PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk, banyak nya limbah plastik semakin
kedua dunia penghasil limbah plastik yang mencapai sebesar 187,2 juta ton (CNN,
2016). Pada umumnya plastik terbuat dari polyethylene dan polyprophylene yang
seriusnya masalah limbah yang dihadapi, membuat inovasi baru banyak dilakukan,
digunakan pada saat ini. Bioplastik dibuat dengan polimer alam sebagai bahan
Penggunaan dari bioplastik ini mampu mengurangi jumlah limbah plastik yang
adalah senyawa-senyawa yang banyak terdapat pada alam, salah satu bahan yang
penggunaan pati sebagai bahan baku untuk plastik mempunyai potensi besar,
2
karena Indonesia memiliki banyak tanaman penghasil pati, dan salah satunya adalah
sorgum.
Penelitian ini akan menggunakan sorgum sebagai sumber pati, sorgum dapat
dan bukan bahan pangan. Pati dari sorgum memiliki kekurangan, dimana sifat
sorgum adalah hidofilik. Sifat hidrofilik yang dimiliki sorgum menyebabkan plastik
yang dihasilkan memiliki tingkat penyerapan air yang buruk. Untuk menutupi
kekurangan dari pati sorgum tersebut, dapat ditambahan nya zat kitosan. Kitosan
merupakan modifikasi dari kitin yang ditemukan pada kulit udang, kepiting, lobster
dan serangga. Kitosan mempunyai sifat yang baik untuk dibentuk menjadi plastik
mudah digabungkan dengan material lainnya (Hartatik dkk, 2014). Kitosan sudah
memperbaiki ketahanan air pada bioplastik yang memiliki penyerapan air tinggi
(Manalu, 2013).
Untuk menghasilkan bioplastik yang memiliki sifat mekanik yang baik, perlu
dicampurkan filler atau pengisi yang dapat meningkatkan kekuatan mekanis pada
pati. Adanya bahan filler akan memberikan pengaruh pada sifat-sifat bioplastik
kerapatan tinggi akan membuat bahan tersebut semakin kuat, begitu juga sebaliknya
(Darni, 2015). Penelitian ini akan menggunakan micro filler yang berupa selulosa
3
dari batang sorgum. Batang sorgum merupakan salah satu penguat yang memiliki
komposisi sukrosa (10 - 14,40 % nira sorgum), gula reduksi (0,75 1,35 % nira
sorgum) serta amilum (209 1764 ppm). Selain pati dan penguatnya, gliserol
plasticizer yang akan memacu proses pencetakan fleksibilitas bioplastik serta dapat
menghasilkan bahan bioplastik yang memiliki sifat mekanik, morfologi dan tingkat
dilakukan untuk mengetahui formulasi yang tepat antara pati, kitosan dan micro
Berdasarkan saran pada penelitian yang dilakukan oleh saudara Binur Muharis
yaitu perlu melakukan perubahan terhadap filler yang digunakan, penelitian ini
akan menggunakan mikro selulosa yang berukuran lebih kecil dari penelitian
sebelumnya yaitu, 8m. Dimana penggunaan filler yang berukuran lebih kecil dapat
dengan kualitas yang diinginkan, penelitian ini akan memvariasikan formula untuk
kantong plastik.
4
filler yang diperoleh dari ekstraksi serbuk batang tanaman sorgum serta gliserol
10% berat.
1.4 Hipotesis
Diduga penambahan micro filler dan kitosan pada campuran pati sorgum serta
gliserol 10% berat sebagai plasticizer akan meningkatkan karakteristik fisik dan
selulosa filler dalam kondisi terbaik terhadap sifat fisik dan mekanik bioplastik.
Untuk kecepatan pengadukan sebesar 375 rpm. Konsentrasi gliserol 10% (persen
formulasi antara pati dan kitosan yaitu 10:0, 9,5:0,5, 8,5:1,5, 7,5:2,5, 6,5:3,5,
5,5:4,5 (gr/gr) dan ukuran ayakan pati dan kitosan sebesar 63 mikron yang didapat
sebagai kondisi terbaik dari penelitian sebelumnya dengan suhu gelatinisasi 95oC.
Untuk variasi penambahan micro filler yaitu 0%, 1%, 2%, 3% berat kering total
10gr. Kemudian dilakukan uji sifat mekanik (kekuatan tarik, persen perpanjangan
dan modulus young), uji sifat fisik (uji ketahanan air dan uji densitas), SEM
Calorimetry).
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plastik
Plastik merupakan nama lain dari polimer rantai-panjang dari atom yang mengikat
satu sama lain. Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang, atau disebut
juga monomer. Plastik dapat dibentuk menjadi film atau fiber sintetik. Hampir
setiap produk menggunakan plastik baik sebagai kemasan atau bahan dasar karena
plastik mempunyai keunggulan seperti ringan, kuat, transparan, tahan air serta
harganya relatif murah dan terjangkau oleh semua kalangan masyarakat. Monomer-
monomer yang dapat ditemukan dalam banyak benda plastik meliputi senyawa
senyawa organik seperti etilen, propilen, phenol, formaldehide, ethilen glicol, vynil
cloride dan asetonitrile. Karena begitu banyaknya monomer monomer yang dapat
digabungkan satu sama lain dengan berbagai cara, maka kita dapat membuat
a) Termoset
Plastik jenis ini adalah tipe plastik yang tidak bisa didaur-ulang
b) Termoplastik
Jenis plastik ini bisa didaur-ulang atau dicetak lagi dengan proses
Terdapat dua cara yang dapat dilakukan dalam proses polimerisasi, yaitu
dan kekuatan sobek yang baik. Pemanasan polietilen pada suhu 110 OC
yang rendah dan sifat mekaniknya yang baik, maka polietilen dengan
Polyethylene)
pada tekanan tinggi. Kekakuan dan kuat tarik dari LDPE lebih
Polyethylene)
Plastik jenis ini lebih kaku dari LDPE dan titik lelehnya lebih
Polyethylene)
pada tekanan dan suhu yang rendah (10 atm, 50-70OC). HDPE
disterilisasi.
10
lebih kuat daripada LDPE dan memiliki sifat heat sealing lebih
baik.
tidak beracun
dimensinya stabil
(Mujiarto, 2009)
dalam pembuatan plastik biodegradable ini didapatkan dari alam, seperti pati,
pati. Selain itu, plastik dengan bahan dasar pati memiliki biodegradabilitas
konvensional. Dengan kelebihan yang dimiliki oleh plastik berbahan dasar pati,
lebih fleksibel dan elastis. Dalam studi lain, pati juga dapat dicampurkan
yang optimal.
Proses degradasi dari bahan yang terbuat dari polimer dan plastik terjadi pada
yang terjadi pada lingkungan yang berbeda dan dapat diklasifikasikan menurut
lingkungan dan karakterisasi dari bioplastik tersebut. Pada Tabel 2.1 akan
sebagai berikut:
12
pH Berat molekul
Indonesia memiliki peluang yang besar. Hal ini disebabkan oleh beberapa
kelebihan yang dimiliki oleh tanaman sorgum, yaitu mudah ditanam, tahan
yang tinggi pada kondisi kering, daya adaptasi terhadap lahan tinggi, serta
biaya produksi yang rendah. Suhu optimum yang diperlukan sorgum untuk
tumbuh berkisar antara 25-30C. Sorgum juga tidak terlalu peka terhadap pH
tanah.
Salah satu bagian sorgum yang banyak dimanfaatkan adalah biji. Secara
berbentuk butiran dengan ukuran 4,0 x 2,5 x 3,5 mm. Biji sorgum tertutup
sekam dengan warna coklat muda, krem atau putih, bergantung pada varietas.
Pati sorgum memiliki suhu gelatinisasi tertinggi di antara jenis pati lainnya,
mencapai 68-78 oC. Hal ini diduga disebabkan oleh panjangnya rantai
dan berasal dari kentang, jagung, beras, tapioka dll. Berikut ilustrasi struktur
molekul pati:
14
Sorgum memiliki kandungan nutrisi yang baik, bahkan kandungan protein dan
nutrisi penting sorgum lebih tinggi dibandingkan dengan beras. Menurut Badan
Litbang Pertanian (2014), Komposisi kimia biji sorgum tidak banyak berbeda
dengan beras atau terigu yakni mengandung karbohidrat sorgum sebesar 73,8%
serta protein 9,8%. Kesamaan dengan beras atau terigu merupakan indikasi
bahwa sorgum dapat mensubtitusi beras karena nilai gizinya tinggi, tepung
sorgum juga dapat menjadi bahan dasar kue, kue kering dan bahan baku
industri. Nira batang sorgum merupakan sumber bioetanol, dan ampas batang
dan daun dapat digunakan sebagai pakan ternak. Pada Tabel 2.2. terlihat bahwa
kandungan pati dalam sorgum cukup tinggi dibandingkan terigu dan jagung,
2.4 Selulosa
15
Selulosa adalah polisakarida yang terdiri dari rantai linier dari beberapa ratus
karbohidrat utama yang disintesis oleh tanaman dan menempati hampir 60%
lignin diikat dengan hemiselulosa. Gugus fungsional dari gugus selulosa adalah
yang kuat disepanjang rantai. Di dalam selulosa alami dari tanaman, rantai
Ditinjau dari strukturnya, selulosa memiliki kelarutan yang besar dalam air,
hidrogen dengan air (antaraksi yang tinggi antara pelarut-terlarut). Akan tetapi
pada kenyataannya selulosa tidak larut didalam air dan juga dalam pelarut lain.
ikatan hidrogen antar gugus hidroksil yang berdekatan. Faktor ini dipandang
karena selulosa memilik serat yang lebih kuat, lebih tahan terhadap pengaruh
luas, diantara nya edibility, tidak beracun, non-polluting dan biaya murah serta
Cellulose Micro Filler adalah filler yang berasal dari selulosa yang
dua jenis yaitu MCS (Micro Crystal Cellulose) dan MFC (Micro
2.5 Kitosan
Kitosan adalah produk modifikasi protein dari kitin yang banyak ditemukan
pada kulit udang, lobster dan serangga (Hartatik dkk, 2014). Kitosan memiliki
bentuk yang unik dan memiliki manfaat yang banyak bagi pangan, agrikultur,
dan medis. Namun, untuk melarutkan kitosan ini cukup sulit karena kitosan
dapat larut apabila dilarutkan pada asam dan kitosan memiliki viskositas yang
tinggi.
2. Tidak beracun
Kitosan tidak dapat larut dalam air dan pelarut-pelarut organik. Kitosan dapat
larut dalam asam piruvat, asam laktat, asam butirat, propionat, trikloroasetat,
(Anita dkk, 2013). Zat ini dapat meningkatkan sifat fisik dan kimia dari plastik.
(gliserol, sorbitol, dan polietilen glikol 400, dan lainnya), mono-, di- atau
mencapai 15 % lebih untuk gliserol. Sebaliknya kuat tarik pada plastik akan
berwarna dengan titik didih 290oC. Titik didih tinggi yang dimiliki oleh
senyawa dengan bobot molekul 92,09 g/mol ini disebabkan adanya ikatan
hidrogen yang sangat kuat antar molekul gliserol. Gliserol adalah senyawa
gliserida yang paling sederhana. Nama lain dari gliserol adalah 1,2,3-
Diharapkan bioplastik yang dihasilkan memiliki sifat fisik dan mekanik yang
sebelumnya kuat tarik dari bioplastik yang dihasilkan dapat diperbaiki dengan
biopolimer kitosan. Namun ketahanan air yang dimiliki oleh bioplastik masih
tergolong rendah, yaitu bioplastik tersebut masih banyak menyerap air (Darni
Pada tahun 2011 Yuli Darni melakukan penelitian dengan judul Penentuan
sorgum, gliserol dan kitosan. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan
dan bilangan Reynold 959 dengan kecepatan pengadukan 375 rpm. Penyerapan
air 31,79 %, persen perpanjangan 19,27 %, Modulus Young 757,046 MPa dan
dan kitosan yaitu 65:35 (gr/gr) dan ukuran ayakan pati dan kitosan sebesar 63
dan temperatur pengeringan dalam oven adalah 60oC selama 12 jam. Pada
penelitian ini, kondisi optimum diperoleh pada saat rasio pati-kitosan sebesar
375rpm.
8.5:1.5, 7.5:2.5, 6.5:3.5, 5,5:4,5 (gr/gr)) dan variasi jumlah penambahan filler
21
serbuk batang sorgum (0.25, 0.5, dan 1.0 gram). Kondisi terbaik diperoleh
dengan variasi formulasi pati: kitosan 7,5:2,5 (gr/gr) dengan penambahan filler
0,25 gr. Nilai kuat tarik (tensile strength) terbaik adalah formulasi pati-kitosan-
Variabel yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada penelitian yang
kitosan 10:0, 9.5:0.5, 8.5:1.5, 7.5:2.5, 6.5:3.5, 5,5:4,5 (gr/gr). Untuk kecepatan
(10:0, 9.5:0.5, 8.5:1.5, 7.5:2.5, 6.5:3.5, 5,5:4,5 (gr/gr)) dan variasi jumlah
penambahan nano selulosa filler yang di ekstrak dari serbuk batang sorgum
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
2016 hingga April 2017. Analisis bioplastik yang akan dilakukan yaitu uji
Laboratorium Terpadu Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, uji densitas dan
nya.
c. Peroksida (H2O2) 6%
a. Pati Sorgum
b. Kitosan
sifat bioplastik.
d. Asam Asetat
99%.
e. Aquades
Peralatan yang digunakan dalam Sintesis Mikro Selulosa Filler antara lain:
c. Spatula
d. Termometer
e. pH meter
f. Stopwatch
h. Desikator
j. Kertas saring
k. Pipet kaca
l. Oven
m. Krus porselen
n. Alumunium foil
p. Magnetic Stirer
a. Blender
d. Timbangan
a. Gelas ukur, Kapasitas: 500 ml, 200 ml, 100 ml, 50 ml, dan 10 ml.
c. Drying oven
d. Termometer
f. Cetakan
h. Stopwatch
i. Spatula
j. Cawan petri
k. Almunium foil
4. Peralatan analisis
Bahan (sorgum) direndam dalam air agar cukup lunak dan untuk
kopong.
Metode sintesis mikro selulosa filler pada penelitian ini menggunakan metode
Bahan yang berupa serbuk batang sorgum yang telah lolos ayak 100 mesh
500 ml. Batang sorgum tersebut kemudian dicampur dengan larutan KOH
70oC masing-masing selama 1 jam sambil diaduk. Bahan yang sudah dicuci,
kemudian dicampur lagi dengan larutan KOH konsentrasi 4%. Lakukan hal
ini pada suhu 80oC selama 1 jam. Untuk tahap akhir, bahan yang sudah
Hasil dari blender tersebut kemudian di oven dengan suhu 100 oC sampai
berat konstan.
29
berikut:
V kitosan =
= 1 gram
= 1,26 gram/mL
V gliserol =
= 181.7 mL
f. Larutan pati dalam gelas beaker 500 ml diletakkan di atas water bath
lebar).
dilakukan:
Dicampurkan bahan pada suhu 95oC selama 35 menit pada kecepatan pengadukan 375 rpm.
Dilepaskan bioplastik yang sudah kering dari cetakan dan ditaruh dalam zip
bag lock.
Pada penelitian ini sifat mekanik bahan ditentukan melalui kekuatan tarik
modulus young.
1. Kekuatan Tarik
penampang lintang awal benda uji (Ao = lebar x tebal sampel awal).
(keuletan) suatu bahan yang diperoleh dari uji tarik. Pengukuran ini
didapat setelah putus atau regangan teknik pada saat putus (). Nilai
berat akhir sampel (W) dengan neraca digital dan dihitung persen
Dimana:
2. Uji Densitas
berikut: Timbang sejumlah massa sampel yang akan diuji, misal 0,2
gelas piala yang berisi aquades. Volume air yang baru dicatat,
5. Analisis XRD
difraction spectrum
dianalisa pada daerah suhu yang sama, dalam lingkungan panas atau
Bulan
No Kegiatan
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags
Persiapan
Proposal
1.
Penelitian
2. Seminar UP
Pengumpulan
Bahan Baku
3.
dan Pre-
treatment
Pelaksanaan
Bahan Baku
4. Penelitian
Pengolahan
5 Data dan
Analisis
Penulisan
6. Laporan
7. Seminar Hasil
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Terapan, Jurusan Teknik
Kimia, Universitas Lampung pada bulan Oktober 2016 April 2017. Adapun
telah dilakukan beberapa pengujian guna mengetahui sifat fisik dan mekanik
pada bioplastik antara lain, uji mekanik yang dilakukan di Laboratorium
Terpadu Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, uji densitas dan penyerapan
bioplastik terhadap air yang dilakukan di Laboratorium Kimia Terapan,
Jurusan Teknik Kimia, Universitas Lampung. Pengujian FTIR dan XRD
dilakukan di FMIPA Universitas Negeri Lampung. Pengujian SEM dilakukan
Laboratorium Terpadu Universitas Lampung. Penelitian ini dimulai dengan
perlakuan awal terhadap batang sorgum guna menyiapkan batang sorgum
menjadi filler dalam pembuatan bioplastik. Perlakuan awal yang dilakukan
pada batang sorgum dengan ukuran 100 mesh adalah delignifikasi, hal ini
bertujuan untuk menghilangkan lignin dan hemiselulosa yang terkandung
didalam batang sorgum. Batang sorgum pada saat sesudah dan sebelum
delignifikasi, dianalisa untuk melihat kandungan selulosa, lignin dan
hemiselulosa didalamnya, analisis ini di lakukan di Laboratorium Teknologi
Hasil Pertanian, Politeknik Negeri Lampung. Untuk hasil analisis kandungan
batang sorgum yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 4.1:
4.2 Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh dari formulasi bioplastik
terhadap sifat fisik dan mekanik bioplastik yang dibentuk dan untuk
mengetahui konsentrasi optimum pada filler yang digunakan. Bioplastik ini
dibuat dengan menggunakan kondisi optimum yang diperoleh dari penelitian
sebelumnya. Temperatur gelatinisasi yang digunakan sebesar 95oC, waktu
pengadukan selama 35 menit, ukuran pati dan kitosan lolos ayakan 63 mikron,
temperatur pengeringan dalam oven 60oC dengan lamanya pengeringan 10
jam, konsentrasi gliserol yang digunakan adalah 10% berat dan kitosan sebesar
20%. Penelitian ini memiliki variasi pada formulasi bioplastik yaitu, 10:0,
9,5:0,5, 8,5:1,5, 7,5:2,5, 6,5:3,5 dan 5,5:4,5 serta variasi terhadap konsentrasi
filler yang digunakan yaitu, 0%, 1%, 2%, 3% dari 10gr total berat kering.
Pembuatan bioplastik pada penelitian ini dilakukan dengan dua tahap yaitu,
pembuatan filler dari batang sorgum dan pembuatan bioplastic.
Pembuatan filler dari batang sorgum, dilakukan dengan metode mekanik dan
kimia. Dengan metode mekanik, batang sorgum yang telah dicuci bersih,
digiling sehingga dapat lolos saringan 100 mesh dan dilanjutkan dengan
41
metode kimia yaitu, delignifikasi. Seperti pada Tabel 4.1, telah di paparkan
kandungan yang ada pada batang sorgum yang sudah didelignifikasi dan
batang sorgum yang belum didelignifikasi. Dari Tabel 4.1, terlihat bahwa
kandungan yang tidak diinginkan yaitu, lignin dan hemiselulosa mengalami
penurunan drastis. Kandungan selulosa yang diperlukan untuk menjadi bahan
baku filler, mengalami peningkatan dua kali lipat setelah mengalami
delignifikasi. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa delignifikasi pada
penelitian ini memiliki keberhasilan yang tinggi untuk menghasilkan serat yang
kuat.
Pada penelitian ini pati dicampurkan dengan kitosan dan gliserol sehingga
diperoleh bioplastik dengan struktur seperti persamaan 4.1 (Ekaherdiansa,
2009) :
Film bioplastik yang didapatkan dari campuran pati dan kitosan dengan gliserol
sebagai plasticizer pada penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai
42
plastik kemasan pembungkus makanan, peralatan plastik pada rumah sakit dan
kemasan pada produk jika memenuhi/mendekati standar sifat fisik dan
mekanik tertentu dari suatu polipropilena (PP) atau polietilen (LDPE dan
HDPE). Oleh karena itu bioplastik tersebut harus memiliki kemiripan sifat agar
dapat menggantikan plastik sintetik (polipropilena ataupun polietilen). Sifat
fisik dan mekanik dari bioplastik yang dibandingkan dengan plastik
konvensional PP dan PE dapat dilihat pada Tabel 4.3:
Tabel 4.3. Perbandingan sifat fisik dan sifat mekanik dari plastik HDPE dengan
plastik berbahan pati
No Sifat Plastik *Polipropilen *LDPE *HDPE Bioplastik
1 Kuat Tarik ( Mpa) 33.095 6,89-24,13 20,67-51,68 11.64
2 Persen Perpanjangan (%) 600 225-600 10-500 10.98
3 Modulus young (MPa) 1344.5 100-250 400-1200 105.96
4 Densitas (g/ml) 0.90 0.91-0,925 0,941-0,965 0.915
Sumber : Rosato, 2004
Dari Tabel 4.3 terlihat bahwa bioplastik yang dihasilkan lebih menyerupai
plastik konvensional LDPE dibandingkan dengan HDPE ataupun PP. Hal ini
terlihat dari kemiripan nilai kuat tarik dan modulus young bioplastik yang
memenuhi standar kuat tarik dan persen perpanjangan plastik konvensional
LDPE. Namun untuk persen pemanjangan berada dibawah standart LDPE dan
densitas bioplastik memiliki nilai di atas range standar plastik konvensional
LDPE. Bioplastik ini juga memiliki bau yang cukup menyengat yang berasal
dari asam asetat yang digunakan untuk melarutkan kitosan.
Nilai kuat tarik, densitas dan modulus young pada bioplastik ini sudah
memenuhi standar pada plastik konvensional LDPE namun nilai penyerapan
air dan persen perpanjangannya masih di bawah standar plastik konvensional
LDPE.
a. Kuat tarik
Kuat tarik atau yang disebut dengan stress adalah salah satu uji untuk
mengetahui tegangan maksimum suatu bahan. Kuat tarik pada bioplastik
dipengaruhi oleh konsentrasi penambahan kitosan dan konsentrasi filler
yang digunakan. Pada Gambar 4.1 dapat dilihat pengaruh dari formulasi
pati:kitosan dan konsentrasi filler terhadap kuat tarik yang dimiliki
bioplastik.
Konsentrasi
Konsentrasi
Filler
Filler
(%berat)
(% berat)
Kuat tarik pada bioplastik juga dipengaruhi oleh penambahan filler, dapat
diliat pada Gambar 4.1 bahwa terjadi peningkatan yang signifikan terhadap
penambahan konsentrasi filler yang dicampurkan. Kuat tarik tertinggi
berada pada konsentrasi filler 3%. Hal ini terjadi karena filler yang
diberikan telah tercampur dengan baik sehingga filler tersebut dapat mengisi
rongga-rongga pada bioplastik dengan baik sehingga dapat meningkatkan
kuat tarik. Perpaduan kitosan dan filler pada pembuatan bioplastik secara
keseluruhan dapat meningkatkan kuat tarik.
b. Perpanjangan
45
20.00
Konsentrasi
Perpanjangan (%)
Filler
15.00
(% berat)
10.00 0
1
5.00 2
3
0.00
10;00 9.5;0.5 8.5;1.5 7.5;2.5 6.5;3.5 5.5;4.5
Formulasi Pati;Kitosan (gr/gr)
c. Modulus young
Modulus young diperoleh dari perbandingan antara kekuatan tarik (tensile
strength) terhadap persen perpanjangan (elongation at break). Modulus
young sering dikatakan sebagai ukuran kekakuan suatu bahan. Pengaruh
formulasi pati:kitosan dan konsentrasi filler terhadap Modulus young
bioplastik dapat dilihat pada Gambar 4.3.
120.00
100.00
Modulus Young (Mpa)
80.00 Konsentrasi
Filler
(% berat)
60.00
0
40.00
1
2
20.00
3
0.00
10;00 9.5;0.5 8.5;1.5 7.5;2.5 6.5;3.5 5.5;4.5
Formulasi Pati;Kitosan (gr/gr)
Dari Gambar 4.3 terlihat bahwa modulus young tertinggi dimiliki bioplastik
dengan konsentrasi filler 2% dengan formulasi pati:kitosan 6.5;3.5 yaitu
47
Nilai modulus young yang didapat pada run 17 dengan konsentrasi filler 2%
dengan formulasi pati:kitosan 6.5;3.5 yaitu sebesar 116.89 Mpa. Nilai
tersebut masuk dalam standar modulus young LDPE yaitu 100-250 MPa.
a. Penyerapan air
Uji penyerapan air yaitu uji yang dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar daya serap bioplastik tersebut terhadap air. Pada bioplastik diharapkan
air yang terserap pada bahan sangat sedikit atau dengan kata lain daya serap
bahan tersebut terhadap air harus rendah. Gambar 4.4 dapat menunjukkan
pengaruh formulasi pati:kitosan dan konsentrasi filler terhadap penyerapan
air pada bioplastik.
48
120.00
Konsentrasi
100.00
Filler
Dari Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa penyerapan air terbaik terdapat pada
konsentrasi filler 3% dengan formulasi pati:kitosan 5.5;4.5 yaitu sebesar
23.44%. Sedangkan penyerapan air terburuk terdapat pada konsentrasi filler
0% dengan formulasi pati:kitosan 10;0 yaitu sebesar 98.81%. Bioplastik
dengan formulasi pati:kitosan 8.5;1.5 dengan filler 3% adalah run terbaik
pada penelitian, namun nilai penyerapan air pada bioplastik ini masih tinggi
yaitu 38.30%.
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa penyerapan air semua run
pada penelitian ini masih tergolong tinggi dan tidak memenuhi standar nilai
penyerapan air plastik LDPE.
b. Densitas
Densitas atau kerapatan dapat didefinisikan sebagai massa per satuan
volume bahan. Densitas atau kerapatan merupakan sifat fisik suatu polimer.
Semakin rapat suatu bahan, maka sifat mekaniknya semakin baik sehingga
film plastik yang dihasilkan mempunyai kekuatan tarik (tensile strength)
yang baik. Densitas bioplastik ini ditentukan dengan menggunakan metode
kenaikan fluida dalam gelas ukur. Pengaruh formulasi pati:kitosan dan
konsentrasi filler terhadap densitas dapat dilihat pada Gambar 4.5.
1.000
0.900
0.800
Konsentrasi
Densitas (gr/ml)
0.700
Filler
0.600
(% berat)
0.500
0.400 0
0.300 1
0.200
2
0.100
0.000 3
10;00 9.5;0.5 8.5;1.5 7.5;2.5 6.5;3.5 5.5;4.5
Formulasi Pati;Kitosan (gr/gr)
Range densitas untuk plastik konvensional LDPE adalah 0,91 gr/ml 0,925
gr/ml ( Rosato,2004). Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa run 21
sebagai run terbaik memiliki densitas yang sudah memenuhi kriteria plastic
konvensional LDPE yaitu 0,915 gr/ml,
50
10.00 K X
Pada Gambar 4.7 dengan perbesaran 500x dapat dilihat bahwa bioplastik
memiliki permukaan kerapatan yang baik. Terlihat bahwa, partikel
penyusun bioplastik menyatu dengan baik namun, pada bioplastik ini
terdapat beberapa rongga berupa garis lurus. Konsentrasi filler yang
digunakan sebagai bahan pengisi belum mampu mengisi semua rongga yang
ada permukaan bioplastik pada Gambar 4.7 ini. Hal ini semakin diperjelas
dengan hasil analisa dengan perbesaran 5.000x dan 10.000x. Dapat dilihat
pada perbesaran ini, permukaan bioplastik memiliki beberapa rongga kecil
dan juga gumpalan. Gumpalan yang ada pada permukaan bioplastik berasal
dari kitosan yang sulit dilarutkan. Jika dibandingkan dengan Gambar 4.6,
permukaan bioplastik pada Gambar 4.7 jauh lebih baik. Hal ini dikarenakan
54
rongga yang ada pada permukaan bioplastik pada Gambar 4.7, jauh lebih
kecil dan lebih sedikit jika dibandingkan dengan bioplastik pada Gambar
4.6. Penggunaan filler pada bioplastik di Gambar 4.7, sudah berhasil
memperbaiki kondisi permukaan bioplastik.
Dari Gambar 4.8 dapat dilihat bahwa bioplastik yang dihasilkan sudah lebih
rapat jika dibandingkan dengan Gambar 4.7 dan Gambar 4.6. Hal ini
disebabkan oleh partikel penyusun bioplastik yang menyatu dengan cukup
baik. Penemuan gumpalan dan beberapa rongga kecil masih terjadi. Namun,
bila dilihat dari jumlah gumpalan dan seberapa besar rongga yang ada, hal
ini jauh lebih baik dari bioplastik pada Gambar sebelumnya. Penambahan
filler, sangat mempengaruhi kerapatan dari permukaan bioplastik. Hal ini
sesuai dengan penelitian Siti Sumartini pada tahun 2015, bahwa semakin
meningkatnya penambahan filler maka semakin rapat permukaan
bioplastik.
Analisis FTIR dilakukan untuk mengetahui gugus fungsi apa saja yang
terdapat pada polimer tersebut. FTIR merupakan teknik spektroskopi yang
paling banyak digunakan untuk mempelajari mekanisme interaksi yang
terlibat dalam campuran. Prinsip dasar FTIR adalah radiasi inframerah pada
suatu molekul senyawa, sehingga pada tingkat energi tertentu ikatan
molekul akan bervibrasi. Pada keadaan ini molekul akan berada pada
keadaan vibrasi tereksitasi. Panjang gelombang adsorpsi suatu ikatan
tertentu bergantung pada jenis getaran dari ikatan tersebut, sehingga tipe
ikatan yang berlainan menyerap radiasi inframerah pada panjang gelombang
yang berlainan. Banyaknya frekuensi yang diserap, diukur sebagai persen
transmittance (%T). Bila suatu senyawa menyerap radiasi pada suatu
panjang gelombang tertentu, intensitas radiasi yang diteruskan oleh
senyawa tersebut akan berkurang. Hal ini mengakibatkan suatu penurunan
dalam %T (persen transmittance) dan tampak di dalam spektrum sebagai
suatu dip (lembah) yang disebut puncak absorbsi atau pita absorbsi (peak
atau band). Hal penting yang harus diketahui dalam identifikasi dengan
FTIR adalah area sidik jari (fingerprint region). Karena dalam area sidik jari
ini setiap senyawa yang berbeda menghasilkan pola lembah yang berbeda-
beda.
Gambar 4.11. Hasil Analisis FTIR Bioplastik dengan Formulasi Pati Sorgum-
Kitosan 10;0 Pada Konsentrasi Filler 0%, 1%, 2% dan 3%
Gambar 4.12 Hasil Analisis FTIR Bioplastik dengan Formulasi Pati Sorgum
Kitosan 8.5;1.5 Pada Konsentrasi Filler 0% dan 3%
57
Gambar 4.13 Hasil Analisis FTIR Bioplastik dengan Formulasi Pati Sorgum-
Kitosan7.5;2.5 Pada Konsentrasi Filler 0%, 1%, 2% dan 3%
Gambar 4.14 Hasil Analisis FTIR Bioplastik dengan Formulasi Pati Sorgum-
Kitosan 9.5;0.5, 6.5;3.5 dan 5.5;4.5 Pada Konsentrasi Filler 0%
58
Berdasarkan hasil uji FTIR yang dapat dilihat pada Gambar 4.10 dapat kita
tentukan gugus fungsi yang terdapat pada batang sorgum seperti pada Tabel
4.5.
Tabel 4.5. Hasil Analisis Gugus Fungsi Batang Sorgum dengan FTIR
Batang Sorgum
Panjang Gelombang (cm -1) Identifikasi Pustaka
3331.17 Hidroksil 3100-3700
2893.03 Metil 2870-2960
2037.11 (Fenol) O-H 2000-2400
1640.3 Alkena (C=C) 1620-1680
1424.13 Aromatik (C=C) 1300-1475
1326.34 Aromatik (C=C) 1300-1475
1030.37 Ester (C-O) 1000-1300
664.75 C-Br 500-750
Berdasarkan hasil uji FTIR yang dapat dilihat pada Gambar 4.11 dapat kita
tentukan gugus fungsi yang terdapat pada bioplastik seperti pada Tabel 4.6
dan Tabel 4.7.
Tabel 4.6. Hasil Analisis Gugus Fungsi dengan FTIR Bioplastik dengan
Formulasi Pati Sorgum-Kitosan 10;0 Pada Konsentrasi Filler 0% dan 1%.
RUN 1 RUN 7
Bioplastik dengan komposisi pati;kitosan 10;0 dan filler 0% Bioplastik dengan komposisi pati;kitosan 10;0 dan filler 1%
Panjang Gelombang (cm -1) Identifikasi Pustaka Panjang Gelombang (cm -1) Identifikasi Pustaka
3291.44 Hidroksil 3100-3700 3293.2 Hidroksil 3100-3700
2926.09 Metil 2870-2960 2925.23 Metil 2870-2960
2161.09 CC 2100-2260 2031.74 (Fenol) O-H 2000-2400
2042.28 (Fenol) O-H 2000-2400 1644.96 Alkena (C=C) 1620-1680
1645.19 Alkena (C=C) 1620-1680 1363.48 Aromatik (C=C) 1300-1475
1365.43 Aromatik (C=C) 1300-1475 1014.33 Ester (C-O) 1000-1300
1014.85 Ester (C-O) 1000-1300 855.87 C-H Vinyl Alkenes 670-990
855.99 C-H Vinyl Alkenes 670-990 761.42 C-Cl 750-850
761.35 C-Cl 750-850 689.92 C-Br 500-750
697.82 C-Br 500-750
59
Tabel 4.6. Hasil Analisis Gugus Fungsi dengan FTIR Bioplastik dengan
Formulasi Pati Sorgum-Kitosan 10;0 Pada Konsentrasi Filler 2% dan 3%.
RUN 13 RUN 19
Bioplastik dengan komposisi pati;kitosan 10;0 dan filler 2% Bioplastik dengan komposisi pati;kitosan10;0 dan filler 3%
Panjang Gelombang (cm -1) Identifikasi Pustaka Panjang Gelombang (cm -1) Identifikasi Pustaka
3292.12 Hidroksil 3100-3700 3295.77 Hidroksil 3100-3700
2924 Metil 2870-2960 2924.16 Metil 2870-2960
2088.32 (Fenol) O-H 2000-2400 2194.36 CC 2100-2260
1647.27 Alkena (C=C) 1620-1680 1647.98 Alkena (C=C) 1620-1680
1364.96 Aromatik (C=C) 1300-1475 1359.67 Aromatik (C=C) 1300-1475
1014.62 Ester (C-O) 1000-1300 1013.33 Ester (C-O) 1000-1300
855.98 C-H Vinyl Alkenes 670-990 855.74 C-H Vinyl Alkenes 670-990
761.13 C-Cl 750-850 761.17 C-Cl 750-850
697.7 C-Br 500-750 700.02 C-Br 500-750
Berdasarkan hasil uji FTIR yang dapat dilihat pada Gambar 4.12 dapat kita
tentukan gugus fungsi yang terdapat pada bioplastik seperti pada Tabel 4.8
Tabel 4.8 Hasil Analisis Gugus Fungsi dengan FTIR Bioplastik dengan
Formulasi Pati Sorgum-Kitosan 8.5;1.5 Pada Konsentrasi Filler 0% dan 3%.
RUN 3 RUN 21
Bioplastik dengan komposisi pati;kitosan 8.5;1.5 dan filler 0% Bioplastik dengan komposisi pati;kitosan 8.5;1.5 dan filler 3%
Panjang Gelombang (cm -1) Identifikasi Pustaka Panjang Gelombang (cm -1) Identifikasi Pustaka
3278.54 Hidroksil 3100-3700 3285.26 Hidroksil 3100-3700
2924.94 Metil 2870-2960 2923.35 Metil 2870-2960
2161.44 CC 2100-2260 2210.57 CC 2100-2260
1639.28 Alkena (C=C) 1620-1680 1910.98 (Fenol) O-H 2000-2400
1551.42 NO2 1500-1600 1644.74 Alkena (C=C) 1620-1680
1406.68 Aromatik (C=C) 1300-1475 1550.85 NO2 1500-1600
1016.93 Ester (C-O) 1000-1300 1404.3 Aromatik (C=C) 1300-1475
855.66 C-H Vinyl Alkenes 670-990 1012.74 Ester (C-O) 1000-1300
760.72 C-Cl 750-850 855.15 C-H Vinyl Alkenes 670-990
698.36 C-Br 500-750 760.94 C-Cl 750-850
699.76 C-Br 500-750
Berdasarkan hasil uji FTIR yang dapat dilihat pada Gambar 4.13 dapat kita
tentukan gugus fungsi yang terdapat pada bioplastik seperti pada Tabel 4.9
dan Tabel 4.10.
60
Tabel 4.9 Hasil Analisis Gugus Fungsi dengan FTIR Bioplastik dengan
Formulasi Pati Sorgum-Kitosan 7.5;2.5 Pada Konsentrasi Filler 0% dan 1%.
RUN 4 RUN 10
Bioplastik dengan komposisi pati;kitosan 7.5;2.5 dan filler 0% Bioplastik dengan komposisi pati;kitosan 7.5;2.5 dan filler 1%
Panjang Gelombang (cm -1) Identifikasi Pustaka Panjang Gelombang (cm -1) Identifikasi Pustaka
3275.74 Hidroksil 3100-3700 3271.86 Hidroksil 3100-3700
2924.48 Metil 2870-2960 2923.84 Metil 2870-2960
2172.53 CC 2100-2260 2164.32 CC 2100-2260
2026.68 (Fenol) O-H 2000-2400 1634.32 Alkena (C=C) 1620-1680
1637.97 Alkena (C=C) 1620-1680 1550.4 NO2 1500-1600
1549.18 NO2 1500-1600 1405.59 Aromatik (C=C) 1300-1475
1405.91 Aromatik (C=C) 1300-1475 1018.16 Ester (C-O) 1000-1300
1019.35 Ester (C-O) 1000-1300 855.84 C-H Vinyl Alkenes 670-990
856.19 C-H Vinyl Alkenes 670-990 761.01 C-Cl 750-850
760.84 C-Cl 750-850 652.79 C-Br 500-750
637.24 C-Br 500-750
Tabel 4.10 Hasil Analisis Gugus Fungsi dengan FTIR Bioplastik dengan
Formulasi Pati Sorgum-Kitosan 7.5;2.5 Pada Konsentrasi Filler 2% dan 3%.
RUN 16 RUN 22
Bioplastik dengan komposisi pati;kitosan 7.5;2.5 dan filler 2% Bioplastik dengan komposisi pati;kitosan 7.5;2.5 dan filler 3%
Panjang Gelombang (cm -1) Identifikasi Pustaka Panjang Gelombang (cm -1) Identifikasi Pustaka
3274.6 Hidroksil 3100-3700 32.85.46 Hidroksil 3100-3700
2923.43 Metil 2870-2960 2924.53 Metil 2870-2960
2159.14 CC 2100-2260 2161.22 CC 2100-2260
1638.39 Alkena (C=C) 1620-1680 1643.2 Alkena (C=C) 1620-1680
1548.55 NO2 1500-1600 1552.16 NO2 1500-1600
1405.23 Aromatik (C=C) 1300-1475 1405.96 Aromatik (C=C) 1300-1475
1016.55 Ester (C-O) 1000-1300 1014.28 Ester (C-O) 1000-1300
856.34 C-H Vinyl Alkenes 670-990 855.67 C-H Vinyl Alkenes 670-990
760.93 C-Cl 750-850 760.75 C-Cl 750-850
700.64 C-Br 500-750
Berdasarkan hasil uji FTIR yang dapat dilihat pada Gambar 4.14 dapat kita
tentukan gugus fungsi yang terdapat pada bioplastik seperti pada Tabel 4.11
dan Tabel 4.12.
Tabel 4.11 Hasil Analisis Gugus Fungsi dengan FTIR Bioplastik dengan
Formulasi Pati Sorgum-Kitosan 9.5;0.5 dan 6.5;3.5 Pada Konsentrasi Filler
0%.
RUN 2 RUN 5
Bioplastik dengan komposisi pati;kitosan 9.5;0.5 dan filler 0% Bioplastik dengan komposisi pati;kitosan 6.5;3.5 dan filler 0%
Panjang Gelombang (cm -1) Identifikasi Pustaka Panjang Gelombang (cm -1) Identifikasi Pustaka
3286.3 Hidroksil 3100-3700 3269.48 Hidroksil 3100-3700
2925.81 Metil 2870-2960 2925.17 Metil 2870-2960
2162.01 CC 2100-2260 2166.06 CC 2100-2260
1643.34 Alkena (C=C) 1620-1680 1636.41 Alkena (C=C) 1620-1680
1551.78 NO2 1500-1600 1548.35 NO2 1500-1600
1407.61 Aromatik (C=C) 1300-1475 1405.67 Aromatik (C=C) 1300-1475
1016.52 Ester (C-O) 1000-1300 1021.08 Ester (C-O) 1000-1300
855.46 C-H Vinyl Alkenes 670-990 855.87 C-H Vinyl Alkenes 670-990
761.22 C-Cl 750-850 648.3 C-Br 500-750
699.69 C-Br 500-750 270.78 C-I 200-500
61
Tabel 4.12 Hasil Analisis Gugus Fungsi dengan FTIR Bioplastik dengan
Formulasi Pati Sorgum-Kitosan 5.5;4.5 Pada Konsentrasi Filler 0%.
RUN 6
Bioplastik dengan komposisi pati;kitosan 5.5;4.5 dan filler 0%
Panjang Gelombang (cm -1) Identifikasi Pustaka
3275.49 Hidroksil 3100-3700
2923.22 Metil 2870-2960
2168.56 CC 2100-2260
1636.29 Alkena (C=C) 1620-1680
1549.54 NO2 1500-1600
1405.62 Aromatik (C=C) 1300-1475
1017.6 Ester (C-O) 1000-1300
856.07 C-H Vinyl Alkenes 670-990
760.59 C-Cl 750-850
Dapat dilihat dari Tabel 4.6 sampai Tabel 4.12 bahwa gugus fungsi yang
terdapat pada hasil analisis sampel bioplastik merupakan gabungan dari
gugus fungsi spesifik yang terdapat pada komponen penyusunnya (pati,
kitosan dan filler). Dan dari sini juga terlihat bahwa tidak ditemukannya
gugus fungsi yang baru dan inilah yang menyebabkan bahan bioplastik
tersebut masih memiliki sifat hidrofilik seperti sifat bahan penyusunnya
sehingga mampu menyerap banyak air.
Dapat dilihat dari Gambar 4.11 sampai Gambar 4.14, semua analisis FTIR
pada bioplastik menunjukkan puncak serapan yang khas terletak diantara
bilangan gelombang 3100 cm-1 - 3700 cm-1. Lembah yang cukup besar itu
menunjukkan adanya gugus (OH) yang merupakan ikatan hidrogen. Ikatan
hidrogen adalah gaya tarik antar molekul yang terjadi antar dua muatan
listrik parsial dengan polaritas yang berlawanan (Fessenden, 1999). Ikatan
hidrogen terjadi ketika sebuah molekul memiliki atom N, O, dan F yang
mempunyai pasangan elektron bebas. Hidrogen dari molekul lain akan
berinteraksi dengan pasangan elektron bebas ini membentuk suatu ikatan
hidrogen dengan besar ikatan bervariasi mulai dari yang lemah (1-2 kJ mol-
1
) hingga tinggi (>155 kJ mol-1). Kekuatan ikatan hidrogen ini dipengaruhi
oleh perbedaan elektronegativitas antara atom-atom dalam molekul
62