Anda di halaman 1dari 15

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

RSUD Undata Palu


Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako

REFLEKSI KASUS
GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

DISUSUN OLEH:

Hanry P. Baso Mangedong


N 111 16 097

PEMBIMBING:
dr. Dewi Suryani . A. Sp.KJ

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
RSUD UNDATA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
REFLESI KASUS
GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. K
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Kaili
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Warga negara : Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : Saloya
Tanggal masuk RS : 8 Agustus 2017

Diagnosis Sementara : Gangguan cemas menyeluruh.


Diagnosis Banding : Gangguan Somatisasi

A. Deksripsi
Pasien merasa sakit kepala yang dialami sejak 1 tahun yang lalu dan
memberat 2 minggu terakhir ini. Setiap hari pasien merasa nyeri
belakang. Pasien juga sering mengalami jantungnya berdebar-debar,
sesak napas jika saat memarahi anaknya yang laki-laki. Pasien juga
merasa ingin mau mati tetapi nggak mati-mati juga. Pasien juga
mengkhawatirkan keluarga, karena anaknya yang laki-laki ditahan
polisi karena sering berkelahi, Sehingga pasien sangat sulit untuk tidur.
Pasien juga terlihat takut saat mendengar suara-suara sirine ambulance,
pengumuman duka dimasjid.

1
Pasien terus menerus memikirkan anaknya yang sering berkelahi dan
minum-minuman alkohol akan menimbulkan penyakit atau masalah
dikehidupannya. Pasien juga saat ini sulit untuk mengontrol emosinya
sendiri. Aktivitas dan pekerjaan sehari-hari pasien masih berlangsung
seperti biasa.

B. Emosi terkait
Kasus ini menarik untuk dibahas karena sudah berobat sebelumnya
di puskesmas tetapi tidak ada perubahan. Pasien juga saat ini sulit untuk
mengontrol emosinya sendiri.

C. Evaluasi
a. Pengalaman Baik
Pasien cukup sabar dan kooperatif saat dilakukan wawancara. Pasien
juga kooperatif saat dilakukan pemeriksaan terhadap dirinya.
b. Pengalaman Buruk
Tidak ada.

D. Analisis
Gangguan cemas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder,
GAD) merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan
dan kekhawatiran yang berlebihan dan tidak rasional terhadap berbagai
peristiwa kehidupan sehari-hari. Kondisi dialami sepanjang hari dan
berlangsung selama 6 bulan.
Area otak diduga terlibat pada timbulnya GAD adalah lobus
oksipitalis yang mempunyai reseptor benzodiazepin tertinggi di otak.
Pada pasien GAD juga ditemukan sistem serotonergik yang abnormal.
Teori psikoanalitik menyatakan bahwa bahwa cemas adalah gejala dari
konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan.

2
Tiga neurotransmiter utama yang terkait dengan ansietas
berdasarkan studi hewan dan respon terapi obat adalah norepinefrin,
serotonin, dan asam y-aminobutirat (GABA).
Gejala utama GAD adalah anxietas, ketegangan motorik,
hiperaktivitas autonom, dan kewaspadaan secara kognitif. Ketegangan
motorik bermanifestasi sebagai bergetar, kelelahan, dan sakit kepala.
Hiperaktivitas autonom timbul dalam bentuk pernafasan yang pendek,
berkeringat, palpitasi, dan disertai gejala saluran pencernaan. Terdapat
juga kewaspadaan kognitif dalam bentuk iritabilitas. Pasien biasanya
datang dengan keluhan somatik dan memperlihatkan perilaku mencari
perhatian (seeking behavior).

Gangguan kesehatan jiwa walaupun tidak langsung menyebabkan


kematian, namun akan menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi
individu dan keluarganya, baik mental maupun materi. Sampai saat ini
masyarakat masih mengutamakan pada keluhan fisik dan kurang
memperhatikan adanya keluhan mental emosional yang melatar
belakangi keluhan fisik tersebut. Orang seringkali menolak bila dirujuk
untuk menjalani terapi dalam bidang kesehatan jiwa, sehingga
penanganan masalah kesehatan jiwa terabaikan dan terapi menjadi tidak
ampuh. Akibatnya sering terjadi pemborosan, baik dalam pemberian
obat maupun pemeriksaan yang sebenarnya tidak diperlukan. Salah satu
penyebab dari keadaan di atas adalah kurangnya pengertian masyarakat
tentang kesehatan jiwa. Bila mendengar kata-kata kesehatan jiwa, yang
terpikir adalah gangguan jiwa berat, yaitu orang dengan perilaku aneh,
memalukan atau menakutkan (Depkes RI, 2003). Menurut Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia (2011), orang yang berobat ke Rumah
Sakit Jiwa (RSJ) tidak selamanya menderita gangguan jiwa, sebab
dalam gangguan jiwa ada beberapa fase yang perlu diketahui

3
masyarakat. Dengan demikian, peran Puskesmas sangat besar dalam
melakukan penapisan atau deteksi dini terhadap pasien gangguan jiwa
sebelum dirujuk ke RSJ.

Gangguan jiwa dalam pandangan masyarakat masih identik dengan


gila (psikotik) sementara kelompok gangguan jiwa lain seperti ansietas,
depresi dan gangguan jiwa yang tampil dalam bentuk berbagai keluhan
fisik kurang dikenal. Kelompok gangguan jiwa inilah yang banyak
ditemukan di masyarakat (Depkes RI, 2003). Gangguan jiwa yang tidak
terdiagnosis, salah diagnosis dan belum tertanggani dapat mengakibatkan
hasil yang buruk. Memberi pengarahan kepada medis dan paramedis pada
pusat pelayanan primer untuk benar mengenali, mendiagnosa dan
mengobati penderita gangguan jiwa, dan tahu kapan harus merujuk
individu yang terkena kepada orang lain, memiliki peran penting dalam
memaksimalkan perawatan yang mereka berikan.

Kriteria diagnostik gangguan cemas menyeluruh menurut DSMIV-TR.


1.1. Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir
setiap hari, sepanjang hari, terjadi sekurangnya 6 bulan, tentang
sejumlah aktivitas atau kejadian (seperti pekerjaan atau aktivitas
sekolah).
1.2. Penderita merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya.
1.3. Kecemasan dan kekhawatiran disertai tiga atau lebih enam gejala
berikut ini (dengan sekurangnya beberapa gejala lebih banyak terjadi
dibandingkan tidak terjadi selama 6 bulan terakhir).Catatan:hanya 1
nomor yang diperlukan anak
1. Kegelisahan
2. Merasa mudah lelah
3. Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
4. Iritabilitas
4
5. Ketegangan otot
6. Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur gelisah,
dan tidak memuaskan)
1.4. Fokus kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada gangguan aksis
I, misalnya kecemasan atau ketakutan adalah bukan tentang menderita
suatu serangan panik (seperti pada gangguan panik), merasa malu pada
situasi umum (seperti pada fobia sosial), terkontaminasi (seperti pada
gangguan obesif kompulsif), merasa jauh dari rumah atau sanak saudara
dekat (seperti gangguan cemas perpisahan), penambahan berat badan
(seperti anoreksia nervosa), menderita keluhan fisik berganda (seperti
pada gangguan somatisasi), atau menderita penyakit serius (seperti
pada hipokondriasis) serta cemas dan kekhawatiran tidak terjadi semata
mata selama gangguan stress pascatrauma.
1.5. Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan
yang bermakna secara klinis, atau gangguan pada fungsi
social,pekerjaan, atau fungsi penting lain.
1.6. Gangguan yang terjadi adalah bukan karena efek fisiologis langsung
dari suatu zat (misalnya penyalahgunaan zat, medikasi) atau kondisi
medis umum (misalnya hipertiroidisme), dan tidak terjadi semata-mata
selama suatu gangguan mood, gangguan psikotik, atau gangguan
perkembangan pervasif.

Gangguan kecemasan adalah sekelompok kondisi yang memberi


gambaran penting tentang kecemasan yang berlebihan, disertai respons
perilaku, emosional, dan fisiologis. Individu yang mengalami gangguan
kecemasan dapat memperlihatkan perilaku yang tidak lazim seperti panik
tanpa alasan, takut yang tidak beralasan terhadap objek atau kondisi
kehidupan, melakukan tindakan berulang-ulang tanpa dapat dikendalikan,

5
mengalami kembali peristiwa yang traumatik, atau rasa khawatir yang tidak
dapat dijelaskan atau berlebihan.
Pasien diterapi dengan obat golongan Benzodiazepine (alprazolam 2 x
0,2 mg). Jenis obat-obat golongan Benzodiazepine ini adalah Diazepam,
Klordiazepoksid, Lorazepam, Klobazam, Bromazepam, Oksazolam,
Klorazepat, Alprazolam atau Prazepam.1,2 Penggunaan obat anti
kecemasan haruslah melalui kontrol dari dokter secara ketat, penggunaan
obat-obat anti kecemasan dapat mengakibatkan beberapa efek samping.
Pasien dengan riwayat penyakit hati kronik, ginjal, dan paru haruslah
diperhatikan pemakaian obat-obatan ini.
Benzodiazepine merupakan obat pilihan pertama untuk gangguan
kecemasan menyeluruh. Pada gangguan benzodiazepine dapat diresepkan
atas dasar jika diperlukan, sehingga pasien menggunakan benzodiazepine
kerja cepat jika mereka merasakan kecemasan tertentu. Pendekatan
alternatif adalah dengan meresepkan benzodiazepine untuk suatu periode
terbatas, selama mana pendekatan terapeutik psikososial diterapkan.
Keputusan klinis untuk memulai terapi dengan benzodiazepine
dipertimbangkan secara spesifik. Diagnosis pasien, gejala sasaran spesifik,
dan lamanya pengobatan semuanya harus ditentukan serta informasi harus
diberikan kepada pasien. Pengobatan untuk sebagian besar keadaan
kecemasan berlangsung selama dua sampai enam minggu, diikuti oleh satu
atau dua minggu menurunkan obat perlahan-lahan sebelum akhirnya obat
dihentikan.

Pada pasien juga di lakukan psikoterapi. Psikoterapi yang terpilih untuk


gangguan ini adalah Cognitive Behavioral Therapy (CBT). Terdapat
beberapa metode CBT, beberapa diantaranya yakni metode restrukturisasi,
terapi relaksasi, terapi bernapas, dan terapi interocepative. Inti dari terapi
CBT adalah membantu pasien dalam memahami cara kerja pemikiran

6
otomatis dan keyakinan yang salah dapat menimbulkan respon emosional
yang berlebihan, seperti pada gangguan panik.

Prinsip nomor 8: Sesi Cognitive-Behavior Therapy yang terstruktur.


Struktur ini terdiri dari tiga bagian konseling. Bagian awal, menganalisis
perasaan dan emosi konseli, menganalisis kejadian yang terjadi dalam satu
minggu kebelakang, kemudian menetapkan agenda untuk setiap sesi
konseling. Bagian tengah, meninjau pelaksanaan tugas rumah (homework
asigment), membahas permasalahan yang muncul dari setiap sesi yang telah
berlangsung, serta merancang pekerjaan rumah baru yang akan dilakukan.
Bagian akhir, melakukan umpan balik terhadap perkembangan dari setiap
sesi konseling. Sesi konseling yang terstruktur ini membuat proses
konseling lebih dipahami oleh konseli dan meningkatkan kemungkinan
mereka mampu melakukan self-help di akhir sesi konseling.

Prinsip nomor 9: Cognitive-Behavior Therapy mengajarkan konseli


untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menanggapi pemikiran
disfungsional dan keyakinan mereka. Setiap hari konseli memiliki
kesempatan dalam pikiran-pikiran otomatisnya yang akan mempengaruhi
suasana hati, emosi dan 10 tingkah laku mereka. Konselor membantu
konseli dalam mengidentifikasi pikirannya serta menyesuaikan dengan
kondisi realita serta perspektif adaptif yang mengarahkan konseli untuk
merasa lebih baik secara emosional, tingkahlaku dan mengurangi kondisi
psikologis negatif. Konselor juga menciptakan pengalaman baru yang
disebut dengan eksperimen perilaku. Konseli dilatih untuk menciptakan
pengalaman barunya dengan cara menguji pemikiran mereka (misalnya: jika
saya melihat gambar labalaba, maka akan saya merasa sangat cemas, namun
saya pasti bisa menghilangkan perasaan cemas tersebut dan dapat
melaluinya dengan baik). Dengan cara ini, konselor terlibat dalam

7
eksperimen kolaboratif. Konselor dan konseli bersama-sama menguji
pemikiran konseli untuk mengembangkan respon yang lebih bermanfaat dan
akurat.

Terapi restrukturisasi, melalui terapi ini pasien dapat merestrukturisasi


isi pikirannya dengan cara mengganti semua pikiran-pikiran negatif yang
dapat mengakibatkan perasaan tidak menyenangkan yang dapat memicu
serangan panik dengan pemikiran-pemikiran positif. Terapi relaksasi dan
bernapas dapat digunakan untuk membantu pasien mengontrol kadar
kecemasan dan mencegah hypocapnia ketika serangan panik terjadi. Semua
jenis CBT seperti di atas dapat dilakukan pasien dengan atau tanpa
melibatkan dokter.

Emotional Freedom Technique (EFT) adalah sebuah terapi psikologi


praktis yang dapat menangani banyak penyakit, baik itu penyakit fisik dan
penyakit psikologis (masalah pikiran dan perasaan). Dapat dikatakan EFT
adalah versi psikologi dari terapi akupunktur yang menggunakan jarum.
EFT tidak menggunakan jarum, melainkan dengan menyelaraskan
sistem energi tubuh pada titik-titik meridian di tubuh Anda, dengan cara
mengetuk (tapping) dengan ujung jari. Teknik ini sangat mudah dipelajari
dan dapat diterapkan di mana saja, untuk siapa saja.
Menurut teori ilmu EFT, penyebab segala macam emosi negatif
adalah terganggunya sistim energi tubuh. Dan emosi-emosi negatif yang tak
terselesaikan, menjadi penyebab utama pada hampir semua penyakit fisik
kita. Sedangkan praktek-praktek penyembuhan barat sekarang ini masih
mengabaikan fakta bahwa emosi negatif adalah penyebab dari 85% penyakit
fisik. Dan itulah mengapa EFT sering kali berhasil pada kasus-kasus yang
tidak dapat ditangani dengan terapi atau pengobatan konvensional.

8
Beberapa masalah yang bisa diselesaikan dengan EFT antara lain:
Kecemasan, Kemarahan, Compulsive Behavior, Panic disorder, Kecanduan
(rokok atau obat-obatan), Stress dan Depresi, Trauma, Ketakutan dan
Phobia (ketinggian, binatang, atau benda tertentu), Kecemasan di tempat
umum, Ketakutan berbicara di depan umum, Sakit Kepala / Migren,
Menghilangkan keyakinan negatif, Perasaan malu / bersalah, Insomnia,
Kekecewaan atau sakit hati, Peak Performance, Masalah seksual, Masalah
pada anak atau wanita, Kanker, Allergi dan masalah lainnya.

Prinsip Kerja EFT


EFT merupakan teknik akupuntur versi emosional. Berbeda dengan
teknik akupuntur pada umumnya yang menggunakan jarum, EFT
menggunakan tapping (ketukan ringan) dengan jari di 18 titik meredian
tubuh untuk mengatasi hampir semua hambatan emosi dan fisik. Delapan
belas saja? Ya, memang hanya ada 18 titik yang perlu pelajari dalam EFT.
Anda tidak perlu mempelajari 300 titik akupuntur yang menggunakan
jarum.
Ketika seseorang mengalami hambatan emosional seperti marah,
kecewa, sedih, cemas, stress, trauma dsb., aliran energi di dalam tubuh yang
melalui titik meredian tubuh akan terganggu. Dan untuk menghilangkan
hambatan-hambatan emosi di atas, kita perlu memperbaiki gangguan aliran
di titik meredian dengan cara mengetukkan jari dengan cara tertentu sesuai
teknik EFT.
Untuk melakukan ketukan pada 18 titik meredian tubuh hanya
memerlukan 4 prosedur yang sederhana dan mudah diingat, yang
dinamakan resep dasar (basic recipe). Prosedur ini dapat digunakan untuk
mengatasi hampir semua masalah emosi negatif dan fisik. Sangat mudah
untuk belajar EFT, anda hanya perlu waktu sekitar 3 jam saja.

9
Gambar beberapa titik yang digunakan dalam EFT.

Kelebihan EFT dibandingkan teknik terapi lainnya adalah :


Menyembuhkan dengan sangat cepat. Anda tidak perlu menghabiskan
waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk menyembuhkan
gangguan emosional yang bisa lenyap dalam hitungan menit atau jam
dengan EFT.
Sering kali EFT hanya membutuhkan satu atau dua sesi saja untuk
mendapatkan kesembuhan, dan kadang-kadang terjadi dengan seketika.
Begitu emosi negatif sudah dapat dihilangkan dengan EFT, maka
masalah-masalah fisik mulai hilang dengan sendirinya. Menurut
pengalaman para pengguna EFT, sakit migraine puluhan tahun, sakit
punggung, kanker dan gejala-gejalanya, komplikasi ginjal, lever, dan
maag bisa membaik kurang dari dua minggu.

10
Walaupun EFT tidak bekerja 100%. Tetapi biasanya bekerja baik dan
hasilnya kadang-kadang spektakuler.
EFT sangat lembut dan sering mencapai penyembuhan dengan sedikit
atau tidak ada rasa sakit sama sekali.
Tidak memerlukan alat bantu peraga, jarum, obat-obatan, herbal.
Didukung oleh sejumlah penelitian ilmiah
Digunakan oleh lebih dari 100.000 praktisi di seluruh dunia
EFT sangat sederhana dan mudah dipelajari, bahkan anak-anak pun bisa
melakukan teknik EFT sendiri.
Teknik penyembuhan konvensional hanya mengatasi hambatan fisik.
Tapi EFT dapat mengatasi baik hambatan-hambatan fisik dan
emosional.
EFT dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.
EFT bersifat kompatibel dan tidak bertentangan dengan penyembuhan
medis. Tetapi EFT dapat membantu percepatan proses penyembuhan
medis.
Dapat digunakan untuk menterapi diri sendiri dan orang lain

EVALUASI MULTIAKSIAL
1. AXIS I
Dari anamnesis didapatkan adanya pola perilaku dan
psikologis yang bermakna secara klinis yaitu sering merasa cemas
disertai dengan perasaan takut, khawatir, jantung berdebar-debar,
sesak napas, nyeri belakang, dan susah tidur. Perasaan cemas yang
menimbulkan penderitaan yang bermakna dalam gangguan sosial
(keluarga), sehingga dapat dikatakan bahwa pasien mengalami
gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status internus, neurologis dan riwayat
medis, tidak didapatkan indikasi adanya gangguan medis umum

11
yang menimbulkan disfungsi otak sehingga gangguan mental
organik dapat disingkirkan.
Pada pemeriksaan status mental, tidak ditemukan hendaya
berat dalam menilai realita sehingga digolongkan sebagai gangguan
jiwa non-psikotik.
Berdasarkan riwayat penyakit, anamnesis dan pemeriksaan
status mental didapatkan adanya riwayat kecemasan yang
berlangsung kronis disertai dengan perasaan takut, khawatir, jantung
berdebar-debar, sesak napas, nyeri belakang dan susah tidur.
Berdasarkan gejala-gejala tersebut, maka diagnosa yang diajukan
adalah Gangguan Cemas Menyeluruh (F41.1).
2. AXIS II : Gangguan kepribadian cemas
3. AXIS III : tidak ada mengalami kondisi medik
4. AXIS IV : Stressor psikososial tentang masalah keluarga.
5. AXIS V : GAF 60-51 (gejala sedang (moderate) disabilitas
sedang)

RENCANA TERAPI
A. Perencanaan Terapi Farmakologis
Sandepril 10 mg + Alprazolam 0,2 mg + Trifluoperazine 1 mg in
caps, signature 2 kali sehari
B. Perencanaan Terapi Supportif
Melakukan psikoterapi
Diberikan agar membantu pasien mengatasi stresor dalam
kehidupan sehari-hari. Banyak penelitian membuktikan bahwa
psikoterapi merupakan terapi yang bermakna untuk
depresi.Pemberian psikoterapi dan obat lebih efektif.
Intervensi kognitif

12
Kecemasan timbul akibat ketidakberdayaan dalam
menghadapi permasalahan, pikiran-pikiran negatif secara terus-
menerus berkembang dalam pikiran. caranya adalah dengan
melakukan intervensi pikiran negatif dengan pikiran positif,
sugesti diri dengan hal yang positif, singkirkan pikiran-pikiran
yang tidak realistik. Bila tubuh dan pikiran dapat merasakan
kenyamanan maka pikiran-pikiran positif yang lebih konstruktif
dapat meuncul. Ide-ide kreatif dapat dikembangkan dalam
menyelesaikan permasalahan
Pendekatan agama
Pendekatan agama akan memberikan rasa nyaman
terhadap pikiran, kedekatan terhadap Tuhan dan doa-doa yang
disampaikan akan memberikan harapan-harapan positif.

E. Kesimpulan
- Gangguan anxietas menyeluruh sebagai anxietas dan kekhawatiran
yang berlebihan mengenai beberapa peristiwa atau aktivitas hampir
sepanjang hari selama sedikitnya 3 bulan. berkaitan dengan gejala
somatic. Cemas tidak berfokus pada gambaran gangguan aksis I lain,
tidak disebabkan penggunaan zat atau keadaan medis umum, serta
tidak hanya terjadi selama gangguan mood atau psikiatri.
- Gangguan anxietas meneyeluruh dapat ditegakkan apabila memenuhi
kriteria diagnosis PPDGJ III.
- Pasien gangguan anxietas meneyeluruh dapat diterapi dengan
pemberian antianxietas, dengan pemilihan obat pertama yaitu
golongan benzodiazepam.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa (PPDGJ III) Cetakan


kedua, Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta; 2013.
2. Kaplan H.I, Sadok B.J, Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat Edisi 2, EGC:
Jakarta; 2010.
3. Elvira S, Hadisukanto G,. Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta ; 2013

14

Anda mungkin juga menyukai