Anda di halaman 1dari 9

GEOLOGI BATUBARA

Pengertian Batubara
Batu bara atau batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-
sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri
dari karbon, hidrogen dan oksigen.
Batubara merupakan sumber energi masa depan (Heriawan 2000). Batubara merupakan batuan
sedimen (padatan) yang dapat terbakar berasal dari tumbuhan, berwarna coklat sampai hitam,
yang sejak pengendapannya terkena proses fisika dan kimia yang mengakibatkan pengkayaan
kandungan karbonnya (Wolf 1984 dalam Anggayana 1999).
Penyebaran endapan batubara di Indonesia ditinjau dari sudut geologi sangat erat
hubungannya dengan penyebaran formasi sedimen yang berumur tersier yang terdapat secara
luas di sebagian besar kepulauan di Indonesia. Batubara di Indonesia dapat dibedakan tiga jenis
berdasarkan cara terbentuknya. Pertama, batubara paleogen yaitu endapan batubara yang
terbentuk pada cekungan intramontain terdapat di Ombilin, Bayah, Kalimantan Tenggara,
Sulawesi Selatan, dan sebagainya. Kedua, batubara neogen yakni batubara yang terbentuk pada
cekungan foreland terdapat di Tanjung Enim Sumatera Selatan. Ketiga, batubara delta, yaitu
endapan batubara di hampir seluruh Kalimantan Timur (Anggayana 1999).
Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk
batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:

Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan
batu bara dari perioda ini.
Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan
batu bara dari perioda ini.
Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk batu bara berumur
Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak
dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan
heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin)
tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama
batu bara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.
Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang
menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae
sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu,
batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan
gambut.
Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik,
mengandung antara 86% 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.
Bituminus mengandung 68 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas
batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.
Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber
panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75%
dari beratnya.
Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.
Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batu bara disebut dengan istilah
pembatu baraan (coalification). Secara ringkas ada 2 tahap proses yang terjadi, yakni:
Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi hingga lignit
terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat
oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi)
dan kompaksi material organik serta membentuk gambut.
Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan
akhirnya antrasit.
Faktor yang berpengaruh dalam pembentukan batubara adalah :
Posisi geotektonik
Adalah suatu tempat yang keberadaannya dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik lempeng dalam
pembentukan batubara merupakan faktor yang dominan akan mempengaruhi iklim lokal dan
morfologi cekungan pengendapan dan kecepatan penurunan cekungan Pada fase akhir, posisi
geotektonik mempengaruhi proses metamorfosa organik dan struktur lapangan batubara
melalui masa sejarah setelah pengendapan akhir
Topografi (morfologi)
Morfologi dari cekungan pada saat pembentukan gambut sangat penting karena menentukan
penyebaran rawa-rawa dimana batubara tersebut terbentuk
Iklim
Kelembaban mengontrol pertumbuhan flora dan kondisi yang sesuai tergantung posisi geografi
dan dipengaruhi oleh posisi geotektonik Tropis dan subtropis sesuai untuk pertumbuhan yang
optimal hutan rawa tropis mempunyai siklus pertumbuhan setiap 7-9 tahun dengan ketinggian
pohon mencapai 30 m. Sedang iklim yanng lebih dingin ketinggian pohon hanya mencapai 5-6
meter dalam waktu yang sama.
Penurunan cekungan
Penurunan cekungan dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik jika penurunan dan pengendapan
gambut seimbang maka akan dihasilkan endapan batubara yang tebal. Pergantian transgresi
dan regresi mempengaruhi pertumbuhan flora dan pengendapannya. Menyebabkan adanya
infiltrasi material dan mineral yang mempengaruhi mutu dari batubara yang terbentuk.
Umur geologi
Proses geologi menentukan berkembangnya evolusi kehidupan tumbuhan Makin tua umur
suatu batuan akan memiliki kemungkinan makin dalam penimbunan yang terjadi hingga
mampu terbentuk batubara bermutu tinggi
Tumbuh-tumbuhan
Unsur utama pembentuk batubara dengan lingkngan tertentu dan sebagai
faktor penentu tipe batubara, evolusi kehidupan menciptakan kondisi yang berbeda selama
masa sejarah geologi
Dekomposisi
Merupakan bagian dari tansformasi biokimia material organik yang merupakan titik awal
seluruh alterasi
Sejarah sesudah pengendapan
Sejarah cekungan tergantung pada posisi geotektonikterjadi proses geokimia dan metamorfosa
organik setelah pengendapan gambut bertanggung jawab terhadap pembentukan struktur
cekungan batubara baik berupa sesar, lipatan, intrusi danlainnya.
Struktur cekugan pembentuk
Karena gaya tektonik menghasilkan lapisan batubara dengan bentuk-bentuk tertentu.
Metamorfosis organik
Selama proses ini terjadi pengurangan kandungan air, oksigen dan zat terbang (CO2, CO, CH4
dll)
Cekungan Batubara
Indonesia Barat
Lempeng India Australia bergerak ke utara menumbuk Lempeng Eurasia
Terbentuk Cekungan Tersier:
Paleogen : Intramontana Basin, Continental Margin
Neogen : Foreland/Backdeep, Interdeep, Delta
Cekungan yang penting untuk batubara:
Laeogen Intercontinental Basin
Neogen Foreland Basin?Backdeep
Neogen Delta Basin
Batubara Paleogen terendapkan sebelum Transgresi dan Batubara Neogen terendapkan
sesudah Regresi
Intramontana dan Foreland Basin berkembang di Sumatera, Kalimantan dan Jawa (yang di Jawa
relatif kecil).
Delta terbentuk di Kaltim akibat Spreading Centre selat Makasar.
Di Jawa terjadi sedimentasi teristrial hanya di bagian barat saja (Pra Transgresi). Di bagian
tengah dan timur sedimen marine langsung terendapkan di ayas batuan dasar pra-tersier.
Di Kalimantan Bagian Tenggara ada ckungan intermontana dengan sedimen darat.
Endapan Batubara paleogen yang terpeting
o Ombilin (Sumbar)
o Bayah (Jabar)
o Pasir ( Kalimanatan Bagian Tenggara)
o Pulau Sebuku (Kalimantan)
o Melawai (Kal-Bar)
o Sul-Sel
Cirinya:
o Penyebaran terbatas (oleh graben)
o Pengendapan bersamaan dengan aktivitas tektonik
o Ketebalan bervariasi dan banyak lapisan
o Selalu berkaitan dengan busur vulkanik
o Hampir semua Autochton
Secara umum terjadi sedimentasi Neogen hanya pada Beckdeep. Siklus regresi berawal pada
Miosen tengah, sedimentasi berubah dari laut dalam, laut dangkal, paludal, delta, kontinental.
Sedimentasi berakhir pada Plio-Pleistosen. Dalam siklus regresi ini juga terjadi pengendapan
batubara yang penyebarannya relatif luas.
Di cekungan Barito regresi sangat intensif (Warukin dan Dahor Formation) yang terendapkan
langsing di atas Karbonat pada phase transgresi (Berai formation).
Pengendapan batubara pada cekungan Delta berbeda dengan pengendapan pada masa regresi
di Sumatera. Cekungan Delta di Kaltim (Kutai dan Tarakan) Pengendapan langsung terjadi di
atas Transgresi Eosin (karena perkembangan Delta)
Batubara Mahakam terendapkan pada:
o Formasi Paluan dan Formasi Pulubalang (miosein Awal)
o Formasi Balikpapan dan Kampung Baru (Miosin Pliosen)
I. Prinsip Sedimentasi
Pada dasarnya batubara termasuk ke dalam jenis batuan sedimen. Batuan sedimen
terbentuk dari material atau partikel yang terendapkan di dalam suatu cekungan dalam
kondisi tertentu, dan mengalami kompaksi serta transformasi balk secara fisik, kimia
maupun biokimia. Pada saat pengendapannya material ini selalu membentuk perlapisan
yang horizontal.
II. Skala Waktu Geologi
Proses sedimentasi, kompaksi, maupun transportasi yang dialami oleh material dasar
pembentuk sedimen sehingga menjadi batuan sedimen berjalan se lama jutaan tahun.
Kedua konsep tersebut merupakan bagian dari proses pembentukan batubara vang
mencakup proses :
1. Pembusukan, yakni proses dimana tumbuhan mengalami tahap pembusukan (decay)
akibat adanya aktifitas dari bakteri anaerob. Bakteri ini bekerja dalam suasana tanpa
oksigen dan menghancurkan bagian yang lunak dari tumbuhan seperti selulosa,
protoplasma, dan pati.
2. Pengendapan, yakni proses dimana material halus hasil pembusukan terakumulasi dan
mengendap membentuk lapisan gambut. Proses ini biasanya terjadi pada lingkungan
berair, misalnya rawa-rawa.
3. Dekomposisi, yaitu proses dimana lapisan gambut tersebut di atas akan mengalami
perubahan berdasarkan proses biokimia yang berakibat keluarnya air (H20) clan sebagian
akan menghilang dalam bentuk karbondioksida (C02), karbonmonoksida (CO), clan metana
(CH4).
4. Geotektonik, dimana lapisan gambut yang ada akan terkompaksi oleh gaya tektonik dan
kemudian pada fase selanjutnya akan mengalami perlipatan dan patahan. _Selain itu gaya
tektonik aktif dapat menimbulkan adanya intrusi/terobosan magma, yang akan mengubah
batubara low grade menjadi high grade. Dengan adanya tektonik setting tertentu, maka
zona batubara yang terbentuk dapat berubah dari lingkungan berair ke lingkungan darat.
5. Erosi, dimana lapisan batubara yang telah mengalami gaya tektonik berupa
pengangkatan kemudian di erosi sehingga permukaan batubara yang ada menjadi terkupas
pada permukaannnya. Perlapisan batubara inilah yang dieksploitasi pada saat ini.
III. .Faktor-Faktor Dalam Pembentukan Batubara
Beberapa faktor yang berpengaruh dalam pembentukan batubara adalah :
1. Material dasar, yakni flora atau tumbuhan yang tumbuh beberapa juta tahun yang lalu,
yang kemudian terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona fisiografi dengan iklim clan
topografi tertentu. Jenis dari flora sendiri amat sangat berpengaruh terhadap tipe dari
batubara yang terbentuk. Lingkungan pengendapan, yakni lingkungan pada saat proses
sedimentasi dari material dasar menjadi material sedimen.
2. Lingkungan pengendapan ini sendiri dapat ditinjau dari beberapa aspek sebagai berikut :
Struktur cekungan batubara, yakni posisi di mana material dasar diendapkan. Strukturnya
cekungan batubara ini sangat berpengaruh pada kondisi dan posisi geotektonik.
Topografi dan morfologi, yakni bentuk dan kenampakan dari tempat cekungan
pengendapan material dasar. Topografi dan morfologi cekungan pada saat pengendapan
sangat penting karena menentukan penyebaran rawa-rawa di mana batubara terbentuk.
Topografi dan morfologi dapat dipengaruhi oleh proses geotektonik.
Iklim, yang merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembentukan batubara
karena dapat mengontrol pertumbuhan flora atau tumbuhan sebelum proses
pengendapan. Iklim biasanya dipengaruhi oleh kondisi topografi setempat.
3. Proses dekomposisi, yakni proses transformasi biokimia dari material dasar pembentuk
batubara menjadi batubara. Dalam proses ini, sisa tumbuhan yang terendapkan akan
mengalami perubahan baik secara fisika maupun kimia.
4. Umur geologi, yakni skala waktu (dalam jutaan tahun) yang menyatakan berapa lama
material dasar yang diendapkan mengalami transformasi. Untuk material yang diendapkan
dalam skala waktu geologi yang panjang, maka proses dekomposisi yang terjadi adalah fase
lanjut clan menghasilkan batubara dengan kandungan karbon yang tinggi.
5. Posisi geotektonik, yang dapat mempengaruhi proses pembentukan suatu lapisan
batubara dari :
Tekanan yang dihasilkan oleh proses geotektonik dan menekan lapisan batubara yang
terbentuk.
Struktur dari lapisan batubara tersebut, yakni bentuk cekungan stabil, lipatan, atau
patahan.
Intrusi magma, yang akan mempengaruhi dan/atau merubah grade dari lapisan batubara
yang dihasilkan.
Keseluruhan faktor tersebut di atas sangat berpengaruh terhadap bentuk, kenehalan,
maupun kualitas dari lapisan batubara.
Material Dasar
Geotektonik Lingkungan Pengendapan:
Tekanan Cekungan
Struktur Coal Topografi
Intrusi Iklim
Proses Dekomposisi
Dan Umur Geologi
IV. Komposisi Kimia Batubara
Batubara merupakan senyawa hidrokarbon padat yang terdapat di alam dengan komposisi
yang cukup kompleks. Pada dasarnya terdapat dua jenis material yang membentuk
batubara, yaitu :
1. Combustible Material, yaitu bahan atau material yang dapat dibakar/dioksidasi oleh
oksigen. Material tersebut umumnya terdiri dari :
karbon padat (fixed carbon)
senyawa hidrokarbon
senyawa sulfur
senyawa nitrogen, dan beberapa senyawa lainnya dalam jumlah kecil.
2. Non Combustible Material, yaitu bahan atau material yang tidak dapat
dibakar/dioksidasi
oleh oksigen. Material tersebut umumnya terediri dari aenvawa anorganik (Si02, A1203,
Fe203, Ti02, Mn304, CaO, MgO, Na20, K20, dan senyawa logam lainnya dalam jumlah yang
kecil) yang akan membentuk abu/ash dalam batubara. Kandungan non combustible
material ini umumnya diingini karena akan mengurangi nilai bakarnya.
Pada proses pembentukan batubara/coalification, dengan bantuan faktor ti:ika dan kimia
alam, selulosa yang berasal dari tanaman akan mengalami pcruhahan menjadi lignit,
subbituminus, bituminus, atau antrasit. Proses transformasi ini dapat digambarkan dengan
persamaan reaksi sebagai berikut
5(C6Hlo05) C20H2204 + 3CH4 + 8H,0 + 6C02 + CO
Selulosa lignit gas metan
6(C6H1005) C22H2003 + 5CH4 + 1OH20 + 8C02 + CO
Cellulose bituminous gas metan
Untuk proses coalification fase lanjut dengan waktu yang cukup lama atau dengan bantuan
pemanasan, maka unsur senyawa karbon padat yang terbentuk akan bertambah sehingga
grade batubara akan menjadi lebih tinggi. Pada fase ini hidrogen yang terikat pada air yang
terbentuk akan menjadi semakin sedikit.
V. Lingkungan Pengendapan Batubara
V.1. Interpretasi Lingkungan Pengendapan dari Litotipe dan Viikrolitotipe
Tosch (1960) dalam Bustin dkk. (1983), Teichmuller and Teichmuller (1968) dalam
Murchissen (1968) berpendapat bahwa litotipe dan mikrolitotipe batubara berhubungan
erat dengan lingkungan pengendapannya. Lingkungan pengendapan dari masing-masing
litotipe adalah sebagi berikut :
1. Vitrain dan Clarain, diendapkan di daerah pasang surut dimana terjadi perubahan muka
air laut.
2. Fusain, diendapkan pada lingkungan dengan kecepatan pengendapan rendah, yaitu
lingkungan air dangkal yang dekat dengan daratan.
3. Durain, diendapkan dalam lingkungan yang lebih dalam lagi, diperkirakan lingkungan
laut dangkal.
Sedangkan interpretasi lingkungan pengendapan berdasarkan mikrolitotipe adalah sebagai
berikut :
1. Vitrit, berasal dari kayu-kayuan seperti batang, dahan, akar, yang menunjukkan
lingkungan rawa berhutan.
2. Clarit, berasal dari tumbuhan yang mengandung serat kayu dan diperkirakan terbentuk
pada lingkungan rawa.
3. Durit, kaya akan jejak jejak akar dan spora, hal ini diperkirakan terbentuk pada
lingkungan laut dangkal.
4. Trimaserit, yang kaya akan vitrinit terbentuk di lingkungan rawa, sedangkan yang kaya
akan liptinit terbentuk di lingkungan laut dangkal clan yang kaya akan inertinit terbentuk
dekat daratan.
V.2 Lingkungan Pengendapan Batubara
Pembentukan batubara terjadi pada kondisi reduksi di daerah rawa-rawa lebih dari 90%
batubara di dunia terbentuk pada lingkungan paralik. Daerah seperti ini dapat dijumpai di
dataran pantai, laguna, delta, dan fluviatil.
Di dataran pantai, pengendapan batubara terjadi pada rawa-rawa di lelakang pematang
pasir pantai yang berasosiasi dengan sistem laguna ke arah darat. Di daerah ini tidak
berhubungan dengan laut terbuka sehingga efek oksidasi au laut tidak ada sehingga
menunjang pada pembentukan batubara di daerah rawa-rawa pantai.
Pada lingkungan delta, batubara terbentuk di backswamp clan delta plain. Se-dangkan di
delta front dan prodelta tidak terbentuk batubara disebabkan oleh adanya pengaruh air
laut yang besar clan berada di bawah permulcaan air laut.
Pada lingkungan fluviatil terjadi pada rawa-rawa dataran banjir atau ,th.-alplain dan
belakang tanggul alam atau natural levee dari sistem sungai yang are-ander. Umumnya
batubara di lingkungan ini berbentuk lensa-lensa karena membaii ke segala arah mengikuti
bentuk cekungan limpahnya.
1. Endapan Batubara Paralik
Lingkungan paralik terbagi ke dalam 3 sub lingkungan, yakni endapan lmuhara belakang
pematang (back barrier), endapan batubara delta, endapan Dwubara antar delta dan
dataran pantai (Bustin, Cameron, Grieve, dan Kalkreuth,
Ketiganya mempunyai bentuk lapisan tersendiri, akan tetapi pada , wnumnya tipis-tipis,
tidak menerus secara lateral, mengandung kadar sulfur, abu dar. nitrogen yang tinggi.
2. Endapan Batubara Belakang Pematang (back barrier)
Batubara belakang pematang terakumulasi ke arah darat dari pulau-pulau pcmatang
(barrier island) yang telah ada sebelumnya dan terbentuk sebagai ai.:hat dari pengisian
laguna. Kemudian terjadi proses pendangkalan cekungan antar pulau-pulau bar sehingga
material yang diendapkan pada umumnya tergolong ke dalam klastika halus seperti
batulempung sisipan batupasir dan batugamping. Selanjutnya terbentuk rawa-rawa air asin
dan pada keadaan ini cn.iapan sedimen dipengaruhi oleh pasang surut air laut sehingga
moluska dapat berkembang dengan baik sebab terjadi pelemparan oleh ombak dari laut
terbuka le laguna yang membawa materi organik sebagai makanan yang baik bagi
penghuni laguna. Sedangkan endapan sedimen yang berkembang pada umumnya tcrdiri
dari perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan batubara dan batugamping.
Struktur sedimen yang berkembang ialah lapisan bersusun, silang siur dan laminasi halus.
Endapan batubara terbentuk akibat dari meluasnya Nrmukaan rawa dari pulau-pulau
gambut (marsh) yang ditumbuhi oleh tumbuhan air tawar.
3. Endapan Batubara Delta
Berdasarkan bentuk dataran deltanya, batubara daerah ini terbentuk pada beberapa sub
lingkungan yakni delta yang dipengaruhi sungai, gelombang pasang surut. dataran delta
bawah dan atas, dan dataran aluvium. Kecepatan pengendapan sangat berpengaruh pada
penyebaran dan ketebalan endapan batubara. Batubara daerah ini tidak menerus secara
lateral akibat dari perubahan fasies yang relatif pendek dan cepat yang disebabkan oleh
kemiringan yang tajam sehingga ketebalan dan kualitasnya bervariasi. Pada umumnya
batubara tersebut berasal dari alang-alang dan tumbuhan paku.
4. Endapan Batubara Antar Delta dan Dataran Pantai
Batubara daerah ini terbentuk pada daerah rawa yang berkembang di :jerah pantai yang
tenang dengan water table tinggi dan pengaruh endapan liaaik sangat kecil. Daerah rawa
pantai biasanya banyak ditumbuhi oleh :umbuhan air tawar dan air payau. Batubara ini
pada umumnya tipis-tipis dan secara lateral tidak lebih dari 1 km.
Batubara lingkungan ini kaya akan abu, sulfur, nitrogen, dan mengandung fosil laut. Di
daerah tropis biasanya terbentuk dari bakau dan kaya sulfur. Kandungan sulfur tinggi
akibat oleh naiknya ion sulfat dari air laut dan oleh salinitas bakteri anaerobik.

Anda mungkin juga menyukai