i
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Asuhan Keperawatan Penyalahgunaan NAPZA.
Makalah ini dibuat guna memenuhi saluh satu penugasan dalam system
pembelajaran. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mengalami
hambatan dan kesulitan, namun penulis berusaha menyelesaiakan pembuatan
mkalah dengan sebaik-baiknya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 3
D. Manfaat Penulisan............................................................................ 4
I. Konsep Napza
A. Devinisi Remaja, NAPZA, dan Penyalahgunaan Narkoba.............. 5
B. Golongan NAPZA............................................................................ 7
C. Rentang Respon............................................................................... 8
D. Zat Adiktif yang Disalahgunaan....................................................... 10
E. Efek dan Cara Penggunaan.............................................................. 10
F. Faktor Risiko Penyalahgunaan Napza............................................. 11
G. Dampak Penyalahgunaan Narkoba.................................................. 13
H. Penanggulangan Napza.................................................................... 16
I. Peran Perawat................................................................................... 20
J. Pohon Masalah ................................................................................ 23
K. Masalah yang Sering Timbul........................................................... 23
iv
v
Intervensi.................................................................................................... 53
BAB IV Pembahasan.................................................................................... 56
BAB V Penutup
A. Kesimpulan ................................................................................... 58
B. Saran ................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan menguraikan mengenai
konsep asuhan keperawatan pada pasien penyalahgunaan NAPZA.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan devinisi, NAPZA, serta perilaku
penyalahgunaan NAPZA
b. Mahasiswa mampu menjelaskan Golongan NAPZA
c. Mahasiswa mampu menjelaskan rentang respon dari penyalahgunaan
NAPZA
d. Mahasiswa mampu menjelaskan zat adiktif yang disalahgunakan
e. Mahasiswa mampu menjelaskan efek dan cara penanganan pada
penyalahgunaan napza
f. Mahasiswa mampu menjelaskan proses terjadinya masalah pada
pengguna narkoba
g. Mahasiswa mampu menjelaskan dampak dari penyalahgunaan
narkoba
h. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan yang dapat
diberikan pada pengguna NAPZA
i. Mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan dari penyalahgunaan
NAPZA
j. Mahasiswa mampu menjelaskan pohon masalah dari penyalahgunaan
NAPZA
k. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai masalah-masalah yang
sering timbul pada pengguna NAPZA.
4
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penulisan makalah ini dapat membantu dan mempermudah
mahasiswa dalam memahami dan membentuk kerangka berpikir secara
sistematis tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyalahgunaan NAPZA.
TINJAUAN TEORI
1) KONSEP NAPZA
II.1.1 Definisi
Napza adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan
adiktif lainnya, meliputi zat alami atau sintetis yang bila dikonsumsi
menimbulkan perubahan fungsi fisik dan psikis, serta menimbulkan
ketergantungan (BNN, 2004)
NAPZA adalah zat yang memengaruhi struktur atau fungsi
beberapa bagian tubuh orang yang mengonsumsinya. Manfaat maupun
risiko penggunaan NAPZA bergantung pada seberapa banyak, seberapa
sering, cara menggunakannya, dan bersamaan dengan obat atau NAPZA
lain yang di konsumsi (Kemenkes RI, 2010).
Narkoba berasal dari bahasa Yunani, dari kata Narke, yang berarti
beku, lumpuh, dan dungu. Menurut Farmakologi medis yaitu Narkotika
adalah obat yang dapat menghilangkan (terutama) rasa nyeri yang berasal
dari Visceral dan dapat menibulkan efek stupor (bengong masih sadar
namum masih harus digertak) serta adiksi (Derman Flavianus, 2006 : I)
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA yang bersifat
patologis, paling sedikit telah berlangsung satu bulan lamanya sehingga
menimbulkan gangguan dalam pekerjaan dan fungsi sosial. Sebetulnya
NAPZA banyak dipakai untuk kepentingan pengobatan, misalnya
menenangkan klien atau mengurangi rasa sakit. Tetapi karena efeknya
enak bagi pemakai, maka NAPZA kemudian dipakai secara salah, yaitu
bukan utnuk pengobatan tetapi untuk mendapatkan rasa nikmat.
Penyalahgunaan NAPZA secara tetap ini menyebabkan pengguna merasa
ketergantungan pada obat tersebut sehingga menyebabkan kerusakan fisik
(Sumiati, 2009).
Menurut Pasal 1 UU RI No.35 Tahun 2009 Ketergantungan adalah
kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan Narkotika
secara terus-menerus dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan
5
6
3) Rentang Respon
Rentang respon ini berfluktuasi dari kondisi yang ringan sampai dengan yang
berat. Indikator dari rentang respon berdasarkan peilaku yang ditampakkan
oleh remaja dengan gangguan penggunaan zat adiktif. (AH Yusuf dkk, 2015)
Respon adaptif
Maladaptif Respon
4) Rehabilitasi Psikoreligius
Rehabilitasi psikoreligius memegang peranan penting. Unsur
agama dalam rehabilitasi bagi para pasien penyalahguna NAPZA
mempunyai arti penting dalam mencapai penyembuhan. Unsur agama
yang mereka terima akan memulihkan dam memperkuat rasa percaya
diri, harapan dan keimanan. Pendalaman, penghayatan dan
pengamalan keagamaan atau keimanan ini akan menumbuhkan
kekuatan kerohanian pada diri seseorang sehingga mampu menekan
risiko seminimal mungkin terlibat kembali dalam penyalahgunaan
NAPZA.
5) Forum Silaturahmi
Forum silaturahmi merupakan program lanjutan (pasca
rehabilitasi) yaitu program atau kegiatan yang dapat diikuti oleh
mantan penyalahguna NAPZA (yang telah selesai menjalani tahapan
rehabilitasi) dan keluarganya. Tujuan yang hendak dicapai dalam
forum silaturahmi ini adalah untuk memantapkan terwujudnya rumah
tangga/keluarga sakinah yaitu keluarga yang harmonis dan religius,
sehingga dapat memperkecil kekambuhan penyalahgunaan NAPZA
6) Program Terminal
Pengalaman menunjukkan bahwa banyak dari mereka sesudah
menjalani program rehabilitasi dan kemudian mengikuti forum
silaturahmi, mengalami kebingungan untuk program selanjutnya.
Khususnya bagi pelajar dan mahasiswa yang karena keterlibatannya
pada penyalahgunaan NAPZA di masa lalu terpaksa putus sekolah
menjadi pengangguran; perlu menjalani program khusus yang
dinamakan program terminal (re-entry program), yaitu program
persiapan untuk kembali melanjutkan sekolah/kuliah atau bekerja
1. Fungsi Perawat
a. Independent
Fungsi independent perawat adalah those activities that are
considered to be within nursings scope of diagnosis and
treatment. Dalam fungsi ini tindakan perawat dalam penanganan
klien pengguna NAPZA tidak memerlukan perintah dokter.
Tindakan perawat bersifat mandiri, berdasarkan pada ilmu dan
kiat keperawatan. Dalam kaitan dengan penanggulangan
penggunaan NAPZA tindakan perawat diantaranya :
1) Pengkajian klien pengguna NAPZA.
2) Membantu klien pengguna NAPZA memenuhi kegiatan
sehari-hari.
3) Mendorong klien berperilaku secara wajar.
b. Interdependent
Fungsi interdependent perawat adalah carried out in
conjunction with other health team members. Tindakan perawat
berdasar pada kerja sama dengan tim perawatan atau tim kesehatan
lain. Fungsi ini dilaksanakan dengan pembentukan tim yang
dipimpin oleh seorang dokter. Dan anggota tim kesehatan lain
bekerja sesuai kompetensinya masing-masing. Contoh tindakannya
adalah melakukan kolaborasi rehabilitasi klien pengguna NAPZA,
dimana perawat bekerja dengan psikiater, social worker, ahli gizi
juga rohaniwan,
c. Dependent
Fungsi dependent perawat adalah the activities perfomed
based on the physicians order. Dalam fungsi ini perawat
bertindak membantu dokter dalam meberikan pelayanan medik.
Perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan atau
pemberian psikofarmaka dan tindakan khusus yang menjadi
kewenangan dokter dan seharusnya dilakukan oleh dokter. Contoh
pada tindakan detoksifikasi NAPZA.
1. Peran Perawat
Peran perawat ini diterjemahkan dalam perannya sebagai provider,
edukator, advokator, dan role model.
1) Provider/Pelaksana
Peran ini menekankan kemampuan perawat sebagai
penyedia layanan keperawatan (praktisi). Perawat baik secara
20
4. Pohon Masalah
Risiko Bunuh Diri
Halusinasi Efek
Intoksikasi Core
Gangguan Konsep
Diri
22
23
6. Faktor Predisposisi
Kaji hal-hal yang menyebabkan perubahan perilaku klien menjadi
pecandu/ pengguna NAPZA, baik dari pasien maupun keluarga seperti:
Factor biologis, factor psikologis dan faktor sosial kultural
7. Faktor Presipitasi
Kaji faktor yang membuat klien menggunakan napza:
a. Pernyataan untuk mandiri dan membutuhkan teman sebaya sebagai
pengakuan (resiko relatif untuk terlibat NAPZA 81,3%)
b. Sebagai prinsip kesenangan, menghindari sakit/stress
c. Kehilangan seseorang atau sesuatu yang berarti
d. Diasingkan oleh lingkungan: rumah, teman-teman
e. Kompleksitas dari kehidupan modern
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: klien dengan pengguna napza biasanya akan
dijumpai kondisi yang disebut intoksikasi (teler) yang menyebabkan
perubahan memori, perilaku, kognitif, alam perasaan dan kesadaran.
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : hipotensi/normal
Nadi : takikardi
Suhu : meningkat, berhubungan dengan gangguan keseimbangan
cairan elektrolit
Pernafasan : sesak nafas, nyeri dada
Berat badan : mengalami penurunan akibat nafsu makan menurun
Keluhan fisik : nyeri sendi, otot dan tulang
9. Psikososial
Klien dengan pengguna napza akan mengalami perubahan dalam
kehidupan individualnya baik yang bersifat psikologik maupun kehidupan
social seperti:
a. Prestasi sekolah menurun secara drastis/anjlok
b. Pola tidur berubah, misalnya pagi susah dibangunkan dan malam suka
begadang
c. Selera makan berkurang
24
B. Diagnosa
1. Risiko Bunuh Diri berhubungan dengan perilaku kekerasan
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi sensori persepsi
3. Halusinasi persepsi sensori berhubungan dengan intoksikasi akibat
penyalahgunaan zat
4. Isolasi sosial
5. Harga diri rendah
6. Koping individu inefektif
27
C. Intervensi
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Intervensi
Tujuan Kriteria Evaluasi
1 Risiko Bunuh Diri TUM:
Klien tidak melakukan
percobaan bunuh diri
TUK:
1. Klien dapat membina 1.1. Ekspresi wajah bersahabat, 1.1.1. Perkenalkan diri dengan klien
hubungan saling percaya menunjukkan rasa senang, ada 1.1.2. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar
kontak mata, mau berjabat dan tidak menyangkal.
tangan, mau menyebutkan nama, 1.1.3. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
mau menjawab salam, klien mau 1.1.4. Bersifat hangat dan bersahabat.
duduk berdampingan dengan 1.1.5. Temani klien saat keinginan mencederai
perawat, mau mengutarakan diri meningkat.
masalah yang dihadapinya
2. Klien dapat terlindung 2.1. 2.1.1. Jauhkan klien dari benda benda yang dapat
dari perilaku bunuh diri membahayakan (pisau, silet, gunting, tali,
kaca, dan lain lain).
2.1.2. Tempatkan klien di ruangan yang tenang
dan selalu terlihat oleh perawat.
2.1.3. Awasi klien secara ketat setiap saat
3. Klien dapat 3.1. Klien dapat mengekspresikan 3.1.1. Dengarkan keluhan yang dirasakan.
mengidentifikasi perasaannya 3.1.2. Bersikap empati untuk meningkatkan
penyebab keinginan ungkapan keraguan, ketakutan dan
bunuh diri keputusasaan.
3.1.3. Beri dorongan untuk mengungkapkan
mengapa dan bagaimana harapannya.
3.1.4. Beri waktu dan kesempatan untuk
menceritakan arti penderitaan, kematian,
dan lain lain.
3.1.5. Beri dukungan pada tindakan atau ucapan
klien yang menunjukkan keinginan untuk
hidup.
4. Klien dapat 4.1. Klien dapat mengatasi 4.1.1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat
28
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Intervensi
Tujuan Kriteria Evaluasi
meningkatkan harga diri keputusasaannya mengatasi keputusasaannya.
4.1.2. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal
individu.
4.1.3. Bantu mengidentifikasi sumber sumber
harapan (misal: hubungan antar sesama,
keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).
5. Klien dapat 5.1. Klien dapat melakukan kegiatan 1.1.1. Ajarkan untuk mengidentifikasi
menggunakan koping yang menyenangkan pengalaman-pengalaman yang
yang adaptif menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-
jalan, membaca buku favorit, menulis surat
dll.)
5.2. Klien dapat menahan untuk 5.2.1. Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia
bunuh diri dengan memikirkan cintai dan yang ia sayang, dan pentingnya
orang-orang yang ia sayangi terhadap kehidupan orang lain,
mengesampingkan tentang kegagalan
dalam kesehatan.
5.3. Klien dapat berbagi pengalaman 5.3.1. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan
mengenai masalah atau penyakit pada orang lain yang mempunyai suatu
yang sama pada orang lain masalah dan atau penyakit yang sama dan
dengan koping yang efektif telah mempunyai pengalaman positif dalam
mengatasi masalah tersebut dengan koping
yang efektif
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Intervensi
Tujuan Kriteria Evaluasi
1.5. Klien mau kontak mata 1.5.1. Beri rasa aman dan sikap empati
1.6. Klien mau mengetahui nama 1.6.1. Lakukan kontak singkat tetapi sering
perawat
2. Klien dapat 2.1. Klien mengungkapkan 2.1.1. beri kesempatan untuk mengungkapkan
mengidentifikasi perasaannya perasaannya
penyebab perilaku 2.2. Klien dapat mengungkapkan 2.2.1. bantu klien untuk mengungkapkan penyebab
kekerasan penyebab perasaan jengkel/kesal perasaan jengkel/kesal
(dari diri sendiri, lingkungan atau
orang lain)
3. Klien dapat 3.1. Klien dapat mengungkapkan 1.1.1. Anjurkan klien mengungkapkan apa yang
mengidentifikasi tanda perasaan saat marah/jengkel dialami dan dirasakannya saat
dan gejala perilaku jengkel/marah
kekerasan 3.2. Klien dapat menyimulkan tanda 1.1.2. Observasi tanda dan gejala perilaku
dan gejala jengkel/kesal yang kekerasan pada klien
dialaminya 3.2.1. Simpulkan bersama klien tanda dan gejala
jengkel /kesal yang dialami klien
4. Klien dapat 4.1. Klien dapat mengungkapkan 4.1.1. Anjurkan klien untuk mengungkapkan
mengidentifikasi perilaku perilaku kekerasan yang biasa perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
kekerasan yang bias dilakukan klien (verbal, pada orang lain, lingkungan
dilakukan dan pada diri sendiri)
4.2. Klien dapat bermain peran sesuai 6.1.1 Bantu klien bermain peran sesuai dengan
perilaku kekerasan yang biasa perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
dilakukan
4.3. Klien dapat mengetahui cara yang 4.3.1. Bicarakan dengan klien, apakah dengan
biasa dilakukan untuk cara yang klien lakukan masalahnya selesai
menyelesaikan masalah
5. Klien dapat 5.1. Klien dapat menjelaskan akibat 5.1.1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang
mengidentifikasi akibat dari cara yang digunakan klien: dilakukan klien
perilaku kekerasan - Akibat pada klien sendiri 5.1.2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari
- Akibat pada orang lain cara yang dilakukan oleh klien
- Akibat pada lingkungan 5.1.3. Tanyakan kepada klien apakah ia ingin
mempelajari cara baru yang sehat?
30
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Intervensi
Tujuan Kriteria Evaluasi
6. Klien dapat 6.1. Klien dapat menyebutkan contoh 1.1.1. Diskusikan kegiatan fisik yang biasa
mendemonstrasikan cara pencegahan perilaku kekerasan dilakukan klien
fisik untuk mencegah secara fiik 1.1.2. Beri pujian atas kegiatan fisik yang biasa
perilaku kekerasan - Tarik napas dalam dilakukan klien
- Pukul kasur dan bantal 1.1.3. Diskusikan dua cara fisik yang paling
- Dll: kegiatan fisik mudah dilakukan untuk mencegah perilaku
kekerasan, yaitu: tarik nafas dalam dan
pukul kasur serta bantal
6.2. Klien dapat mendemonstrasikan 1.2.1. Diskusikan cara melakukan tarik nafas
cara fisik untuk mencegah dalam dengan klien
perilaku kekerasan 1.2.2. Beri contoh kepada klien tentang cara
menarik nafas dalam
1.2.3. Minta klien mengikuti contoh yang
diberikan sebanyak 5 kali
1.2.4. Beri pujian positif atas kemampuan klien
mendemonstrasikan cara menarik napas
dalam
1.2.5. Tanyakan perasaan klien setelah selesai
1.2.6. Anjurkan klien untuk menggunakan cara
yang telah dipelajari saat marah/jengkel
1.2.7. Lakukan hal yang sama dengan 6.2.1
sampai 6.2.6 untuk cara fisik lain di
pertemuan yang lain
6.3. Klien mempunyai jadwal untuk 6.3.1 diskusikan dengan klien mengenai
melatih cara penegahan fisik yang frekuensi latihan yang akan dilakukan
telah dipelajari sebelumnya sendiri oleh klien
6.3.2 susun jadwal kegiatan untuk melatih cara
yang telah dipeajari
6.4. Klien mengevaluasi 6.4.1. klien mengevaluasi pelaksanaan latihan,
kemampuannya dalam melakukan cara pencegahan perilaku kekerasan yang
cara fisik sesuai jadwal yang telah dilakukan denngan mengisi jadwal
telah disusun kegiatan harian (self-evaluation)
6.4.2. validasi kemampuan klien dalam
31
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Intervensi
Tujuan Kriteria Evaluasi
melaksanakan latihan
6.4.3. berikan pujian atas keberhasilan klien
6.4.4. tanyakan kepada klien: apakah kegiatan
cara pencegahan perilaku kekerasan dapat
mengurangi perasaan marah
7. klien dapat 7.1. klien dapat menyebutkan cara 7.1.1. diskusikan cara bicara yang baik dengan klien
mendemonstrasikan cara bicara (verbal) yang baik dalam 7.1.2. berikan contoh cara bicara yang baik:
social untuk mencegah mencegah perilaku kekerasan - meminta dengan baik
perilaku kekerasaan - meminta dengan baik - menolak dengan baik
- menolak dengan baik - mengungkapkan perasaan dengan baik
- mengungkapkan perasaan
dengan baik
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Intervensi
Tujuan Kriteria Evaluasi
7.4.1. klien mengevaluasi pelaksanaan latihan cara
7.4. klien melakukan evaluasi bicara yang baik dengan mengisi jadwal
terhadap kemampuan cara bicara kegiatan (self-evaluation)
yang sesuai dengan jadwal yang 7.4.2. validasi kemampuan klien dalam
telah disusun melaksanakan latihan
7.4.3. berikan pujian atas keberhasilan klien.
7.4.4. tanyakan kepada klien: bagaimana perasaan
klien setelah latihan bicara yang baik?
Apakah keinginan marah berkurang?
8. klien dapat 8.1. klien dapat menyebutkan 8.1.1. diskusikan dengan klien kegiatan ibadah yang
mendemonstrasikan cara kegiatan ibadah yang biasa pernah dilakukan
spiritual untuk mencegah dilakukan
perilaku kekerasan
8.2. klien dapat mendemonstrasikan 8.2.1. bantu klien menilai kegiatan ibadah yang
cara ibadah yang dipilih dapat dilakukan di ruang rawat
8.2.2. Bantu klien memilih kegiatan ibadah yang
akan dilakukan
8.2.3. Minta klien mendemonstrasikan kegiatan
ibadah yang dipilih
8.2.4. beri pujian atas keberhasilan klien
8.3. klien mempunyai jadwal untuk 8.3.1. diskusikan dengan klien tentang waktu
melatih kegiatan ibadah pelaksanaan kegiatan ibadah
8.3.2. susun jadwal kegiatan untuk melatih kegiatan
ibadah
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Intervensi
Tujuan Kriteria Evaluasi
klien setelah latihan bicara yang baik?
Apakah keinginan marah berkurang?
9. klien dapat 9.1. klien dapat menyebutkan jeins, 9.1.1. diskusikan dengan klien tentang jenis obat
mendemonstrasikan dosis, dan waktu minum obat yang diminumnya (nama, warna,
kepatuhan minum obat serta manfaat dari obat itu besarnya); waktu minum obat )jika 3 kali:
untuk mencegah perilaku (prinsip 5 benar: benar orang, pkl. 07.00, 13.00, 19.00) cara minum obat
kekerasan benar obat, dosis, waktu dan cara 9.1.2. diskusikan dengan klien tentang manfaat
pemberian) minum obat secara teratur:
- beda perasaan sebelum minum obat dan
sesudah minum obat
- jelaskan bahwa dsis hanya boleh diubah
oleh dokter
- jelaskan mengenai akibat minum obat
yang tidak teratur, misalnya penyakitnya
kambuh
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Intervensi
Tujuan Kriteria Evaluasi
10. klien dapat mengikuti 10.1. klien mengikuti TAK: stimulasi 10.1.1. anjurkan klien untuk ikut TAK: stimulasi
TAK: stimulasi persepsi persepsi pencegahan perilaku persepsi pencegahan perilaku kekerasan
pencegahan perilaku kekerasan 10.1.2. klien mengikuti TAK: stimulasi persepsi
kekerasan pencegahan perilaku kekerasan (kegiatan
tersendiri)
10.1.3. diskusikan dengan klien tentang kegiatan
selama TAK
10.1.4. fasilitas klien untuk mempraktikkan hasil
kegiatan TAK dan beri pujian atas
keberhasilan
10.2. klien mempunyai jadwal TAK: 10.2.1. diskusikan dengan klien tentang jadwal
stimulasi persepsi pencegahan TAK
perilaku 10.2.2. masukkan jadwal TAK ke dalam jadwal
kegiatan harian klien
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Intervensi
Tujuan Kriteria Evaluasi
marah secara konstruktif
- sikap dan cara bicara
- membantu klien mengenal penyebab marah
dan pelaksanaan cara pencegahan perilaku
keekrasan
11.1.4. bantu keluarga mendemonstrasikan cara
merawat klien
11.1.5. bantu keluarga mengungkapkan
perasaannya setelah melakukan
demonstrasi
11.1.6. anjurkan keluarga mempraktikannya pada
klien selama dirumah sakit dan
melanjutkannya setelah pulang ke rumah
3 Gangguan persepsi TUM:
sensori Klien tidak mengalami
halusinasi
TUK:
1. Klien dapat membina 1.1. Ekspresi wajah bersahabat, 1.1.1 Bina hubungan saling percaya dengan
hubungan saling percaya menunjukkan rasa senang, ada mengungkapkan prinsip komunikasi
kontak mata, mau berjabat terapeutik:
tangan, mau menyebutkan - Sapa klien dengan ramah baik verbal
nama, mau menjawab salam, maupun non verbal
klien mau duduk berdampingan - Perkenalkan diri dengan sopan
dengan perawat, mau - Tanyakan nama lengkap dan nama
mengutarakan masalah yang panggilan yang disukai klien.
dihadapinya. - Jelaskan tujuan pertemuan
- Tunjukkan sifat empati dan menerima
klien apa adanya.
- Beri perhatian kepada klien dan
perhatikan kebutuhan dasar klien
2. Kien dapat mengenal 2.1. Klien dapat menyebutkan 2.1.1 Adakan kontak sering dan singkat secara
halusinasinya waktu, isi, dan frekuensi bertahap.
timbulnya halusinasi. 2.1.2 Observasi tingkah laku klien yang terkait
36
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Intervensi
Tujuan Kriteria Evaluasi
dengan halusinasinya : bicara dan tertawa
tanpa stimulus dan memandang kekiri/
kekanan/kedepan seolah-olah ada teman
bicara
2.1.3 Bantu klien mengenal halusinasinya
- Jika menemukan klien sedang
berhalusinasi : tanyakan apakah ada
suara yang didengarnya.
- Jika klien menjawab ada, lanjutkan : apa
yang dikatakan suara itu
- Katakan bahwa perawat percaya klien
mendengar suara itu, namun perawat
sendiri tidak mendengarnya (dengan
nada bersahabat tanpa menuduh atau
mmenghakimi )
- Katakana bahwa klien lain juga ada yang
menseperti klien.
- Katakan perawat akan membantu klien.
2.1.4 Diskusikan dengan klien :
- Situasi yang menimbulkan / tidak
menimbulkan halusinasi ( jika sendiri,
jengkel,atau sedih)
- Waktu dan frekuensi terjadinya
halusinasi (pagi, siang, sore, dan malam ;
terus menrus atau sewaktu waktu)
2.2. Klien dapat mengungkapkan 2.2.1. Diskusikan dengan klien tentang apa yang
bagaimana perasaannya dirasakannya jika terjadi halusinasi
terhadap halusinasi tersebut. (Marah/takut. Sedih, dan senang) , beri
kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaannya.
3. Klien dapat mengontrol 3.1. Klien dapat menyebutkan 3.1.1 Identifikasi bersama klien tindakan yang
halusinasinya tindakan yang biasanya dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur,
37
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Intervensi
Tujuan Kriteria Evaluasi
dilakukan untuk mengendalikan marah, menyibukkan diri, dan lain-lain.)
halusinasi 3.1.2 Diskusikan manfaaat dan cara yang
digunakan klien, jika bermanfaat, beri
pujian pada klien
3.2. Klien dapat meneyebutkan cara 3.2.1 Diskusikan dengan klien tentang cara baru
baru mengontrol halusinasi mengontrol halusinasi :
- Menghardik/ mengsuir/ tidak
memperdulikan halusinasinya
- Bercakap-cakap dengan orang lain jika
halusinasi itu muncul
- Melakukan kegiatan sehari-hari
3.3. Klien dapat mendemonstrasi- 3.3.1 Beri contoh cara menghardik halusinasi
kan cara menghardik halusinasi pergi, saya tidak mau mendengar kamu
3.3.2 Minta klien mengikuti contoh yang
diberikan dan minta klien untuk
mengulanginya
3.3.3 Beri pujian atas keberhasilan klien
3.3.4 Susun jadwal latihan klien dan minta klien
untuk mengisi jadwal kegiatan
3.3.5 Tanyakan kepada klien : bagaimana
perasaannya setelah menghardik? Apakah
halusinasinya berkurang? Berikan pujian.
3.4. Klien dapat mendemonstrasikan 3.4.1 Beri contoh percakapan dengan orang lain :
bercakap-cakap dengan orang Suster saya dengar suara-suara, temani
lain saya bercakap-cakap
3.4.2 Minta klien mengikuti contoh percakapan
dan mengulanginya
3.4.3 Beri pujian atas keberhasilan klien
3.4.4 Susun jadwal klien untuk melatih diri,
mengisi kegiatan dengan bercakap-cakap,
38
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Intervensi
Tujuan Kriteria Evaluasi
dan mengisi jadwal kegiatan ( self-
evaluation )
3.4.5 Tanyakan kepada klien : bagaiamana
perasaan Tini setelah latihan bercakap-
cakap ? Apakah halusinasinya berkurang ?
Berikan pujian
3.5. Klien dapat mendemostrasikan 3.5.1 Diskusikan dengan klien tentang kegiatan
pelaksanaan kegiatan sehari- harian yang dapat dilakukan dirumah dan
hari dirumah sakit ( untuk klien halusinasi
dengan perilaku kekerasan, sesuai kan
dengan control perilaku kekerasan )
3.5.2 Latih klien untuk melakukan kegiatan yang
disepakati dan masukkan kedalam jadwal
kegiatan. Minta klien mengisi jadwal
kegiatan (self-evalution)
3.5.3 Tanyakan kepada klien : Bagaiman
perasaan Tini setelah melakukan kegiatan
harian ? Apakah halusinasinya berkurang ?
Berikan pujian.
3.6. Klien dapat mendemonstrasikan 3.6.1 Klien dapat menyebutkan jenis, dosis dan
kepatuhan minum obat untuk waktu minum obat serta manfaat obat
mencegah halusinasi. tersebut
3.6.2 Diskusikan dengan klien tentang jenis obat
yang diminum
3.6.3 Diskusikan dengan klien tentang manfaat
minum obat secara teratur :
- beda perasaan sebelum dan sesudah
minum obat
- Jelaskan bahwa dosis hanya boleh di
ubah oleh dokter
- jelaskan tentang akibat minum obat
tidak teratur : penyakit kambuh
39
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Intervensi
Tujuan Kriteria Evaluasi
3.6.4 Klien dapat mendemonstrasikan kepatuhan
minum obat sesuai jadwal yang ditetapkan
3.6.5 Diskusikan proses minum obat :
- Klien meminta obat kepada perawat
- Klien memeriksa obat sesuai dengan
dosisnya
- Klien meminum obat pada waktu yang
tepat
3.6.6 Susun jadwal minum obat bersama klien
3.6.7 mengevaluasi kemampuan dalam mematuhi
minum obat
3.6.8 mengevaluasi pelaksanaan minum obat
dengan mengisi jadwal kegiatan harian
3.6.9 validasi pelaksanaan minum obat klien
3.6.10 beri pujian atas keberhasilan klien
3.6.11 tanyakan pada klien : bagaimana perasaan
tini setelah melakukan kegiatan harian?
Apakah halusinasinya berkurang? berikan
pujian.
4 Harga Diri Rendah TUM
Klien memiliki konsep diri
yang positif
TUK:
1. Klien dapat membina Setelah 1x interaksi, klien 1. Bina hubungan saling percaya dengan
hubungan saling percaya menunjukkan ekspresi wajah menggunakan prinsip komunikasi terapeutik:
bersahabat, menunjukkan rasa Beri salam setiap berinteraksi.
senang, ada kontak mata, mau Perkenalkan nama, nama panggilan perawat
berjabat tangan, mau menyebutkan dan tujuan perawat berkenalan
nama, mau menjawab salam, klien Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
mau duduk berdampingan dengan Jelaskan tujuan pertemuan
perawat, mau mengutarakan masalah Jujur dan menepati janji
yang dihadapi Tunjukkan sikap empati dan menerima klien
40
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Intervensi
Tujuan Kriteria Evaluasi
apa adanya
Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien
2. klien dapat
6.2 Klien menyebutkan : 1.4.3 Diskusikan dengan klien tentang :
mengidentifikasi aspek
a. Aspek positif dan kemampuan a. Aspek positif yang dimiliki klien,
positif dan kemampuan
yang dimiliki keluarga, lingkungan
yang dimiliki
b. Aspek positif keluarga b. Kemampuan yang dimiliki klien
c. Aspek positif lingkungan 1.4.4 Bersama klien buat daftar tentang
6.3aspek positif klien, keluarga, lingkungan
6.4kemampuan yang dimiliki klien
1.4.5 Beri pujian yang realistis, dan hidarkan
memberi penilain negatif
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Intervensi
Tujuan Kriteria Evaluasi
7.1.4 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan
kegiatan setelah pulang.
8. Klien dapat 8.1 klien memanfaatkan sistem
8.1.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga
memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga
tentang cara merawat klien dengan harga
pendukung yang ada
diri rendah
8.1.2 Bantu keluarga memberikan dukungan
selama klien di rawat
8.1.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di
rumah
42
BAB III
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA PASIEN DENGAN KETERGANTUNGAN OBAT
Tinjauan Kasus
Sdr I adalah seorang siswa SMA berusia 18 tahun, anak tunggal dari Tn M
dan Ny T. Sdr I dibawa keluarganya dalam keadaan tangan di borgol dan kaki
diikat karena ketahuan mengkonsumsi obat-obatan terlarang berupa ganja dan
emosi. 2 hari sebelum masuk rumah sakit Sdr I mengkonsumsi obat dextro
sebanyak 10 butir, miras dan ganja 1 batang dengan cara di hisap. Hasil
pemeriksaan fisik di dapatkan TD: 110/70 mmHg, nadi: 99x/menit, suhu: 36,5 oC,
RR: 20 x/menit, TB: 164 cm, BB: 56 kg.
I. Pengkajian
Ruangan : PK. NAPZA Tinggal dirawat: 8 November 2016
A. Identitas
Nama klien : Sdr. I Tanggal Pengkajian : 9 November 2016
Umur : 18 tahun Nomor RM : 251107
Pendidkan : SMA Alamat : Lawang
B. Alasan Masuk
1. Alasan Masuk
Klien mengatakan saat masuk MRS dipaksa oleh keluarganya dalam
keadaan tangan diborgol dan kaki diikat karena ketahuan
mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan emosi
2. Keadaan Saat Masuk
Klien mengatakan saat MRS dalam keadaan sadar dan paska
penyalahgunaan obat dextro sebanyak 10 butir, miras dan ganja 1
batang 2 hari sebelum MRS
3. Pemakaian Terakhir
Klien mengatakan sebelum di bawa kesini, klien mengkonsumsi ganja
1 batang dengan cara di hisap, terakhir tanggal 6 November 2016
C. Riwayat Pengobatan
43
D. Faktor Predisposisi
Klien mengatakan di bawa ke RSJ lawang, klien pernah di rawat selama 1
bulan di PKJM Banyuwangi. Saat pulang kembali bergabung dengan
teman-teman yang dulu. Dan mengulangi perbuatan hal yang sama (miras
dan penyalahgunaan obat dextro). Pada tahun 2015 klien mengaku pernah
di tahan di BNN selama 10 hari. Menurut status klien dirumah sering
ngamuk-ngamuk sejak 2 bulan yang lalu. Paling parah 1 minggu. Klien
sulit tidur. Minta apapun harus diturutin jika tidak orang tua di ancam.
Klien mengatakan depresi karena hubungan dengan pacarnya tidak
disetujui keluarganya.
Diagnosa Keperawatan: -RPK
- Mekanisme Koping Individu inefektif
E. Faktor Presipitasi
Klien mengatakan awalnya dia dapat tawaran pil dextro dari temannya
yang mengatakan pil dextro dapat membuat pikiran happy. Klien
mencoba pil tersebut saat punya masalah.
Diagnosa Keperawatan: Koping individu inefektif
F. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital = TD: 110/70 mmHg, N: 99 x/menit, S:
36,5oC, RR: 20 x/menit
2. Ukur = TB: 164 cm BB: 56 kg
3. Keluhan Fisik = klien mengatakan tidak ada keluhan
Diagnosa Keperawatan: -
G. Psikososial
1. Genogram
44
H. Konsep Diri
1. Gambaran diri
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan tubuhnya walaupun
sekarang berat badannya berkurang.
2. Peran
Klien mengatakan saya seorang anak dengan usia 18 tahun yang
biasanya sekolah dan bermain dengan teman-teman
3. Identitas
Klien memperkenalkan dirinya dan identitas keluarganya dan klien
bangga dengan identitas menjadi laki-laki
4. Ideal diri
Klien mengatakan ingin segera berkumpul bersama kelurga dan
berhenti mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Klien ingin segera
kembali sekolah.
5. Harga diri
45
Klien mengatakan saya merasa malu saat pulang nanti karena saya
dibawa kesini dengan kondisi tangan diborgol dan kaki diikat. Saya
merasa tetangga selalu berfikir negatif.
Diagnosa keperawatan: harga diri rendah
I. Hubungan sosial
1. Orang yang dekat/dipercaya saat ini:
Klien mengatakan dekat dengan teman-temannya karena klien
menganggap hanya teman-temannya yang dapat mengerti klien.
2. Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat
Klien mengatakan kadang-kadang saja ikut kumpul dengan tetangga
tetapi lebih banyak kumpul dengan teman main.
Di RS klien selalu megikuti program-program yang sudah di
rencanakan seperti keruang rehabilitasi untuk bermusik dan melakukan
sholat berjamaah.
3. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain
Klien tidak mempunyai hambatan dalam berhubungan dengan orang
lain terbukti saat perkenalan klien mampu memulai percakapan
walaupun hanya bertanya sedikit dengan tempat asal.
Diagnosa Keperawatan: -
J. Spiritual
1. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan agamanya islam dan meyakini adanya tuhan
2. Kegiatan ibadah
Klien melakukan ibadah secara rutin dan berjamaah selama di RSJ.
Saat dirumah, klien mengatakan sholatnya bolong-bolong.
Diagnosa keperawatan: -
K. Status mental
1. Penampilan
Klien berpakaian sesuai dengan fungsinya, baju tidak kusut, rambut
disisir rapi
Diagnosa Keperawatan: -
2. Pembicaraan
Saat wawancara cara berbicara klien lambat dan dapat dimengerti
dengan volume suara lembut.
Diagnosa Keperawatan : -
46
L. Persepsi
1. Halusinasi
47
M. Proses pikir
1. Arus Pikir
Arus pikir klien koheren, terbukti saat ditanya, Kenapa sampai mau
diajak teman untuk mengkonsumsi obat terlarang dan miras? klien
menjawab singkat dan jelas Karena saya ingin mencoba/ingin tau,
dirasakan enak ya saya lanjutkan
Diagnosa Keperawatan : -
2. Isi Pikir
Isi pikiran klien obsesif, terbukti klien sering mengeluhkan klien ingin
cepat pulang, karena ingin berkumpul dengan keluarganya.
3. Bentuk Pikir
Bentuk pikiran klien realistik terbukti saat ditanya tentang anggota
keluarganya, klien mengatakan merupakan anak tunggal.
Diagnosa Keperawatan : -
N. Tingkat Kesadaran
1. Secara Kuantitatif: Kesadaran klien compos mentis (GCS : 4 5 6)
2. Secara Kualitatif : Klien mampu berorientasi baik dengan waktu,
seperti waktu makan, sholat dan mandi. Klien juga mampu
berorientasi dengan tempat dan lingkungannya seperti tempat tidur
48
O. Memori
Klien tidak mengalami gangguan memori baik jangka panjang maupun
jangka pendek. Terbukti klien mampu menceritakan sebelum klien dibawa
ke RSJ dan aktivitas yang dilakukan dari saat bangun tidur sampai tidur
siang.
Diagnosa Keperawatan : -
Tanggal
& Jam Data Diagnosa Keperawatan
pernah ditahan di BNN selama 10 hari
9/11/16 karena obat terlarang
11.00 - Pengambil keputusan dalam keluarga Koping keluarga tidak
WIB lebih dominan bapak klien. efektif
Do: -
Ds: Klien mengatakan saya merasa malu saat
pulang nanti karena saya dibawa kesini
9/11/16 dengan kondisi tangan diborgol dan kaki Harga diri rendah
11.00 diikat. Saya merasa tetangga selalu berfikir situasional
WIB negatif.
Do: Afek klien dangkal/datar, klien hanya
menampakkan ekspresi datar dan menjawab
pertanyaan secara singkat dan menunduk
IV. Diagnosa
1. Risiko Perilaku Kekerasan
2. Gangguan Konsep Diri: HDR
3. Koping Individu Inefektif
V. Intervensi
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
KLIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH
DI UNIT RAWAT INAP PK. NAPZA DR. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG
Diagnosa Perencanaan
Tgl Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
TUK: 1.1. Setelah 1x interaksi, klien 1.1.1 Bina hubungan saling percaya dengan
1. Klien dapat menunjukkan ekspresi menggunakan prinsip komunikasi
membina hubungan wajah bersahabat, terapeutik:
saling percaya menunjukkan rasa senang, - Beri salam setiap berinteraksi.
ada kontak mata, mau - Perkenalkan nama, nama panggilan
berjabat tangan, mau perawat dan tujuan perawat berkenalan
menyebutkan nama, mau - Tanyakan dan panggil nama kesukaan
50
51
Diagnosa Perencanaan
Tgl Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
menjawab salam, klien mau klien
duduk berdampingan - Jelaskan tujuan pertemuan
dengan perawat, mau - Jujur dan menepati janji
mengutarakan masalah yang - Tunjukkan sikap empati dan menerima
dihadapi klien apa adanya
- Beri perhatian dan perhatikan
kebutuhan dasar klien
9/11/16 2. klien dapat 2.1. Setelah 1x interaksi klien 2.1.1. Diskusikan dengan klien tentang :
mengidentifikasi menyebutkan: a. Aspek positif yang dimiliki klien,
aspek positif dan a. Aspek positif dan keluarga, lingkungan
kemampuan yang kemampuan yang b. Kemampuan yang dimiliki klien
dimiliki dimiliki 2.1.2. Bersama klien buat daftar tentang
b. Aspek positif keluarga a. aspek positif klien, keluarga,
c. Aspek positif lingkungan
lingkungan b. kemampuan yang dimiliki klien
2.1.3. Beri pujian yang realistis, dan hidarkan
memberi penilain negatif
9/11/16 3. Klien dapat menilai 3.1. Setelah 1x interaksi klien 3.1.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang
kemampuan yang menyebutkan kemampuan dapat dilaksanakan dan digunakan selama
dimiliki untuk yang dapat dilaksanakan sakit
dilaksanakan 3.1.2. Diskusikan kemampuan yang masih dapat
dilajutkan pelaksanaanya setelah klien
pulang dengan kondisinya saat ini.
52
Diagnosa Perencanaan
Tgl Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
9/11/16 4. Klien dapat 4.1. Setelah 1x interaksi klien 4.1.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang
merencakan kegiatan membuat rencana kegiatan dapat dilakukan setiap hari sesuai
sesuai dengan harian kemampuan klien
kemampuan yang a. kegiatan mandiri
dimiliki b. kegiatan dengan bantuan
4.1.2. Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien
4.1.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang
dapat klien lakukan
9/11/16 5. Klien dapat 5.1. Setelah 2x interaksi klien 5.1.1. Anjurkan klien untuk melaksanakan
melakukan kegiatan melakukan kegiatan sesuai kegiatan yang telah direncanakan
sesuai rencana yang jadwal yang dibuat 5.1.2. Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien
dibuat 5.1.3. Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien
5.1.4. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan
kegiatan setelah pulang.
- 6. Klien dapat 6.1. Setelah 1x interaksi klien 6.1.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga
memanfaatkan memanfaatkan sistem tentang cara merawat klien dengan harga
sistem pendukung pendukung yang ada di diri rendah
yang ada keluarga 6.1.2. Bantu keluarga memberikan dukungan
selama klien di rawat
6.1.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di
rumah
BAB IV
PEMBAHASAN
53
54
dirawat akibat masalah yang sama klien merasa kalau tetangganya selalu berfikir
negatif terhadap dirinya yang menyebabkan klien merasa malu dan memutus
hubungan sosial klien dengan tetangga, dari pernyataan klien ini, dapat
disimpulkan bahwa klien mengalami gangguan Harga Diri Rendah (HDR).
Masalah yang muncul pada klien adalah masalah Pascadetoksikasi
(Rehabilitasi), yaitu adanya Gangguan konsep diri (harga diri rendah). Serta
Potensial kambuh (relaps), berhubungan dengan lingkungan disekitar klien yang
kurang mendukung (klien berteman dengan pengonsumsi narkoba).
Sehingga dalam kasus ini perawat sebagai provider memberikan asuhan
keperawatan kepada klien untuk meningkatkan harga diri klien dimana asuhan
keperawatan ini diberikan dengan tujuan umum agar klien memiliki konsep diri
yang positif agar dapat kembali menjalin hubungan sosial baik dengan keluarga
maupun dengan masyarakat sekitar.
Hal yang pertama kali harus dilakukan perawat sebagai provider adalah
membina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik, karena didapatkan dari hasil pengkajian klien memiliki kecurigaan
yang tinggi serta cepat merasa tersinggung, selanjutnya perawat mendiskusikan
dengan klien tentang aspek positif yang dimiliki klien dan bersama klien membuat
daftar tentang aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien dengan tujuan
agar klien dapat mengidentfifikasi aspek positif dan kemampuan yang
dimilikinya. Selanjutnya perawat merencanakan bersama klien aktivitas yang
dapat dilakukan klien setiap hari sesuai kemampuan klien dan meningkatkan
kegiatan sesuai kondisi klien dengan tujuan klien dapat merencanakan kegiatan
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Sebagai perawat selama melakukan
asuhan keperawatan harus selalu menunjukkan sikap empati dan menerima klien
apa adanya, memberikan perhatian serta selalu memberikan rewards atau pujian
kepada klien setelah klien dapat melakukan kegiatan yang diminta perawat.
Selain itu perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatan pada
keluarga tentang cara merawat klien dnegan harga diri rendah, membantu keluarga
memberikan dukungan selama klien dirawat, serta membantu keluarga
menyiapkan lingkungan di rumah dengan tujuan klien dapat memanfaatkan sistem
pendukung yang ada dalam hal ini adalah keluarga klien.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masalah penyalahgunaan narkoba / NAPZA khususnya pada
remaja adalah ancaman yang sangat mencemasakan bagi keluaga
khususnya dan bagi bangsa dan negara pada umumnya. Pengaruh narkoba
sangatlah buruk, baik dari segi kesehatan, maupun dampak sosial yang
ditimbulkan.
Secara garis besar faktor yang menyebabkan terjadianya
penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja terdiri dari faktor internal dan
faktor eksternal yakni yang berasal dari dalam diri sendiri baik yang
berasal dari lingkungan.
Masalah pencegahan penggunaan narkoba bukanlah menjadi tugas
dari sekelompok orang saja, melainkan menjadi tugas kita bersama. Upaya
pencegahan penyarahgunaan narkoba yang dilakukan sejak dini sangatlah
baik, tentunya dengan pengetahuan yang cukup tentang penganggulangan
tersebut.
Peran orang tua dalam keluarga dan juga pendidik di sekolah
sangatlah besar bagi pencegahan penanggulangan terhadap narkoba.
B. SARAN
Dalam mencegah penyalahgunaan narkoba pihak yang
bertanggung jawab bukan hanya pemerintah penegak hukum ataupun
pelayanan kesehata saja namun diharapkam peran orang tua dalam
mengawasi dan membimbing anggota keluarganya harus lebih baik, serta
lebih meluangkan waktunya untuk selalu berada disisi anak-anaknya
dalam kondisi apapun, sehingga remaja tidak terjerumus melakukan hal-
hal yang menyimpang terutama melakukan penyalahgunaan narkoba.
Selain itu masyarakat hendaknya melakukan kegiatan yang positif
dan berguna agar remaja tidak terlibat dalam kasus penyalahgunaan
narkoba serta memperdalam iman dan taqwa guna ketahanan diri dari
dalam menghadapi dan memecahkan permasalahan hidup.
55
DAFTAR PUSTAKA
56