Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Saraf perifer, taut neuromuskular, dan otot rangka merupakan komponen akhir
neuron motorik perifer. Penyakit yang mengenai struktur-struktur ini dapat
mengakibatkan terjadinya kelemahan otot. Sedangkan secara spesifik, kelemahan
otot terbagi menjadi tiga macam yaitu:
- Penyakit neurologik yang mengenai neuron motorik atas atau bawah. Paralisis
neuron motorik bawah ditandai dengan atrofi otot dan hilangnya refleks tendon dan
secara klinis penyakit ini menyerupai otot primer. Sedangkan paralisis neuron
motorik atas menyebabkan spastisitas dan refleks cepat tanpa atrofi otot yang
signifikan
-Kegagalan transmisi neuromuskuler
- Penyakit yang mengenai otot rangka itu sendiri, antara lain miositis, distrofi dan
miopati. (Chandrasoma dan Taylor, 2013)

Salah satu penyakit kelemahan otot yang sering dijumpai dalam klinis adalah
gangguan transmisi neuromuskuler myasthenia gravis. Myasthenia Gravis adalah
penyakit neuromuskuler yang menggabungkan kelelahan cepat otot volunter dan
waktu penyembuhan yang lama. Myathenia gravis merupakan penyakit kronis yang
disebabkan oleh gangguan transmisi neuromuskuler asetilkolin pada membran
postsinaps. Pada kasus ringan, myasthenia menyebabkan kelemahan otot-otot pada
mata dan menimbulkan ptosis. Sedangkan pada moderate kasus, myasthenia
menyebabkan kesulitan berbicara, mengunyah, menelan, bernafas, dan kelemahan
pada anggota gerak badan. (Hartwig, 2011)

Miastenia gravis adalah kelemahan otot yang cukup berat dimana terjadi
kelelahan otot-otot secara cepat dengan lambatnya pemulihan (dapat memakan
waktu 10 hingga 20 kali lebih lama dari normal) (Corwin, 2011). Myasthenia gravis
mempengaruhi sekitar 400 per 1 juta orang. Kelemahan otot yang parah yang
disebabkan oleh penyakit tersebut membawa sejumlah komplikasi lain, termasuk
kesulitan bernapas, kesulitan mengunyah dan menelan, bicaracadel, kelopak mata
murung dan kabur atau penglihatan ganda.
1|Keperaw atan Gaw at Darurat P rof es i N ers UMJ
Myasthenia gravis dapat mempengaruhi orang-orang dari segala umur. Namun
lebih sering terjadi pada para wanita, yaitu wanita berusia antara 20 dan 40 tahun.
Pada laki-laki lebih dari 60 tahun. Dan jarang terjadi selama masa kanak-kanak.

Siapapun bisa mewarisi kecenderungan terhadap kelainan autoimun ini. Sekitar


65% orang yang mengalami myasthenia gravis mengalami pembesaran kelenjar
thymus, dan sekitar 10% memiliki tumor pada kelenjar thymus (thymoma). Sekitar
setengah thymoma adalah kanker (malignant). Beberapa orang dengan gangguan
tersebut tidak memiliki antibodi untuk reseptor acetylcholine tetapi memiliki
antibodi terhadap enzim yang berhubungan dengan pembentukan persimpangan
neuromuskular sebagai pengganti. Orang ini bisa memerlukan pengobatan berbeda.

Pada 40% orang dengan myasthenia gravis, otot mata terlebih dahulu terkena,
tetapi 85% segera mengalami masalah ini. Pada 15% orang, hanya otot-otot mata
yang terkena, tetapi pada kebanyakan orang, kemudian seluruh tubuh terkena,
kesulitan berbicara dan menelan dan kelemahan pada lengan dan kaki yang sering
terjadi. Pegangan tangan bisa berubah-ubah antara lemah dan normal. Otot leher
bisa menjadi lemah. Sensasi tidak terpengaruh.

Ketika orang dengan myasthenia gravis menggunakan otot secara berulang-


ulang, otot tersebut biasanya menjadi lemah. Misalnya, orang yang dahulu bisa
menggunakan palu dengan baik menjadi lemah setelah memalu untuk beberapa
menit. Meskipun begitu, kelemahan otot bervariasi dalam intensitas dari jam ke jam
dan dari hari ke hari, dan rangkaian penyakit tersebut bervariasi secara luas. Sekitar
15% orang mengalami peristiwa berat (disebut myasthenia crisis), kadangkala dipicu
oleh infeksi. Lengan dan kaki menjadi sangat lemah, tetapi bahkan kemudian,
mereka tidak kehilangan rasa. Pada beberapa orang, otot diperlukan untuk
pernafasan yang melemah. Keadaan ini dapat mengancam nyawa.

2|Keperaw atan Gaw at Darurat P rof es i N ers UMJ


B. Tujuan Penulisan
1. Agar Mahasiswa mampu memahami konsep dasar teori Miastenia gravis
2. Agar mahasiwa mampu memahami konsep dasar Asuhan Keperawatan
pada pasien Miastenia gravis
3. Agar mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien
Miastenia gravis

C. Ruang Lingkup
Makalah ilmiah ini membahas tentang asuhan keperawatan Gawat
darurat pasien dengan Miastenia gravis

D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah metode
literature dan studi kepustakaan. Dengan melihat dan membaca buku-buku
sumber yang penting untuk penulisan makalah ini.

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab, yaitu :
BAB I yaitu pendahuluan yang mencakup latar belakang, tujuan
penulisan, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II yaitu konsep dasar Miastenia gravis yang mencakup Definisi,
etiologi, patofisiologi, dan asuhan keperawatan Miastenia gravis.
BAB III yaitu Laporan asuhan keperawatan gawat darurat pasien
dengan Miastenia gravis

3|Keperaw atan Gaw at Darurat P rof es i N ers UMJ


BAB II
KONSEP DASAR MIASTENIA GRAVIS

A. Definisi
Miastenia gravis merupakan bagian dari penyakit neuromuskular.
Miastenia gravis adalah gangguang yang memengaruhi transmisi neuromuskular
pada otot tubuh yang kerjanya di bawah kesadaran seseorang (volunter).
Miastenia gravis merupakan kelemahan otot yang parah dan satu-satunya
penyakit neuromuskular dengan gabungan antara cepatnya terjadi kelelahan otot-
otot volunter dan lambatnya pemulihan (dapat memakan waktu 10-20 kali lebih
lama dari normal). (Price dan Wilson, 2011).

Karakteristik yang muncul berupa kelemahan yang berlebihan dan


umumnya terjadi kelelahan pada otot-otot volunter yang dipengaruhi oleh fungsi
saraf kranial. Serangan dapat terjadi pada beberapa usia, ini terlihat paling sering
pada wanita antara 15-35 tahun dan pada pria sampai 40 tahun.

Miastenia gravis merupakan gangguan autoimun pada muskuloskeletal


dengan periode intermiten yang menunjukkan kelemahan dan kelelahan
otot (M.F. YAZDI1, 2012). Sistem saraf menghasilkan suatu enzim
asetilkolin berfungsi untuk pergerakkan otot, terjadinya miastenia gravis
dikaitkan dengan antibodi tubuh yang menyerang reseptor asetilkolin sehingga
otot tidak mampu menerima sinyal dari saraf dan mengakibatkan
kelemahan (Devin Mackay, 2011). Penampilan dari penderita miastenia gravis
akan tampak seperti gambar berikut:

4|Keperaw atan Gaw at Darurat P rof es i N ers UMJ


B. Etiologi
Kelainan primer pada Miastenia gravis dihubungkan dengan gangguan transmisi
pada neuromuscular junction, yaitu penghubung antara unsur saraf dan unsur otot.
Pada ujung akson motor neuron terdapat partikel -partikel globuler yang merupakan
penimbunan asetilkolin (ACh). Jika rangsangan motorik tiba pada ujung akson,
partikel globuler pecah dan Ach dibebaskan yang dapat memindahkan gaya saraf
yang kemudian bereaksi dengan ACh Reseptor (AChR) pada membran postsinaptik.
Reaksi ini membuka saluran ion pada membran serat otot dan menyebabkan
masuknya kation, terutama Na, sehingga dengan demikian terjadilah kontraksi otot.
(Corwin, 2011).

1. Autoimun : direct mediated antibody

2. Virus

3. Pembedahan

4. Stres

5. Alkohol

6. Tumor mediastinum

7. Obat-obatan :

Antibiotik (Aminoglycosides, ciprofloxacin, ampicillin, erythromycin:

B-blocker (propranolol)

Lithium

Magnesium

5|Keperaw atan Gaw at Darurat P rof es i N ers UMJ


Procainamide

Verapamil

Chloroquine

Prednisone

6|Keperaw atan Gaw at Darurat P rof es i N ers UMJ


C. Patofisiologi

D. Pengkajian
Miastenia gravis selalu dikelola sebagai pasien diluar rumah sakit yang
membutuhkan tes diagnostik atau untuk melaksanakan gejala dan
komplikasi (Smeltzer & Bare, 2001). Pengkajian meliputi identitas pasien, keluhan
utama yang dirasakan, riwayat penyakit, pengkajian fungsi kesehatan pasien,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

7|Keperaw atan Gaw at Darurat P rof es i N ers UMJ


1. Identitas

Meliputi pengumpulan data demografi pasien. Data yang dikumpulkan, meliputi :

a) Nama

b) Usia

c) Jenis kelamin

d) Tempat tinggal

e) Pekerjaan

f) Pendidikan

g) Status perkawinan

h) Agama

i) Suku bangsa

2. Keluhan utama

Pada pemeriksaan biasanya didapat:

a. insufisiensi pernafasan

b. gangguan menutup mata

c. otot sangat lemah pada siang hari

d. cepat lelah setelah melakukan kegiatan ringan seperti menyisir rambut

3. Riwayat penyakit, meliputi :

a. Riwayat penyakit sekarang

b. Riwayat penyakit terdahulu

c. Riwayat psikososial

4. Kemampuan fungsi kesehatan pasien

5. Pemeriksaan fisik

8|Keperaw atan Gaw at Darurat P rof es i N ers UMJ


Pada pemeriksaan fisik, biasanya ditemukan :

a. B1 (Breating)

Inspeksi apakah klien mengalami kemampuan ataupenurunan batuk efektif, produksi


sputum, sesak nafas, penggunaanotot bantu nafas, dan peningkatan frekuensi
pernafasan seringdidapatkan pada klien yang disertai adanya kelemahan otot-otot
pernafasan. Auskultasi bunyi nafas tambahan seperti ronchi ataustridor pada klien
menandakan adanya akumulasi sekret pada jalan nafas dan penurunan kemampuan
otot-otot pernapasan.

b. B2 (Blood)

Pengkajian pada sistem kardiovaskular terutama dilakukanuntuk memantau


perkembangan status kardiovaskular, terutamadenyut nadi dan tekanan darah yang
secara progresif akan berubah sesuai dengan kondisi tidak membaiknya status
pernafasan.

c. B3 (Brain)

Kelemahan otot ekstraokular yang menyebabkan palsi ocular, jatuhnya kelopak mata
atau dislopia intermien, bicara klienmungkin disatrik.

d. B4 (Bladder)

Pengkajian terutama ditujukan pada sistem perkemihan.Biasanya terjadi kondisi


dimana fungsi kandung kemih menurun,retensi urine, hilangnya sensasi saat
berkemih.

e. B5 (Bowel)

Ditunjukkan dengan kesulitan menelan-mengunyah, disfagia,kelemahan otot


diafragma dan peristaltic usus turun.

f. B6 (Bone)

Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui adanya gangguanaktifitas atau mobilitas


fisik, kelemahan otot yang berlebihan.

Pengkajian Primer

9|Keperaw atan Gaw at Darurat P rof es i N ers UMJ


1) Airway
a. Peningkatan sekresi pernapasan
b. Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi.
2) Breathing
a. Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu,
retraksi.
b. Menggunakan otot aksesori pernapasan.
c. Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis.
3) Circulation
a. Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
b. Sakit kepala
c. Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental,
mengantuk
d. Penurunan haluaran urine
e. Tanda : Takikardia, irama ireguler
f. S3S4/Irama gallop
g. Hammans sign (bunyi udara beriringan dengan denyut jantung
menandakan udara di mediastinum)
h. TD : hipertensi/hipotensi
6. Pemeriksaan penunjang

E. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan kelemahan otot
pernafasan
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan disfonia, gangguan
pengucapan kata, gangguan neuromuskular, kehilangan kontrol tonus otot fasial
atau oral

F. Perencanaan
1. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan kelemahan otot
pernafasan
Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam setelah diberikan intervensi pola
pernapasan klien kembali efektif
10 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t P r o f e s i N e r s U M J
Kriteria hasil:

Irama, frekuensi dan kedalaman pernapasan dalam batas normal

Bunyi nafas terdengar jelas

Respirator terpasang dengan optimal

Intervensi Rasionalisasi

1. Kaji Kemampuan ventilasi Untuk klien dengan penurunan kapasitas


ventilasi, perawat mengkaji frekuensi
pernapasan, kedalaman, dan bunyi nafas,
pantau hasil tes fungsi paru-paru tidal,
kapasitas vital, kekuatan inspirasi),
dengan interval yang sering dalam
mendeteksi masalah pau-paru, sebelum
perubahan kadar gas darah arteri dan
sebelum tampak gejala klinik.

2. Kaji kualitas, frekuensi, dan Dengan mengkaji kualitas, frekuensi,


kedalaman pernapasan,laporkansetiap dan kedalaman pernapasan, kita
perubahan yang terjadi. dapatmengetahui sejauh mana perubahan
kondisi klien.

3. Baringkan klien dalam posisi yang Penurunan diafragma memperluas


nyaman dalam posisi duduk daerah dada sehingga ekspansi paru bisa
maksimal

4. Observasi tanda-tanda vital Peningkatan RR dan takikardi


(nadi,RR) merupakan indikasi adanya penurunan
fungsi paru

11 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t P r o f e s i N e r s U M J
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan disfonia, gangguan
pengucapan kata, gangguan neuromuskular, kehilangan kontrol tonus otot fasial
atau oral

Tujuan: Klien dapat menunjukkan pengertian terhadap masalah komunikasi,


mampu mengekspresikan perasaannya, mampu menggunakan bahasa isyarat

Kriteria hasil:

Terciptanya suatu komunikasi di mana kebutuhan klien dapat dipenuhi


Klien mampu merespons setiap berkomunikasi secara verbal maupun isyarat.

Intervensi Rasionalisasi

1. Kaji komunikasi verbal klien. Kelemahan otot-otot bicara klien krisis


miastenia gravis dapat berakibat pada
komunikasi

2. Lakukan metode komunikasi yang Teknik untuk meningkatkan komunikasi


ideal sesuai dengan kondisi klien meliputi mendengarkan klien,
mengulangi apa yang mereka coba
komunikasikan dengan jelas dan
membuktikan yang diinformasikan,
berbicara dengan klien terhadap kedipan
mata mereka dan atau goyangkan jari-
jari tangan atau kaki untuk menjawab
ya/tidak. Setelah periode krisis klien
selalu mampu mengenal kebutuhan
mereka.

. Beri peringatan bahwa klien di ruang Untuk kenyamanan yang berhubungan


ini mengalami gangguan berbicara, dengan ketidak mampuan komunikasi
sediakan bel khusus bila perlu

4. Antisipasi dan bantu kebutuhan klien Membantu menurunkan frustasi oleh


karenak ketergantungan atau

12 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t P r o f e s i N e r s U M J
ketidakmampuan berkomunikasi

5. Ucapkan langsung kepada klien Mengurangi kebingungan atau


dengan berbicara pelan dan tenang, kecemasan terhadap banyaknya
gunakan pertanyaan dengan jawaban informasi. Memajukan stimulasi
ya atau tidak dan perhatikan respon komunikasi ingatan dan kata-kata.
klien

Mengkaji kemampuan verbal individual,


6. Kolaborasi: konsultasi ke ahli terapi
bicara sensorik, dan motorik, serta fungsi
kognitif untuk mengidentifikasi defisit
dan kebutuhan terapi

3. Gangguan aktivitas hidup sehari-hari yang berhubungan dengan kelemahan fisik


umum, keletihan

- Tujuan

Infeksi bronkhopulmonal dapat dikendalikan untuk menghilangkan edema


inflamasi dan memungkinkanpenyembuhan aksi siliaris normal. Infeksi
pernapasan minor yang tidak memberikan dampak pada individu yang
memilikiparu-paru normal, dapat berbahaya bagi klien dengan PPOM

- Kriteria hasil :

Frekuensi nafas 16-20 x/menit, frekuensi nadi 70-90x/menit


Kemampuan batuk efektif dapat optimal
Tidak ada tanda peningkatan suhu tubu

ntervensi Rasionalisasi

1. Kaji kemampuan klien dalam Menjadi data dasar dalam


melakukan aktivitas melakukan intervensi selanjutnya

2. Atur cara beraktivitas klien Sasaran klien adalah memperbaiki


sesuai kemampuan kekuatandan daya tahan. Menjadi
partisipan dalampengobatan, klien

13 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t P r o f e s i N e r s U M J
harus belajar tentangfakta-faakta
dasar mengenai agen-
agenantikolinesterase-kerja,
waktu, penyesuaiandosis, gejala-
gejala kelebihan dosis, danefek
toksik. Dan yang penting
padapengguaan medikasi dengan
tepat waktuadalah ketegasan.

3. Evaluasi Kemampuan Menilai singkat keberhasilan dari


aktivitas motorik terapi yang boleh diberikan

14 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t P r o f e s i N e r s U M J
BAB III
LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Klien Ny. Y dengan Myatenia Gravis di ruang HCU RSIJ Cempaka Putih

I. IDENTITAS KLIEN

Nama : Ny. Y Umur : 38 tahun

No. MR : 00-93-75-70 Jenis Kelamin : Perempuan

Tgl. Masuk : 07 Juni 2016 Hari rawat : ke-1

Agama : Islam Status : Menikah

Alergi : Tidak ada BB/TB : 80 Kg/ 172cm

Alamat rumah : Jl. H.Ten I No.39 RT09/01


Kel.Rawamangun Kec.Pulogadung Kota Jakarta
Timur Prov.DKI Jakarta

Dx. Medis : Myastenia Gravis

II. ALASAN DI RAWAT DI HCU (termasuk riwayat sakit)

PRE - HOSPITAL

S: Klien mengatakan:

Riwayat Myastenia gravis 3 bulan yang lalu


Riwayat menstruasi yang tidak teratur satu tahun terakhir
1 minggu SMRS klien kembali merasakan keluhan yang sama seperti
3 bulan yang lalu yaitu susah nafas, leher kaku, tangan dan kaki
sebelah kanan lemas, penglihatan buram namun, susah menelan
sampai tidak nafsu makan, suara bindeng/ sengau, kondisi saat ini
lebih berat dan tidak membaik sehingga klien memutuskan untuk ke
RS.

15 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t P r o f e s i N e r s U M J
HOSPITAL

1. UGD
Selasa, 7 Juni 2016 jam 19.10 WIB
Subjektif:
Klien mengatakan susah nafas, leher kaku, tangan dan kaki sebelah
kanan lemas, penglihatan buram, susah menelan sampai tidak nafsu
makan, suara bindeng/ sengau, kaku pada daerah wajah 1 jam SMRS.

Objektif:
A: Jalan nafas paten
B:
Pasien terlihat sesak nafas sedang
RR: 24 x/menit
Nafas cepat dan dalam
Menggunakan otot bantu pernafasan

C:

TD: 120/70 mmHg


N: 96 x/menit
BJ I dan II reguler
Pulsasi kuat
Akral hangat
CRT < 2 detik

D:

Kesadaran composmentis
GCS E4M6V5 = 15
Pupil isokor 2mm/2mm
Reflek cahaya +/+

E:

Terpasang infus Asering 500cc/8jam

16 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t P r o f e s i N e r s U M J
Terpasang O2 Nasal Kanul 3 lt/menit
Diberikan Ranitidine 1 ampul
Diberikan Salbutamol tab

Analisa: Stroke ringan

Planning: Rujuk rawat inap

2. Ruang Shafa-Shafa
Selasa, 7 Juni 2016 jam 19.30 WIB (Rawat Inap Awal)
Subjektif:
Klien mengatakan susah nafas, leher kaku, tangan dan kaki sebelah kanan
lemas, penglihatan buram, susah menelan sampai tidak nafsu makan, suara
bindeng/ sengau, kaku pada daerah wajah.

Objektif:
A: Jalan nafas paten
B:
Pasien terlihat sesak nafas sedang
RR: 26 x/menit
Nafas cepat dan dalam
Menggunakan otot bantu pernafasan

C:

TD: 110/70 mmHg


N: 88 x/menit
BJ I dan II reguler
Pulsasi kuat
Akral hangat
CRT < 2 detik

D:

Kesadaran composmentis

17 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t P r o f e s i N e r s U M J
GCS E4M6V5 = 15
Pupul isokor 2mm/2mm
Reflek cahaya +/+

E:

Terpasang infus Asering 500cc/8 jam


Terpasang O2 Nasal Kanul 3 lt/menit
Terpasang NGT
Hasil laboratorium:
(08/06/16)
Eritrosit 6,2 106/ul
MCH/HER 25 pg
MCHC/KHER 30 g/Dl
SGOT 51 U/L
SGPT 75 U/L
Natrium 149 mEq/L

(11/06/16)
CRP Kuantitatif 20.0 mg/L

Hasil Pemeriksaan Radiologi


(09/06/16)
Jenis pemeriksaan : Columna Vetebra Cervical
Aligment baik, tampak straight back syudone
Corpus vertebra dan pedicle : Normal
Discus intervetebrae : baik
Kesan: Straight back syudone

Hasil Pemeriksaan MRI


(11/06/2016)
Jenis pemeriksaan : kepala dan paket kontras
Kesan :
- MRI kepala dalam batas normal, tak tampak perdarahan
intraparenkim, subdural, epidural, dan subararachnoid. Tak
| K e p e atau
tampak18iskemik r a winfark
atan Gawat Darurat Profesi Ners UMJ
- Empaty sellae
- Parenkim cerebri dan cerebli baik, tak tampak edema parenkim
- Sinus paransal baik
- Tanda-tanda mastoiditis bilateral

Senin, 13 Juni 2016 (Rawat Inap Akhir )


Subjektif:
Klien mengatakan susah nafas yang dirasakan semakin berat, leher kaku
sampai tidak dapat menengok ke kanan dan ke kiri, tangan dan kaki
sebelah kanan semakin lemas, penglihatan semakin buram dan kelopak
mata menurun , tidak dapat menelan sampai mengalami penumpukan air
liur, suara bindeng/ sengau, kaku pada daerah wajah, tidak bisa
mengangkat alis dan tidak dapat menggerakkan bahu

Objektif:
A: Jalan nafas paten
B:
Pasien terlihat sesak nafas berat
RR: 30 x/menit
Nafas cepat dan dalam
Menggunakan otot bantu pernafasan

C:

TD: 130/90 mmHg


N: 97 x/menit
BJ I dan II reguler
Pulsasi kuat
Akral hangat
CRT < 2 detik

D:

Kesadaran composmentis

19 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t P r o f e s i N e r s U M J
GCS E4M6V5 = 15
Reflek cahaya +/+
Pupil isokor 2mm/2mm

E:

Terpasang infus Asering 500cc/12 jam


Terpasang O2 Nasal Kanul 3 lt/menit
Terpasang NGT
Hasil laboratorium:
(13/06/16)
Leukosit 17.77 103/Ul
Eritrosit 5.38 106/Ul
MCH/HER 26 pg
MCHC/KHER 32 g/Dl

Hasil Pemeriksaan Radiologi


(09/06/16)
Jenis pemeriksaan : Columna Vetebra Cervical
Soft tisue leher kanan kiri baik
Thorak dan trakea baik
Tulang cervicalis baik

Analisa : Myastenia Gravis

Planning: Rujuk HCU

20 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t P r o f e s i N e r s U M J
HCU
Selasa, 14 Juni 2016 (Ruang HCU )
Subjektif:
Klien mengatakan susah nafas yang dirasakan semakin berat, leher kaku
sampai tidak dapat menengok ke kanan dan ke kiri, tangan dan kaki
sebelah kanan semakin lemas, penglihatan semakin buram dan kelopak
mata menurun , tidak dapat menelan sampai mengalami penumpukan air
liur, suara bindeng/ sengau, kaku pada daerah wajah, tidak bisa
mengangkat alis dan tidak dapat menggerakkan bahu

Objektif:
A: Jalan nafas paten
B:
Pasien terlihat sesak nafas berat
RR: 32 x/menit
Nafas cepat dan dalam
Menggunakan otot bantu pernafasan

C:

TD: 137/93 mmHg


N: 106 x/menit
BJ I dan II reguler
Pulsasi kuat
Akral hangat
CRT < 2 detik

D:

Kesadaran composmentis (GCS=E4M6V4)


Kekuatan otot
2222 3333

2222 3333

21 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t P r o f e s i N e r s U M J
E:

Terpasang infus Asering per-8 jam


Terpasang O2 Nasal Kanul 3 lt/menit
Terpasang NGT
Terpasang DC
Hasil laboratorium:
(14/06/16)
Ph 7.47
HCO3 31.3 mmol/L
BTA (-)

Analisa :
- Myastenia Gravis
- Pola nafas tidak efektif
- Gangguan Mobilitas Fisik
- Gangguan Komunikasi Verbal

Planning:
- Monitor hemodinamik
-

22 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t P r o f e s i N e r s U M J
III. ANALISA DATA (14 Juni 2015 jam 14.00)

NO DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI

1 DS: Pola nafas tidak efektif Gangguan autoimun


Klien mengatakan;
saya susah nafas dan dirasakan Merusak reseptor asetilkolin
semakin berat
Jumlah reseptor
DO: asetilkolin berkurang
A: Jalan nafas kurang paten,
penumpukan sekret dan saliva kerusakan pada transisi
B: impuls saraf menuju sel-sel
otot
Pasien terlihat sesak nafas
berat
penurunan hubungan
RR: 32 x/menit neuromuskular

Nafas cepat dan dalam


Menggunakan otot bantu kelemahan otot
pernafasan
pernafasan
C:
pola nafas tidak efektif
TD: 137/93 mmHg
N: 106 x/menit
BJ I dan II reguler
Pulsasi kuat
Akral hangat
CRT < 2 detik
D:
Kesadaran composmentis
(GCS=E4M6V4)
E:
Klien tampak penumpukan
sekret dan saliva

Terpasang O2 Nasal Kanul 3


lt/menit

23 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t P r o f e s i N e r s U M J
Hasil laboratorium:
(14/06/16)
Ph 7.47
HCO3 31.3 mmol/L
BTA (-)

Terapi obat
Combivent 3x1
2. DS: Gangguan Mobilitas Gangguan autoimun
Klien mengatakan; fisik
- leher kaku sampai tidak dapat Merusak reseptor asetilkolin
menengok ke kanan dan ke kiri,
- tangan dan kaki sebelah kanan Jumlah reseptor
asetilkolin berkurang
semakin lemas
DO:
A: Jalan nafas paten kerusakan pada transisi
impuls saraf menuju sel-sel
B: otot
Pasien terlihat sesak nafas berat
RR: 32 x/menit penurunan hubungan
neuromuskular
Nafas cepat dan dalam
Menggunakan otot bantu
kelemahan otot volunter /
pernafasan otot-otot rangka
C:
TD: 137/93 mmHg gangguan mobilitas fisik
N: 106 x/menit
BJ I dan II reguler
Pulsasi kuat
Akral hangat
CRT < 2 detik
D:
Kesadaran composmentis
(GCS=E4M6V4)

24 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t P r o f e s i N e r s U M J
E:
Klien tampak lemas pada
ektremitas atas dan bawah
Kekuatan otot
2222 3333
2222 3333
Terpasang DC

Hasil Pemeriksaan Radiologi


(09/06/16)
Jenis pemeriksaan : Columna
Vetebra Cervical
Soft tisue leher kanan kiri baik
Thorak dan trakea baik
Tulang cervicalis baik
Aligment baik
Corpus vertebra: Normal
Discus intervetebrae : baik

Hasil Pemeriksaan MRI


(11/06/2016)
Kesan :
MRI kepala dalam batas normal, tak
tampak perdarahan
Parenkim cerebri dan cerebli baik,
tak tampak edema parenkim
Sinus paransal baik

Terapi obat
Mestinon 3x1

25 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t P r o f e s i N e r s U M J
3. DS: Gangguan komunikasi Gangguan autoimun
Klien mengatakan; verbal
- tidak dapat menelan sampai Merusak reseptor asetilkolin
mengalami penumpukan air liur,
- suara bindeng/ sengau, Jumlah reseptor
asetilkolin berkurang
- kaku pada daerah wajah,
- tidak bisa mengangkat alis dan
kerusakan pada transisi
tidak dapat menggerakkan bahu impuls saraf menuju sel-sel
otot
DO:
A: Jalan nafas paten
penurunan hubungan
B: neuromuskular

Pasien terlihat sesak nafas berat


RR: 32 x/menit kelemahan otot wajah,
laring, faring
Nafas cepat dan dalam
Menggunakan otot bantu
gangguan komunikasi
pernafasan verbal
C:
TD: 137/93 mmHg
N: 106 x/menit
BJ I dan II reguler
Pulsasi kuat
Akral hangat
CRT < 2 detik
D:
Kesadaran composmentis
(GCS=E4M6V4)
E:
Terpasang NGT
Terapi obat;
Mestinon 3x1

26 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t P r o f e s i N e r s U M J
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot
pernafasan
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot
volunter/rangka
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan
neuromuskular, kelemahan otot fasial

V. IMPLEMENTASI

1. Dx1 : Ketidakefektifan pola nafas b.d kelemahan otot


pernafasan
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24
jam
diharapkan pola pernafasan klien kembali efektif

Kriteria Hasil :

a. Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan klien dalam batas


normal
b. Bunyi nafas vesicular
c. Ronchi (-) & Wheezing (-)
d. Respirator terpasang dengan optimal

27 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t P r o f e s i N e r s U M J
Intervensi Rasional
1. Observasi hemodinamik Peningkatan RR dan takikardi merupakan
klien indikasi adanya penurunan fungsi paru

2. Kaji kemampuan ventilasi Untuk klien dengan kemampuan penurunan


kapasitas ventilasi, perawat mengkaji
frekuensi pernafasan, kedalaman dan bunyi
nafas, pantau hasil tes fungsi paru-paru
(volume tidal, kapasitas vital, kekuatan
inspirasi) dengan interval yang sering dalam
mendeteksi masalah paru-paru, sebelum
perubahan kadar gas darah arteri dan
sebelum tampak gejala klinik

3. Kaji kualitas, frekuensi, Dengan mengkaji kualitas, frekuensi, dan


dan kedalaman pernafasan, kedalaman pernafasan, kita dapat
laporkan setiap perubahan mengetahui sejauh mana perubahan kondisi
yang terjadi. klien

4. Baringkan klien dalam Penurunan diafragma memperluas daerah


posisi yang nyaman dalam dada sehingga ekspansi paru bisa maksimal
posisi duduk

Kolaborasi:
1. Pemberian oksigen nasal
kanul 3 lt/menit
2. Pemberian terapi inhalasi

28 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t P r o f e s i N e r s U M J
combivent 3x1
3. Pemeriksaan laboratorium
AGD

2. Dx2 : Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan otot


volunter/rangka
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan mobilitas fisik klien membaik

Kriteria Hasil :

1. Kekuatan otot
5555 5555

5555 5555

2. Klien tampak tidak lemas di kedua ektremitas atas dan bawah

Intervensi Rasional
1. K aji kemampuan klien dalam Menjadi data dasar dalam
melakukan aktivitas melakukan intervensi selanjutnya

2. Atur cara beraktivitas klien Menilai singkat keberhasilan dari


sesuai kemampuan terapi yang boleh diberikan

3. Kaji kekuatan otot klien


Menilai kemampuan otot klien

Kolaborasi:
1. Berikan terapi obat Mestinon
3x1

29 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t P r o f e s i N e r s U M J
4. Evaluasi kemampuan aktivitas
motorik

3. Dx3 : Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan neuromuscular,


kehilangan control tonus otot fasial atau oral
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan klien mampu mengekspresikan
perasaannya, mampu menggunakan bahasa isyarat
Kriteria Hasil :
a. Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat
dipenuhi
b. Klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal
maupun isyarat

Intervensi Rasional
1. Kaji komunikasi verbal klien Kelemahan otot-otot bicara klien
krisis miastenia gravis dapat
berakibat pada komunikasi

2. Lakukan metode komunikasi Tekhnik untuk meningkatkan


yang ideal sesuai dengan komunikasi meliputi
kondisi klien mendengarkan klien, mengulangi
apa yang mereka coba
komunikasikan dengan jelas dan

30 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t P r o f e s i N e r s U M J
membuktikan yang diinformasikan,
berbicara dengan klien terhadap
kedipan mata mereka dan atau
goyangkan jari-jari tangan atau
kaki untuk menjawab ya/tidak.
Setelah periode krisis klien selalu
mampu mengenal kebutuhan
mereka.

3. Beri peringatan bahwa klien di Untuk kenyamanan yang


ruang ini mengalami berhubungan dengan
gangguan berbicara ketidakmampuan komuikasi

4. Antisipasi dan bantu Membantu menurunkan frustasi


kebutuhan klien oleh karena ketergantungan atau
ketidakmampuan berkomunikasi

5. Ucapkan langsung kepada


Mengurangi kebingungan atau
klien dengan berbicara pelan
kecemasan terhadap banyaknya
dan tenang, gunakan
informasi. Memajukan stimulasi
pertanyaan dengan jawaban
komunikasi ingatan dan kata-kata
ya atau tidak dan
perhatikan respon klien

6. Kolaborasi: konsultasi ke ahli


Mengkaji kemampuan verbal
terapi bicara
individual, sensorik dan motoric,
serta fungsi kognitif untuk
mengidentifikasi deficit dan
kebutuhan terapi.

31 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t P r o f e s i N e r s U M J
32 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t P r o f e s i N e r s U M J
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Muchid. (2004). Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner Fokus : Sindrom
Koroner Akut. Jakarta: Depkes

Corwin, Elizabeth J. (2000). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Diklat. (2008). Buku Ajar Kardiologi Dasar Edisi : 4 . Jakarta : RSCM

Doenges, M. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Keperawatan Pasien

Harrison. (2000). Prinsip-prinsip Penyakit Dalam. Jakarta : EGC

Juni, Wayan. (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika

Kalim, Prof. (2004). Tatalaksana Sindrom Koroner Akut Tanpa ST Elevasi. Jakarta : Perki

Kurniasih, N. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi : 4. Jakarta : FKUI

Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

Pradana, dkk. (2010). Pedoman Tatalaksana Sindro Koroner Akut. Jakarta: Perki

Ruhyanudin, A. (2006). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : UMM

Smeltzer, Suzanne. (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8.
Jakarta : EGC

Swearing, P. (2000). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC

33 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t - P r o f e s i N e r s U M J

Anda mungkin juga menyukai

  • Patway
    Patway
    Dokumen1 halaman
    Patway
    TIARA GUSTIWIYANA
    Belum ada peringkat
  • CARDIAC ARREST PENYEBAB DAN PENGOBATAN
    CARDIAC ARREST PENYEBAB DAN PENGOBATAN
    Dokumen20 halaman
    CARDIAC ARREST PENYEBAB DAN PENGOBATAN
    TIARA GUSTIWIYANA
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kasus Fraktur C
    Tugas Kasus Fraktur C
    Dokumen6 halaman
    Tugas Kasus Fraktur C
    TIARA GUSTIWIYANA
    Belum ada peringkat
  • KGD Combustio
    KGD Combustio
    Dokumen7 halaman
    KGD Combustio
    TIARA GUSTIWIYANA
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    TIARA GUSTIWIYANA
    Belum ada peringkat
  • Tugas Ok KGD ARDS
    Tugas Ok KGD ARDS
    Dokumen24 halaman
    Tugas Ok KGD ARDS
    TIARA GUSTIWIYANA
    Belum ada peringkat
  • Kasus CHF
    Kasus CHF
    Dokumen6 halaman
    Kasus CHF
    TIARA GUSTIWIYANA
    Belum ada peringkat
  • Format Pengkajian Lansia
    Format Pengkajian Lansia
    Dokumen12 halaman
    Format Pengkajian Lansia
    TIARA GUSTIWIYANA
    Belum ada peringkat
  • KAD
    KAD
    Dokumen5 halaman
    KAD
    TIARA GUSTIWIYANA
    Belum ada peringkat
  • Askep 7 SP Jiwa
    Askep 7 SP Jiwa
    Dokumen23 halaman
    Askep 7 SP Jiwa
    TIARA GUSTIWIYANA
    Belum ada peringkat
  • Pathway TST
    Pathway TST
    Dokumen2 halaman
    Pathway TST
    TIARA GUSTIWIYANA
    Belum ada peringkat
  • Stem Dan Leaf
    Stem Dan Leaf
    Dokumen6 halaman
    Stem Dan Leaf
    TIARA GUSTIWIYANA
    100% (1)
  • Modul 1 - Sesak Asma
    Modul 1 - Sesak Asma
    Dokumen29 halaman
    Modul 1 - Sesak Asma
    TIARA GUSTIWIYANA
    Belum ada peringkat
  • Contoh Pengmas
    Contoh Pengmas
    Dokumen21 halaman
    Contoh Pengmas
    TIARA GUSTIWIYANA
    Belum ada peringkat
  • Pathway Meniere 1
    Pathway Meniere 1
    Dokumen1 halaman
    Pathway Meniere 1
    TIARA GUSTIWIYANA
    Belum ada peringkat