A. LATAR BELAKANG
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) antenatal care untuk mendeteksi
terjadinya resiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinannya juga dapat menurunkan
angka kematian ibu dan memantau keadaan janin. Idealnya bila tiap wanita hamil mau
memeriksakan kehamilannya, bertujuan untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang
mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut lekas diketahui, dan segera dapat
diatasi sebelum berpengaruh tidak baik terhadap kehamilan tersebut dengan melakukan
pemeriksaan antenatal care (Prawirodiharjo, 2005)
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia terkait dengan rendahnya kualitas
program berbagai upaya ANC yang dilaksanakan oleh pemerintah, seperti safe
mothermood adalah ANC, yaitu suatu program terencana berupa observasi, edukasi,
dan penanganan medic ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan
persalinan yang akan memuaskan, oleh karena itu dalam laporan ini akan dibahas
mengenai ANC, mengingat ANC sangat penting bagi ibu hamil.
B. DEFINISI
ANC (antenatal care) adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan
kepada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Guttmacher, 2007)
Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan
mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan kala nifas, persiapan
pemberian ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2010:110)
ANC adalah pengawasan kehamilan sebelum persalinan untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (lily Yulailehan, 2009:67)
Jadi kesimpulannya ANC adalah pengawasan, pemeriksaan kehamilan sebelum
persalinan yang ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin agar kesehatan
mental dan fisik ibu menjadi optimal dalam menghadapi persalinan.
C. TUJUAN
1. Pengawasan : kesehatan, ibu, deteksi dini, penyakit penyerta dan komplikasi
kehamilan, menetapkan resiko kehamilan
2. Menyiapkan persalinan : well born baby dan well health mother
3. Mempersiapkan pemeliharan bayi dan laktasi
4. Mengantarkan pulihnya kesehatan ibu secara optimal
E. PATOFISIOLOGI
Setiap bulan wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum) dari indung telur
(ovulasi) yang ditangkap oleh Fimbrae dan masuk ke dalam tuba fallopi. Waktu
persetubuhan cairan semen tumpah kedalam vagina dan berjuta-juta sel mani (sperma)
bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk ke saluran telur. Pembuahan sel telur oleh
sperma terjadi di bagian tuba fallopi. Disekitar sel telur banyak berkumpul sperma yang
mengeluarkan ragi untuk mencairkan zat-zat yang melindungi ovum. Kemudian pada
tempat yang paling mudah dimasuki, masuklah salah satu sel mani dan kemudian bersatu
dengan sel telur. Peristiwa ini disebut konsepsi. Ovum yang telah dibuahi kemudian
membelah diri sambil bergerak menuju ruang rahim, peristiwa ini disebut nidasi
(implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu 6-7 jam. Untuk menyuplai
darah ke sel-sel janin dibentuklah plasenta (uri). Jadi dapat dikatakan bahwa untuk setiap
kehamilan harus ada ovum dan sperma, konsepsi, nidasi dan plasenta.
F. PATHWAY
Kehamilan
Trimester I Trimester II
Ketidaknyamanan
Perubahan pola fokus perhatian
HCL lambung pada ibu seksual pd keselamatan
Peristaltik rahim membesar janin
Tekanan Gaster
Vesika urinaria mencari informasi Kecemasan
Mual muntah tertekan persalinan dan
perawatan janin
Ketidakseimbangan Perubahan pola
nutrisi kurang dari eliminasi
kebutuhan tubuh Kurang Pengetahuan
Trimester III
Resiko infeksi
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Darah (Hb, golongan darah, glukosa)
b. Urine (tes kehamilan, protein)
c. Pemeriksaan swab (lendir vagina dan serviks)
2. USG
a. Jenis kelamin
b. Tafsiran kehamilan, tafsiran berat janin, jumlah cairan amnion, letak janin
H. KOMPLIKASI
Masalah kehamilan dan penyakit yang kemungkinan diderita ibu hamil :
1. Muntah berlebihan
2. Pusing sampai mengganggu aktivitas sehari-hari
3. Preeklamsi/Eklamsi
4. Perdarahan
5. Sakit perut hebat
6. Demam tinggi > 2 hari
7. Batuk lama > 2 minggu
8. Jantung berdebar-debar
9. Sesak nafas berlebihan
10. Keputihan yang berbau
11. Infeksi,abortus,anemia gizi besi (AGB), HIV/AIDS
I. PELAYANAN ANC
Dalam melakukan pemeriksaan antenatall, tenaga kesehatan harus memberikan
pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari :
1. Timbang BB dan ukur TB
Perubahan BB < 9 kg selama kehamilan atau < 1 kg setiap bulannya menunjukkan
adanya gangguan pertumbuhan janin. Dan tinggi bumil<145 cm meningkatkan
terjadinya CPD (Cepalo Pelvic Disproportion)
2. Ukur tekanan darah
Untuk mendeteksi adanya hipertensi (TD>140/90 mmHg) pada kehamilan dan
preeklamsi (Hipertensi disertai edema wajah dan tungkai bawah)
3. Nilai status gizi (ukur LILA)
LILA < 23,5 cm berarti bumil mengalami kekurangan gizi sehingga mengakibatkan
BBLR
4. Ukur tinggi fundus uteri (TFU)
Pengukuran TFU setiap kunjungan untuk mendeteksi pertumbuhn janin sesuai atau
tidak dengan umur kehamilan. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur
setelah kehamilan 24 minggu
5. Periksa presentasi janin dan DJJ
Menentukan presentasi janin dilakukan di akhir trimester II dan selanjutnya tiap
kunjungan. Ini bertujuan untuk mengetahui letak janin. Jika pada trimester III bagian
bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk PAP berarti ada kelainan
letak, panggul sempit atau ada masalah lain. DJJ dilakukan pada trimester I,
selanjutnya tiap kunjungan. DJJ normal 120-160 x/menit.
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi tetanus toxoid (TT) bila
diperlukan
Untuk mencegah tetanus neonatus, minimal memiliki imunisasi T2
7. Beri tablet tambah darah
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap bumil harus mendapat tablet tambah darah
dan asam folat minimal 90 tablet selama hamil.
8. Periksa laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin dilakukan pada setiap bumil yaitu golongan darah, Hb
dan pemeriksaan spesifik darah endemis (malaria,HIV)
9. Tatalaksana/penanganan kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal diatas dan hasil pemeriksaan laboratorium
setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai standar dan
kewenangan tenaga kesehatan. Kasus yang tidak bisa ditangani dirujuk sesuai sistem
rujukan.
10. Temu wicara/konseling
Meliputi kesehatan ibu, PHBS, peran suami/keluarga dalam kehamilan/perencanaan
kehamilan, tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi
komplikasi, asupan gizi, KB pasca persalinan, imunisasi, peningkatan kesehatan
intelegensi selama kehamilan (Brain Booster)
J. PEMERIKSAAN ANC
Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu meliputi berbagai jenis
pemeriksaan termasuk menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis (kejiwaan) ibu
hamil.
N o Jenis pemeriksaan T r i m e s t e r I T r i m e s t e r I I Tri m est er II I
1 . K e a d a a n u m u m v v v
2 . S u h u t u b u h v v v
3 . T e k a n a n d a r a h v v v
4 . B e r a t b a d a n v v v
5 . L I L A v v v
6 . T F U v v
7 . Presentasi janin v v
8 . D J J v v
9 . Pemeriksaan Hb v * v
10. Golongan darah v
11. P r o t e i n u r i n * *
12. Golongan darah/reduksi * * ***
13. D a r a h m a l a r i a v * * ***
14. B T A * *
15. D a r a h s i f i l i s * ***
16. S e r o l o g i H I V v *
17. U S G *
K. FREKUENSI KUNJUNGAN
Menurut depkes RI Mufdillah, 2009 memberikan pelayanan kepada bumil minimal 4
kali:
1. Kunjungan I pada trimester I (usia kehamilan 0-12 mg) 1 kali
2. Kunjungan II pada trimester II (13-28 minggu) 1 kali
3. Kunjungan III pada trimester III (29-40 minggu) 2 kali
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN ANC
1. Anamnesa
a. Anamnesa identitas istri dan suami
b. Anamnesa umum : keluhan kehamilan (mual, muntah, sakit kepala, nyeri ulu
hati), nafsu makan, tidur, miksi, defekasi
c. Tentang kehamilan, persalinan, keguguran, dan kehamilan ektopik atau
kehamilan molla sebelumnya
2. Pemeriksaan fisik Diagnostik
a. Keadaan umum
Dengan inspeksi dapat diketahui gambaran mengenai keadaan panggul. Adanya
kesempitan atau kelainan panggul dapat diduga bila terlihat jalannya ibu tidak
normal, misalnya pincang, ibu sangat pendek, adanya kelainan panggul (kifosis,
skoliosis)
b. Tinggi badan
TB< dari rata-rata beresiko dalam persalinan dan kemungkinan panggul ibu
c. BB
d. LILA
LILA kurang dari 23,5 indikator untuk status gizi kurang/buruk, resiko anak
lahir rendah (BBLR)
e. TTV
1) TD: TD>140/90 mmHg resiko preeklamsi dan eklamsi
2) Denyut nadi : N: 80x/menit
3) Suhu : >37,50C demam, kemungkinan infeksi pada kehamilan
4) RR: 20x/menit, peningkatan RR kemungkinan bumil cepat lelah dicurigai
mempunyai penyakit jantung
f. Kepala dan leher
1) Adakah edema wajah
2) Konjungtiva anemis, dan sklera apakah berwarna jaundince
3) Palpasi leher adakah pembesaran kelenjar tiroid, pembuluh limfe, vena
jugularis
g. Payudara
1) Bentuk, ukuran, kesimetrisan
2) Puting susu menonjol atau masuk kedalam
3) Adanya kolostrum atau cairan lain, ulkus
4) Retraksi akibat lesi
h. Abdomen
1) Adakah luka post operasi
2) TFU diukur bila kehamilan > 12 minggu dengan tangan > 22 minggu dengan
midline
3) Palpasi jika>36 minggu
Pemeriksaan leopold :
Leopold I :-menentukan TFU dan bagian janin pada fundus
-konsistensi uterus
Leopold II :-menentukan batas samping rahim kanan-kiri
-menentukan PUKA PUKI
-pada letak melintang, tentukan kepala janin
Leopold III :-menentukan letak terbawah janin
-apakah bagian bawah sudah masuk/masih goyang
Leopold IV :-menentukan bagian terbawah janin apakah kepala/lainnya
dan berapa jauh sudah masuk PAP
i. Tangan dan kaki
1) Apakah ada edema atau pucat pada kuku jari
2) Adakah varises pada kaki
3) Periksa reflek patela apakah terjadi gerakan hipo atau hiper
j. Panggul
1) Melakukan pengukuran panggul luar distantia cristarum
-Palpasi daerah cristarum
-Mengukur intercristarum dengan pelvimeter (normal=26-29cm)
2) Melakukan pengukuran panggul luar distantia spinarum
-Palpasi daerah spinarum
-Mengukur interspinarum dengan pelvimeter (normal=23-26cm)
3) Melakukan pengukuran panggul luar konjugata eksterna
-Palpasi daerah spinailiaka dan os.cocsigius
-Mengukur daerah spinailiaka sampai os.cocsigius dengan pelvimeter
(normal=18-21cm)
4) Melakukan pengukuran lingkar panggul
Pemeriksa menggunakan metline untuk mengukur panggul luar dari tulang
spinalis ke cristarum kiri diteruskan ke tulang os.cocsigius kemudian ke
tulang cristarum kanan dan spinalis kanan lalu os.pubis (normal=80-90cm)
3. Auskultasi untuk mendengar DJJ
-DJJ pada bulan 4-5
-Bising tali pusat
-Gerakan dan tendangan janin
-Bising rahim
-Bising aorta
-Peristaltik usus
4. Pemeriksaan dalam
-Vagina toucher (VT)
-Rectal toucher (RT)
Dapat dinilai :-pembukaan serviks: berapa cm/jam
-bagian anak paling bawah : kepala,bokong, dan posisinya
-turunnya bagian terbawah menurut bidang hodge
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual dan muntah
2. Gangguan citra tubuh b.d persepsi perubahan biotik
3. Ketidakefektifan pola nafas b.d pergerakan diafragma sekunder kehamilan
4. Ketidaknyamanan b.d perubahan fisik dan pengaruh hormonal
5. Perubahan pola seksual b.d perubahan struktur tubuh dan ketidaknyamanan
6. Perubahan pola eliminasi urin b.d pembesaran uterus
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx I : ketidakseimbangann nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan klien
dapat:
-Menjelaskan diet seimbang prenatal
-Mengikuti diet yang dianjurkan
-Mengkonsumsi zat besi atau vitamin
-Menunjukan peningkatan BB (minimal 1,5 kg pada trimester I)
NOC :1.Nutritional status : Adequancy of nutrient
2.Nutritional status : food and fluid intake
3.Weight control
NIC :
Intervensi :1.Tentukan asupan nutrisi/ 24 jam
2.Kaji tentang pengetahuan kebutuhan diet
3.Berikan informasi tertulis diet prenatal dan suplemen
4.Tanyakan keyakinan diet sesuai budaya
5.Timbang BB dan kaji BB pergravida
6.Berikan peningkatan BB selama trimester I
7.Tinjau rentang mual dan muntah
8.Ukur pembesaran uterus
9.Kolaborasi : program diet ibu hamil
Dx II : Gangguan citra tubuh b.d persepsi perubahan biotik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..x24 jam diharapkan klien
mampu:
-Menggunakan adaptasi secara bertahap untuk mengubah citra tubuh
-Mendemonstrasikan citra tubuh positif dengan mempertahankan kepuasan
penampilan keseluruhan berpakaian dengan pakaian yang tepat.
NOC :1.Body image
2.Self esteem
NIC :Body image enchausement
Intervensi :1.Kaji sikap terhadap kehamilan perubahan bentuk tubuh
2.Mendiskusikan perubahan aspek fisiologis dan respon klien terhadap
perubahan
3.Anjurkan gaya dan sumber-sumber yang tersedia dari pakaian hamil
4.Diskusikan metode perawatan kulit, berhias, menggunakan kaos
kaki penyokong pemelihara postur dan program latihan sedang
5.Rujuk pada sumber lain seperti konseling dan kelas-kelas menjadi
orang tua
Dx III : Ketidakefektifan pola nafas b.d pergeseran diafragma sekunder kehamilan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan pola
nafas klien kembali efektif dengan
-Melaporkan penurunan keluhan sesak
-Mendemonstrasikan fungdi pernafasan baik
NOC :1.Respiratory status : ventilation
2.Respiratory status : airway patency
3.Vital sign status
NIC :
Intervensi :1.Kaji status pernafasan
2.Pantau riwayat medis (alergi,rinitis,asma,TBC)
3.Kaji kadar HB, tekankan pentingnya vitamin
4.Informasikan hubungan program latihan dan kesulitan pernafasan
5.Anjurkan istirahat dan latihan berimbang
Dx IV : Ketidaknyamanan b.d perubahan fisik dan pengaruh hormonal
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan rasa
nyaman klien terpenuhi dengan:
-Mengidentifikasi tindakan yang melegakan dan menghilangkan
ketidaknyamanan
-Melaporkan penatalaksanaan ketidaknyamanan
Intervensi :1.Catat derajat tidak nyaman minor
2.Evaluasi derajat rasa tidak nyaman selama pemeriksaan lanjutan
3.Anjurkan pemakaian korset uterus
4.Tekankan menghindari stimulasi puting
5.Kaji adanya hemoroid
6.Instrusikan penggunaan kompres dingin dan intake tinggi serat pada
hemoroid
7.Kaji tingkat kekuatan dengan aktivitas dalam keluarga
8.Kolaborasi : suplemen kalsium
Dx V : Perubahan pola seksualitas b.d perubahan struktur tubuh dan
ketidaknyamanan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan
seksualitas klien terpenuhi tanpa menunggu kehamilan :
-Mendiskusikan perubahan dalam hasrat seksual
-Identifikasi langkah mengatasi situasi
-Melaporkan adaptasi perubahan dan modifikasi situasi selama hamil
D. EVALUASI
Dx I :Nutrisi terpenuhi secara adekuat
Dx II :Klien dapat mengubah citra tubuhnya
Dx III :Pola nafas kembali efektif
Dx IV :Rasa nyaman terpenuhi
Dx V :Seksualitas terpenuhi tanpa menggangu kehamilan
Dx IV :Pola eliminasi urine kembali lancar/efektif
DAFTAR PUSTAKA
No.Register :-
Masuk RS Tgl.Jam :
Dirawat : Di klinik
PENGUMPULAN DATA
BIODATA
IBU SUAMI
Nama : Ny.A Nama : Tn.V
Umur : 28 Tahun Umur : 30 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Melayu/Indonesia Suku/bangsa : Minang/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : JL.Seroja Alamat : Jln.Seroja
DATA SUBJEKTIF
1. Kunjungan Saat ini : Kunjungan Ulang
Keluhan Utama
Mengeluh mengeluarkan cairan per vaginam sejak 3 hari yang lalu,warna putih, kental, tidak
berbau, tidak gatal.
2. Riwayat Perkawinan
Kawin : 1 kali
Kawin umur : 27 tahun
Dengan Suami Sekarang : 1 tahun
3. Riwayat Menstruasi
Menarche Umur : 11 tahun
Siklus : 28 hari
Teratur/tdk teratur : Teratur
Lamanya : 7 hari
Sifat darah : Encer
Bau khas flour albus : Tidak ada
Disminore : Tidak ada
Banyaknya : 3 kali ganti doek
ANC : Teratur,frekuensi : 4 kali,di klink
HPHT : 10 Juni 2012
TTP : 17 Maret 2013
f. Pola aktivitas
Kegiatan sehari-hari: Meyapu ,mengepel ,memasak
g. Istirahat/ tidur : malam 8 jam dan tidur siang 2 jam
h. Seksualitas : Frekuensi 3 seminggu, tidak ada keluhan
i. Personal hygiene
Kebiasaan mandi : 2 kali/hari
Kebiasaan membersihkan alat kelamin : Setiap mandi,Bak,dan BAB
Kebiasaan menganti pakaian dalam : dilakukan 2x/hari
Jenis pakaian dalam yang digunakan : Katun
j. Imunisasi
TT1 tanggal :17 Januari 2013 TT 2 tanggal : belum
TT3 tanggal : belum TT4 tanggal : belum
TT 5 tanggal : belum
6. Riwayat Kehamilan,persalinan,nifas yang lalu
G1 P0 Ab0
Ibu Bay
i
1 HAMIL
INI
Kesadaran : Composmentis
Emosional : Stabil
2. Tanda tanda
3. BB saat hamil : 57 kg
BB sebelum hamil : 50 kg
TB : 155 cm
Lila : 24,5 cm
Kenaikan BB : 7 kg
4. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Bersih, rambut tidak rontok dan tidak berketombe,distribusi rambut merata
Muka : kelopak mataTidak odema, sklera tidak ikterik, conjungtiva tidak pucat
Hidung : Bersih, tidak ada polip
Mulut : lidah Bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada caries
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan getah bening
Dada : Payudara simetris, putting menonjol, areola mamae hypermentasi,
Kolostrum : Tidak ada, benjolan tidak ada
Abdomen
Inspeksi : Tidak ada luka bekas operasi, pembesaran uterus sesuai dengan umur
kehamilan
Palpasi
Leopold I : Difundus teraba lunak, tidak terlalu bulat, tidak melenting, TFU 2-3 jari dibawah pusat
Leopold II : Disebelah kiri ibu teraba bagian bagian kecil dan disebelah kanan ibu teraba bagian besar
lurus memanjang dan memapan
Leopold III : Bagian terbawah janin teraba bagian bulat, keras dan
melenting
Leopold IV : Belum masuk PAP
TFU : 31 cm TBJ : 2945gr
Auskultasi : DJJ 144x/menit
Ekstremitas
Atas : Tidak oedema, kuku tidak pucat
Bawah : Tidak oedema, tidak ada varices, ada reflex patella
VII. EVALUASI
1. Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan
2. Ibu mengerti tentang KIE flour albus yang telah diberikan
3. Ibu mengetahui tentang penyebab keputihan dan sudah mengerti bagaiman cara
mengatasinya
PENDAHULUAN
Leukorea (white discharge, fluor albus, keputihan) adalah nama gejala yang diberikan
kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah. Dalam kondisi
normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur
dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar Bartolin. Selain itu
sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri yang hidup pada vagina yang normal.
Pada perempuan, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari tubuh untuk
membersihkan diri, sebagai pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi. Dalam kondisi
normal, sekret vagina tersebut tampak jernih, putih keruh atau berwarna kekuningan ketika
mengering pada pakaian. Sekret ini non-irritan, tidak mengganggu, tidak terdapat darah, dan
memiliki pH 3,5-4,5. Flora normal vagina meliputi Corinebacterium, Bacteroides,
Peptostreptococcus, Gardnerella, Mobiluncuc, Mycoplasma dan Candida spp. Lingkungan
dengan pH asam memberikan fungsi perlindungan yang dihasilkan oleh lactobacilli.(1,2)
Leukorea merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada penderita ginekologik,
adanya gejala ini diketahui penderita karena mengotori celananya. Dapat dibedakan antara
leukorea yang fisiologik dan yang patologik. Leukorea fisiologik terdiri atas cairan yang
kadang-kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang
sedang pada leukorea patologik terdapat banyak leukosit.(2)
Penyebab paling penting dari leukorea patologik ialah infeksi. Disini cairan
mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali
lebih kental dan berbau. Radang vulva, vagina, serviks dan kavum uteri dapat menyebabkan
leukorea patologik; pada adneksitis gejala tersebut dapat pula timbul. Selanjutnya leukorea
ditemukan pada neoplasma jinak atau ganas, apabila tumor itu dengan permukaannya untuk
sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran alat-alat genital.(2)
EPIDEMIOLOGI
Sekret vagina sering tampak sebagai suatu gejala genital. Proporsi perempuan yang
mengalami flour albus bervariasi antara 1 -15% dan hampir seluruhnya memiliki aktifitas
seksual yang aktif, tetapi jika merupakan suatu gejala penyakit dapat terjadi pada semua
umur. Seringkali fluor albus merupakan indikasi suatu vaginitis, lebih jarang merupakan
indikasi dari servisitis tetapi kadang kedua-duanya muncul bersamaan. Infeksi yang sering
menyebabkan vaginitis adalah Trikomoniasis, Vaginosis bacterial, dan Kandidiasis. Sering
penyebab noninfeksi dari vaginitis meliputi atrofi vagina, alergi atau iritasi bahan kimia.
Servisitis sendiri disebabkan oleh Gonore dan Klamidia. Prevalensi dan penyebab vaginitis
masih belum pasti karena sering didiagnosis dan diobati sendiri. Selain itu vaginitis seringkali
asimptomatis dan dapat disebabkan lebih dari satu penyebab.(2)
ETIOLOGI
Fluor albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada daerah
porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan anterior vagina.(2)
a. Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah pengaruh estrogen dari
plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
b. Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen. Leukore disini hilang
sendiri akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya.
c. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh
pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
d. Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih
encer.
e. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita dengan
penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri. (1)
1. Infeksi :
2. Iritasi :
- Pembersih vagina.
4. Fistula(3)
5. Benda asing(3)
6. Radiasi
7. Penyebab lain(3) :
PATOGENESIS
Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa
dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan penderita sebagai
suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa perempuan pun mempunyai sekret
vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang keluar dari vagina
mengandung sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mucus serviks, yang akan
bervariasi karena umur, siklus menstruasi, kehamilan, penggunaan pil KB.(2)
Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis antara
Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina dan hasil
metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang toksik
terhadap bakteri pathogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen,
lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH vagina yang
rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain.(2)
Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida sp.
terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel ragi akan
berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang mempermudah
pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas, penggunaan
kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol, pemakaian
pakaian ketat, pasangan seksual baru dan frekuensi seksual yang tinggi. Perubahan
lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat kehamilan atau peningkatan
hormon esterogen dan progesterone karena kontrasepsi oral menyebabkan perlekatan
Candida albicans pada sel epitel vagina dan merupakan media bagi prtumbuhan jamur.
Candida albicans berkembang dengan baik pada lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini bisa
asimtomatis atau sampai sampai menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan obat
immunosupresan juga menajdi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis. (4,5)
Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena pengaruh
bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri patogen itu
mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual, stres dan hormon dapat
merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri patogen. Pada
vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat menurunkan jumlah hidrogen
peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus acidophilus sehingga terjadi perubahan pH dan
memacu pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis dan Mobiluncus yang
normalnya dapat dihambat. Organisme ini menghasilkan produk metabolit misalnya amin,
yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin juga
merupakan penyebab timbulnya bau pada flour albus pada vaginosis bacterial.(2)
Flour albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita tuberculosis,
anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada perempuan dengan keadaan
umum yang jelek , higiene yang buruk dan pada perempuan yang sering menggunakan
pembersih vagina, disinfektan yang kuat.(2)
GEJALA KLINIS
Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina meerupakan
suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering kali muncul dan
sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan beberapa gejala fluor
albus:1
Vaginosis bacterial Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga kekuning-
kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah hubungan seksual
Trikomoniasis Sekret vagina biasanya sangat banyak kuning kehijauan, berbusa dan
berbau amis.
Kandidiasis Sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal dari sedang hingga berat
dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak didaerah genital Tidak ada komplikasi yang serius
Infeksi klamidia Biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna kuning
seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Sitologi vagina
- Vaginoskopi
- Pemeriksaan PH vagina.
- Penilaian swab untuk pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis dan KOH 10 % .
- Pap smear.
- Biopsi.
- Anamnesis(3)
Ditanyakan mengenai usia, metode kontrasepsi yang dipakai oleh akseptor KB kontak
seksual, perilaku, jumlah, bau dan warna leukore, masa inkubasi, penyakit yang diderita,
penggunaan obat antibiotik atau kortikosteroid dan keluhan-keluhan lain
Inspeksi Kulit perut bawah, rambut pubis, terutama perineum, dan anus. Inspeksi dan palpasi
genitalia eksterna. Pemeriksaan spekulum untuk vagina dan serviks, pemeriksaan bimanual
pelvis, palpasi kelenjar getah bening dan femoral.
- Laboratorium (7)
Hasil pengukuran pH cairan vagina dapat ditentukan dengan kertas pengukur pH dan pH
diatas 4,5 sering disebabkan oleh trichomoniasis tetapi tidak cukup spesifik. Cairan juga
dapat diperiksa dengan melarutkan sampel dengan 2 tetes larutan normal saline 0,9% diatas
objek glass dan sampel kedua di larutkan dalam KOH 10%. Penutup objek glass ditutup dan
diperiksa dibawah mikroskop. Sel ragi atau pseudohyphae dari candida lebih mudah
didapatkan pada preparat KOH. Namun kultur T. vaginalis lebih sensitive disbanding
pemeriksaan mikroskopik.
Secara klinik, untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial harus ada tiga dari
empat kriteria sebagai berikut, yaitu: (1) adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik
sediaan basah, (2) adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina, (3) duh
yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu, (4) pH vagina lebih dari 4.5 dengan
menggunakan nitrazine paper.
PENATALAKSANAAN
Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (fluor albus), sebaiknya
penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan kemungkinan
adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga memberikan gejala keputihan
berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam serta berbau
busuk.(8)
Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau
parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses
infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan
biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida dan golongan
metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan
oral (tablet, kapsul), topikal seperti krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan
langsung ke dalam liang vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual,
terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak berhubungan
seksual selama masih dalam pengobatan. Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga
kebersihan daerah intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnya
keputihan yaitu dengan :
1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok
dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
2. Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah
penularan penyakit menular seksual.
3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak
lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat,
hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada
waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke
belakang.
5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan
flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan
cairan pembersih vagina.
6. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina
karena dapat menyebabkan iritasi.
Tujuan pengobatan
- Menghilangkan gejala
- Memberantas penyebabrnya
Fisiologis : tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk menghilangkan
kecemasannya.
Topikal
Sistemik
2. Chlamidia trachomatis
3. Gardnerella vaginalis
- Metronidazole 2 x 500 mg
4. Neisseria gonorhoeae
- Amoksisiklin 3 gr im
Ditambah :
- Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau
- Kanamisin 2 gram im
- Spektinomisin 2 mg im atau
Ditambah
6. Penyebab lain :
Vulvovaginitis psikosomatik dengan pendekatan psikologi. Desquamative inflammatory
vaginitis diberikan antibiotik, kortikosteroid dan estrogen.(3)
DAFTAR PUSTAKA
3. Manoe, I.. M.S. M, Rauf, S, Usmany,H. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan
Ginekologi. 1999. Bagian/SMF Obstetri dn Ginekologi Fakultas Kedokteran Unhas RSUP dr.
Wahidin Sudirohusodo : Ujung pandang
4. Anindita, Wiki. Santi Martini. 2006. Faktor Resiko Kejadian Kandidiasis vaginalis pada
akseptor KB. Fakultas Kesehatan Masyarakat. UNAIR. Surabaya.
Penelitian Parasit dan Bakteri pada Akseptor KB dan Ibu Hamil yang Menderita Flour Albus