakili semua definisi komunikasi yang telah dibuat oleh banyak

pakar, namun sedikit banyaknya kita telah dapat memperoleh

gambaran, bahwa komunikasi yaitu suatu bentuk interaksi antara

komunikator dan komunikan melalui pesan yang diterima dengan

sengaja atau tidak. Tidak terbatas pada bentuk komunikasinya dengan

menggunakan bahasa verbal, maupun non verbal.

4. Pengertian Strategi Komunikasi

Adapun strategi komunikasi menurut Muhammad Arni yaitu:

Paduan antara perencanaan komunikasi (communication


planning) dengan manajemen komunikasi (communication
management) untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk
mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus mampu
menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus
dilakukan. Dalam arti kata bahwa pendekatan bisa berbeda
sewaktu-waktu tergantung situasi dan kondisi, jadi dengan
demikian strategi komunikasi adalah keseluruhan perencanaan,
taktik, cara yang akan dipergunakan guna melancarkan

23
Anwar Arifin. Ilmu Komunikasi (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada).
24
Agustina Zubair, Pengantar Ilmu Komunikasi, diakses 17 Oktober, 2006 / 7:36 am,
http://meiliemma.wordpress.com/2006/10/17/definisi-komunikasi/.htm
komunikasi dengan memperhatikan keseluruhan aspek yang
ada pada proses komunikasi untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.25

Selanjutnya, menurut Anwar Arifin didalam bukunya Ilmu

Komunikasi; Sebagai Pengantar Ringkas, ia menyatakan bahwa:

Sesungguhnya strategi ialah keseluruhan keputusan


kondisonal tentang tindakan yang akan dijalankan, guna
mencapai tujuan. Jadi merumuskan strategi komunikasi, berarti
memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang
dihadapi dan yang akan mungkin dihadapi di masa depan, guna
mencapai efektifitas. Dengan strategi komunikasi ini, berarti
dapat ditempuh beberapa cara memakai komunikasi secara
sadar untuk menciptakan perubahan pada diri khalayak dengan
mudah dan cepat.26

Menurut Fred R David, didalam bukunya Manajemen Strategi

Konsep, strategi komunikasi yaitu:

Strategi komunikasi yaitu perpaduan perencanaan komunikasi


(communication planning) dengan manajemen komunikasi
(communication management) untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Strategi komunikasi harus menunjukkan
bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan.
Dalam arti kata bahwa pendekatannya bias berbeda-beda
tergantung pada kondisi dan situasi.27

Jadi strategi komunikasi adalah suatu cara rencana dasar yang

menyeluruh dari rangkaian tindakan yang akan dilaksanakan oleh

sebuah organisasi untuk mencapai suatu tujuan atau beberapa sasaran

dengan memiliki sebuah paduan perencanaan komunikasi

(communication planning) dengan manajemen komunikasi

25
Muhammad Arni, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2004) cet ke-6, h.
65-66.
26
Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi; Sebagai Pengantar Ringkas (Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada, 1995) Cet ke-3.
27
Fred R David, Manajemen Strategi Konsep (Jakarta: Prenhalindo, 2002) h. 301.
(management communication) untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

5. Langkah-Langkah Strategi Komunikasi

Dalam rangka menyusun strategi komunikasi diperlukan suatu

pemikiran dengan memperhitungkan faktor-faktor pendukung dan

faktor-faktor penghambat. Akan lebih baik apabila dalam strategi itu

diperhatikan komponen-komponen komunikasi dan faktor-faktor

pendukung dan penghambat pada setiap komponen tersebut. Seperti

kita ketahui, komponen dalam komunikasi yaitu komunikator,

komunikan, pesan, media dan efek.28

a. Mengenali Sasaran Komunikasi

Sebelum kita melancarkan komunikasi, kita perlu

mempelajari siapa-siapa yang akan menjadi sasaran komunikasi.

Hal ini berkaitan dengan tujuan komunikasi yang kita lakukan,

apakah agar komunikan hanya sekedar mengetahui (dengan metode

informatif) atau agar komunikan hanya sekadar mengetahui

(dengan metode informatif) atau agar komunikan melakukan

tindakan tertentu (metode persuasif atau instruktif). Apapun

tujuannya, metodenya, dan banyaknya sasaran, pada diri

komunikan perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut29:

28
Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1992), h. 35.
29
Ibid., h. 35-36.
1) Faktor kerangka referensi

Pesan komunikasi yang akan disampaikan kepada

komunikan harus sesuai dengan kerangka referensi. Kerangka

referensi seseorang terbentuk dalam dirinya sebagai hasil

panduan pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma hidup,

status sosial, ideologi, cita-cita dan sebagainya.

Kerangka referensi seseorang akan berbeda dengan

orang lain. Ada yang berbeda secara ekstrem seperti anak

murid SD dengan seorang mahasiswa atau seorang petani

dengan seorang diplomat. Ada perbedaan yang gradual saja

seperti seorang prawira dengan seorang prawira lain yang

sama-sama lulusan Akabri.

Dalam situasi komunikasi antarpersonal mudah

untuk mengenal kerangka referensi komunikan karena ia hanya

satu orang. Jangankan sudah dikenal, tidak dikenalpun mudah

menjajaginya, umpamanya dengan menanyakan kepadanya

mengenai pekerjaan dan asal daerahnya.

Yang sukar ialah mengenal kerangka referensi

komunikan dalam komunikasi kelompok. Ada kelompok yang

individu-individunya sudah dikenal seperti kelompok karyawan

atau kelompok perwira. Ada juga yang tidak dikenal seperti

pengunjung rapat RW. Komunikan harus disesuaikan dengan

kerangka referensi mereka itu.


Lebih sulit lagi mengenal kerangka referensi para

komunikan dalam komunikasi massa sebab sifatnya sangat

heterogen. Oleh karena itu, pesan yang disampaikan kepada

khalayak melalui media massa hanya yang bersifat informatif

dan umum, yang dapat dimengerti oleh semua orang, mengenai

hal yang menyangkut kepentingan semua orang. Jika pesan

yang akan disampaikan kepada khalayak adalah untuk

dipersuasikan, maka akan lebih efektif bila khalayak dibagi

menjadi kelompok-kelompok khusus. Lalu diadakan

komunikasi kelompok dengan mereka, yang berarti komunikasi

dua arah secara timbal balik.30

2) Faktor situasi dan kondisi

Yang dimaksudkan dengan situasi disini ialah situasi

komunikasi pada saat komunikan akan menerima pesan yang

kita sampaikan. Situasi yang bisa menghambat jalannya

komunikasi dapat diduga sebelumnya, dapat juga dating tiba-

tiba pada saat komunikasi dilancarkan. Yang dapat diduga

sebelumnya umpamanya mengadakan rapat dengan para

karyawan pada waktu gajian atau berpidato dalam suatu malam

kesenian pada saat para hadirin mengharapkan hiburan segera

dimulai. Yang pertama dapat dihindarkan dengan

menangguhkan atau memajukan harinya, sedangkan yang

kedua dengan memberikan pidato ya singkat, tetapi padat.

30
Ibid., h. 36.
Hambatan komunikasi yang datang tiba-tiba

umpamanya hujan lebat disertai petir yang menggebu-gebu,

gemuruh hadirin karena ada sesuatu yang menarik perhatiannya

ketika kita sedang berpidato. Yang pertama dapat diatasi,

umpamanya dengan mempercepat pidato disertai suara yang

lebih keras, sedangkan yang kedua dengan menghentikan

pidato kita sebentar sampai hadirin kembali menaruh

perhatiannya kepada kita.

Yang dimaksudkan dengan kondisi di sini ialah state

of personality komunikan, yaitu keadaan fisik dan psikis

komunikan pada saat ia menerima pesan komunikasi.

Komunikasi kita tidak akan efektif apabila komunikan dengan

kondisi seperti itu, kadang-kadang kita bisa menangguhkan

komunikasi kita sampai datangnya suasana yang

menyenangkan. Akan tetapi, tidak jarang pula kita harus

melakukannnya pada saat itu juga. Di sini faktor manusiawi

sangat penting.31

b. Pemilihan Media Komunikasi

Untuk mencapai sasaran komunikasi kita dapat memilih

salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada

tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan, dan teknik

yang akan dipergunakan. Mana yang terbaik dari sekian banyak

31
Ibid., h. 37.
media komunikasi itu tidak dapat ditegaskan dengan pasti sebab

masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sebagai

contoh, pesan melalui media tulisan atau cetakan dan media visual

dapat dikaji berulang-ulang dan disimpan sebagai dokumentasi.

c. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi

Pesan komunikasi (message) mempunyai tujuan tertentu,

ini menetukan teknik yang harus diambil, apakah itu teknik

informasi, teknik persuasi, atau teknik instruksi. Seperti yang telah

dikemukakan apapun tekniknya, pertama-tama komunikasi harus

mengerti pesan komunikasi itu.

Pesan komunikasi terdiri atas isi pesan (the content of the

message) dan lambang (symbol). Isi pesan komunikasi bisa satu,

tetapi lambang yang dipergunakan bisa macam-macam. Lambang

yang bisa dipergunakan untuk menyampaikan isi komunikasi ialah

bahasa, gambar, warna, kial (gesture), dan sebagainya. Dalam

kehidupan sehari-hari banyak isi pesan komunikasi yang

disampaikan kepada komunikan dengan menggunakan gabungan

lambang, seperti pesan komunikasi melalui surat kabar, film atau

televisi.

Lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi

ialah bahasa karena hanya bahasalah yang dapat mengungkapkan

pikiran dan perasaan, fakta dan opini, hal yang konkrit dan yang

abstrak, pengalaman yang sudah lalu dan kegiatan yang akan


datang, dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam komunikasi, bahasa

memegang peranan yang sangat penting. Tanpa penguasaan

bahasa, hasil pemikiran yang bagaimanapun baiknya tak akan

dapat dikomunikasikan kepada orang lain secara tepat. Banyak

kesalahan informasi dan kesalahan interpretasi disebabkan oleh

bahasa.

Bahasa terdiri atas kata atau kalimat yang mengandung

pengertian denotatif dan pengertian konotatif. Perkataan yang

mengandung denotatif ialah yang maknanya senagaimana

dirumuskan dalam kamus (dictionary meaning), yang diterima

secara umum oleh kebanyakan orang dengan bahasa dan

kebudayaan yang sama. Sedangkan perkataan yang mengandung

konotatif yaitu yang maknanya dipengaruhi emosi atau evaluasi

(emotional or evaluative meaning), disebabkan oleh latar belakang

dan pengalaman seseorang.

Dalam melancarkan komunikasi, kita harus berupaya

menghindarkan pengucapan kata-kata yang mengandung

pengertian konotatif. Jika terpaksa harus kita katakana karena tidak

ada perkataan lain yang tepat, maka kata yang diduga mengandung

pengertian konotatif itu perlu diberi penjelasan mengenai makna

yang dimaksudkan. Jika dibiarkan, bisa menimbulkan interpretasi

yang salah. 32

32
Ibid., h. 38.
d. Peranan Komunikator dalam Komunikasi

Ada faktor yang penting dalam diri komunikator bila ia

melancarkan komunikasi, yaitu daya tarik sumber (source

attractiveness) dan kredibilitas sumber (source credibility).

1) Daya tarik sumber

Seorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi,

akan mampu mengubah sikap, opini, dan perilaku komunikan

melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa

bahwa komunikator ikut serta dengannya. Dengan lain

perkataan, komunikan merasa ada kesamaan antara

komunikator dengannya sehingga komunikan bersedia taat

pada isi pesan yang dilancarkan oleh komunikator.

2) Kredibilitas sumber

Faktor kedua yang bisa menyebabkan komunikasi

berhasil ialah kepercayaan komunikan pada komunikator.

Kepercayaan ini banyak bersangkutan dengan profesi atau

keahlian yang dimiliki seorang komunikator. Sebagai contoh

seorang dokter akan mendapat kepercayaan jika ia

menerangkan soal kesehatan.

Berdasarkan kedua faktor tersebut, seorang komunikator dalam

menghadapi komunikan harus bersikap empatik (empaty), yaitu

kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan

orang lain. Dengan kata lain perkataan, dapat merasakan apa yang

dirasakan oleh orang lain. Seorang komunikator harus bersikap


empatik ketika ia berkomunikasi dengan komunikan yang sedang

sibuk, marah, bingung, sedih, sakit, kecewa dan sebagainya. 33

6. Fungsi Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi sangat diperlukan dalam proses

komunikasi, karena berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara

efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Terutama jika

komunikasi dilakukan lewat media massa yang memiliki khalayak

lebih luas dan beragam, maka kita memerlukan perencanaan lebih

matang dalam menyampaikan pesan yang ingin kita sosialisasikan.

Strategi komunikasi, baik secara makro (planned multi-


media strategy) maupun secara mikro (single communication
medium strategy) yang mempunyai fungsi ganda : yang
pertama, Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat
informatif persuasive, dan intruktif secara sistematik kepada
sasaran untuk memperoleh hasil optimal. Dan yang kedua,
Menjembatani cultural gap akibat kemudahan diperoleh
dan dioperasionalkan media massa yang begitu ampuh, yang
jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.34

B. Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh

1. Pengertian Pembinaan

Pembinaan asal katanya bina yang artinya

membangun,mendirikan. Dalam bahasa arab berasal dari kata

banaa, yabnaa, banaaun yang berarti membangun, memperbaiki.35

Dalam kamus umum bahasa Indonesia kata pembinaan mengandung

33
Ibid., h. 39.
34
Ibid., h. 300.
35
Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia (Jakarta: Yayasan Penafsiran Al-
Quran. 1973), h. 73.
arti: Penyempurnaan, pembaharuan usaha, tindakan yang dilakukan

secara berdaya guna untuk memperoleh hasil yang baik.36

Adapun pembinaan menurut Zakiah Daradjat yaitu:

Pembinaan adalah upaya pendidikan baik formal maupun non


formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah,
teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan,
menumbuhkan, mengembangkan suatu dasar kepribadian yang
seimbang, utuh, selaras. Pengetahuan dan keterampilan sesuai
dengan bakat, keinginan serta prakarsa sendiri, menambah,
meningkatkan dan mengembangkan kearah tercapainya
martabat, mutu dan kemampuan manusia yang optimal dan
pribadi yang mandiri.37

Dalam upaya mencapai tujuan dari pembinaan yang telah

ditetapkan, diperlukan adanya unsur-unsur pendukung. Adapun unsur-

unsur tersebut adalah38:

a. Materi

Pada dasarnya materi pembinaan ibadah itu tergantung pada

tujuan pembinaan ibadah yang hendak dicapai.

b. Pembina/Pembimbing

Pembina adalah seseorang yang membina sekelompok

orang dalam sebuah pembinaan dan memiliki syarat-syarat sebagai

berikut:

1) Kemampuan professional

2) Memiliki sifat atau kepribadian yang baik

3) Memiliki kemampuan bermasyarakat

4) Bertaqwa kepada Allah SWT

36
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Bulan Bintang,
1979), h. 23.
37
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang 1979).
38
Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pendidikan Mental (Jakarta: Bulan
Bintang, 1975), h. 38.
c. Peserta Terbina (sasaran pembinaan ibadah)

Faktor ini adalah salah satu unsur yang penting dalam

pembinaan ibadah, karena tujuan dari pembinaan ibadah adalah

untuk keselamatan individu dalam sebuah pembinaan.

d. Metode

Pengertian metode secara harfiah adalah jalan yang harus

dilalui untuk mencapai suatu tindakan, karena kata metode

berasal dari kata meta yang berarti melalui dan todas berarti

jalan. Metode lazim diartikan sebagai cara untuk mendekati

masalah sehingga diperoleh hasil yang memuaskan.

2. Pengertian Ibadah

Adapun pengertian-pengertian ibadah, di antara lain yaitu:

Ibadah secara bahasa dalam Eksiklopedi Islam yang berarti:


mematuhi, tunduk, dan berdoa. Sedangkan menurut istilah:
Ibadah adalah kepatuhan atau ketundukan Dzat yang memiliki
puncak keagungan, Tuhan Yang Maha Esa, Ibadah mencakup
segala bentuk kegiatan (perbuatan dan perkataan) yang
dilakukan pada setiap mukmin muslim dengan tujuan untuk
mencari keridhaan Allah SWT.39

Dalam pengertian umum, ibadah adalah Kegiatan atau

perbuatan yang dilakukan untuk memenuhi berbagai kehidupan dunia,

yang disertai niat mencari ridha Allah, serta dijalankan dengan

memperhatikan norma-norma keagamaan.40

Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi arti ibadah sebagai


perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari

39
H. Baihaqi A,K, Fiqh Ibadah (Bandung: Mas Bandung, 1996), cet ke-1, h. 31.
40
Dede Rosyada, Hukum Islam Dan Pranata Sosial (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1996), cet ke-4, h. 65.
ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan mematuhi laranagan-
Nya. Atau dengan kata lain Segala usaha lahir dan batin,
sesuai dengan perintah Tuhan, untuk mendapatkan kebahagiaan
dan keselarasan hidup, baik terhadap diri sendiri, keluarga,
masyarakat maupun terhadap alam semesta.41

Selain definisi diatas, ibadah juga mempunyai beberapa definisi

antara lain:

a. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan

perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya.

b. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla,

yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa

mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.

c. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang

dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan

atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. 42

Disamping itu, ibadah dalam pengertian tak terbatas pada

masalah ritual saja, tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan dalam

hubungannya dengan individu dan sosial, dan ritual yang dilandasi

oleh ajaran Islam setelah itu ibadah juga bertujuan agar manusia

mempunyai sifat yang terpuji, baik hubungannya dengan Allah

maupun sesama manusia serta lingkungannya. 43

Ibadah adalah hak Allah yang wajib dipatuhi. Maka manusia

tidak diwajibkan beribadah kepada selain Allah, karena hanya

Allah sendiri yang berhak menerimanya, karena Allah sendiri

41
Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 364
42
Ibid., h. 31-32.
43
Muhammad Qutub, Sistem Pendidikan Islam (Bandung: PT. Al-Maarif, 1984), h. 21-
22.
yang memberikan nikmat yang paling besar kepada

makhluknya, yaitu hidup, wujud dan segala yang berhubungan

dengannya.44

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa pembinaan ibadah

adalah tindakan yang dilakukan dengan memperoleh hasil yang baik

sesuai dengan ajaran Islam sebagai bukti ketaatan kepada Tuhan-Nya,

dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Selain

itu, dengan beribadah seorang hamba akan selalu merasa dekat dengan

Allah, bahkan dapat menolong batinnya dari kesusahan.

3. Bentuk-bentuk Ibadah

Menurut Abdul Rahman Ritonga dalam bukunya Fiqh

Ibadah, ditinjau dari segi bentuknya, ibadah dibagi menjadi dua

macam, yaitu:

Ibadah Khasshah adalah ibadah yang ketentuan dan cara


pelaksanaannya secara khusus ditetapkan oleh Nash Al-Quran
dan Hadits. Seperti sholat, zakat, puasa dan haji. Dan Ibadah
Ammah adalah semua perbuatan yang dilakukan dengan niat
baik dan semata-mata karna Allah SWT. Seperti makan dan
minum, amar makruf nahi munkar, berlaku adil, berbuat baik
kepada orang dan sebagainya. 45

Ibadah khasshah atau biasa disebut dengan ibadah mahdoh

adalah segala jenis Ibadah yang tata caranya telah ditetapkan oleh

Allah SWT (khusus) atau tersebut. Sedangkan ghoiroh mahdoh atau

44
Zurinal Z dan Aminuddin, Fiqh Ibadah (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, 2008) h. 32.
45
A. rahman Ritonga, M.A, Fiqh Ibadah (Jakarta: Gaya Media Pratama:2002), cet ke-2
, h. 62.
ibadah ammah adalah segala jenis ibadah kepada Allah dalam

pengertian luas semua perbuatan yang berhubungan dengan Allah

SWT, semua manusia, dan alam lingkungan, misalnya berdzikir

kepada Allah, menolong orang yang kesusahan sesuai dengan

kemampuan kita.

Selain itu, menurut Ahmad Dzajuli Ibadah Khasshah juga bisa

disebut dengan ibadah mahdhah yang artinya:

hubungan manusia dengan Tuhannya, yaitu hubungan yang

akrab dan suci antara seorang muslim dengan Allah SWT, yang

bersifat ritual (peribadatan), seperti shalat, zakat, puasa, dan

haji.46

4. Pengertian Anak Asuh

Anak asuh adalah anak yang diberi biaya pendidikan (oleh

seseorang) tetapi tetap tinggal pada orang tuanya. Anak asuh juga

diartikan sebagai:

Anak yang berasal dari keluarga pra sejahtera ataupun yang


sudah tidak memiliki orang tua dan mendapat pengasuhan
diluar lingkungan keluarga yang sah. Lingkungan itu dapat
berupa keluarga yang secara langsung mengasuh dan
menyediakan segala keperluan si anak. Dapat juga berupa
yayasan ataupun lembaga yang bergerak di bidang pengasuhan
dan perlindungan anak. 47

Menurut Ardianus Khatib yang dikutip oleh Chuzaimah T.

Yanggo dan Hafidz Ansharya berpendapat bahwa anak asuh adalah

46
Ahmad Dzajuli, Kaidah-kaidah Fikih (Jakarta: Kencana, 2007), Ed. 1. Cet.2 h. 114.
47
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, h. 41.
anak yang digolongkan dari keluarga yang tidak mampu, antara lain

sebagai berikut:

a. Anak yatim atau piatu atau anak yatim yang tidak memiliki

kemampuan ekonomi untuk bekal sekolah dan belajar.

b. Anak dari keluarga fakir miskin.

c. Anak dari keluarga yang tidak memiliki tempat tinggal

tertentu (tuna wisma).

d. Anak dari keluarga yang tidak memiliki ayah dan ibu dan

keluarga dan belum ada orang lain yang membantu biaya

untuk bersekolah atau belajar.48

48
Ehuzaimah T. Yanggo dan Hafidz Ashari, Problematika hukum Islam Kotemporer
Pertama (Jakarta: Pustaka Fidaus, 2002) h. 161.
BAB III

GAMBARAN UMUM YAYASAN YATIM PIATU ISLAM AL-BAROKAH

A. Sejarah Berdirinya Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah

Sebelum berkembang menjadi sebuah lembaga pendidikan Islam,

Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah hanyalah sebuah lembaga kursus

dakwah yang sengaja diselenggarakan oleh Almarhum K.H. Abubakar Jamal

dengan tujuan khusus membina dan mencetak kader-kader muballigh. Kursus

dakwah tersebut diikuti oleh peserta-peserta yang umumnya datang dari

wilayah sekitar, seperti Kelurahan Jatimakmur, Jatiasih, Jatikramat,

Jatiwaringin, Ujung Aspal, Jatibening, dan lain-lain.

Kursus dakwah tersebut diselenggarakan setiap hari Ahad, dengan

mengundang narasumber-narasumber yang ahli di bidang dakwah, yang pada

umumnya para narasumber tersebut adalah para guru di Yayasan Al-Barokah,

seperti49:

1. K.H. Thahir Rohili (Pimpinan Pondok Pesantren Ath-Thahiriyah, Jakarta);

2. K.H. Abdullah SyafiI (Pimpinan Pondok Pesantren Asy-Syafiiyyah);

3. K.H. Nur Ali (Pimpinan Pondok Pesantren At-Taqwa, Bekasi);

4. K.H.Zayadi Muhajir (Pimpinan Pondok Pesantren Az-Ziyadah, Jakarta);

5. Ustadz Tauhid (sebagai guru tetap).

Selain kegiatan tersebut, terdapat pula pengajian rutin setiap malam

yang dihadiri oleh santri-santri kalong yang juga berasal dari wilayah sekitar

Jatimakmur. Santri-santri tersebut pada umumnya datang pada sore hari yang

49
Dokumentasi Yayasan Al-Barokah
kemudian mengikuti pengajian dan kembali ke rumah masing-masing pada

keesokan harinya. Demikian seterusnya hingga jumlah mereka terus

bertambah dari hari ke hari.

Dalam memberikan pelajaran-pelajaran agama, Almarhum K.H.

Abubakar Jamal dibantu oleh beberapa ustadz antara lain Ustadz Syaroni dari

Kuningan dan Ustadz Mulyadi dari Banten. Demikian seterusnya kegiatan

pengajian tersebut berlangsung, hingga pada tahun 1982 Almarhum K.H.

Abubakar Jamal telah mengasuh 12 yatim dan piatu sebagai santri tetap dan

sekaligus tinggal satu atap dengan beliau.

Berangkat dari kondisi tersebut semakin mantaplah hati beliau

untuk merealisasikan cita-cita mulia mendirikan sebuah lembaga Islam. Dan

akhirnya, pada tahun 1982 cita-cita tersebut terlaksana dengan berdirinya

Yayasan Pendidikan Islam Yatim Piatu Al-Barokah dengan Akta Notaris

Soedirja SH, No.8 tanggal 11 Oktober 1982. Maka dengan demikian, resmilah

ia sebagai Lembaga Pendidikan Islam yang menyelenggarakan pendidikan

formal dan non formal.

Selanjutnya, proses pembangunan Yayasan Yatim Piatu Islam Al-

Barokah dilaksanakan secara bertahap yang dengan rinci proses pembangunan

tersebut teragi atas lima periode dengan penjelasan sebagai berikut 50:

a. Periode I (Agustus 1982 Juli 1983)


Pada periode ini, Al-Barokah sebagai salah satu elemen

masyarakat, hanyalah merupakan lembaga yang sanagat sederhana ditinjau

dari beberapa sarana dan fasilitas yang dimiliki. Fasilitas tersebut antara

50
Dokumentasi Yayasan Al-Barokah
lain: satu lokal ruang tamu, 3 ruang asrama (kamar tidur), ruang keluarga

dan kamar mandi. Pada periode ini anak asuh berjumlah 12 orang yatim

dan piatu, terdiri dari 7 santri putra dan 5 santri putri.

b. Periode II (Agustus 1983 Juli 1984)

Pada periode ini, terdapat penambahan fasilitas antara lain :

1) 2 lokal kelas siap pakai dengan kondisi permanen.

2) Satu lokal ruang kantor Yayasan.

3) Satu lokal ruang kantor guru.

4) Dan satu ruangan dengan kondisi permanen yang terletak diatas ruang

guru yang berfungsi sebagai asrama sementara santri putra.

Jumlah santri pada periode ini bertambah menjadi 20 orang yang terdiri

dari 11 santri putra dan 9 santri putri.

c. Periode III (Agustus 1984 Juli 1985)

Fasilitas bertambah dengan sebuah gedung bertingkat tiga yang

berfungsi sebagai perkantoran dan ruang kelas. Sedangkan rumah

kediaman Almarhum K.H. Abubakar Jamal dirobohkan untuk dijadikan

areal lapangan terbuka, aula dan sarana olah raga. Pada periode ini jumlah

santri bertambah menjadi 30 orang yang terdiri dari 16 santri putra dan 14

santri putri.

d. Periode IV (Agustus 1985 Juli 1986)

Penambahan fasilitas pada periode ini terlihat pesat, yakni dengan

terselesaikannya seluruh local dengan 3 lantai yang berfungsi sebagai

kelas untuk pendidikan formal dan gedung perkantoran. Dan pada periode
ini jumlah santri bertambah menjadi 50 orang, terdiri dari 24 santri putra

dan 26 santri putri.

e. Periode V (1986)

Pada periode ini, pembangunan berlangsung dan lahirnya

perencanaan untuk penambahan fasilitas berupa gedung-gedung antara

lain:

1) Kantor Yayasan dan rumah tidur pengurus Yayasan yang pada saat itu

kondisi pembangunannya telah berjalan 50 persen.

2) Gedung aula khusus putri 2 tingkat sekaligus berfungsi untuk asrama,

20 persen pembangunannya telah berjalan.

3) Penambahan wc putra dan putri.

4) Penambahan 2 tingkat gedung untuk kelas yang terdiri dari masing-

masing 5 lokal.

5) Aula utama termasuk musholla, arena olah raga, yang dibangun di atas

permukaan tanah bekas bangunan rumah Almarhum K.H. Abubakar

Jamal. (Dokumentasi Pesantren Al-Barokah).

Dan pada periode inilah Yayasan Yatim Piatu Islam Al-


Barokah semakin dikenal dan diakui eksistensinya dikalangan masyarakat
luas, terlebih setelah Yayasan tersebut mendapat izin menyelenggarakan
Ujian Negara. Seiring dengan itu, fasilitas, sarana dan prasarana di
Yayasan Yatim Piatu ini semakin diperlengkap hingga sampai pada
tingkat kesempurnaannya 51.

Sesuai kebijakan yang berlaku di Yayasan Yatim Piatu Islam Al-


Barokah, hingga saat ini tidak ada prosedur khusus yang digunakan sebagai

51
Dokumentasi Yayasan Al-Barokah
acuan untuk menerima dan menyeleksi santri atau anak asuh yang kemudian
mendapatkan bimbingan dalam lahnya pembinaan ibadah.
Adapun dalam penerimaan anak asuh itu sendiri, Yayasan Al-

Barokah telah menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh calon santri.

Syarat-syarat tersebut antara lain sebagai berikut :

a. Muslim baligh ataupun belum baligh dan mampu membaca Al-Quran.

b. Bersedia dan sanggup mengikuti pengajian dan peraturan dengan berbagai

ketentuan yang telah ditetapkan oleh Yayasan Al-Barokah.

c. Bersedia dan sanggup tinggal atau menetap di pondok pesantren selama

pembinaan ibadah.

Sedangkan tata tertib dan peraturan yang harus dipenuhi oleh setiap

anak asuh di Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah antara lain sebagai

berikut52 :

a. Seluruh santri wajib mengikuti seluruh kegiatan yang telah ditetapkan;

b. Seluruh santri wajib berpakaian rapih , bersih, dan menutupi aurat.

Dianjurkan untuk memakai pakaian berwarna putih-putih dan dilarang

kaos diwaktu pengajian berlangsung atau kegiatan lain kecuali istirahat

(tidur);

c. Seluruh santri dilarang membuat keributan, kegaduhan, kekacauan dan

lain-lain, yang bertentangan dengan nilai moral;

d. Seluruh santri dilarang merokok, minum-minuman keras, membawa obat-

obatan terlarang, senjata tajam, senjata api dan sejenisnya.

e. Seluruhnya santri yang tidak mengindahkan atau melanggar ketentuan-

ketentuan tersebut, akan dikenakan sanksi.


52
Dokumentasi Yayasan Al-Barokah
Selanjutnya, jumlah santri terhitung sejak tahun 1982 sanpai 2011

dapat diketahui sebanyak 418 santri (anak asuh) yang terdiri dari 233 santri

putra dan 185 santri putri.

B. Visi, Misi dan Tujuan Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah

Adapun Visi dari Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah:

Unggulan dalam sopan santun berprestasi dalam teknologi

informasi berdasarkan iman dan taqwa

Sedangkan Misi dari Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah:

1. Menumbuhkan Penghayatan dan Pengamalan ajaran Agama Islam

2. Penambah wawasan teknologi melalui informasi

3. Keteladanan sikap dan perilaku guru serta karyawan sehari-hari terhadap

santri.

C. Program Kegiatan Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah

Yayasan Yatin Piatu Islam Al-Barokah sebagai lembaga sosial yang

mempunyai perhatian besar terhadap anak yatim, maka untuk mewujudkan

visi dan misinya Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah memerlukan

kematangan konsep sebagai kunci keberhasilannya. Pematangan konsep yang

dilakukan terhadap kegiatan tidak akan tercapai jika tidak adanya suatu

program.

Dalam menjalankan peranannya, Yayasan Yatin Piatu Islam Al-

Barokah berusaha menerapkan program pembinaannya terhadap anak asuhnya


melalui dua program, yaitu program jangka panjang dan program jangka

pendek.

1. Program Jangka Pendek

a. Mengadakan pengajian mingguan yang dilaksanakan oleh para santri

putra dan putri.

b. Mencari dana sosial dalam kegiatan besar yang diadakan oleh Yayasan.

c. Menetapkan 3 (pokok) kotak obstib ditempat strategis serta memelihara

bersama dengan anggota guna memudahkan berkomunikasi antara

pengurus dan anggota serta membuka satu minggu sekali seta

membacanya dua minggu sekali.

d. Mengadakan kegiatan pidato (muhadharah) satu minggu dua kali oleh

para santri putra dan putri.

e. Mengadakan seni baca Al-Quran dan rawi dengan mendatangkan

tenaga dari luar.

2. Program Jangka Panjang

a. Memelihara dan menambah alat-alat kesejahteraan pada setiap asrama.

b. Mengadakan hari-hari besar Islam maupun hari-hari besar Nasional.

Saat ini, Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah melaksanakan

program kerjanya melalui sedikitnya 5 unit kegiatan, kegiatan-kegiatan

tersebut yaitu:

a. Pesantren (Pendidikan Non Formal)

Kegiatan yang dilaksanakan melalui unit ini adalah dalam

bentuk pengukuhan akidah, bimbingan dan pembangunan moral, dan


pembinaan dakwah terhadap santri-santri mukim sebagai kader-kader

dai dan daiyah. Hingga saat ini 153 santri (anak asuh) yang belajar

dan mengikuti kegiatan pembinaan kader dai yang diselenggarakan

oleh Yayasan. Selain sebagai kader dai dan santri mukim, mereka juga

adalah siswa-siswi di lembaga pendidikan formal yang diselenggarakan

oleh Yayasan Al-Barokah. Umumnya mereka berasal dari luar bekasi,

seperti wilayah Jabota, Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara Timur,

Kalimantan dan lain sebagainya.

Disinilah mereka dibina dan dibimbing untuk dicetak sebagai

kader-kader muslim yang berkualitas. Mereka yang menetap (mukim)

dan sekolah di Pondok Pesantren Al-Barokah diharapkan menjadi

kader-kader yang memiliki nilai tambah yaitu menjadi sarjana yang

ulama atau ulama ynag sarjana.

b. Madrasah (Pendidikan Formal)

Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah juga menyelenggarakan

pendidikan formal yang meliputi Sekolah Dasar Islam (SDI),

Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Siswa-siswi

pendidikan formal tersebut terdiri dari santri yang menetap di Pondok

Pesantren (santri mukim) dan pelajar non mukim, yakni yang hanya

mengikuti kegiatan belajar mengajar (sekolah formal) saja.

Uniknya dalam penyelenggaraan pendidikan formal tersebut,

Yayasan Al-Barokah memiliki ciri khas yang membedakan dengan

lembaga pendidikan formal lainnya. Ciri khas tersebut ialah


dijadikannya pembinaan dan pelatihan dakwah sebagai kegiatan

ekstrakurikuler sekolah.

Kegiatan tersebut dilaksanakan setiap satu minggu sekali, pada

hari Rabu. Pada jadwal yang telah ditentukan tersebut, seluruh siswa-

siswi baik yang mukim atau non mukim berkumpul di aula utama yang

kemudian didalamnya diberikan berbagai materi-materi yang

berkenaan dengan seluk beluk kegiatan dakwah. Disini, seluruh siswa

juga dilatih dan diwajibkan untuk praktik dakwah dalam bentuk

ceramah dihadapan Pembina dan siswa-siswi lain.

Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan menggunakan sistem

rolling class. Artinya pada setiap satu minggu sekali, dengan

bergantian, masing-masing kelas diwajibkan untuk praktik dakwah

dengan mengutus perwakilan kelas guna membawakan kegiatan dari

mulai protocol (pembawa acara), kata sambutan, ceramah inti, sampai

pembaca doa penutup.

Selanjutnya, setelah kegiatan tersebut usai, Pembina kemudian

memberikan arahan, pembenahan-pembenahan atau koreksi atas

kekurangan dan kesalahan yang dilakukan oleh para praktikkan

tersebut.

c. Majelis Talim

1. Pengajian Umum

Kegiatan ini dilaksanakan setiap ahad pagi, mulai pukul

05.30-07.00 WIB. Layaknya pengajian umum, audience (peserta)

pengajian ini lebih bersifat heterogen, yakni selain terdiri dari santri
mukim, pengajian tersebut juga diikuti/dihadiri oleh masyarakat

umum baik bapak-bapak, ibu-ibu ataupun remaja. Mereka pada

umumnya datang dari wilayah Kecamatan pondok Gede, Jatiasih dan

sekitarnya.

Adapun kitab yang dikaji dalam pengajian tersebut

cenderung terganti-ganti. Artinya setelah satu kitab terkhatamkan,

maka materi pengajian tersebut dipimpin langsung oleh Abuya K.H.

Syaroni Zuhri yang sekaligus merangkap sebagai narasumber.

2. Majelis Kursus Dakwah

Kegiatan ini adalah kegiatan khas yang telah

diselenggarakan sejak awal berdirinya Yayasan Yatim Piatu Islam

Al-Barokah, bahkan sebelum itu. Kursus dakwah tersebut

diselenggarakan setiap Ahad bada Zhuhur. Adapun materi yang

disampaikan, pada umumnya lebih banyak mengupas kandungan-

kandungan ayat Al-Quran dan Al-hadits, yang disampaikan dengan

metode ceramah dan diskusi. Yaitu setelah guru menyampiakan

materinya para kader diberikan waktu seluang mungkin untuk

mengajukan berbagai persoalan yang dihadapinya,

Terutama persoalan-persoalan yang menyangkut dengan

seluk beluk dakwah dan persoalan yang berkaiatan dengan materi

yang telah disampaikan. Disinilah para kader memiliki kesempatan

yang tepat untuk dapat dengan seksama dan seteliti mungkin

mempelajari dan mendalami berbagai kaidah dakwah dengan

segenap permasalahannya. Tentu saja pemahaman dan pendalaman


berbagai kaidah dakwah tersebut cenderung bersifat teoritis, bukan

praktis.

d. Pesantren Kilat

Pada setiap tahunnya, Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah

menyajikan program singkat Pendidikan Agama Islam atau yang lebih

dikenal dengan pesantren kilat atau SANLAT. Kegiatan tersebut

diselenggarakan karena mengingat bahwa Pendidikan Agama Islam

yang diberikan di bangku sekolah kurang dapat memenuhi kebutuhan

dalam upaya pembentukan kepribadian yang utuh dan paripurna

menurut Islam.

D. Sarana dan Struktur Organisasi Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah

Yayasan Pendidikan Islam Al-Barokah adalah yayasan yang

menampung santri-santri yang pada umumnya berasal dari keluarga-keluarga

yang kondisi ekonominya dibawah garis menengah kebawah, orang-orang tak

mampu. Yayasan ini didirikan bukan hanya untuk individu saja, melainkan

juga atas sokongan dan campur tangan masyarakat, terutama mereka yang ber-

uang dan peduli terhadap perkembangan syiar Islam.

Meski demikian, Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah bukanlah

lembaga yang berada dan tergantung dibawah daulat organisasi masyarakat,

organisasi politik, ataupun lembaga tertentu, akan tetapi Yayasan Yatim Piatu

Al-Barokah adalah lembaga dari dan untuk umat. Oleh sebab itu, Yayasan Al-

Barokah dengan lapang dada selalu membuka peluang bagi setiap elemen
masyarakat yang ingin dan berniat tulus menyalurkan kontribusi-kontribusi

konstuktif untuk perkembangannya.

Untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut, pihak Yayasan telah

banyak menyediakan meski belum lengkap sarana dan prasarana yang cukup

memadai untuk terlaksananya suatu kegiatan yang diharapkan. Adapun sarana

dan prasarana yang dimaksud selengkapnya dapat dilihat dalam dua tabel

berikut.

TABEL III.1

PRASARANA YAYASAN YATIM PIATU

ISLAM AL-BAROKAH

NO Nama Prasarana Jumlah Keterangan

1. Tanah wakaf untuk yayasan 1200 m2 Kondisi Baik

2. Kantor seketariat 2 lokal (@ 6 x 6m2) Kondisi Baik

3. Aula 2 lokal Kondisi Baik

4. Asrama Santri Putra-Putri 19 lokal Kondisi Baik

5. Ruang Kesehatan 1 lokal (6 x 6m2) Kondisi Baik

6. Laboratoriom 2 lokal Kondisi Baik

7. Kantor Santri 1 lokal (5 x 5 m2) Kondisi Baik

8. Ruang kelas sekolah 7 lokal (6 x 6m2) Kondisi Baik

9. Ruang Kepsek + TataUsaha 2 lokal (6 x 6m2) Kondisi Baik

10. Kantor Guru 1 lokal (6 x 6m2) Kondisi Baik

11. Mushala 1 lokal Kondisi Baik


12. Dapur Umum 1 lokal Kondisi Baik

13. Kamar mandi Ustad 4 lokal (6 x 6m2) Kondisi Baik

14. Kamar mandi dan WCsantri 6 lokal (6 x 6m2) Kondisi Baik

15. Tempat wudhu 3 lokal Kondisi Baik

16. Pos keamanan 1 lokal Kondisi Baik

17. Lapangan olah raga 1 lokal Kondisi Baik

GAMBAR III.2

GAMBAR STRUKTUR ORGANISASI YAYASAN YATIM PIATU ISLAM

AL-BAROKAH

Pelindung Ketua umum Penasehat


H. Jamalullail KH. Khoiruddin, SH.MM Jamaludin M.Pd

Bendahara Sekretaris
Hj. Haironih Marwah Z. SE

BIRO

Humas Sumber Dana P dan K Administrasi Sarana dan


SamsulHadi Wirausaha Edi Suryadi SE Kelembagaan Prasarana
H. Rudiyanto Maria Ulfah Ust. Tabrani
Berdasarkan struktur diatas, maka hierarki yang berwenang menentukan

kebijakan-kebijakannya adalah Ketua Umum atau Pimpinan yang dibantu oleh

Dewan Penasehat. Selanjutnya tugas-tugas pelaksanaan program diserahkan

kepada masing-masing pengurus yang dibantu oleh staf-staf pengurus yang dalam

pelaksanaan operasionalnya berada dibawah pengawasan para pengelola.

E. Program Kegiatan

1. Latar Belakang dan Pendidikan Anak Asuh

Semua anak-anak asuh yang tinggal di yayasan ini mempunyai

latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga

mereka yang pada umumnya yaitu dapat digolongkan menjadi dua bagian:

a. Anak yatim dan piatu yaitu anak yang tidak mempunyai ayah atau

ibu.

b. Anak Dhuafa yaitu anak yang kurang mampu dari segi ekonomi.

Bagi anak asuh yang masih mempunyai kedua orang tua

diperbolehkan untuk pulang kerumah dengan alasan sesuatu yang penting

atau untuk keperluan yang mendadak. Sebagai contoh untuk liburan hari

raya besar Islam yaitu Idul fitri dan Idul Adha.

Semua ini dengan didasari pendidikan Yayasan yatim piatu Islam

Al-Barokah yaitu menampung siswa yatim piatu dan dhuafa untuk

disekolahkan, dengan pembiayaan sepenuhnya ditanggung oleh yayasan.53

Pihak yayasan menyekolahkan mereka sesuai dengan tingkat

pendidikan masing-masing. Ini dikarenakan ketidak mampuan keluarga

53
Wawancara Pribadi dengan Bapak Samsul Hadi, Kepala Sekolah MTs Yatim Piatu Al-
Barokah, Bekasi 12 April 2011
mereka dalam perekonomian. Anak asuh yang disekolahkan diyayasan ini

yaitu dari tingkat Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah.

Anak asuh yang disekolahkan di yayasan ini yaitu dari tingkat

Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Berikut ini data pendidikan

anak asuh di Yayasan yatim piatu Islam Al-Barokah, adalah sebagai

berikut54:

TABEL III.2

DATA PENDIDIKAN ANAK ASUH

NO Kelas MTs MA Umur Jumlah


1. I 23 21 14-15 44 orang

2. II 33 28 15-16 61 orang

3. III 28 20 16-17 48 orang

153 orang

2. Program Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh di Yayasan Yatim

Piatu Islam Al-Barokah

Untuk mewujudkan manifestasi dari upaya pembinaan Ibadah

terhadap anak asuh tersebut, Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah

berusaha menerapkan berbagai kegiatan keagamaan, diantaranya:

54
Wawancara Pribadi dengan Bapak Nasrun, Tata Usaha Mts Yatim Piatu Al-Barokah,
Bekasi 18 April 2011.
1. Shalat berjamaah

Keutamaan shalat berjamaah sudah diketahui manfaat yang

terkandung didalamnya, maka dari itu para pengasuh dengan itu

membina anak asuhnya untuk melaksanakan shalat fardhu serta shalat

sunnah secara berjamaah. Selain itu, para pengasuh membuat peraturan

serta hukuman bagi mereka yang melanggar dengan tidak mengikuti

shalat berjamaah. Semua itu dilakukan, guna menanamkan serta

meningkatkan keimanan anak asuh dengan menjalankan kewajiban

shalat lima waktu sebagai hamba Allah dengan beribadah kepada-Nya.

2. Penghafalan Surat

Sesuai dengan kedudukannya sebagai kitab suci, Al-Quran

begitu membudaya dalam kehidupan umat Islam. Setiap muslim selalu

membacanya dalam setiap shalat, begitu juga bacaan surat-surat yang

terdapat di Al-Quran yang dihafalkan oleh anak asuh melalui hafalan

seminggu dua kali. Surat yang wajib dihafalkan oleh mereka yaitu:

juzama, surat Al-Waqiah, surat Yasin, surat Al-Mulk dan lain-lain.

Para pengurus membuat peraturan serta hukuman bagi mereka yang

melanggar dengan tidak mengikuti hafalan yang harus disetorkan

tersebut. Semua itu dilakukan, agar mereka dapat terbiasa dalam

menghafal surat-surat yang terdapat di Al-Quran untuk mengajarkan

mereka mengenai kecintaan terhadap kitab suci dengan menjaga

hafalan mereka serta dapat dipraktekkan dalam bacaan sholat mereka.


3. Bimbingan Membaca Al-Quran

Bimbungan membaca Al-Quran diberikan kepada anak asuh

dimaksudkan untuk mereka dapat mengetahui ilmu tajwid, serta

mengenalkan lagam lagu dalam Al-Quran. Ini bertujuan untuk

mengenalkan cara membaca Al-Quran dengan baik dan benar. Selain

itu, bimbingan tersebut diberikan berupa pengenalan huruf hijaiyah

dengan menggunakan metode iqra bagi yang belum bisa baca Al-

Quran.

Setelah mengetahui beberapa kegiatan yang dilakukan di

Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah, peneliti menyimpulkan bahwa

Yayasan Al-Barokah ini menerapkan program pembinaan ibadah

terhadap anak asuh dengan mempertimbangkan kemampuan mereka

dengan cara menanamkan nilai-nilai keagamaan dengan kedisiplinan

dalam sholat berjamaah, penghafalan serta pembacaan Al-Quran

untuk meningkatkan ketaqwaan mereka dengan beribadah kepada-Nya.

Semua itu, agar anak asuh dapat menjadi manusia yang beriman

kepada Allah dengan melaksanakan kewajiban yang telah Allah

tetapkan, serta memiliki sifat akhlakul karimah di kehidupan mereka.


BAB IV

ANALISIS STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PEMBINAAN IBADAH

Dalam Bab ini, peneliti akan memaparkan data temuan serta

menganalisisnya, dengan data yang peneliti dapatkan dari lokasi penelitian

tentang strategi komunikasi Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah, dalam kegiatan

pembinaan ibadah terhadap anak asuh. Ini bertujuan untuk mengidentifikasi

strategi komunikasi apa saja yang dilakukan oleh pengurus ibadah dalam

membina ibadah anak-anak asuh, selain itu untuk mengetahui faktor

pendukung dan penghambat apa saja yang terjadi dalam pembinaan ibadah

tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti

mewawancarai beberapa informan yang telah memberikan informasi seputar

kegiatan pembinaan ibadah yang dilaksanakan, serta mengenai data yang

dibutuhkan oleh peneliti. Diantaranya yaitu: Kepala Sekolah MTs Yatim Piatu

Al-Barokah, yaitu Bapak Samsul Hadi. Tata Usaha MTs Yatim Piatu Al-

Barokah yaitu Bapak Nasrun. Pengurus bagian ibadah anak asuh yaitu Bapak

Faqihuddin. Serta beberapa anak asuh yaitu, Armelia Sri Wulandari, Nurdin

Salim dan yang terakhir Diana Punky, beserta data-data tertulis yang dapat

mendukung hasil penelitian.

A. Langkah-langkah Penyusunan Strategi komunikasi yang diterapkan oleh

Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah dalam Pembinaan Ibadah

Sebuah lembaga, atau yayasan agar bisa mencapai segala tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan maka sangat membutuhkan cara atau


metode. Cara atau metode yang dipakai itulah yang disebut dengan strategi.

Karena strategi sangatlah dibutuhkan untuk melancarkan program-program

yang diterapkan oleh pihak Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah.

Peranan komunikator sangatlah diperlukan dalam strategi

komunikasi. Karena komunikator ikut menentukan berhasilnya strategi

komunikasi. Hal ini sesuai rencana dasar yang dilakukan oleh komunikator

dalam menyampaikan pesan kepada komunikan agar pesan tersebut dapat

diterima, sehingga dapat mencapai tujuan yang ditetapkan. Dengan kata lain,

strategi komunikasi itu akan berjalan dan berhasil bila ada keterkaitan antara

komunikator dan komunikan terhadap pesan yang disampaikan.

Menurut Onong Uchjana, dalam menentukan menyusun strategi

komunikasi diperlukan suatu pemikiran dengan memperhitungkan faktor-

faktor pendukung dan faktor-faktor penghambat. Adapun langkah-langkah

dalam strategi komunikasi di buku karya Onong Uchjana, yang pertama

yaitu55:

1. Mengenali Sasaran Komunikasi

3) Faktor kerangka referensi

Kerangka referansi seseorang terbentuk dalam dirinya sebagai

hasil dari panduan pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma hidup,

status sosial, ideology, cita-cita dan sebagainya. Dalam situasi

komunikasi antarpersonal mudah untuk mengenal kerangka referensi

komunikan karena ia hanya satu orang. Jangankan sudah dikenal, tidak

55
Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,2007), Cet ke-21. Hal. 36.
dikenal pun mudah menjajaginya, umpamanya dengan menanyakan

kepadanya mengenai pekerjaan dan asal daerahnya.

Dalam hal ini, peneliti melihat para pengasuh serta pengurus

yayasan yatim piatu Al-barokah mengetahui kerangka referensi yaitu

paduan pengalaman dan pengertian yang pernah diperoleh oleh

komunikan yaitu mengetahui masing-masing latar belakang mereka

serta keadaan ekonomi yang berbeda-beda, yaitu watak serta cara

menghadapi mereka sesuai daerah tempat mereka berasal.

Sebagai contoh untuk anak asuh yang berasal dari bekasi,

mereka lebih menyesuaikan tempat serta keadaan dan bahasa, lain

dengan anak yang berasal dari flores watak mereka lebih keras untuk

dibimbing, sehingga butuh sikap yang lebih dari pengasuh.

Dikarenakan dari bahasa, adat serta lingkungan mereka berbeda.

Sehingga dengan begitu pengasuh serta pengurus dapat menyampaikan

pesan dengan komunikasi dua arah secara timbal balik akan lancar.

Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Bapak Faqihuddin dan berikut hasil

kutipan dari wawancara dengan beliau:

Sangat,, sangat sangat diperlukan sekali,, jadi untuk kita lebih

tau bagaimana kondisi anak itu bagaimana, kepribadiannya,,

karna setiap anak dari latar belakang berbeda dari orang tua

yang berbeda dan pasti juga dari ekonomi yang pastinya akan

berbeda sekali.,,56

56
Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam Al-
Barokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 26 April 2011.
4) Faktor situasi dan kondisi

Yang dimaksudkan dengan situasi disini ialah situasi

komunikasi pada saat komunikan akan menerima pesan yang kita

sampaikan. Situasi yang bisa menghambat jalannya komunikasi dapat

diduga sebelumnya, dapat juga datang tiba-tiba pada saat komunikasi

dilancarkan.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, situasi komunikasi

yang biasanya terjadi, ketika suasana ramai oleh kegaduhan anak-anak

ketika belajar sehingga agak mengganggu konsentrasi anak-anak yang

lain dalam menghafal. Sehingga bagi pengurus mengeluarkan suara

yang lebih keras, sehingga anak-anak asuh yang lain menaruh

perhatiannya kembali pada pelajaran.

Sedangkan yang dimaksud dengan kondisi di sini ialah state of

personality komunikan, yaitu keadaan fisik dan psikis komunikan pada

saat ia menerima pesan komunikasi. Komunikasi kita tidak akan

efektif apabila komunikan sedang marah, sedih, bingung, atau sakit.

Berdasarkan petikan wawancara bersama Bapak Faqihuddin dan

berikut hasil kutipan dari wawancara dengan beliau:

Biasanya, masalah yang umum dihadapi anak yatim, kurang

percaya diri, tidak konsentrasi belajar, stress karena ditinggal

orang tua, malas dan sebagainya. Dan akhirnya mereka kurang

betah buat tinggal di sini deh.,,57

57
Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam Al-
Barokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 26 April 2011.
Permasalahan yang umumnya dihadapi oleh anak yatim piatu

Al-Barokah biasanya berupa masalah prilaku yang dikhawatirkan akan

menggangu perkembangan serta belajarnya, sedih karna tidak lagi

mempunyai seorang ayah atau ibu, sehingga mengakibatkan tidak

konsentransi dalam belajar, masalah dengan temannya dan akhirnya

mereka tidak betah untuk tinggal di asrama.

2. Pemilihan Media Komunikasi

Untuk mencapai sasaran komunikasi kita dapat memilih salah satu

atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan

dicapai, pesan yang akan disampaikan, dan teknik yang akan

dipergunakan. Mana yang terbaik dari sekian banyak media komunikasi

itu tidak dapat ditegaskan dengan pasti sebab masing-masing mempunyai

kelebihan dan kekurangan.

Dalam hal ini, Yayasan menyediakan buku-buku tentang kumpulan

hadits-hadits yang akan dihafalkan serta dipraktekkan oleh anak asuh

selain itu panduan beribadah sholat dengan baik dan benar. Melalui media

tulisan atau cetakan tersebut dapat dikaji berulang-ulang dan dipergunakan

oleh pengurus dalam mengajarkan kepada anak asuh. Ini sesuai dengan

tujuan serta teknik komunikasi yang digunakan, yaitu bertujuan agar anak

asuh dapat merubah sikap serta perilaku dalam beribadah sehingga mereka

faham dan benar dalam tata cara beribadah. Hal ini sesuai yang

diungkapkan oleh Bapak Faqihuddin dan berikut hasil kutipan dari

wawancara dengan beliau:


.,,, selain itu ada ustadnya yang mendukung karna gurunya juga

semangat gitu mengajarnya,, media belajarnya seperti Al-Quran,

kitab, buku-buku yang memadai dipenuhi oleh yayasan,,.58

3. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi

Pesan komunikasi (message) mempunyai tujuan tertentu, ini

menetukan teknik yang harus diambil, apakah itu teknik informasi,

persuasi, atau teknik instruksi. Apapun tekniknya, pertama-tama

komunikasi harus mengerti pesan komunikasi itu.

Mengenai pesan yang disampaikan, materi yang diberikan oleh

pengurus ibadah dapat dipahami oleh anak-anak asuh. Hal ini sesuai yang

diungkapkan oleh Bapak Faqihuddin dan berikut hasil kutipan dari

wawancara dengan beliau:

,,yah programnya ada macem-macem yang pertama mungkin,,,

ibadah yang pastinya,, terus yang kedua ada pendalaman materi

agama,, salah satunya ngaji, terus majlis taklim hemm,, hafalan

juga bisa seperti itu.,.59

Dari penjelasan materi agama dan tata cara sholat, mereka dapat

menjalankannya serta mempraktekkannya. Selain itu, teknik komunikasi

yang digunakan yaitu informatif yaitu agar anak asuh mengerti dan tahu,

dan persuasif yaitu agar anak asuh patuh serta dapat menjalankan suatu

perbuatan atau kegiatan yang diberikan oleh pengurus ibadah.

58
Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam Al-
Barokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 26 April 2011.
59
Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin.
4. Peranan Komunikator dalam Komunikasi

a. Daya tarik sumber

Seorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi, akan

mampu mengubah sikap, opini, dan perilaku komunikan melalui

mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa bahwa

komunikator ikut serta dengannya. Dengan lain perkataan, komunikan

merasa ada kesamaan antara komunikator dengannya sehingga

komunikan bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan oleh

komunikator.

Berdasarkan pengamatan, pengurus mempunyai peranan

penting dalam keberhasilan anak asuh, ini ditandai dengan semangat

guru dalam memberikan pemahaman kepada si anak, sehingga dapat

mendukung pesan yang akan disampaikan. Selain itu si anak dapat

sedikit demi sedikit merubah perilakunya karena dorongan dari

gurunya itu sendiri.

b. Kredibilitas sumber

Faktor kedua yang bisa menyebabkan komunikasi berhasil

ialah kepercayaan komunikan pada komunikator. Kepercayaan ini

banyak bersangkutan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki

seorang komunikator. Ini diterapkan oleh pihak Yayasan dalam strategi

konseling, yaitu upaya atau suatu cara pemberian nasehat, anjuran dan

pembicaraan dengan bertukar pikiran melalui interaksi antara dua

orang yaitu pengurus dan anak asuh yang sedang mengalami suatu
masalah yang dihadapi dengan memberikan jalan keluar terhadap

masalah individu, sehingga masalah itu dapat teratasi.

Dalam hal ini, masalah yang umum dihadapi anak yatim

berupa masalah perilaku yang dapat mengganggu perkembangan diri

serta belajar anak, semua ini dilakukan melalui motivasi bersama yaitu

dengan memberikan nasihat kepada masing-masing anak asuh.

Berdasarkan kedua faktor tersebut, seorang komunikator dalam

menghadapi komunikan harus bersikap empatik (empaty), yaitu kemampuan

seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain. Dengan

kata lain perkataan, dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.

Seorang komunikator harus bersikap empatik ketika ia berkomunikasi dengan

komunikan yang sedang sibuk, marah, bingung, sedih, sakit, kecewa dan

sebagainya.

Berikut ini adalah strategi yang digunakan pihak Yayasan Yatim

Piatu Islam Al-Barokah dalam membina ibadah para anak asuhnya, strategi

komunikasi ini dilakukan oleh para pengurus ibadah untuk anak asuh ini di

koordinatori oleh Ustad Faqihuddin, dan para pengurus ibadah lainnya yaitu

H. Tabrani S.Ag, Tamali, Siti Barkah S.Ag dan Maria Ulfah. Strategi

komunikasi ini dilakukan dengan beberapa strategi yang diterapkan oleh anak

asuh60:

60
Wawancara Pribadi dengan Samsul Hadi, Kepala Sekolah Mts Yatim Piatu Al-
Barokah, Bekasi 12 April 2011.
1. Strategi Mengenal Komunikan

Dalam mengenal anak asuh, strategi ini sangatlah diperlukan

dalam pembinaan. Di karenakan masing-masing anak asuh berasal

dari latar belakang keluarga dan kepribadian yang berbeda-beda.

Diantaranya anak asuh yang salah satu orang tuanya sudah tiada serta

anak yang kurang mampu. Sebagai contoh dalam hal pembinaan, anak

asuh yang berasal dari Flores Nusa Tenggara Timur pembinaannya

lebih ditekankan serta dikhususkan karena pada anak tersebut lebih

bersifat temperamental. Ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak

Faqihuddin selaku pengurus ibadah Yayasan Yatim Piatu Islam Al-

Barokah:

,,,,yang pertama, strategi mengenal anak asuh disini, seperti


kita mengenalnya dengan latar belakang keluarga mereka yang
berasal dari beberapa daerah misalnya anak asuh yang berasal
dari flores, cara menghadapinya sangatlah berbeda lebih
ditekankan dikarenakan lebih temperamental, dengan
mengetahui semua itu, kita bisa tahu IQ mereka masing-masing.
Tentang latar belakangnya yang berbeda,, perbedaannya
mungkin,, klo dari jawa itu lebih ke diam, ga bisa ngomong,
atau minder pokoknya wataknya lebih tertutup atau ga berani
gitu.. sedangkan klo dari bekasi sendiri karna dari sini gitu udah
biasa ngomong, lebih menyesuaikan karna dari daerah sini,, dan
klo dari lampung atau flores itu lebih keras lagi dia,, wataknya
dan kadang untuk di bilangin juga ga sekali dua kali,,61

2. Strategi Konseling

Konseling yaitu suatu proses interaksi yang terjadi antara dua

orang atau individu yang disebut konselor dan klien, atau terjadi dalam

situasi pribadi (professional), serta dibina sebagai suatu cara untuk

61
Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam Al-
Barokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 26 April 2011.
memudahkan terjadinya perubahan-perubahan tingkah laku klien,

sehingga ia memperoleh keputusan yang memuaskan kebutuhannya. 62

Sedangkan tujuan dari konseling dalam Islam, yaitu untuk

menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan kebersihan

jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai (Muthmainah),

bersikap lapang dada (Radhiyah) dan mendapatkan pencerahan taufik

dan hidayah Tuhannya (Mardhiyah).63

Strategi konseling yaitu suatu cara pemberian nasehat, anjuran

dan pembicaraan dengan bertukar pikiran melalui interaksi antara dua

orang yaitu pengurus dan anak asuh yang sedang mengalami suatu

masalah yang dihadapi dengan memberikan jalan keluar terhadap

masalah individu, sehingga masalah itu dapat teratasi.

Dalam hal ini, masalah yang umum dihadapi anak yatim berupa

masalah perilaku yang dapat mengganggu perkembangan diri anak

tersebut, diantaranya: kurangnya percaya diri, tidak konsentrasi

belajar, ,malas dan sebagainya. 64 Sehingga mereka menimbulkan

masalah seperti, tidak betah untuk tinggal di lingkungan asrama,

berkelahi dengan temannya. Ini dikarnakan perasaan mereka yang

belum terima bahwa mereka sudah ditinggal oleh orang tua yaitu ayah

atau ibu mereka, Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Bapak

Faqihuddin dan berikut hasil kutipan dari wawancara dengan beliau:

62
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling : Suatu Uraian Ringkas (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1985), Cet. Ke-1, h. 14.
63
M. Hamdani Bakran Adz-dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam Penerapan Metode
Sufistik. h. 220.
64
Wawancara Pribadi dengan Armelia Sri Wulandari, Anak Asuh Yayasan Yatim Piatu
Islam Al-Barokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 26 April 2011.
Strategi Konseling,, iyaa,,apa namanya,,hemm anak kita
panggil saja satu anak satu persatu klo ada masalah kita Tanya
bagaimana masalahnya yah begitu,,, kadang klo anak ada
masalahnya aja, yah tapi ga menentu satu minggu sekali tapi
kadang juga klo banyak yang anak mempunyai masalah yahhh
lebih sering lagi kita menanganinya,, ini dilakukan untuk
pemberian motivasi, anjuran, nasehat seperti masalah umum
yang dihadapi sihh:,,,,,,,. 65

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti,

pengurus saling memberikan bimbingan sesuai dengan kemampuan

yang dimiliki anak asuh, dengan menghasilkan kecerdasan spiritual

pada diri anak asuh sehingga muncul dan berkembang rasa ingin

keinginan untuk berbuat taat kepada Allah SWT dengan beribadah

kepada-Nya, sekaligus memberikan nasihat agar tetap sabar dan

tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya. 66

3. Strategi menentukan metode

Selanjutnya strategi yang terakhir yaitu menentukan materi

dengan metode yang digunakan, ini dilakukan agar terwujudnya suatu

perubahan kepada anak tersebut ke arah yang lebih baik lagi.

Berdasarkan penelitian yang diamati, metode yang dilakukan dalam

pembinaan ibadah terhadap anak asuh yaitu:

a. Metode Hafalan

Metode hafalan adalah suatu cara yang digunakan oleh para

pengajar dalam hal pembinaan ibadahnya. Seperti bagaimana anak

dapat menghafal setiap bacaan shalat dan menerapkannya dalam

ibadah shalatnya sehari-hari. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh

65
Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam Al-
Barokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 18 Mei 2011.
66
Pengamatan Observasi, Tentang Penerapan Strategi Konseling, di Yayasan Yatim Piatu
Al-Barokah, 12 April 2011.
Bapak Faqihuddin dan berikut hasil kutipan dai wawancara dengan

beliau:

Strategi selanjutnya yaitu,, metode yang akan digunakan


menentukan materi , yaitu melalui metode hafalan, metode
ini dilakukan seminggu dua kali, hafalan itu,, tergantung
tingkatan anak-anak itu, sesuai Tsanawiyah apa,, Aliyah,,
biasanya hafalan juzama teruss surat: Al-Waqiah, Yasin
dan Al-Mulk., dan lain-lain deh,,67

Dalam metode ini, pengurus ibadah menentukan materi dari

surat-surat yang akan dihafalkan kepada anak-anak, seperti

juzama, hadits, serta surat-surat panjang seperti surat Al-Waqiah,

surat Yasin, surat Al-Mulk dan lain-lain, setelah itu anak-anak

mulai menghafal dengan masing-masing surat yang ditentukan.

Setelah dihafalkan oleh anak asuh dan hafalan tersebut harus

disetorkan kepada para Pengurus dalam jangka waktu yang

ditentukan.

Adapun waktu pelaksanaannya yaitu dilakukan seminggu

dua kali dalam menyetorkan hafalan, yaitu pada hari senin, selasa

dan rabu, dengan menyetorkan secara bergilir berdasarkan tingkat

pendidikan mereka, Yaitu sebagai berikut:

1) Tingkat Madrasah Tsanawiyah

Untuk kelas Tsanawiyah pengurus membagi dua kelompok,

kelas satu dan kelas dua. Adapun hafalan yang wajib

67
Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam Al-
Barokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 18 Mei 2011.
dihafalkan yaitu meliputi hafalan juzama, ratibul hadad,

hadits-hadits pendek,

2) Tingkat Madrasah Aliyah

Sementara surat yang wajib dihafalkan oleh mereka yaitu:

surat Al-Waqiah, surat Yasin, surat Al-Mulk serta Juzama.

Berdasarkan kegiatan hafalan yang dilakukan oleh anak

asuh yang penulis amati dilapangan, pada dasarnya penyetoran

hafalan surat-surat yang terjadi dilakukan dengan pola kelompok .

dalam masing-masing kelompok tersebut, anak asuh meyetorkan

hafalan kepada pengurus dengan waktu dan hari yang ditentukan

yaitu hari rabu dan kamis atau secara bergilir tergantung siap atau

tidaknya anak tersebut untuk menyetorkan hafalannya.

Dalam tahap awal kegiatan ini, pengurus ibadah

memberikan semacam materi yang disampaikan kepada anak-anak

dengan mengenalkan bagaimana cara untuk beribadah dengan baik,

dengan kata lain mengenalkan materi yang dianggap mudah

terlebih dahulu, setelah itu pengurus menekankan anak untuk

mengucapkan berulang-ulang diselingi dengan melihat buku yang

menjadi rujukannya untuk menghafal. Hal ini sesuai yang

dikatakan oleh Bapak Faqihuddin dan berikut hasil kutipan dari

wawancara dengan beliau:

Yang pertama kita mengenalkan materi yang lebih mudah

dulu, dalam artian,, anak harus mengucapkan berulang-


ulang lalu dia sambil melihat buku lalu dia langsung

hafalan gitu,,,.68

b. Metode Pembiasaan Diri

Dalam hal ini, metode yang dipakai yaitu metode

pembiasaan diri yaitu suatu pendekatan yang berusaha memberikan

kesempatan kepada anak asuh agar senantiasa dapat mengamalkan

ajaran agamanya. Cara ini dilakukan bertujuan agar anak tersebut

dapat mempraktekkan materi yang telah disampaikan oleh

pengurus sekaligus guru yang menangani bidang ibadah anak asuh,

baik ketika masih berada di asrama maupun ketika keluar nanti.

Hal ini sesuai hasil kutipan yang dikatakan oleh Bapak Faqihuddin:

hemm,, dalam hal sholat baik itu sholat jamaah maupun

sholat sunnah,, disini kita lebih membiasakan kepada

mereka dengan gerakan serta bacaan supaya mereka dapat

mempraktekkan sehari-hari baik masih disini maupun pas

keluar nanti,,,.69

Dengan itu anak asuh mempraktekkan ibadah-ibadah yang

sudah diajarkan oleh pengurus ibadah yaitu pelaksanaan sholat

dhuha, sholat tahajjud serta sholat sunnah qabliyyah dan badiyyah

ini dimaksudkan untuk dipraktekkan dalam keseharian mereka.

B. Penerapan Strategi komunikasi dalam Pembinaan Ibadah terhadap

Anak Asuh
68
Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam Al-
Barokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 18 Mei 2011.
69
Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin.
Dalam mencapai tujuan yang diterapkan, strategi komunikasi akan

berjalan dan berhasil bila ada keterkaitan antara komunikator dan

komunikan terhadap pesan yang disampaikan. Dalam hal ini, pembinaan

sangatlah diperlukan untuk membangun serta menumbuhkan rasa

tanggung jawab untuk memperoleh hasil yang baik. Sehingga

meningkatkan kemampuan manusia yang optimal dan pribadi yang

mandiri.

Menurut Zakiah Daradjat, dalam mencapai tujuan dari pembinaan

yang telah ditetapkan, diperlukan adanya unsur-unsur pendukung. Adapun

unsur-unsur tersebut yaitu70:

1. Materi

Dalam hal ini, Yayasan Al-Barokah memberikan materi dalam

pendalaman agama yaitu melalui pengajian, PPserta hafalan-hafalan

yang ditentukan. Pengurus ibadah menentukan materi dari surat-surat

yang akan dihafalkan kepada anak, seperti juzama, hadits, serta surat-

surat panjang seperti surat Al-Waqiah, surat Yasin, surat Al-Mulk dan

lain-lain, setelah itu anak mulai menghafal dengan masing-masing

surat yang ditentukan dan mempraktekkan ibadah sehari-hari.

Pada dasarnya materi pembinaan ibadah itu tergantung pada

tujuan pembinaan ibadah yang hendak dicapai yaitu bertujuan agar

dalam menjalani tata cara ibadah dapat dengan benar serta mengerti

terhadap apa yang mereka lakukan. Hal ini dilakukan agar terwujudnya

70
Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pendidikan Mental (Jakarta: Bulan
Bintang, 1975), h. 38.
suatu perubahan kepada anak tersebut ke arah yang lebih baik lagi. Hal

ini seperti yang diungkapkan oleh Faqihuddin:

oohhh,, tujuannya yang pasti untuk biar mereka bener dan

betul dalam cara ibadahnya baik dan benar,, karna ada yang tau

tetapi tidak mengerti dan tidak benar,, pokoknya mengerti dan

benar.71

2. Pembina/pembimbing

Pembina adalah seseorang yang membina sekelompok orang

dalam sebuah pembinaan dan memiliki syarat-syarat sebagai berikut:

a. Kemampuan professional

b. Memiliki sifat atau kepribadian yang baik

c. Memiliki kemampuan bermasyarakat

d. Bertaqwa kepada Allah SWT

Dalam hal ini, Yayasan mempunyai tenaga pengajar

professional yang memiliki spesialisasi dalam bidang pembinaan

ibadah terhadap anak asuh. Pembinaan ibadah ini dilakukan oleh para

pengurus ibadah untuk anak asuh dengan di koordinatori oleh Ustad

Faqihuddin, dan para pengurus ibadah lainnya yaitu H. Tabrani S.Ag,

Tamali, Siti Barkah S.Ag dan Maria Ulfah. Hal ini seperti yang

diungkapkan oleh Bapak Samsul Hadi:

71
Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam Al-
Barokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 18 Mei 2011.
Untuk ibadah,, kita ada tiga orang laki-laki,, iyaa,, yaitu Ustad

Tabrani, Ustad Tamali dan Ustad Faqih,, kalau perempuannya

ada dua orang,, siti barkah dan mungkin maria ulfah,,,72

3. Peserta Terbina

Faktor ini adalah salah satu unsur yang penting dalam

pembinaan ibadah, karena tujuan dari pembinaan ibadah adalah untuk

keselamatan individu dalam sebuah pembinaan. Dalam hal ini anak-

anak asuh Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah sebagai peserta terbina,

dikarenakan merekalah sebagai sasaran pembinaan ibadah.

4. Metode

Metode bisa diartikan sebagai cara untuk mendekati masalah

sehingga diperoleh hasil yang memuaskan. Dalam hal pembinaan

ibadah, para pengasuh memakai metode kelompok belajar yang terdiri

dari beberapa kelompok, hal ini disesuaikan dengan tingkat pendidikan

mereka. Untuk yang Madrasah Aliyah dibagi dengan dua kelompok,

sedangkan untuk Madrasah Tsanawiyah dibagi perkelas-perkelas,

selain itu perbedaan ini juga berlaku pada pembagian materi hafalan

tersebut seperti yang diungkapkan oleh Faqihuddin selaku pengurus

bagian ibadah Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah:

Disini kelompoknya dibaginya perkelas,, perkelas,, kelas

Tsanawiyah sendiri, kelas Aliyah sendiri,, untuk Tsanawiyah

72
Wawancara Pribadi dengan Samsul Hadi, Kepala Sekolah Mts Yatim Piatu Al-
Barokah, Bekasi 12 April 2011.
kita dua kelompok, dan Aliyah dua kelompok,, iya kelompok

kelas satu dan kelas dua,, sama kalau aliyah juga., 73

Mengenai strategi komunikasi yang dilakukan pengurus dalam

pembinaan Ibadah terhadap anak asuh di Yayasan Yatim Piatu Islam Al-

Barokah yaitu:

1. Strategi Merangkul

Strategi merangkul yaitu strategi untuk memberikan

kepercayaan terhadap diri anak asuh akan kemampuan yang

dimilikinya. Misalkan memberikan motivasi untuk menumbuhkan rasa

percaya diri kepada anak asuh yang kurang tingkat penyesuaian diri

terhadap lingkungan sekitarnya.

Strategi ini merupakan upaya untuk memberikan kepercayaan

terhadap diri anak asuh, dan strategi inilah yang diterapkan oleh para

Pembina maupun pengasuh dalam rangka merangkul setiap anak

didiknya di Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah ini. Hal ini sesuai

yang dikatakan oleh Bapak Samsul Hadi dan berikut hasil kutipan dari

wawancara dengan beliau:

Kami melakukan pendekatan secara umum dengan

memberikan wejangan kepada seluruh santri atau anak asuh

disini supaya mereka mampu untuk tinggal disini belajar

serta semangat dalam belajar,,74

73
Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam Al-
Barokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 18 Mei 2011.
74
Wawancara Pribadi dengan Samsul Hadi, Kepala Sekolah Mts Yatim Piatu Al-
Barokah, Bekasi 12 April 2011.
2. Strategi Hukuman

Strategi Hukuman yaitu cara tindakan pendidikan terhadap

anak didik karena melakukan kesalahan, dan dilakukan agar anak didik

tidak lagi melakukannya. Selain itu, untuk memberikan rasa tanggung

jawab terhadap apa yang mereka lakukan baik hal yang positif ataupun

negatif.

Menurut pengamatan yang peneliti amati, hukuman

diterapkan kepada anak asuh yang terlambat dalam meyetorkan

hafalan yang sudah ditugaskan selama seminggu, adapun macam-

macam hukuman yang kenai bervariasi, diantaranya: untuk

pelanggaran pertama mereka diberi denda Rp. 1000,- jika

mengulanginya maka pengurus menyiram mereka dengan selang air

dengan disaksikan oleh anak-anak asuh yang lain, dan terakhir jika

masih mengulanginya hafalan Al-Quran yang ditentukan oleh

pengurus. 75

Semua itu dilakukan untuk mengarahkan agar senantiasa

selalu bertingkah laku yang baik dan bermanfaat bagi hasil belajarnya,

perkembangannya, serta kemajuannya serta di harapkan mereka

menjadi jera dan sadar akan kesalahannya yang telah diperbuat,

sehingga dia akan berhati-hati dalam bertindak.

75
Pengamatan Observasi, Tentang Penerapan Metode Hukuman, di Yayasan Yatim Piatu
Al-Barokah, 12 April 2011.
C. Faktor-faktor pendukung dan penghambat yang dimiliki Yayasan

Yatim Piatu Islam Al-Barokah dalam Pembinaan Ibadah

Didalam suatu kegiatan, faktor penghambat dan pendukung sudah

pasti menyertai dalam setiap kegiatan tersebut, tidak terkecuali pada

kegiatan pembinaan ibadah terhadap anak asuh di Yayasan Yatim Piatu

Islam Al-Barokah, diantaranya adalah:

1. Faktor Pendukung dalam Pembinaan Ibadah di Yayasan Yatim Piatu

Islam Al-Barokah, yaitu:

a. Yayasan Al-Barokah mempunyai motto Al-Barokah dalam karya

dan ibadah dengan Amaliyah Ahlu sunnah Wal Jamaah.76

b. Adanya peraturan yang diterapkan oleh pihak yayasan sehingga

anak asuh menjadi rajin dan ulet serta kemauan yang tinggi dari

anak itu sendiri dalam melakukan ibadah, selain itu dengan adanya

kewajiban yang harus dilaksanakan. Sebagai contoh menghafal

hadits-hadits, jika tidak menyetorkan kepada pengurus, maka

sanksi denda akan diberikan.

c. Keteladanan sikap dan semangat guru dalam mengajar, sehingga

sangatlah mendukung dalam keberhasilan terhadap santri/ anak

asuh dalam belajar mereka.77

d. Tersedianya tenaga pengajar professional yang memiliki

spesialisasi dalam bidang pembinaan ibadah terhadap anak asuh.

76
Wawacara pribadi dengan Bpk Samsul Hadi, Kepala Sekolah MTs Yatim Piatu Al-
Barokah, Selasa 12 April 2011.
77
Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam Al-
Barokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 26 April 2011.
e. Media belajar yang Yayasan berikan cukup tersedia, seperti Al-

Quran, kitab-kitab, alat tulis dan lain-lain.

f. Adanya aula serta masjid sebagai media untuk melakukan

pembinaan ibadah.

2. Faktor Penghambat dalam Pembinaan Ibadah di Yayasan Yatim Piatu

Islam Al-Barokah, yaitu:

a. Kepribadian serta latar belakang anak asuh yang berbeda-beda

terkadang membuat para pengasuh serta pengurus mendapat

kesulitan dalam menghadapi mereka. Sehingga untuk menghadapi

prilaku anak asuh cukup sulit untuk diberi pengarahan pada

pertama kali masuk ke Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah

ini.78

b. Kurangnya kesadaran pada diri anak asuh dalam menjalani

kegiatan ibadah dengan tugas yang diberikan oleh pengurus

Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah.

78
Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam Al-
Barokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 18 Mei 2011.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian mengenai strategi komunikasi yang Yayasan

Yatim Piatu Islam Al-Barokah serta pengasuh lakukan dalam pembinaan

ibadah, maka penulis mengambil kesimpulan, yaitu:

1. Langkah-langkah penyusunan strategi komunikasi yang dilakukan

yaitu melalui strategi konseling serta pengenalan lebih dalam terhadap

karakteristik masing-masing anak asuh yang dilakukan oleh pihak

Yayasan. Ini dilihat dari pengurus saling memberikan bimbingan

sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak asuh, dengan

memberikan jalan keluar terhadap masalah yang dihadapi dengan

menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri anak asuh sehingga

muncul dan berkembang rasa ingin keinginan untuk berbuat taat

kepada Allah SWT dengan beribadah kepada-Nya, sekaligus

memberikan nasihat agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi

masalah yang dialami. Selain itu dengan cara menentukan materi yang

diberikan yaitu dengan penghafalan juzama, surat-surat Al-Quran,

dan hadits. Selain itu mempraktekkan setiap bacaan shalat dan

menerapkannya dalam ibadah shalatnya sehari-hari. Semua itu dapat

memberikan suatu perubahan kepada anak tersebut ke arah yang lebih

baik lagi.

2. Dalam penerapan strategi komunikasi, strategi merangkul sangatlah

efektif dikarenakan dalam pembinaan ibadah ini adalah upaya untuk


memberikan kepercayaan terhadap diri anak asuh dengan

menumbuhkan rasa percaya diri sehingga mereka merasa nyaman

untuk tinggal di Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah ini. Strategi

ini sangatlah diperlukan oleh seorang guru sebagai komunikator dalam

menyampaikan pesannya. Selain itu, hukuman diadakan untuk

memberikan rasa tanggung jawab terhadap apa yang mereka lakukan

baik hal yang positif ataupun negatif, dengan tidak melakukan

kesalahan untuk yang kedua kalinya.

3. Beberapa faktor pendukung strategi komunikasi dalam pembinaan

ibadah yaitu yang pertama, tersedianya sarana yang cukup dalam

membina ibadah anak asuh yang dilakukan oleh pengurus, seperti

masjid dan aula. Selain itu Al-Quran, kitab-kitab, alat tulis dan lain-

lain yang diberikan oleh Yayasan sebagai media untuk belajar serta

melakukan ibadah seperti sholat lima waktu berjamaah, kegiatan-

kegiatan ibadah dan lain-lain. Yang kedua, adanya kemauan yang

tinggi dari anak asuh dalam melakukan ibadah, disamping itu,

dukungan serta semangat yang diberikan guru serta pengurus dalam

mengajar dan menjadikan hal tersebut sebagai kewajiban yang

seharusnya dipatuhi. Sedangkan untuk faktor penghambatnya yaitu

yang pertama, kepribadian serta latar belakang anak asuh yang

berbeda-beda membuat para pengurus mendapat kesulitan dalam

menghadapi mereka. Yang kedua, kurangnya kesadaran pada diri anak

asuh dalam menjalani kegiatan ibadah dengan tugas yang diberikan

oleh pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah.


B. Saran-saran

Dalam hal ini, peneliti memberikan beberapa saran yang

berhubungan dengan strategi komunikasi dalam pembinaan ibadah anak

asuh diYayasan Yatim Piatu Al-Barokah, yaitu:

1. Kepada pengurus bagian ibadah, lebih meningkatkan strategi

komunikasi sehingga mempermudah mengkomunikasikan pesan yang

ingin disampaikan.

2. Dapat meningkatkan berbagai kegiatan keagamaan serta

memperbanyak sarana yang dibutuhkan dalam membina anak-anak

asuh agar terciptanya peningkatan pemahaman serta kemampuan anak

asuh dalam beribadah, sehingga melalui pembinaan ibadah ini, anak

asuh dapat memperoleh hasil yang baik sesuai dengan ajaran Islam

sebagai bukti ketaatan mereka kepada Tuhan-Nya, dengan

mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

3. Kepada para staf serta pengurus yang terkait, menjalankan aturan

serta kewajiban yang telah diterapkan oleh Yayasan dalam menjaga

hubungan komunikasi yang sudah terjalin, sehingga lebih mudah

untuk membina ibadah anak-anak asuh, sesuai dengan Motto Yayasan

Yatim Piatu Islam Al-Barokah Al-Barokah dalam karya dan ibadah

dengan Amaliyah Ahlu sunnah Wal Jamaah.


DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Anwar. Ilmu Komunikasi; Sebagai Pengantar Ringkas. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada Persada, 1995.

Arni, Muhammad. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2004.

Anwar, Arifin. Ilmu Komunikasi; Sebagai Pengantar Ringkas. Jakarta: PT.Raja


Grafindo Persada, 1995.

Dzajuli, Ahmad. Kaidah-kaidah Fikih. Jakarta: Kencana, 2007.

David, Fred R. Manajemen Strategi Konsep. Jakarta: Prenhalindo, 2002.

Daradjat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1979.

- - - - - - - - - -. Pendidikan Agama dalam Pendidikan Mental. Jakarta: Bulan


Bintang, 1975.

Ekawati, Nia. Pola Komunikasi Ibu dan Anak Dalam Penanaman Ninai-nilai
Keagamaan Pada Anak Usia Prasekolah di Asrama Suku Dinas Pemadam
Kebakaran, Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Kridalaksana, Hari Murti . Kamus Sinonim Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa
Indah, 1981.

Ketut Sukardi, Dewa. Pengantar Teori Konseling : Suatu Uraian Ringkas.


Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985.

M, Suhardin. Strategi Komunikasi Organisasi Dalam Pembinaan Mental


Keagamaan Pegawai PT.TKI Jalur Nugraha Eka Kurir, Skripsi S1
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2008.

Nurhayati, Iin. Strategi Panti Asuhan Baiturrahman Dalam Pemberdayaan Anak


Asuh di Yayasan Masjid Jami Bintaro Jaya, Skripsi S1 Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Robbins, James G dan S. Jones ,Barbara. Komunikasi Yang Efektif. Jakarta: CV


Pedoman Ilmu Jaya, 1986.

Rosyada, Dede. Hukum Islam Dan Pranata Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1996.

Syamsyuddin, Din. Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani.


Jakarta: Logos, 2000.
Sukardi, Dewa Ketut. Pengantar Teori Konseling : Suatu Uraian Ringkas.
Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985.

T. Yanggo, Ehuzaimah dan Ashari, Hafidz. Problematika hukum Islam


Kotemporer Pertama. Jakarta: Pustaka Fidaus, 2002.

Uchjana, Onong. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1992.

Usman, Syarif. Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan Dalam Islam


. Jakarta: Firma Djakarta, Tanpa Tahun.

Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang,


1979.

Qutub, Muhammad. Sistem Pendidikan Islam. Bandung: PT. Al-Maarif, 1984.

Yunus, Mahmud. Kamus Bahasa Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan Penafsiran


Al-Quran. 1973.

Z, Zurinal dan Aminuddin. Fiqh Ibadah. Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas


Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008.

www.wordpress.com
HASIL WAWANCARA

Hari/ tanggal : selasa/ 12 April 2011


Tempat : Kantor MTs. Yatim Piatu
Nama : Samsul Hadi
Jabatan : Kepala Sekolah MTs Yatim Piatu Al-Barokah

T : Siapa Pendiri Yayasan Yatim Piatu Islam ini?

J : KH. Abu Bakar Jamal

T : Sejak Kapan Berdirinya Yayasan ini?

J : 15 Juli 1982

T : Apa Tujuan Didirikannya Yayasan ini pak?

J : Sebenarnya tujuannya untuk menampung siswa yatim-piatu dan dhuafa

untuk disekolahkan.

T : Apa Visi dan Misi Yayasan ini?

J : mengenai misi Al-Barokah dalam karya dan ibadah dengan Amaliyah

Ahlu sunnah Wal Jamaah

T : Selanjutnya, dalam pembinaan ibadah disini, berapa orang

Pembina/pengurus di bagian ibadah?

J : Untuk ibadah,, kita ada tiga orang laki-laki,, iyaa,, yaitu Ustad Faqihudin,

Ustad Tabrani, dan Ustad Tamali,, kalau perempuannya ada dua orang,,

siti barkah dan mungkin maria ulfah,,,

T : Berapa banyak anak asuh/ santri di Yayasan ini?

J : Anak asuh disini kurang lebih ada 120 orang.


T : Dalam hal pendekatan kepada anak asuh, upaya apa yang diberikan oleh

Yayasan agar sebelum masuk ke Yayasan Yatim Piatu Islam Al-barokah

ini?

J : Kami melakukan pendekatan secara umum dengan memberikan

wejangan kepada seluruh santri atau anak asuh disini supaya mereka

mampu untuk tinggal disini belajar serta semangat dalam belajar.

T : Dalam mengelola Yayasan ini, tentunya memerlukan biaya yang tidak

sedikit, dari mana sumber dana tersebut?

J : Dana yang didapat yaitu melalui subsidi silang yayasan serta donasi.

T : Digunakan untuk apa saja dana tersebut?

J : Dana tersebut digunakan untuk pembiayaan keperluan siswa beserta

akomodasi, selain itu untuk biaya pendidikan anak asuh yang dibiayai oleh

pihak yayasan.

T : Bagaimana proses pengrekrutan anak yatim/ anak asuh yang dilakukan

oleh Yayasan ini?

J : Adapun proses penerimaan anak asuh disini yaitu, melalui:

1. Melalui informasi dari yayasan.


2. Melalui pengrekrutan dari alumni.
3. Melalui informasi dari birokrasi.
T : Bagaimana tanggapan masyarakat sekitar tentang keberadaan Yayasan

ini?

J : Adapun mengenai tanggapan masyarakat, yaitu:

1. Sangat responsip dan akomodatif


2.Masyarakat selalu membantu apabila yayasan mengalami kesulitan

Pewawancara Responden

( Farhah Khairiyah ) ( Samsul Hadi )

\
HASIL WAWANCARA

Hari/ tanggal : Rabu/ 18 Mei 2011


Tempat : Panti Asuhan Al-Barokah
Nama : Faqihudin
Jabatan : Pengurus Bagian Ibadah serta Pengajar MTs dan Aliyah

T : Apa yang bapak fahami tentang strategi komunikasi?

J : strategi komunikasi yaa,,, cara atau metode untuk mencapai sebuah

tujuan dengan berkomunikasi dengan anak asuh.

T : Bagaimana Program serta strategi pembinaan ibadah untuk anak asuh?

J : yah programnya ada macem-macem yang pertama mungkin,,, ibadah

yang pastinya,, terus yang kedua ada pendalaman materi agama,, salah

satunya ngaji, terus majlis taklim hemm,, hafalan juga bisa seperti itu.

T : Dalam pembinaan ibadah, apa yang bapak tekankan dalam pembinaan

ibadah ini?

J : Ibadah ditekankan yang pasti yang pertama tentang ibadah harian: sholat

yaitu sholat fardhu serta sholat sunnah, terus seperti anak bisa adzan,

tahlil, bisa baca ratib, dzikir yang penting yang ditekankan ibadah harian,,

sehari-hari.

T : Menurut Bapak, apakah strategi komunikasi sangat diperlukan oleh

seorang guru/pengasuh?

J : Sangat,, sangat sangat diperlukan sekali,, jadi untuk kita lebih tau

bagaimana kondisi anak itu bagaimana, kepribadiannya,, karna setiap anak


dari latar belakang berbeda dari orang tua yang berbeda dan pasti juga dari

ekonomi yang pastinya akan berbeda sekali.

T : Lalu, dalam pembinaan ibadah ini, bagaimana cara komunikasi yang

bapak lakukan dalam kegiatan pembinaan ibadah?

J : Pertama kita ada semacam materi dulu gitu yah,, materi kita kenalkan

bagaimana caranya kita untuk beribadah, terus yang kedua kita lebih ke

hafalan dulu setelah itu hafalan ke materinya kemudian prakteknya.

T : Mengenai pelaksanaan sholat, metode apa yang bapak berikan kepada

anak asuh?

J : hemm,, dalam hal sholat baik itu sholat jamaah maupun sholat sunnah,,

disini kita lebih membiasakan kepada mereka dengan gerakan serta bacaan

supaya mereka dapat mempraktekkan sehari-hari baik masih disini

maupun pas keluar nanti,,,

T : Dalam pembinaan ibadah disini dalam pengaturan hafalan,, dibagi

beberapa kelompok?

J : Disini kelompoknya dibaginya perkelas,, perkelas,, kelas Tsanawiyah

sendiri, kelas Aliyah sendiri,, untuk Tsanawiyah kita dua kelompok, dan

Aliyah dua kelompok,, iya kelompok kelas satu dan kelas dua,, sama kalau

aliyah juga.

T : Untuk pembagian hafalan surat,, antara tingkat MTs dan Aliyah, seperti

apa?

J : kalau untuk Tsanawiyah pembagian suratnya,, yahhh hafalan juzama,

surat-surat pendek, ratibul hadad, hadits-hadits pendek juga,, terus klo


Aliyah lebih ke surat yasin, surat Al-Waqiah sama surat-surat yang

panjang,,

T : Bagaimana strategi komunikasi yang bapak lakukan dalam pembinaan

ibadah anak asuh di Yayasan ini?

J : Strategi yang kami lakukan disini yaitu yang pertama, strategi mengenal

komunikan yaitu anak asuh disini, kita mengenalnya yaitu dengan latar

belakang keluarga mereka yang berasal dari beberapa daerah misalnya

anak asuh yang berasal dari flores, cara menghadapinya sangatlah berbeda

lebih ditekankan dikarenakan lebih temperamental, dengan mengetahui

semua itu, kita bisa tahu IQ mereka masing-masing. Tentang latar

belakangnya yang berbeda,, perbedaannya mungkin,, klo dari jawa itu

lebih ke diam, ga bisa ngomong, atau minder pokoknya wataknya lebih

tertutup atau ga berani gitu.. sedangkan klo dari bekasi sendiri karna dari

sini gitu udah biasa ngomong, lebih menyesuaikan karna dari daerah sini,,

dan klo dari lampung atau flores itu lebih keras lagi dia,, wataknya dan

kadang untuk di bilangin juga ga sekali dua kali,, Selanjutnya yang kedua,

menggunakan strategi konseling dalam beberapa bulan serta musyawarah

bersama dengan perintah Yayasan, kami memberi nasehat serta anjuran

dalam pengajaran kepada anak asuh yang dapat mengembangkan

keimanan dan keyakinannya serta dapat mengatasi masalah di sekolah atau

di asrama dan keluarga dengan baik, sesuai dengan kemampuan anak asuh

tersebut. Kami memberikan konseling agar tetap sabar dan tawakal kepada

Allah SWT dalam menghadapi masalah-masalah yang mereka hadapi.

Biasanya, masalah yang umum dihadapi anak yatim, kurang percaya diri,
tidak konsentrasi belajar, stress karena ditinggal orang tua, malas dan

sebagainya. Dan akhirnya mereka kurang betah buat tinggal di sini deh.

Dan yang ketiga yaitu strategi metode yang akan digunakan menentukan

materi , yaitu melalui metode hafalan, metode ini dilakukan seminggu dua

kali, hafalan itu,, tergantung tingkatan anak-anak itu, sesuai Tsanawiyah

apa,, Aliyah,, biasanyi hafalan juzama teruss surat: Al-Waqiah, Yasin

dan Al-Mulk., dan lain-lain deh,,

T : Bagaimana serta kapan saja strategi pembelajaran hafalan surat

dilaksanakan?

J : ini dilakukan seminggu dua kali setoran,, perkelas beda,, satu kelompok

berbeda-beda hari dan hafalan dua kali,, aliyah dan Tsanawiyah digilir

saja,, yaitu hari senin, selasa dan rabu, pokoknya beda pengajarnya,,

T : Strategi apa saja yang diterapkan oleh bapak dalam pembinaan ibadah

anak asuh?

J : Strategi yang digunakan yaitu melalui strategi pengajaran dengan hafalan

surat serta praktek ibadah yang dilakukan oleh anak asuh.

T : Bagaimana pelaksanaan dari Strategi konseling yang apa bapak berikan

kepada anak asuh?

J : Strategi Konseling,, iyaa,,apa namanya,,hemm anak kita panggil saja satu

anak satu persatu klo ada masalah kita Tanya bagaimana masalahnya yah

begitu,,, kadang klo anak ada masalahnya aja, yah tapi ga menentu satu

minggu sekali tapi kadang juga klo banyak yang anak mempunyai masalah

yahhh lebih sering lagi kita menanganinya,, ini dilakukan untuk pemberian

motivasi, anjuran, nasehat seperti masalah umum yang dihadapi sihh: yang
pertama karna ada anak yang ga betah karna beda seperti yang dirumah

kondisinya tidurnya gituu,, terus ada masalah dengan teman pastinya gituu

pergaulan,, juga mungkin masalah biaya mungkin,, kadang ada yang

terlambat kiriman dari orang tuanya,, yah seperti itu,hemm jadi

mempengaruhi belajar anak. Selain itu strategi konseling ini dilakukan

dengan musyawarah ustad bersama sesuai dengan kebijakan yayasan,,

Selain itu, Kita lebih ke apa namanya itu,, seperti motivasi bersama,,

dengan memberikan nasihat aja dengan masing-masing anak asuh.

T : Bagaimana cara anak asuh agar mudah mengerti serta faham terhadap

strategi hafalan ini?

J : yang pertama kita mengenalkan materi yang lebih mudah dulu, dalam

artian,, anak harus mengucapkan berulang-ulang lalu dia sambil melihat

buku lalu dia langsung hafalan gitu,,,

T : Apakah strategi komunikasi yang bapak lakukan dapat dipahami oleh

anak asuh?

J : Alhamdulillah dipahami sih,, tapi ada juga yang ga paham,, yang pasti

sebagian besar paham. Dikarnakan ada beberapa anak yang kurang

memahami, tetapi sebagian besar mereka paham dengan strategi yang

diterapkan.

T : Apakah strategi komunikasi yang bapak lakukan sudah dapat mencapai

tujuan dalam pembinaan ibadah?

J : Alhamdulillah, hampir 80% dapat mencapai tujuan.

T : Apa faktor pendukung yang bapak temui dalam membina ibadah anak

asuh?
J : untuk pendukung dari anaknya sendiri, dalam semangat belajar anak-

anak ,, jadi rajin dan ulet serta kemauan yang tinggi dari anak itu sendiri

dalam melakukan ibadah., selain itu ada ustadnya yang mendukung karna

gurunya juga semangat gitu mengajarnya,, media belajarnya seperti Al-

Quran, kitab, buku-buku yang memadai dipenuhi oleh yayasan, serta

tenaga pengajar yang professional yang cukup.

T : Apa faktor hambatan yang bapak temui dalam membina ibadah anak

asuh?

J : hambatan yahh mungkin,, latar belakang, watak anak asuhnya tersendiri

yang berbeda-beda. Serta kurangnya kesadaran dari sebagian anak-anak

dalam menyetor hafalan,, mungkinn itu.

T : Bagaimana cara bapak dalam menyikapi hambatan tersebut?

J : yahh mungkin,,lebih dimotivasi lagi ke mereka,, dengan menanyakan

tujuan mereka kesini untuk apa,, keinginan mereka setelah keluar apa,

minimal seminggu sekali pada malam jumat dengan diselingi

muhadharah.

T : Apakah guru sangat berperan dalam keberhasilan pembinaan ibadah anak

asuh?

J : Sangatlah berperan, karna kuncinya disitu, karena keberhasilan anak itu

pasti karna campur tangan guru itu sendiri.

T : Apa tujuan pembinaan ibadah di Yayasan ini?

J : ooohhh,, tujuannya yang pasti untuk biar mereka bener dan betul dalam

cara ibadahnya baik dan benar,, karna ada yang tau tetapi tidak mengerti

dan tidak benar,, pokoknya mengerti dan benar.


T : Harapan terakhir apa yang bapak inginkan dalam perkembangan dalam

membina anak asuh?

J : kalau dari ibadah minimal mereka tahu tentang ibadah, selain itu bisa

bermanfaat untuk dirinya sendiri, agama dan bangsa.

Pewawancara Responden

(Farhah Khairiyah) ( Faqihudin )


HASIL WAWANCARA

Hari/Tanggal : Selasa/26 April 2011

Nama : Armelia Sri Wulandari

Usia : 16 Tahun

Tempat wawancara : Yayasan Al-barokah

T :Nama lengkap kamu siapa?

J : klo nama saya,, ka,,, panjangnya,, Armelia Sri wulandari,,

T : Sejak kapan menjadi yatim?

J : Saya menjadi Yatim semenjak umur 6 tahun,,,

T : Bagaimana perasaan kamu saat menjadi yatim?

J : Perasaan saya waktu jadi yatim sangatlah tidak enak, sedih,,

selain itu saya kadang-kadang suka iri dengan orang lain yang

mempunyai ayah.

T : Bagaimana cara kamu mengatasi kesedihan saat itu?

J : Kalau saya mengatasinya dengan perlahan-lahan aj,, yahh

dengan menerima kenyataan yang ada, klo saya tidak lagi

mempunyai seorang ayah.

T : Siapa yang menanggung biaya selama kamu bersekolah disini?

J : Yang menanggung biaya saya,, yahh,, Yayasan Al-Barokah.

T : Pelajaran apa yang kamu dapatkan selama bermukim di Yayasan

Yatim Piatu Al-Barokah ini?


J : Yang saya dapatkan disini, saya dapat memahami Agama Islam

secara mendalam.,, di bimbing ibadah,, belajar Al-Quran,,

pokoknya,, lebih diarahkan aja untuk belajar,,

T : Apakah manfaat yang kamu dapatkan selama bermukim di

Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah ini?

J : Manfaat yang saya dapatkan, yaitu yang pastii,,, mendapat ilmu,

memiliki banyak teman, serta mempunyai banyak pengalaman.

T : Apa kesan kamu terhadap Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah ini?

J : Kesan saya terhadap Yayasan ada kesan senang dan kesan sedih.,

senangnya saya bisa memiliki banyak teman, terus klo sedihnya

apa yahh,, mungkin hukuman aja klo ga hafal surat-surat dari

ustad,,, karena kadang-kadang saya lupa nyetor hafalan,,

T : Apa saja kegiatan ibadah yang kamu lakukan di Yayasan Yatim

Piatu Al-Barokah ini?

J : Kegiatan yang saya lakukan disini yah seperti yang dibilang tadi,,

belajar, mengaji pokoknya banyak untuk beribadah.,, sholat, puasa.

T : Siapa pengurus atau Pembina dalam program ibadah ini?

J : Ibu Ustz. Siti Barkah S.Ag

T : Manfaat yang kamu rasakan dalam pembinaan ibadah di Yayasan

ini?

J : Kalo manfaat, saya lebih mengerti bagaimana ibadah yang baik

dan benar., serta saya dapat nasehat banyak dari ustad klo pas

konseling,, soalnya kadang-kadang klo saya hafalan surat-surat,,

kadang masih malas ngapalnya,,


T : Adakah perubahan yang kamu rasakan selama kamu dididik di

Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah ini?

J : Ada,saya lebih rajin dalam mengerjakan ibadah serta apa yahh,,

mungkin lebih patuh aja,, dan bersyukur,,,

Pewawancara Responden

(Farhah Khairiyah) ( Armelia )


HASIL WAWANCARA

Hari/Tanggal : Selasa/26 April 2011

Nama : Nurdin Salim

Usia : 19 Tahun

Tempat wawancara : Yayasan Al-Barokah

T : Nama lengkap kamu siapa?

J : Nurdin Salim

T : Sejak kapan menjadi yatim?

J : Saya menjadi Yatim sejak berumur 7 tahun.

T : Bagaimana perasaan kamu saat menjadi yatim?

J : Perasaan saya sangat sedih, yah karena ditinggal sama bapak.

T : Bagaimana cara kamu mengatasi kesedihan saat itu?

J : Saya mengatasi kesedihan dengan berdoa sama Allah.

T : Siapa yang menanggung biaya selama kamu bersekolah disini?

J : Yang menanggung biaya saya disini yaitu Yayasan Al-Barokah.

T : Pelajaran apa yang kamu dapatkan selama bermukim di Yayasan

Yatim Piatu Al-Barokah ini?

J : Yang saya dapatkan yaitu pelajaran agama.

T : Apakah manfaat yang kamu dapatkan selama bermukim di

Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah ini?

J : Manfaat yang saya dapatkan, yaitu dapat mengerti tentang Islam,

serta banyak teman dan saudara.

T : Apa kesan kamu terhadap Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah ini?


J : Kesan saya gembira.

T : Apa saja kegiatan yang kamu lakukan di Yayasan Yatim Piatu

Al-Barokah ini?

J : Kegiatan yang saya lakukan, yaitu beribadah, sholat,

sekolah,mengaji serta olahraga.

T : Kegiatan ibadah apa saja yang kamu lakukan di Yayasan ini?

J : Kegiatan ibadahnya yaitu sholat, puasa serta mengaji.

T : Siapa pengurus atau Pembina dalam program ibadah ini?

J : Ust. Tabrani S.Pd

T : Manfaat yang kamu rasakan dalam pembinaan ibadah di Yayasan

ini?

J : Lebih paham bagaimana cara ibadah yang baik dan benar.

T : Adakah perubahan yang kamu rasakan selama kamu dididik di

Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah ini?

J : Pastinya ada, yah saya menjadi lebih baik aja, karna dulu saya

kurang mengetahui agama.

Pewawancara Responden

(Farhah Khairiyah) ( Nurdin Salim )


HASIL WAWANCARA

Hari/Tanggal : Selasa/26 April 2011

Nama : Diana Punky

Usia : 17 tahun

Tempat wawancara : Yayasan Al-Barokah

T : Nama lengkap kamu siapa?

J : Diana Pungky A.S

T : Sejak kapan menjadi yatim?

J : Saya menjadi yatim sejak umur saya 9 tahun.

T : Bagaimana perasaan kamu saat menjadi yatim?

J : Perasaan saya sedih dan menangis terus.

T : Bagaimana cara kamu mengatasi kesedihan saat itu?

J : Sampai saat ini saya masih sulit, dikarnakan saya masih

menganggap ayah saya masih ada disisi saya.

T : Siapa yang menanggung biaya selama kamu bersekolah disini?

J : Yang menanggung Yayasan Al-Barokah.

T : Pelajaran apa yang kamu dapatkan selama bermukim di Yayasan

Yatim Piatu Al-Barokah ini?

J : Yang saya dapatkan yaitu dapat memahami pelajaran tentang

ibadah dan agama Islam.

T : Apakah manfaat yang kamu dapatkan selama bermukim di

Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah ini?


J : Mengerti agama Islam libih dalam serta mempunyai banyak

teman.

T : Apa kesan kamu terhadap Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah ini?

J : Kesan saya selama disini bermacam-macam, ada sedih juga

senang.

T : Apa saja kegiatan yang kamu lakukan di Yayasan Yatim Piatu

Al-Barokah ini?

J : Kegiatan yang saya lakukan yaitu sekolah, mengaji, beribadah

serta bergaul dengan teman.

T : Kegiatan ibadah apa saja yang kamu lakukan di Yayasan ini?

J : Kalau ibadah disini saya lakukan kegiatan sholat fardhu dan

sunnah, puasa serta mengaji.

T : Siapa pengurus atau Pembina dalam program ibadah ini?

J : Ustadzah Siti Barkah S.Ag

T : Manfaat yang kamu rasakan dalam pembinaan ibadah di Yayasan

ini?

J : Yang saya rasakan yaitu mendapatkan ilmu agama.

T : Adakah perubahan yang kamu rasakan selama kamu dididik di

Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah ini?

J : Ada, saya dapat belajar lebih mandiri lagi dan mudah-mudahan

saya lebih baik lagi perilakunya.

Pewawancara Responden

(Farhah Khairiyah) ( Diana AS )


Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah
Bersama Bapak Syamsul Hadi selaku
Humas serta Kepala Sekolah
Madrasah Aliyah Yayasan Yatim
Piatu Islam Al-Barokah

Bersama Bapak Faqihuddin


selaku pengurus serta
pengajar Yayasan Yatim
Piatu Islam Al-Barokah
Bersama Bapak Nasrun selaku
Tata Usaha Madrasah Aliyah
Yayasan Yatim Piatu Islam Al-
Barokah

Suasana Kantor Yayasan Yatim


Piatu

Al-Barokah

Anda mungkin juga menyukai