Anda di halaman 1dari 86

I.

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai garis pantai sepanjang


lebih dari 81.000 km. Kondisi tersebut menggambarkan betapa besarnya potensi laut di
Indonesia, khususnya dalam bidang budidaya laut.

Budidaya laut merupakan salah satu usaha yang dapat memberikan alternatif
sumber penghasilan bagi masyarakat pesisir. Salah satu contoh hasil laut yang telah
berhasil dibudidayakan dan memiliki harga yang cukup tinggi adalah ikan kerapu.
Kerapu merupakan jenis ikan demersal yang menyukai hidup di perairan karang,
diantara celah-celah atau di dalam gua di dasar perairan. Ikan kerapu relatif mudah
dibudidayakan, karena mempunyai daya adaptasi cukup tinggi. Upaya perintisan
pembenihan ikan kerapu di Indonesia khususnya jenis ikan kerapu macan ( Epinephelus
Fuscoguttatus) telah dimulai sejak tahun 1990. Berbagai tahapan dalam kegiatan
pembenihan ikan kerapu macan mengalami banyak kendala diantaranya pada
pemeliharaan induk dan pemeliharaan larva.
Upaya pengembangan teknik pembenihan ikan kerapu macan dilakukan secara
terus menerus hingga akhirnya menghasilkan teknik pembenihan yang cukup maju,
terutama di lingkup pelaksana pembenihan ikan kerapu macan Balai Besar
Pengembangan Budidaya Laut ( BBPBL ) Lampung.
Sebagai seorang siswa tidak cukup hanya mendalami ilmu di bangku sekolah
saja, namun juga harus memahami peraktik di lapangan. Oleh karena itu dilakukanlah
Praktek Kerja Lapangan ( PKL) tentang pembenihan ikan kerapu macan ini sebagai
suatu program pengaplikasian teori-teori yang didapat di bangku sekolah untuk
ditterapkan di lapangan. Laporan PKL ini membahas tentang kondisi umum BBPBL
Lampung, hasil kegiatan selama melakukan PKL, dan pada bagian akhir laporan diulas
secara rinci tentang analisa usaha pembenihan ikan kerapu macan.

1.2. Tujuan

Tujuan dilaksanakannya praktek kerja lapangan tentang pembenihan ikan kerapu


macan ini adalah sebagai berikut :

1
1. Menambah wawasan tentang budidaya ikan kerapu macan ( Epinephelus
fuscoguttatus ).
2. Mempelajari teknik pembenihan ikan kerapu macan ( fuscoguttatus ),
mengidentifikasi dan memecahkan masalah dalam usaha pembenihan ikan
kerapu macan ( Epinephelus fuscoguttatus ).
3. Mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan meningkatkan keterampilan serta
wawasan pada kegiatan pembenihan ikan kerapu macan ( Epinephelus
fuscoguttatus ).
4. Mengetahui analisa usaha pembenihan ikan kerapu macan ( Epinephelus
fuscoguttatus ).

1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan


Waktu pelaksanaan praktek kerja lapangan ini dimulai sejak tanggal 16 januari
sampai tanggal 28 mei 2014, di Balai Besar Penembangan Budidaya Laut Lampung, di
Desa Padang Cermin, Kecamatan Hanura, Kabupaten Pesawaran, Propinsi Lampung.

1.4. Manfaat

Manfaat Praktek Kerja Lapangan ini adalah untuk menambah wawasan dan
dapat memberikan informasi atau penyuluhan kepada masyarakat yang membutuhkan,
khususnya dalam kegiatan pengembangan budidaya ikan kerapu macan.

2
II. KEADAAN UMUM LOKASI

2.1. Sejarah BBPBL Lampung

Direktorat Jenderal Perikanan telah merintis pembentukaan Balai Budidaya Laut


(BBL) di Lampung sejak tahun 1982 melalui proyek pengembangan budiaya laut di
Indonesia. Berdasarkan Keputusan Presiden RI No.23 Tahun 1982 yang pelaksanaannya
tertuang dalam SK Menteri Pertanian No.473/KPTS/UM/1982. Sejak berdirinya Balai
Budidaya Laut (BBL) Lampung memperoleh bantuan teknisi dari FAO/UNDP melalui
sea farming development project INS/81/008 selama 6 tahun yaitu dari tahun 1983
sampai dengan tahun 1989.

Keberadaan Balai Budidaya Laut (BBL) Lampung secara resmi diakui tanggal 5
Agustus 1986 yang ditetapkan berdasarkan SK Menteri Pertanian No.347/OT210/5/1994
tanggal 6 Mei 1994, kemudian disempurnakan dengan terbitnya SK Menteri Kelautan
dan Perikanan No.26F/MEN/2001. Pada tahun 2006 Balai Budidaya Laut (BBL)
Lampung ditingkatkan statusnya menjadi Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut
(BBPBL) berdasarkan Surat Keputusan Kelautan dan Perikanan No.Per.07/MEN/2006
tentang organisasi dan tata kerja Balai Besar Pengembangan Budidaya (BBPBL)
Lampung.

2.2. Lokasi BBPBL Lampung

Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung terletak di Desa


Hanura Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran, Lampung Selatan. BBPBL
terletak di kawasan teluk Hurun yang merupakan bagian dari teluk Lampung.

Secara astronomis Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung


terletak antara 105o12,45 BT 105o13 BT dan 5o31,30 LU 5o33,36 LS. BBPBL
Lampung adalah instansi Pemerintah di bawah naungan Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) Republik Indonesia. BBPBL Lampung dibangun diatas lahan seluas
5,9 Ha.
BBPBL Lampung berbatasan dengan:
1. Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Lampung
2. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sukajaya dan Desa Lempasing

3
3. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Hanura
4. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sidodadi
Jarak Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung dengan Ibu
kota Bandar Lampung yaitu 15 km dan jarak dengan Desa Hanura yaitu 1,5 km.
Dasar perairan teluk Lampung sekitar bibir pantai bagian tenggara yaitu 10-15 m,
Teluk Hurun pada bagian barat daya dan selatan umumnya landai dengan kedalaman
5 m, luas 1,5 km2 dengan panjang 1,5 km dan lebar 1 km. Sedangkan kedalam perairan
dekat mulut teluk mencapai 5-10 m. Kondisi teluk bersih dan bebas dari pencemaran
dan perairan tenang bebas dari gelombang sepanjang tahun.
Terdapat 4 buah sungai yang bermuara di Teluk Hurun masing-masing 2 sungai
dibagian barat daya, 1 sungai dibagian selatan dan satu sungai dibagian barat laut Teluk
Hurun. Keadaan tanah di Teluk Hurun lumpur berpasir dan di daerah pantai terdapat
hutan bakau (mangrove) dan daerah Teluk Turun beriklim tropis.

2.3. Fasilitas BBPBL Lampung

2.3.1.Laboratorium

a. Laboratorium Kesehatan dan Lingkungan (keskanling)

Laboratorium Kesehatan dan Lingkungan ( keskanling ) memiliki luas 200 m2


yang terdiri dari laboratorium histopatologi, parasitologi, mikrobiologi, dan PCR,
kontruksi laboratorium beton ( permanen ).

Laboratorium histopatologi dan parasitologi berfungsi untuk melakukan diagnosa


terhadap penyakit ikan melalui jaringan dan diagnosa penyakit disebabkan oleh parasit.
Laboratorium mikrobiologi berfungsi untuk mendiagnosa penyakit yang disebabkan
oleh bakteri dan jamur serta melakukan pengujian obat bagi penyakit yang menyerang
ikan. Dan laboratorium PCR/Virologi berfungsi untuk mendiagnosa penyakit
berdasarkan pada pemeriksaan materi genetik penyebab infeksi virus.

b. Laboratorium Fitoplankton

Laboratorium fitoplankton berkontruksi beton dan memiliki luas 65 m2.


Laboratorium ini berfungsi untuk memproduksi fitoplankton untuk kegiatan
pembenihan. Meliputi kegiatan isolasi, kultur murni, dan sebagai penyedia bibit untuk
4
skala semi massal dan skala massal. Fitoplankton yang telah berhasil dikultur seperti
Nannochloropsis sp, Coccolith sp, Chaetoceros sp, Dunaliela sp, Isochrysis galbana,
Tetraselmis chuii, Nitzchia sp, Skeletonema costatum, Thallasiosira sp.

c. Laboratorium Zooplankton

Laboratorium zooplankton berfungsi untuk memproduksi zooplankton untuk


pakan larva ikan yang meliputi isolasi, kultur murni, semi massal, dan massal.
Laboratorium zooplankton berfungsi juga untuk persediaan bibit murni. Jenis
zooplankton yang diproduksi yaitu Brachionus plicatilis, Diaphanosoma sp, kopepoda
( Oithona sp., Acartia sp., Tigriopus sp ).

d. Laboratorium Kualitas Air

Laboratorium kualitas air berfungsi untuk menganalisis parameter kualitas air


seperti parameter fisika ( suhu, kecerahan, salinitas ), parameter kimia ( nitrat, nitrit,
phospat, alkalinitas, DO2, pH ), dan parameter biologi ( kepadatan plankton ).

Laboratorium ini juga berfungsi untuk menunjang kegiatan pembenihan, dan


pembesaran dalam hal kualitas air.

e. Laboratorium Pakan Buatan

Laboratorium pakan buatan berfungsi untuk memproduksi pakan pelet sebagai


pakan untuk ikan pada kegiatan pembesaran, pengembangan riset formulasi pakan
untuk kegiatan budidaya kakap dan kerapu. Laboratorium ini juga mengkaji formulasi
pakan yang terkandung dalam pakan.

2.3.2. Hatchery

Hatchery yang terdapat di BBPBL Lampung yaitu hatchery Kerapu Bebek,


hatchery Kerapu Macan, hatchery Kakap Putih, Kakap Merah, dan Cobia, hatchery
Kuda Laut, dan hatchery clownfish.

a. Hatchery Kerapu Bebek

Hatchery ini berfungsi untuk menetaskan telur dan memelihara larva kerapu
bebek hingga ukuran pendederan. Selama masa itu larva dirawat didalam hatchery

5
dengan perlakuan yang baik. Hatchery kerapu bebek memiliki 12 bak larva berkontruksi
beton, 1 unit kulkas, 1 unit lemari penyimpanan, 1 unit dispenser.

b. Hatchery Kerapu Macan

Hatchery ini berfungsi untuk menetaskan telur kerapu macan hingga


pemeliharaan larva. Di hatchery tersebut larva dirawat hingga ukuran pendederan.
Hatchery kerapu macan memiliki fasilitas seperti bak larva ukuran 10 ton berjumlah 12
buah berkontruksi beton, 2 buah bak induk yang terletak diluar ruangan, kulkas 1 unit,
lemari penyimpanan 1 unit, dispenser 1 unit.

c. Hatchery Kakap Putih, Kakap Merah, dan Cobia

Hatchery ini berfungsi untuk pemeliharaan larva dari telur hingga ukuran
pendederan. Hatchery ini memproduksi larva ikan kakap putih, kakap merah, dan cobia
secara bergantian. Hal ini dilakukan agar memaksimalkan pemeliharaan larva komoditi
ikan yang dipelihara.

d. Hatchery Kuda Laut

Hatchery ini adalah tempat untuk mengembangkan kuda laut. Kuda laut
dikembangkan dan dipelihara dengan perlakuan-perlakuan yang baik. Kuda laut adalah
salah satu komoditi non ikan yang langka dan patut untuk dilestarikan.

e. Hatchery Clownfish
Hatchery ini adalah tempat mengembangbiakkan ikan hias air laut yaitu jenis
Clownfish atau dikenal dengan nama Nemo. Ikan ini adalah ikan yang sangat disukai
oleh para penggemar ikan hias, keberadaannya juga sudah mulai langka.

2.3.3. Bangsal Pendederan

Bangsal pendederan berfungsi untuk memelihara ikan ukuran deder hingga


ukuran penggelondongan. Bangsal digunakan untuk semua jenis komoditi ikan. bentuk
bangsal ini semi outdor dengan panjang 33 m dan lebar 8 m. Pada bangsal pendederan
terdapat 35 bak fiber berbentuk persegi panjang dengan volume 2 ton. Untuk lebih jelas
bangsal pendederan dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini.

6
Gambar 1. Bangsal Pendederan
2.3.4. Bangsal Penggelondongan

Bangsal penggelondongan berfungsi untuk memeliharan ikan 75100 gr, bangsal


ini memelihara ikan yang di jadikan calon induk unggul. Bangsal penggelondongan ada
2, yaitu bangsal indoor dan bangsal semi indoor.

Bangsal indoor menggunakan wadah yang terbuat dari fiberglass volume 2 ton
berjumlah 12 buah dan dipelihara secara intensif untuk memelihara calon induk kerapu
macan dan bangsal semi indoor menggunakan wadah yang terbuat dari fiberglass
volume 2 ton berjumlah 4 buah, 3 ton berjumlah 8 buah berbentuk lingkaran, dan 8 ton
berjumlah 8 buah untuk memelihara calon induk kerapu bebek dan sebagai tempat
perekayasaan budidaya kerapu. Air media pemeliharaan selalu berganti (sirkulasi).
Setiap harinya air media pemeliharaan berganti hingga >200%. Untuk lebih jelas
bangsal penggelondongan dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini.

Gambar 2. a. Pengelondongan (Semi Indor) b. Pengelondongan (Indor)

7
2.3.5. Keramba Jaring Apung

Keramba jaring apung ( KJA ) yang di miliki BBPBL Lampung 2 unit yaitu unit
budidaya dan unit Induk. Unit induk untuk memelihara induk unggul sebagai produsen
benih yang baik untuk kegiatan pembenihan, induk yang dipelihara yaitu induk kerapu
bebek ( Cromileptes altivelis ), Kerapu macan ( Ephinephelus fuscoguttatus ), Kakap
merah Thailand, Cobia, Kerapu kertang, bawal bintang, dan Napoleon. Sedangkan Unit
budidaya untuk pembesaran dan kegiatan rekayasa komoditas ikan ekonomis. Untuk
lebih jelas keramba jaring apung dapat dilihat pada gambar 3 dibawah ini.

Gambar 3. Keramba Jaring Apung (KJA)

2.3.6. Bak penampungan air (Tandon)

Bak tandon yang terdapat di BBPBL Lampung ada 2 yaitu bak penampungan air
laut dan bak penampungan air tawar. Bak penampungan air laut berkontruksi beton dan
penutup bak terbuat dari seng dengan kapasitas 200 m dan kedalaman 3 m. Bak tandon
menggunakan sistem gravitasi jadi air yang di alirkan menggunakan sistem gravitasi
yang di bantu dengan tenaga pompa.

Sedangkan bak penampungan air tawar berkontruksi beton dan memiliki kaki
sebagai penyangga dengan panjang 3 meter, bak tandon air tawar berkapasitas 15 m
dan memiliki tutup bak yang terbuat dari seng, sistem pengaliran air juga menggunakan
sistem gravitasi yang tidak menggunakan bantuan pompa, untuk lebih jelas bak tandon
air laut dan bak tandon air tawar dapat di lihat pada gambar 4 di bawah ini :

8
Gambar 4. Tandon Air Laut dan Tandon Air Tawar
2.3.7. Sarana Aerasi

a. Blower

Balai besar pengembangan budidaya laut ( BBPBL ) Lampung menggunakan


high blower jenis root blower dan vortex blower sebagai sumber aerasi dengan daya
380/660 volt sebanyak 6 unit yang di gerakkan oleh motor berkekuatan 7,5 Kw dan di
gunakan selama 12 jam secara bergantian agar blower tidak cepat rusak. 6 unit blower
tersebut terbagi dalam tiga tempat, yaitu bak aklimatisasi kerapu (untuk memenuhi
kebutuhan pembenihan kerapu, laboratorium alga, laboratorium molusca, dan kultur
rotifer), di bak pembenihan kakap, dan untuk kegiatan budidaya. Untuk lebih jelas jenis-
jenis blower dapat di lihat pada gambar 5 di bawah ini.

Gambar 5 : Blower

a B
a
a
a 9
Keterangan :

a. Vortex blower
b. Root blower
c. Hi blow

Gambar 5. Blower

b. Pipa distribusi aerasi

Pipa distribusi aerasi menggunakan pipa paralon (PVC), namun untuk


melayani aerasi skala besar pada bagian pangkal yang berhubungan langsung dengan
blower menggunakan pipa besi. Penggunaan pipa besi ini bertujuan untuk mencegah
kerusakan pipa. Karena pada bagian awal udara mengalami peningkatan suhu, pipa
besi yang di gunakan adalah dari jenis Galyanis, sehingga tidak mudah mngalami
korosi karena air.

c. Selang, Regulator, dan Batu Aerasi

Selang aerasi yang digunakan adalah dari jenis gelang plastik besar PE (poly
ethylene), karena selain lentur juga tidak mudah pecah selang ini juga tahan terhadap
panas. Regulator atau sering di sebut dengan kran aerasi berfungsi untuk mengatur
besarnya volume udara yang keluar dari pipa distribusi. Selang aerasi di atur
sedemikian rupa sehingga tidak berlebihan dengan banyak lilitan yang dapat
mempengaruhi tekana udara. Batu aerasi berfungsi untuk memperhalus gelembung
udara yang keluar dan di letakkan pada ujung selang aerasi. Jumlah batu aerasi pada
pemeliharaan larva adalah sekitar 2-4 buah/m. Untuk lebih jelas regulator, selang
aerasi, pemberat dan batu aerasi dapat dilihat pada gambar 6 di bawah ini.

10
Gambar 6. Regulator, Selang aerasi, Pemberat, dan Batu aerasi

2.3.8. Sumber Energi Listrik

Sumber tenaga listrik yang di gunakan di BBPBL Lampung berasal dari PLN
cabang tanjung karang, Lampung selatan dan mempunyai cadangan generator set
(Genset) sebanyak empat unit. Dua unit dengan kapasitas 125 KVA dan dua unit
dengan kapasitas 50 KVA sebagai pembangkit listrik apabila aliran listrik dari PLN
padam. Untuk lebih jelas genset (generator setting ) dapat dilihat pada gambar 7 di
bawah ini.

Gambar 7. Generator Setting (Genset )


2.3.9. Fasilitas Lainnya

a. Perkantoran
Perkantoran merupakan tempat pegawai BBPBL Lampung melaksanakan
administrasi yang berhubungan dengan kegiatan pembenihan, pembesaran dan kegiatan
rutin hari-hari. Kantor BBPBL Lampung terdiri dari kantor utama, kantor divisi
pembenihan, dan kantor divisi budidaya.

11
b. Perpustakaan

Perpustakaan merupakan tempat dokumentasi bahan-bahan pustaka kegiatan di


BBPBL Lampung, koleksi study literatur, dan sebagai tempat mencari informasi tentang
BBPBL dan perikanan.

c. Asrama

Asrama sebagai tempat penginapan bagi para peserta magang atau penelitian
selama di BBPBL Lampung. Asrama yang tersedia di BBPBL Lampung ada 2 yaitu
asrama kakap bagi peserta PKL dari SMK dan sederajat dan asrama kerapu bagi peserta
PKL atau penelitian dari perguruan tinggi.

12
III. TEKNIK PEMBENIHAN KERAPU MACAN

3.1. Biologi Ikan Kerapu Macan

3.1.1.Toksonomi dan Morfologi

Menurut Subyakto dan Cahyaningsih (2005), klasifikasi kerapu macan


( Epinephelus fuscoguttatus ) adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Actinopterigi
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Family : Serranidae
Genus : Epinephelus
Spesies : Epinephelus fuscoguttatus

Gambar 8. Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus)

Bentuk badan kerapu macan memanjang dan gepeng (Compresset), tetapi


kadang-kadang ada juga yang agak bulat. Mulut lebar serong ke atas dan bibir
bawahnya menonjol ke atas. Rahang bawah dan atas di lengkapi gigi-gigi geratan yang
berderet dua baris, ujungnya lancip, dan kuat. Sementara itu, ujung luar bagian depan
dari gigi baris luar adalah gigi-gigi yang besar. Badan kerapu macan di tutupi oleh sisik
kecil yang mengilap dan bercak loreng mirip bulu macan. Gigi pada bagian sisik
13
dentary 3 atau 4 baris, terdapat bintik putih coklat pada kepala, badan dan sirip, bintik
hitam pada bagian dorsal dan posterior (Anonimous 2010).
Kerapu macan memiliki sirip dorsal (punggung), sirip anal (perut), sirip pectoral
(dada), sirip caudal (ekor), dan garis lateral (gurat sisi), sirip dorsal memanjang hampir
sebagian bagian punggung, di mana bagian jari-jari kerasnya memiliki jumlah yang
sama dengan jari-jari lunaknya, jumlah jari-jari adalah 13-15 buah, sirip anal terdiri dari
3 buah jari-jari, sedangkan jumlah jari-jari sirip ekor adalah 15-17 dan bercabang
dengan jumlah 13-15 buah. Sisik yang menutupi seluruh permukaan tubuh berbentuk
kecil, mengkilat dengan bentuk sikloid. Warna dasar kerapu macan adalah cokelat
dengan perut berwarna putih serta bercak hitam dan putih disekujur tubuh yang tidak
beraturan (BBL Batam, 2006).

3.1.2. Habitat dan Penyebaran

Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) hidup di habitat berkarang


sehingga sering disebut juga ikan kerapu karang, penyebarannya mulai daerah tropic
sampai sub tropic (Heemastra dan Randall et al. 1993). Daerah penyebaran kerapu
macan di mulai dari Afrika Timur, Kepulauan Ryukyuj (Jepang), Australia, Taiwan,
Mikronesia dan Polinesia (Antono et al 1998). Di Indonesia ikan kerapu macan terdapat
hampir diseluruh wilayah perairan seperti Teluk Banten, Ujung Kulon, Kepulauan Riau,
Kepulauan Seribu, Kepulauan Karimunjawa, Madura, Kalimantan, dan Nusa Tenggara
(Sugama et al 2001). Selain terumbu karang lokasi kapal tenggelam juga menjadi
rumpon yang nyaman bagi ikan kerapu macan. Ikan-ikan tersebut akan berdiam dalam
lubang-lubang karang atau rumpon dengan aktifitas relatif rendah.

Ikan kerapu macan pada umumnya hidup di perairan karang pantai dengan
kedalaman 100-200 m (Heemastra dan Randall et al 1993). Pada umumnya ikan kerapu
macan menyukai air laut pada salinitas 30-35 ppt. Suhu perairan di Indonesia tidak
menjadi masalah karena perubahan suhu, baik harian maupun tahunan sangat kecil dan
biasanya berkisar antara 27-32C. Pada lapisan air yang tidak tercemar biasanya
mengandung oksigen terlarut yang memadai untuk pertumbuhan ikan. Kandungan
oksigen terlarut dalam air laut minimal 4 ppm. Air laut memiliki pH berkisar antara 7,6-
8,7 dan mempunyai daya penyangga yang besar terhadap perubahan keasaman.

14
3.1.3. Kebiasaan Makan
Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan jenis ikan karnivora.
Sifat kanibalnya muncul apabila kekurangan pakan terutama terlihat pada stadia awal.
Dari pengamatan isi perut kerapu kecil diketahui kandungan didalamnya didominasi
oleh ikan-ikan. Jenis udang-udangan yang banyak dijumpai dalam isi perut ikan kerapu
macan adalah jenis udang krosok (Parapeneus sp.), udang dogol (Melapeneus sp.), dan
udang jerbung (Penaeus merguiensis). Sementara kelompok ikan yang ditemukan
dalam isi perut ikan kerapu macan adalah jenis ikan teri (Stelopterus sp.), ikan baronang
(Siganus sp.), ikan belanak (Mungil sp.), dan cumi-cumi (Loligo sp.), dalam jumlah
kecil (Akbar 2000).
Ikan kerupu macan mempunyai kebiasaan makan pada pagi hari sebelum
matahari terbit dan menjelang matahari tenggelam. Di alam ikan kerapu macan makan
sambil berenang diantara batu-batu karang, lubang atau celah-celah batu yang
merupakan tempat persembunyiannya. Dari tempat itulah ikan kerapu menunggu
mangsanya, bila mangsa tampak dari jauh ikan kerapu macan melesat cepat untuk
menangkap dan menelannya, kemudian kembali ketempat persembunyiannya (Akbar
2000). Ikan kerapu macan yang dibudidayakan secara terkontrol, saat akan memijah
ditandai dengan nafsu makan yang menurun jadi pada saat ikan akan memijah
pemberian pakan dikurangi dan saat memijah tidak diberi pakan.

3.2. Sarana dan Prasarana

3.2.1.Sarana Pokok

a. Bak Pemeliharaan Induk

Bak induk berfungsi untuk mengelola serta memelihara induk secara terkontrol.
Bak induk berkontruksi beton volume 50 m dengan kedalaman 3 meter dan diameter 5
meter yang berjumlah 1 buah yang berbentuk bulat, dasar bak berbentuk kerucut dengan
kemiringan 5 derajat.

Bak beton tersebut juga di lengkapi dengan bak penampungan telur berbentuk
persegi empat dengan panjang 162 cm, lebar 151 cm dan tinggi 104 cm yang berfungsi
untuk menempatkan jaring penampungan telur (egg collector). Bak penampungan telur
ini ditempatkan diujung pipa pembuangan air pada bagian atas. Sedangkan egg

15
collector berukuran panjang 80 cm, lebar 58 cm dan tinggi 60 cm dengan ukuran mata
jaring 500 mikron dan dibingkai dengan besi sebagai rangka atau penopang egg
collector. Bak penampungan telur juga mempunyai saluran pembuangan didasar bak
yang menggunakan pipa berukuran 3 inchi. Untuk lebih jelas bak induk dapat dilihat
pada gambar 9 dibawah ini.
Berikut langkah-langkah persiapan bak induk
- Menyikat dasar dan dinding bak menggunakan sikat, pemusnahan tritip dengan
menggunakan kap, serta menghilangkan lumut, kemudian dibilas dengan air
laut.
- Menyiram bak dengan kaporit yang dilarutkan dengan air laut dengan cara
menyiramkan kaporit pada dinding dan dasar bak.
- Membersihkan dinding dan dasar bak untuk menghilangkan kaporit dengan
menyikat dan setelah itu membilasnya dengan air laut hingga bau kaporit hilang
dan tidak ada lagi lumut yang menempel pada dinding bak, kemudian bak dapat
langsung digunakan.

Gambar 9. Bak pemeliharaan induk

Keterangan :

a. Pipa pemasukan d. Bak penampungan telur


b. Pipa pembuangan dasar e. Pipa goyang
c. Pipa pengeluaran telur

16
Selain itu bak pemeliharaan induk kerapu macan juga di lengkapi dengan pipa
pembuangan air yang terletak pada dasar bagian tengah bak untuk pembuangan kotoran
dan pengeringan bak. Pergantian air pada bak induk kerapu macan dilakukan dengan
sistem sirkulasi selama 24 jam setiap harinya. Bak seluruhnya terletak pada ruangan
terbuka agar mendapatkan sinar matahari.

Hal ini sesuai dengan pendapat Anindiastuti, et, al, (2004), bak untuk
pemeliharaan induk atau pematangan gonat dapat terbuat dari fiberglass pasangan bata.
Bak sebaiknya berbentuk bulat agar memudahkan dalam pengumpulan telur dan
sirkulasi air media akan lebih sempurna. Kapasitas bak minimal adalah 50 m dengan
kedalaman 2,5-3.0 m. Untuk keperluan dalam penampungan telur bak dilengkapi
dengan bak penampungan telur yang terletak tepat pada pipa pembuangan air yang
dibuat pada permukaan bak. Disamping pipa pembuangan pada permukaan yang
berfungsi untuk mengeluarkan telur, juga harus dilengkapi pipa pembuangan yang
terletak pada dasar bagian tengah untuk mengeluarkan kotoran dan pengeringan. Bak
induk seluruhnya ditempatkan dalam ruang terbuka yang mendapatkan cukup cahaya
matahari.

b. Bak Pemeliharaan Larva

Bak pemeliharaan larva berbentuk empat persegi panjang, sudut bak larva
tumpul. Bak terbuat dari beton dengan ukuran panjang 4,54 m, lebar 2,05 m dan tinggi
1,23 m berkapasitas 10 m yang berjumlah 12 buah. Bak berwarna biru laut untuk
mamanipulasi lingkungan pemeliharaan larva.

Pada sudut bak dibuat melengkung agar tidak ada titik mati. Sebelum digunakan
bak dibersihkan dengan menyiramkan kaporit pada dinding dan dasar bak, setelah itu
bak disikat sampai bersih dan selanjutnya bak diisi dengan air laut yang di saring
menggunakan filter bag.

Langkah-langkah persiapan bak pemeliharaan larva :

a. Menyikat dinding dan dasar bak dengan sikat untuk menghilangkan kotoran
yang menempel.
b. Menyiram dinding dan dasar bak dengan kaporit yang telah dilarutkan dengan
air laut yang di tampung didalam bak plastik.

17
c. Menyikat bak mnggunakan sikat dan menyiram dengan air laut untuk
menghilangkan kaporit yang melekat pada dinding dan dasar bak.
d. Mengisi bak dengan air laut yang disaring menggunakan filter bag.

Untuk mencukupi kebutuhan oksigen, bak pemeliharaan larva dilengkapi dengan


aerasi dimana pemasangan aerasi dilakukan setelah bak dibersihkan. Aerasi dipasang
dengan 2-3 titik/m dan batu aerasi dipasang 5 cm dari dasar bak, bak juga dilengkapi
dengan saluran pemasukan inlet dengan diameter pipa 2 inchi yang berjumlah dua buah
dan pipa pengeluaran air dengan diameter 4 inchi yang berjumlah dua buah.

Hal ini sesuai dengan pendapat Minjoyo, et al, (1999) yang menyatakan pada
umumnya bak yang digunakan dalam pemeliharaan larva secara massal berukuran 10-
20 m. Penggunaan bak yang besar untuk mengurangi fluktuasi suhu. Sebelum
digunakan bak terlebih dahulu di bersihkan, dikeringkan dan dibilas atau direndam
dengan kaporit, dan selanjutnya dapat dilakukan penambahan fitoplankton. Fitoplankton
berfungsi untuk menyerap CO2 dan menghasilkan O2 pada proses fotosintesisnya.
Untuk lebih jelas bak pemeliharaan larva dapat dilihat pada gambar 10 dibawah ini.

Gambar 10. Bak Pemeliharaan Larva

c. Bak Pendederan

Bak pendederan adalah bak yang digunakan untuk mendederkan benih ikan
hingga siap tebar. Bak pendederan di BBPBL Lampung terbuat dari semen (beton) dan
fiberglass yang tahan terhadap benturan dan beban atau tekanan air sesuai dengan
volume yang ditentukan. Bak yng terbuat dari beton berjumlah 6 buah volume 4 m
18
dengan kedalaman 70 cm, bak berbentuk persegi panjang dengan kemiringan dasar bak
5% kearah pembuangan. Kemiringan dasar bak kearah pembuangan bertujuan untuk
memperoleh kebersihan sempurna pada saat pencucian serta dilengkapi dengan saluran
pemasukan dan pembuangan. Saluran pemasukan terbuat dari pipa paralon (PVC) 1
inchi dilengkapi dengan stop kran untuk mengatur debit air yang masuk. Sementara
saluran pembuangan terbuat dari pipa paralon (PVC) 1 inchi menggunakan pipa
goyang yang terdapat ditengah bak.

Bak pendederan juga membutuhkan pengatapan tetapi tanpa dilengkapi dinding


bangunan. Pada area pendederan juga diberi pengatapan yang bertujuan untuk
memberikan rasa nyaman bagi benih dan operator karena pada fase ini benih ikan
kerapu membutuhkan waktu yang cukup lama pada saat penanganan seperti pemberian
pakan dan grading, dengan demikian benih akan mendapat penanganan lebih intensif.
Letak bak pendederan yang dekat dengan bak pemeliharaan larva akan memudahkan
pada saat pemindahan benih dari bak larva ke bak pendederan, yaitu dapat mengurangi
stres pada benih karena pada saat ini benih masih rentan terhadap perubahan
lingkungan. Hal ini bisa terjadi karena pada saat pemindahan benih dibawa
menggunakan wadah terbatas tanpa aerasi sehingga pemindahan benih membutuhkan
waktu singkat dan efisien. Untuk lebih jelas bak pendederan yang terbuat dari fiberglass
dengan kapasitas sekitar 2 m dapat di lihat pada gambar 11 dibawah ini.

Gambar 11: Bak Pendederan

d. Bak Penampungan Plankton

Bak penampungan plankton berfungsi untuk menampung plankton yang akan


diberikan kepada larva. Plankton berasal dari bak kultur plankton massal yang terletak
19
tidak jauh dari area hatcehery. Bak penampungan plankton terbuat dari fiberglass
dengan volume 8 m dengan kedalaman 120 cm, terletak di luar ruangan hatcehery
karena fitoplankton membutuhkan cahaya matahari untuk berkembang dan
kelangsungan hidupnya.

Bak penampungan memiliki pipa berukuran 2 inchi, pipa pengeluaran jenis PVC
dengan ukuran 2 inchi. Pipa pengeluaran menggunakan sistem pipa goyang yang
terdapat di tengah bak kerena dengan sistem ini proses pencucian bak atau proses
pembuangan akan menjadi lebih mudah. Dasar bak miring kearah pengeluaran dengan
dengan kemiringan 5-8% untuk memudahkan dalam pengeringan bak, bak
penampungan plankton hanya 1 buah. Untuk lebih jelas bak penampungan plankton
dapat dilihat pada gambar 12 dibawah ini.

Gambar 12: Bak Penampungan Plankton

e. Aerasi

Aerasi sangat dibutuhkan oleh larva ikan untuk berkembang karena dengan
adanya aerasi suplai oksigen kedalam air (DO) dapat terpenuhi. Pada priode larva ikan
sangat membutuhkan oksigen karena pada masa larva, ikan masih dalam kondisi sangat
lemah. Oksigen juga dibutuhkan untuk proses fotosintesis bagi fitoplankton yang
terdapat di dalam bak larva.

Aerasi di pompa dengan menggunakan high blower jenis root blower dan
vortex blower sebagai sumber aerasi dengan daya 380/660 volt sebanyak enam unit
yang digerakkan oleh motor berkekuatan 7,5 Kw. Aerasi di setting dengan jumlah 2-3
20
titik/m untuk memenuhi kebutuhan larva untuk metabolisme dalam tubuh dan bagi
fitoplankton untuk proses fotosintesis. Peralatan untuk aerasi yaitu regulator, selang
aerasi, pemberat, dan batu aerasi.

f. Wadah Inkubasi Telur

Wadah inkubasi telur berfungsi untuk menetaskan telur hingga menjadi larva.
Wadah inkubasi terbuat dari fiberglass yang di rangkai dengan kaca agar mudah dalam
pengontrolan telur dengan volume 100 liter. Untuk lebih jelas wadah inkubasi telur
dapat di lihat pada gambar 13 dibawah ini.

Gambar 13: Wadah Inkubasi Telur

g. Saringan (Filter)

Saringan berfungsi untuk menyaring air yang akan digunakan sebagai media
pemeliharaan larva. Saringan yang digunakan adalah rangkaian saringan sand filter dan
saringan UV (Ultraviolet), sand filter berbentuk tabung seperti pinguin berjumlah
sepasang dan saringan UV berbentuk bulat memanjang dengan ukuran 2 inchi
berjumlah dua buah. Saringan ini dilengkapi dengan pompa air jenis self priming untuk
mengalirkan air yang akan disaring.

21
3.2.2.Sarana Penunjang

a. Wadah Kultur Artemia

Wadah kultur artemia berfungsi untuk menetaskan telur artemia. Bentuk wadah
kultur bulat seperti tabung dan pada bagian dasar bak berbentuk kerucut, dilengkapi
dengan stop kran untuk memudahkan pemanenan. Bak kultur artemia di cat dengan
warna gelap dan pada bagian dasarnya tidak dicat gelap agar memudahkan dalam proses
pemanenan. Wadah ini memiliki kaki dengan tinggi 30 cm, diameter wadah 50 cm dan
tinggi wadah 120 cm. Untuk lebih jelasnya wadah kultur artemia dapat dilihat pada
gambar 14 dibawah ini.

Gambar 14: Conical Tank

b. Kulkas

Kulkas berfungsi untuk menyimpan obat-obatan untuk kegiatan pembenihan


agar tetap layak untuk dipakai. Kulkas yang terdapat pada hatchery kerapu macan
berjumlah satu buah.

22
c. Wadah Penampungan Air Tawar

Wadah penampungan air tawar yang terdapat di hatchery yaitu drum plastik
berjumlah 2 buah dengan kapasitas masing-masing 150 liter. Air tawar digunakan untuk
mencuci peralatan hatchery agar tidak mudah rusak.

d. Peralatan Lainnya

Peralatan lainnya seperti gayung, ember, baskom, saringan artemia. Ember


berukuran 10 liter berjumlah 4 buah dan gayung berjumlah 5 buah yang digunakan
untuk memudahkan pemberian pakan larva, baskom berjumlah 5 buah untuk
memudahkan penebaran larva dan tempat pelarutan obat-obatan.

3.3.Pemeliharaan Induk

Kegiatan pemeliharaan induk merupakan kegiatan awal dari pembenihan.


Tujuan dari pemeliharaan induk adalah untuk mendapatkan induk yang matang gonat
yang siap dipijahkan untuk menghasilkan telur. Keberhasilan suatu kegiatan
pembenihan tergantung dari ketersediaan calon induk kualitas dan kuantitas induk.

3.3.1.Asal Induk

Induk ada yang berasal dari alam ada juga yang berasal dari BBPBL yang telah
melewati beberapa rangkaian seleksi. Induk yang berasal dari alam di tangkap sekitar
kepulauan Sulawesi dengan bobot berkisar 4-6 kg. Induk yang berasal dari BBPBL
adalah induk unggul F1 yang telah memenuhi syarat sebagai induk unggul.

3.3.2.Jumlah Induk

Jumlah induk kerapu macan di BBPBL Lampung yaitu pada bak pemeliharaan
terkontrol berjumlah 19 ekor yang terdiri dari jantan 14 ekor dan betina 5 ekor. Induk
jantan memiliki berat rata-rata 9,5 kg dan panjang rata-rata 76 cm dan untuk induk
betina memiliki berat rata-rata 10,5 kg dan panjang rata-rata 77,8 cm.

3.3.3.Pakan Induk

Pakan induk yang diberikan pada ikan kerapu macan berupa ikan rucah yang
dikonbinasikan dengan cumi-cumi. Frekuensi pemberian pakan rucah diberikan
sebanyak 1 kali dalam sehari dan untuk cumi-cumi dua kali dalam seminggu yaitu pada

23
hari senin dan hari kamis pada pagi hari pukul 08:00 WIB. Ikan rucah yang diberikan
jenis ikan kuniran. Untuk lebih jelasnya pakan ikan dapat dilihat pada gambar 15
dibawah ini.

Gambar 15. Pakan Induk Ikan Rucah dan Cumi-Cumi

Pemberian pakan dilengkapi dengan pemberian vitamin E dan vitamin C


pemberian pakan diberikan secara adlibitum (sekenyang-kenyangnya) atau dengan dosis
pemberian 1-3 % dari berat biomassa. Untuk lebih jelasnya jadwal pemberian pakan
dapat di lihat pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Jadwal pemberian pakan dan multivitamin induk kerapu macan

Hari Pakan dan Multivitamin yang Diberikan

Senin Cumi cumi + Multivitamin

Selasa Ikan Rucah

Rabu Ikan Rucah

Kamis Cumi-cumi

Jumat Ikan Rucah + Multivitamin

Sabtu Ikan Rucah

Minggu Ikan Rucah

24
Biovit diberikan seminggu dua kali sebagai multivitamin berbentuk bubuk dan
di berikan setiap hari senin dan hari jumat. Pemberian Biovit di lakukan dengan cara
menaburkan biovit kedalam insang ikan rucah dan diberikan kepada induk.
Hal ini sesuai dengan pendapat Mustamin, et al (2004) yang menyatakan
pemberian pakan dilakukan secara adlibitum atau sampai sekenyang-kenyangnya
berkisar antara 1-3 % dari berat biomassa. Frekuensi pemberian pakan satu kali sehari
yaitu pada pagi atau sore hari. Selain pemberian pakan ikan segar, setiap minggu induk
diberikan multivitamin dan mineral.
Berikut cara pemberian pakan induk antara lain :
- Menyimpan ikan rucah dan cumi-cumi dalam freezer.
- Mencuci ikan rucah dengan cara menyiram ikan rucah dengan air laut hingga
gumpalan es menghilang.
- Menimbang pakan dan setelah itu pakan diberikan dengan cara menebarnya
secara merata.
- Menghentikan pemberian pakan jika ikan sudah tidak lagi merespon pakan.

3.3.4. Pengelolaan Kualitas Air Induk

Pengelolaan kualitas air di bak pemeliharaan induk di BBPBL Lampung di


lakukan dengan cara menyedot langsung air laut dengan menggunakan pompa dan
selanjutnya di alirkan ke bak pemeliharaan induk dengan menggunakan pipa PVC.
Untuk suplay oksigen digunakan blower yang diatur dengan stop kran dan dialirkan
lewat selang aerasi ke batu aerasi, aerasi yang dipasang berjumlah 12 buah yang terletak
di dinding bak. Sistem pergantian air yang digunakan adalah sistem air mengalir selama
24 jam setiap harinya sehingga pergantian air dalam satu harinya di perkirakan dapat
mencapai 200 % setiap harinya. Selain itu, agar kualitas air pada bak tetap baik
dilakukan pembersihan dan penyikatan pada bak dua minggu sekali dan tergantung pada
kotoran yang melekat pada dinding dan dasar bak, apabila sebelum dua minggu bak
sudah kotor dan pada dinding bak banyak ditumbuhi lumut maka dapat dilakukan
pembersihan dan penyikatan bak.

Hal ini sesuai dengan pendapat Priyono (2005) yang menyatakan bahwa air laut
yang digunakan diambil langsung dengan menggunakan pompa di distribusikan melalui
pipa-pipa PVC ke masing-masing unit bak pemeliharaan induk. Jumlah pergantian

25
selama pemeliharaan adalah 200 % perhari. Untuk suplai oksigen di gunakan
blower/Hiblow diatur dengan menggunakan stop kran dan selang aerasi yang
dihubungkan ke masing-masing batu aerasi. Untuk mengurangi jumlah ekskresi yang di
timbulkan dari induk, setiap satu atau dua minggu sekali di lakukan pembersihan dasar
bak dengan cara menyipon.

3.3.5. Pematangan Gonat

Proses pematangan gonat induk kerapu macan di BBPBL Lampung yaitu


menggunakan sistem manipulasi lingkungan dengan pemberian multivitamin.

a. Manipulasi Lingkungan

Manipulasi lingkungan dilakukan dengan cara menurunkan permukaan air pada


pagi hari dan menjelang sore diisi kembali dengan air baru, hal ini bertujuan untuk
menciptakan fluktuasi suhu air sekitar 2-3 C yang diharapkan dapat merangsang
terjadinya pemijahan. Sebagai salah satu parameter lingkungan, suhu mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap proses reproduksi (Fujita, 1992) merangsang
kelenjar hypotalamus dan condo spinalis untuk menghasilkan hormon GnRh dan LHRH
di mana kedua hormon tersebut merangsang kelenjar pituitary penghasil hormon HCG
yang merangsang kelamin untuk produksi (Murray, 1971 dan Smith, 1982). Perlakuan
ini di lakukan pada akhir bulan gelap kurang lebih satu minggu sebelum musim
pemijahan sampai awal bulan terang atau sampai induk memijah. Dari hasil pengamatan
dapat dipastikan induk memijah pada minggu pertama bulan Arab/Jawa. Induk kerapu
bila terlambat memijah maka akan menyimpan telurnya dalam gonat selama 1-2 bulan,
bila bulan berikutnya tetap tidak memijah maka telur akan di absorpsi kembali.
Pematangan gonat induk di BBPBL Lampung dilakukan dengan pemberian
vitamin C dua kali seminggu yang di sisipkan di sirip pakan untuk mempercepat
pematangan gonat, pemberianya dilakukan setiap hari senin dan jumat.
Vitamin diberikan dengan dosis 30 mg/kg induk/minggu dengan cara disisipkan
di sirip pakan rucah yang diberikan kepada ikan.
Multivitamin yang diberikan pada induk kerapu macan selama pemeliharaan
adalah Biovit yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh ikan, mengatasi
stress dan meningkatkan nafsu makan, dan sebagai proses mempercepat matang gonat.
Untuk lebih jelas gambar Biovit dapat di lihat pada gambar 16 dibawah ini.

26
Gambar 16. Biovit

3.3.6.Seleksi Induk

Seleksi induk di BBPBL Lampung dengan cara visual, untuk jantan ciri-cirinya
badan pipih dan panjang, selain itu juga dilakukan dengan pengurutan (stripping) pada
bagian perut kearah lubang genital yang dilakukan secara perlahan-lahan, hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya kerusakan pada organ dalam, pada saat
pengurutan terdapat cairan sperma berwarna putih susu dan kental dan dapat diduga
bahwa induk tersebut adalah jantan dan telah matang gonat, hal ini sesuai dengan
pendapat Sudaryanto, et al., (1999) yang menyatakan, seleksi jantan di lakukan dengan
metode stripping yang mengurut bagian perut ke arah lubang genital. Stripping di
lakukan secara perlahan-lahan yang bertujuan untuk menghindari keluarnya sperma
yang berlebihan serta terjadinya kerusakan organ dalam. Sperma yang baik dan siap
untuk dipijahkan adalah berwarna putih susu dan kental. Untuk lebih jelas seleksi induk
dapat dilihat pada lampiran 3.

Di bawah ini adalah langkah-langkah seleksi induk, yaitu:


a. Mengambil induk menggunakan seser, kemudian menampungnya kedalam bak
penampungan telur yang terletak di ujung pipa pembuangan air pada bagian atas
bak dengan ukuran panjang panjang 162 cm, lebar 151 cm, dan tinggi 104 cm.
b. Merendam induk dengan air tawar selama 3-5 menit.
c. Melakukan pengecekan kematangan gonat.

27
- Betina dengan cara pengamatan secara visual
- Jantan dengan cara di stripping, mengurut bagian perut kearah lubang
urogenital
d. Pengamatan secara visual pada induk betina di tandai dengan membesarnya pada
bagian perut.
e. Pada induk jantan dengan dengan mengurutkan ke arah lubang urogenital dan
apabila ada cairan sperma berwarna putih susu dan kental maka itu adalah induk
jantan yang telah matang gonat.
Untuk seleksi induk betina dapat di lihat secara langsung yang di tandai dengan
bagian perut yang besar, dan dapat di duga induk tersebut adalah induk betina. Hal
sesuai dengan pendapat (Sugama, et al., 2001) yang menyatakan bahwa induk betina
dapat dicirikan dengan membesarnya bagian perut ikan.

3.3.7.Pemijahan

Di BBPBL Lampung pemijahan dilakukan dengan cara alami yaitu dengan cara
manipulasi lingkungan. Metode manipulasi lingkungan di lakukan dengan cara menaik
turunkan air pada bak pemeliharaan induk kerapu macan sehingga setinggi 68 cm dapat
menaikkan suhu air, dari suhu awal 28C sampai 31C sehingga terjadi kenaikan suhu
sebesar 3C dan di perkirakan akan terjadi penurunan suhu kembali pada saat diisi air
baru pada sore hari. Selain itu dengan adanya penurunan dan penaikan ketinggian air
akan menyebabkan perubahan tekanan air sehingga akan penyebabkan kondisi yang
sama dengan kondisi di habitat hidup kerapu macan dan akan dapat merangsang
terjadinya pemijahan.
Pemijahan dilakukan dengan manipulasi lingkungan. Langkah-langkah
manipulasi lingkungan yaitu :
a. Menurunkan air pada bak pemeliharaan induk pada pagi hari, atau setelah
pemberian pakan
b. Penjemuran bak, tetapi air tetap melakukan pengisian air atau masih dalam
proses resirkulasi.
c. Mengisi air kembali hingga ketinggian semula pada sore hari,
Hal ini sesuai dengan pendapat Mustamin, et al (2004) yang menyatakan bahwa
pemijahan alami dengan manipulasi lingkungan di lakukan dengan cara menurunkan
permukaan air pada pagi hari dan menjelang sore air diisi kembali dengan air yang baru
28
penurunan air bertujuan untuk menaikkan suhu air sekitar 2-3C dan akan terjadi
penurunan suhu kembali pada saat diisi air yang baru pada sore hari dan kondisi ini
diharapkan dapat merangsang terjadinya pemijahan.

3.4. Penanganan Telur

3.4.1.Pemanenan Telur

Pemanenan telur di BBPBL Lampung dilakukan pada pagi hari pukul 07:00
WIB. Di bawah ini adalah langkah-langkah pemanenan telur, yaitu :
a. Mengalirkan air dari bak pemeliharaan induk ke dalam bak penampungan telur
yang telah di pasang egg colector.
b. Mengambil telur di dalam egg colector dengan menggunakan serok/scop net.
c. Memasukkan telur kedalam ember dan di pindahkan ke dalam wadah, serta di beri
aerasi sedang.
Dari hasil pemanenan telur di dapatkan jumlah telur pada bulan April, untuk
lebih jelasnya jumlah telur pada bulan April dapat di lihat pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Jumlah Telur Bulan April 2014

Hari Tanggal Jumlah Telur (butir)

Induk darat

1 05 April 2014 5.963.052

2 06 April 2014 6.556.708

3 07 April 2014 4.601.520

Total Telur 16.121.280

Selanjutnya untuk pemanenan telur dilakukan dengan cara air mengalir, dimana
air dan telur terbawa aliran air yang keluar menuju bak pemanena telur dari bak
pemeliharaan induk yang sebelumnya pada bak pemanenan telur telah di beri tempat
atau wadah pengupul telur ( egg colector ), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 17 dibawah ini.

29
Gambar 17. Pemanenan Telur
Telur yang terbawa aliran air tertampung di dalam egg colector yang ada di
dalam bak pemanenan telur. Telur yang berkualitas baik berwarna transparan dan
terapung di dalam permukaan air. Telur yang sudah terkumpul di dalam egg colector di
panen menggunakan serok dan di tampung di dalam ember yang kemudian di
pindahkan kedalam wadah inkubasi untuk dilakukan seleksi dan perhitungan di dalam
wadah.
Hal ini sesuai dengan pendapat Mustamin, et al., 2004 yang menyatakan bahwa
pemanenan telur dilakukan pada pagi hari atau jika telur telah mengalami
perkembangan embrio fase gastrula, sehingga sudah cukup kuat untuk dipindahkan.
Panen telur dilakukan dengan cara mengalirkan air media pemeliharaan yang berisi telur
ke bak penampungan telur yang sudah dilengkapi dengan scop net. Aliran air melalui
saluran pembuangan yang ada pada bagian permukaan air, agar telur yang mengendap
tidak terbawa keluar. Selanjutnya telur yang sudah terkumpul dalam bak penampungan
telur di pindahkan ke wadah penampungan untuk di seleksi dan perhitungan jumlah
telur.

3.4.2.Penghitungan Telur

Penghitungan telur dilakukan di dalam wadah inkubasi, yaitu pada pagi hari
setelah dilakukan seleksi telur. Pertama hitung jumlah telur semua baik yang terbuahi
maupun yang tidak terbuahi. Untuk lebih jelas penghitungan telur dapat dilihat pada
gambar 18 dibawah ini.

30
Gambar 18. Penghitungan Telur
Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan sampling jumlah telur
adalah sebagai berikut :
a. Mengambil sampel secara acak sebanyak tiga titik dengan menggunakan gelas
ukur 5 ml.
b. Menuang telur yang di peroleh dari cawan petridisk dan dihitung secara manual.
c. Kemudian dijumlah dibagi 3 kali sampling selanjutnya dikali 200 agar
volumenya yang 5 ml menjadi satu liter kemudian dikalikan dengan volume
wadah sehingga akan ditemukan jumlah telur.
Adapun rumus perhitungan jumlah total telur dan total telur yang terbuahi (FR) adalah
sebagai berikut.
Rumus perhitungan jumlah total telur :
Jumlah total telur = Jumlah sampel x Volume wadah
Volume sampel

Rumus perhitungan jumlah telur yang terbuahi (FR)


FR= Jumlah total telur terbuahi x 100 %
Jumlah total telur

Sedangkan cara perhitungan total telur dan telur yang terbuahi dapat di lihat
pada lampiran 4 halaman 64.

31
3.4.3.Seleksi Telur

Telur yang sudah di panen selanjutnya di pindahkan kedalam wadah dan diberi
aerasi. Setelah itu aerasi diangkat dan di diamkan selama 15 menit agar telur yang
telah teraduk oleh aerasi dapat terpisah. Selanjutnya dilakukan seleksi telur. Dari hasil
seleksi di dapatkan telur yang terbuahi berwarna bening, transparan dan mengapung di
permukaan air, sedangkan telur yang tidak terbuahi berwarna putih susu dan mengendap
di dasar. Selanjutnya telur yang jelek yang mengendap di dasar wadah dibuang dengan
cara di sipon, untuk lebih jelasnya telur yang terbuahi dan yang tidak terbuahi dapat
dilihat pada gambar 19.
Hal ini sesuai dengan pendapat Minjoyo, et al., (1999) yang menyatakan telur
yang baik akan terapung atau melayang pada bagian permukaan air dengan warna
transparan, sebaliknya telur yang jelek akan mengendap di dasar bak berwarna putih
susu, telur yang jelek dibuang dengan cara disipon.
Seleksi telur dilakukan di dalam wadah. Seleksi telur bertujuan untuk
memisahkan telur yang berkualitas baik dengan telur yang jelek seleksi ini dilakukan
dengan cara :
a. Mengendapkan telur hasil pemanenan dengan cara mematikan aerasi selama 10
menit.
b. Menyipon secara perlahan-lahan telur yang jelek pada bagian dasar.
Setelah telur yang jelek pada bagian dasar terbuang, selanjutnya aerasi dihidupkan
kembali.
Telur yang tidak terbuahi akan dibuang karena telur tersebut akan ditumbuhi
jamur, jamur tersebut akan mengganggu kestabilan kualitas air. Pada air akan muncul
bau busuk, itu pertanda kualitas air media inkubasi telur sudah terjadi pembusukan telur
yang tidak terbuahi. Untuk lebih jelasnya telur yang terbuahi dan tidak terbuahi dapat
dilihat pada gambar 19 dibawah ini.

32
(a) (b)
Gambar 19. (a) Telur Terbuahi (b). Telur Tidak Terbuahi

Selama pemijahan induk kerapu macan menghasilkan telur dengan frekuensi


pemijahan selama 3 hari berturut-turut dari induk yang dipijahkan dengan menggunakan
satu buah bak. Hal ini dikarenakan pengelolaan lingkungan yang baik dengan sistem
sirkulasi air selama 24 jam dan pemberian pakan yang cukup dan teratur. Hal ini sesuai
dengan pendapat Mustamin, et al., (2004), yang menyatakan bahwa beberapa faktor
yang harus diperhatikan dalam kegiatan produksi telur agar didapatkan hasil maksimal
antara lain kualitas calon induk, sarana, pakan dan pengelolaan media pemeliharaan
serta teknik pemijahan.
Perhitungan fekuditas di BBPBL Lampung belum bisa dihitung. Hal ini di
sebabkan karena bak pemeliharaan induk hanya digunakan satu buah, sehingga tidak
bisa diperkirakan apakah semua induk betina menghasilkan telur.

3.4.4. Perendaman Iodine

Setelah di seleksi, kemudian telur akan di rendam dengan iodine. Tujuannya


agar telur tidak berjamur dan derajat penetasan telur meningkat. Dosis pemberian iodine
adalah 2-3 ml dalam 3 liter air, pengukuran dosis dengan menggunakan pipet tetes
perendaman dilakukan selama 2-3 menit. Setelah itu telur di bilas dengan air laut dan
kemudian di masukkan kembali kedalam wadah inkubasi. Jadi, perendaman telur
dengan iodine tujuannya agar telur kebal terhadap patogen yang menyerang telur
tersebut karena telur sudah dilapisi dengan iodine. Untuk lebih jelasnya iodine dapat
dilihat pada gambar 20 dibawah ini.

33
Gambar 20. Perendaman Telur

Langkah-langkah perendaman dengan iodine adalah sebagai berikut :


a. Siapkan 2 buah baskom untuk air bilasan dan air dengan iodine
b. Masukkan air laut pada 2 baskom tersebut
c. 1 baskom dilarutkan iodine dengan dosis 2-3 ml
d. Saring telur dalam wadah inkubasi
e. Kemudian rendam dalam larutan iodine selama 2-3 menit
f. Setelah itu, bilas dengan air laut
g. Masukkan kembali telur kedalam wadah inkubasi

3.4.5.Penetasan Telur

Penetasan telur yang dilakukan di BBPBL Lampung dengan 2 cara. Pertama,


telur ditetaskan terlebih dahulu didalam wadah inkubasi, kemudian setelah menetas
larvanya dipindahkan kebak pemeliharaan larva. Kedua, telur langsung ditetaskan
dalam bak pemeliharaan larva.

3.5.Pemeliharaan Larva

3.5.1.Penebaran Larva

Penebaran dilakukan setelah telur menetas menjadi larva yaitu sekitar pukul
20.00 - 21.00 WIB, caranya aerasi di angkat perlahan-lahan dan di diamkan selama 5-10
menit, larva akan berkumpul di permukaan. Larva yang ada dipermukaan tersebut
diambil dengan menggunakan baskom volume 10 liter. Sebelum larva ditebar dilakukan
34
aklimatisasi suhu terlebih dahulu supaya larva bisa beradaptasi dengan lingkungan yang
baru. Selanjutnya larva ditebar kedalam bak pemeliharaan dengan cara dituang dengan
jumlah 250.00 - 300.000 ekor/bak atau 34 41 ekor/liter. Padat tebar 40 ekor/liter
memberikan tingkat keleluasaan hidup lebih baik pada masa pemeliharaan larva ikan
kerapu untuk umur 1 15 hari dan 10 ekor/liter untuk masa pemeliharaan larva umur
15 30 hari.

Tabel 3. Jumlah tebar larva pada bak pemeliharaan larva

Tanggal Bak Jumlah ekor/bak Jumlah ekor/liter

05 April 2014 A 300.000 41


06 April 2014 B 300.000 41
07 April 2014 C 250.000 34

3.5.2.Perkembangan Larva

Dari hari pengamatan saat praktek, larva kerapu macan yang baru menetas
berwarna putih transparan dan bersifat planktonis yaitu yaitu melayang-layang
dipermukaan air serta masih mempunyai kuning telur (volk egg).

Selanjutnya larva berumur satu hari (D.1), untuk lebih jelasnya larva umur D.1
dapat dilihat pada gambar 21, mengalami beberapa kali metamorphosis hingga berumur
35 hari (D-35). Untuk lebih jelasnya perkembangan larva kerapu macan hingga menjadi
benih D.35 hari dapat dilihat pada tabel 6.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sutrisno, et al., (2004), bahwa telur kerapu akan
menetas dan berubah menjadi larva setelah 20 25 jam dari pemijahan. Larva yang
berumur satu hari (D.1) D.2 berwarna putih transparan, bersifat planktonis, bergerak
mengikuti arus, alat penglihatan (mata) belum berfungsi, serta masih mempunyai yolk
egg (kuning telur) sebagai cadangan makanan sehingga larva belum membutuhkan
pakan tambahan dari luar tubuhnya

35
Tabel 4. Perkembangan Larva Kerapu Macan Pada tanggal 5 April 6 Mei 2014

Umur Tanggal Pengamatan Keterangan


Telur baru menetas dan memiliki kuning telur
D0 05 April 2014
sebagai cadangan makanan.
Larva bersifat (planktonis), bergerak mengikuti
D1 06 April 2014 arus, memiliki cadangan makanan berupa kuning
telur, warna putih transparan.
Larva bersifat planktonis, sistem penglihatan
D2 07 April 2014 sudah mulai terlihat dan masih memiliki kuning
telur.
Sudah terlihat dua bintik hitam yaitu system
D3 08 April 2014 penglihatan dan organ organ pencernaan sudah
terbentuk.
Spina/duri sirip punggung dan sirip perut terlihat
D6 11 April 2014
seperti tonjolan.
Spina/duri sirip punggung dan sirip perut sudah
D9 14 April 2014
terlihat jelas.
D11 16 April 2014 Spina mulai memanjang.
D15 20 April 2014 Spina tampak semakin memanjang.
21 April 30 April Spina bertambah panjang.
D16-25
2014
Spina sirip punggung dan dada mereduksi menjadi
sirip keras, terlihat ada bintik-bintik hitam pada
D26-35 01 Mei 09 Mei 2014
bagian ekor, tubuh larva bertambah panjang
menjadi benih.

Pada saat kerapu berumur D.3, cadangan makanan atau kuning telur sudah
terserap habis, mulut dan sistem penglihatan sudah mulai berfungsi sehingga larva
membutuhkan pakan dari luar tubuhnya. Pada larva D.6 bakal sirip punggung dan sirip
perut mulai tampak berupa tonjolan dan larva D.9 spina sudah terlihat jelas.
Pertambahan panjang spina berlangsung sampai larva berumur D.20 D.25 dan
selanjutnya akan mereduksi menjadi duri keras pertama pada sirip dorsal dan sirip perut.
Mereduksinya spina sampai umur D.30 D.35 diikuti dengan bertambah panjangnya
36
tubuh larva menjadi ikan muda sampai umur D.35 D.40 dan selanjutnya ikan muda
mengalami perubahan warna (pigmentasi) yang sama seperti ikan dewasa. Sutrisno, et
al., (2004). Larva umur D.1 dapat dilihat pada Gambar 21 dibawah ini.

Gambar 21. Larva D.1 Pembesaran 400x (Umur 1 Hari)

3.5.3.Penyiponan dan Pergantian Air Larva

Air laut yang digunakan untuk pemeliharaan larva kerapu macan adalah air laut
murni yang diambil langsung dari laut yang sebelumnya telah diendapkan di dalam
tandon, setelah diendapkan di dalam tandon air laut tersebut selanjutnya dialirkan ke
bak-bak pemeliharaan larva dengan menggunakan pompa. Sebelum air dimasukkan ke
dalam bak pemeliharaan larva air disaring terlebih dahulu dengan filter bag.

Selain itu untuk menjaga kualitas air agar tetap baik dan tetap berada pada kisaran
yang baik pada bak pemeliharaan larva kerapu macan di BBPBL Lampung juga
dilakukan penyiponan, penyiponan dilakukan pada larva berumur D.20-D.35. Alat yang
digunakan untuk menyipon dasar bak terbuat dari pipa paralon dengan diameter 1 inchi
sepanjang 2 meter, dimana salah satu ujungnya dipasang spon sepanjang 15 cm dan
lebar 5 cm sebagai pembersih bagian dasar bak pemeliharaan. Penyiponan ini bertujuan
untuk membuang hasil metabolisme dan pakan yang tidak termakan yang mengendap di
dasar bak pemeliharaan. Pergantian air pada bak pemeliharaan larva kerapu macan
dilakukan pada larva berumur D.8-D.15 sebanyak 5-10%, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 5.

37
Tabel 5. Pergantian Air Larva Kerapu Macan.

No Umur Larva Pergantian Air

1. D.8-D.15 5- 10 %

2. D.15-D.25 25-50 %

3. D.25-D.30 50-100 %

4. D.30 > Sirkulasi

Pada umur D.30-D.35 pergantian air pada bak larva dilakukan dengan sistem air
mengalir pada pagi, siang dan malam hari.

Hal ini sesuai dengan pendapat Sutrisno, et al., (2004) yang menyatakan
penyiponan dapat dilakukan setelah larva D.20 atau dengan melihat kondisi dasar bak
pemeliharaan larva, apabila sudah kotor maka dilakukan penyiponan. Penyiponan
ditujukan untuk membuang sisa hasil metabolisme, pakan buatan yang tidak termakan
dan kotoran lain yang mengendap didasar bak pemeliharaan. Pergantian air mulai
dilakukan pada larva D.8-D.15 sebanyak 5-10%. Pergantian air semakin meningkat
dengan bertambahnya umur larva. Setelah larva berumur 15-25 hari, pergantian air
dilakukan sebesar 25-50% dan selanjutnya pergantian air dilakukan sebanyak 50-100%
setelah larva berumur 25-30 hari dengan cara air mengalir secara perlahan sepanjang
hari.

3.5.4.Kualitas Air Larva

Adapun kualitas air media pemeliharaan larva yang diamati adalah : suhu, pH,
salinitas, dan DO.

a. Suhu

Hasil pengukuran suhu pada pagi hari adalah 30C dan siang hari adalah 31C,
fluktuasi suhu tidak terlalu tinggi hal ini disebabkan karena pemeliharan larva dilakukan
pada bak terkontrol dan pada malam hari bak ditutup dengan plastik untuk mencegah
fluktuasi suhu. Kisaran suhu ini masih tergolong baik untuk pemeliharaan larva. Hal ini
sesuai dengan pendapat, Subyakto dan Suriawan, (2008) yang menyatakan selama
masa pemeliharaan larva, kualitas air yang ideal adalah suhu 28-32C.

38
Langkah-langkah mengukur suhu air media pemeliharaan larva adalah sebagai
berikut:

1. Memasukkan dan mencelupkan ujung bawah termometer (alkohol) ke dalam wadah


pemeliharaan yang akan diukur suhu airnya.
2. Mendiamkan beberapa saat hingga permukaan alkohol tidak bergerak lagi (stabil)
selama lima menit.
3. Mencatat skala yang ada pada termometer, yang merupakan nilai dari pada suhu
pada wadah pemeliharaan.

b. pH

Pengukuran pH rutin dilakukan setiap satu minggu sekali, hasil pengukuran pH


berkisar antara 8,04-8,06, hasil pengukuran pH yang diperoleh masih baik untuk
pemeliharaan larva kerapu macan. Hal ini sesuai dengan pendapat Subyakto dan
Suriawan, (2008) yang menyatakan selama masa pemeliharaan larva, kualitas air yang
ideal adalah pH 7,8 - 8,3.

Langkah-langkah mengukur pH, yaitu:


1. Menyiapkan pH meter.
2. Mengukur pH dengan frekuensi pengukuran satu minggu sekali.
3. Menghidupkan pH meter dengan menggeser tombol ON pada alat tersebut.
4. Mengkalibrasi skuid pH meter terlebih dahulu dengan menggunakan aquades
hingga nilai di layar stabil.
5. Mencelupkan skuid pH meter pada satu titik media pemeliharaan yaitu pada badan
air.
6. Mencatat data yang tampil di layar pH meter.

c. Salinitas

Hasil pengukuran salinitas adalah 32 ppt, hasil pengukuran salinitas yang


diperoleh selama pemeliharaan larva masih baik untuk pemeliharaan larva kerapu
macan. Hal ini sesuai dengan pendapat Subyakto dan Suriawan, (2008) yang
menyatakan selama masa pemeliharaan larva, kualitas air yang ideal adalah salinitas
berkisar antara 31-32 ppt.

39
Pengukuran salinitas dengan menggunakan alat Refraktometer. Untuk mendapatkan
ketepatan tingkat salinitas atau kadar garam, sebelum digunakan sebaiknya alat
Refraktometer tersebut dilakukan kalibrasi dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Membuka penutup prisma yang ada pada refraktometer.
1. Meneteskan (1 - 2 tetes) aquades pada prisma.
2. Menutup kembali penutup prisma.
3. Mengamati nilai salinitasnya, apabila tidak menunjukkan nilai pada skala
0,maka aturlah skala yang ditunjukkan tersebut dengan cara memutar sekrup
pengatur (sambil terus diamati) hingga nilai ditunjukkan tepat pada skala 0 .
4. Membersihkan permukaan prisma dengan menggunakan tissu. Alat siap
digunakan.
d. Do (Oksigen terlarut)

Hasil pengukuran DO berkisar 5,11-5,13 ppm. Hasil pengukuran DO yang


diperoleh selama pemeliharaan larva masih baik untuk pemeliharaan larva kerapu
macan. Hal ini diduga disebabkan karena penggunaan aerasi yang tepat dan cukup pada
media pemeliharaan larva, sehingga kebutuhan oksigen dapat tercukupi dengan baik.
Hal ini sesuai dengan pendapat Subyakto dan Suriawan, (2008) yang menyatakan
selama masa pemeliharaan larva, kualitas air yang ideal adalah DO > 5 ppm.
Langkah-langkah pengukuran DO adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan Do meter digital.


2. Mengukur kandungan oksigen terlarut dengan frekuensi pengukuran satu kali
dalam seminggu.
3. Menghidupkan DO meter dengan menekan tombol ON pada alat tersebut.
4. Mengkalibrasi skuid DO meter terlebih dahulu hingga angka dilayar stabil.
5. Mencelupkan skuid DO meter pada satu titik media pemeliharaan yaitu pada
badan air.
6. Mencatat angka yang tertera/tampil pada layar DO meter.

3.5.5.Pemberian Pakan

Selama pemeliharaan larva kerapu macan, larva diberikan pakan alami dan
pakan buatan. Pakan alami yang diberikan adalah fitoplankton jenis
Nannochloropsisoculata sebagai pakan dari Brachionus plicatilis, Zooplankton jenis
40
Brachionus plicatilis / rotifera dan naupli artemia sebagai pakan larva kerapu.
Sedangkan pakan buatan yang diberikan dengan merk dagang Love Larva. Pemberian
pakan pada pemeliharaan larva kerapu macan dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Pemberian Pakan Nannochloropsis oculata

Pemberian Nannochloropsis oculata dimulai pada larva berumur D-2 sampai


D-20. Pemberian dilakukan dengan cara mengalirkan Nannochloropsis oculata
menggunakan pompa dari bak penampungan Nannochloropsis oculata ke bak
pemeliharaan larva yang tujuannya diduga adalah untuk pakan rotifer. Hal ini sesuai
dengan pendapat (Sutrisno, et al., 2004) yang menyatakan bahwa pemberian
fitoplankton dalam bak larva dimaksudkan sebagai penetral kualitas air terhadap gas
beracun dan sebagai pakan rotifer yang ada dalam bak pemeliharaan.

Kepadatan pemberian Nannochloropsis yang diberikan adalah 2-4 x 104, hal ini
sesuai dengan pendapat (Sutrisno, et al., 2004) yang menyatakan bahwa larva kerapu
macan umur D.1 pada media pemeliharaan diberi fitoplankton dari jenis
Nannochloropsis, Dunaliella sp atau Tetraselmis sp. Akan tetapi yang sering digunakan
adalah Nannochloropsis dengan kepadatan 2-4 x 104 sel/ml.

b. Pemberian Pakan Rotifera ( Brachionus plicatilis ).

Pakan awal yang diberikan pada larva kerapu adalah pakan hidup yaitu rotifera
yang diberikan pada larva berumur D-3 sampai D-20, dengan frekuensi pemberian yaitu
2 kali sehari yaitu pada pagi hari jam 08.00 Wib dan pada sore hari yaitu jam 15.00
Wib. Banyaknya rotifer yang diberikan tergantung kepadatan rotifer yang ada di dalam
bak pemeliharaan larva. Untuk mengetahui kepadatan rotifer di dalam bak dilakukan
pengamatan setiap hari dengan menggunakan gelas ukur. Sebelum rotifera diberikan
terlebih dahulu diberikan Nannoclorophsis oculata sebagai pakan rotifer di dalam bak
larva kerapu macan. Rotifera diberikan dengan kepadatan 3-6 ind/ml, hal ini sesuai
dengan pendapat (Sutrisno, et al., 2004) yang menyatakan bahwa pakan awal larva
kerapu adalah pakan hidup yaitu rotifer yang diberikan pada larva D.3. Kepadatan
pakan yang diberikan sebanyak 3-6 ind/ml. Rotifer diberikan hingga larva D.20.

41
c. Artemia

Naupli artemia diberikan pada larva berumur D-15 sampai D-35, pemberian
artemia dilakukan sampai larva dipindahkan ke bak pendederan. Artemia yang
digunakan adalah merk High 5. Penetasan kista artemia menggunakan bak kerucut
( conicle tank ) dengan volume 100 liter selama 24 jam.

Langkah langkah penetasan artemia


Siapkan wadah kultur artemia dan aerasi yang teleh di bersihkan
Masukkan air media yang telah di saring dengan filter bag
Masukkan telur artemia dengan dosis 3 5 gram/liter
Kemudian aerasi yang kuat agar telur teraduk
Penen 24 jam setelah kultur
Setelah menetas artemia dipanen dan dipindahkan ke dalam aquarium volume 90
liter dan diberi minyak cumi sebanyak 5 ml sebagai pengkaya. Pada awal pemberian
artemia yaitu pada umur D.15 pemberian dilakukan sedikit demi sedikit dan respon
larva terhadap pakan artemia sangat cepat. Pemberiannya dilakukan menggunakan
gayung dan diberikan pada setiap titik aerasi. Setelah larva merespon pakan artemia
yang diberikan selanjutnya pemberian artemia dilakukan setiap hari sebanyak tiga kali
sehari pada pagi pukul 09.00, siang pukul 11.00 dan sore pukul 15.00 WIB.
Kepadatan pemberian artemia pada D-15 sampai D-35 atau sampai larva
dipindahkan ke bak pendederan adalah sebanyak 1-3 sel/ml, hal ini sesuai dengan
pendapat (Sutrisno, et al., 2004) yang menyatakan bahwa pemberian naupli artemia
diberikan dengan kepadatan 1-3 sel/ml dan diberikan sehari sebanyak 3 kali pada pagi,
siang dan sore hari. Untuk lebih jelas skema pemberian pakan pada larva dapat dilihat
pada Gambar 22 dibawah ini.

------------------ Pakan Buatan -----------------


--------Naupli Artemia ------
---------------------- Rotifer -------------------------
----------------- Nannochloropsis ------------------------
Hari
0 5 10 15 20 25 30

Gambar 22. Skema Pemberian Pakan pada Larva Kerapu Macan


42
d. Pakan Buatan

Pakan buatan yang digunakan adalah dengan merek dagang Love Larva. Dari
hasil pengamatan saat praktek, pakan buatan mulai diberikan pada larva berumur D.17
secara adlibitum atau sekenyang-kenyangnya dengan cara ditebar merata pada
permukaan bak pemeliharaan larva, pada saat awal pemberian pakan diberikan pakan
buatan Love Larva No 1, pada saat awal pemberian pakan buatan ini, pakan buatan
diberikan sedikit demi sedikit dan sambil diamati setiap jamnya, apabila pakan habis
maka ditambahkan pakan buatan lagi.

Pada larva berumur D.29 pakan buatan yang diberikan diganti dengan Love
Larva No 2, dan diberikan hingga pemanenan pada umur D.35. Pemberian pakan buatan
dimaksudkan untuk mencegah kekurangan nutrisi dan gizi yang tidak terdapat pada
pakan alami. Pemberian pakan buatan ini dilakukan terus sampai larva menjadi benih.
Hal ini sesuai dengan pendapat (Sutrisno, et al., 2004) yang menyatakan pemberian
pakan buatan dilakukan sedikit demi sedikit dan diamati setiap satu jam sekali, apabila
pakan terlihat habis ditambahkan lagi. Pakan buatan yang diberikan ukurannya berbeda-
beda sesuai dengan bukaan mulut larva. Pemberian pakan buatan dilakukan terus
sampai larva menjadi benih. Untuk lebih jelasnya pakan buatan yang digunakan dapat
dilihat pada Gambar 23 di bawah ini.

Gambar 23. Pakan Buatan Love Larva

43
3.6. Penyakit Pada Kerapu dan Pengobatannya

Penyakit dapat diartikan sebagai suatu gangguan fungsi atau terjadinya perubahan
anatomi kimia maupun fisiologi organ tubuh. Penyebabnya dapat dibedakan atas
penyebab patogen dan non patogen. Penyakit yang disebabkan oleh organisme petogen
disebut juga sebagai penyakit patogenik, yaitu disebabkan oleh bakteri, virus, cendawan
maupun parasit. Penyakit non patogen dikenal dengan penyakit non patogenik, misalnya
disebabkan oleh kekurangan gizi, faktor genetik, maupun oleh lingkungan. Timbulnya
penyakit adalah akibat adanya interaksi antara ikan dengan patogen dan lingkungannya
dalam kondisi yang memungkinkan.

3.6.1.Penyakit Pada Induk

Penyakit yang menyerang induk ikan kerapu macan di Balai Besar Pengembangan
Budidaya Laut Lampung adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Parasit ini
menyerang pada bagian mata dan kulit induk kerapu macan. Parasit ini dapat
mengakibatkan kebutaan pada ikan. Untuk pengobatannya dapat dilakukan dengan
perendaman ikan kerapu macan menggunakan air tawar, jamur akan terlepas dengan
sendirinya setelah direndam selama 15 30 menit.

3.6.2.Penyakit Pada Larva

Penyakit pada larva ikan kerapu pada umumnya disebabkan oleh faktor non
patogenik yaitu lingkungan. Faktor lingkungan erat kaitannya dengan kualitas air.
Terjadinya perubahan kualitas air dapat menyebabkan penyakit, bahkan dapat
menimbulkan kematian pada larva ikan kerapu. Selama kegiatan Pembenihan larva
terserang iredo virus. Penyakit yang biasa menyerang larva yaitu iredo virus yang
ditandai dengan gejala seperti nafsu makan berkurang, warna larva sedikit merah ke
orange, gerakan perut menghadap keatas, Kematian perlahan. Iredo Virus pada
umumnya adalah sifat bawaan yang terdapat dalam induk, karena kualitas air di KJA
(Keramba Jaring Apung) yang tercemar, dan menyerang telur dan akan Menyerang
larva dari umur D17 keatas. Tindakan pencegahan yang dilakukan yaitu dilakukan
perendaman dengan Acriflavine atau Methylene Green (MG) dengan dosis 5 ppm.
Perendaman dilakukan dengan sistem air mengalir.

44
Selain itu pencegahan yang di lakukan di BBPBL Lampung adalah dengan cara
pemberian Probiotik ( Lactobacillus ) yang bertujuan untuk menetralkan kualitas air di
bak larva, dan untuk mencegah hama dan penyakit pada larva. Pemberian Probiotik di
lakukan dengan cara di beri air 4 liter dan di aerasi kuat, agar teraduk dengan rata.
Pemberian Probiotik di lakukan di bak larva setelah diaerasi kuat selama 4 jam. Untuk
lebih jelasnya prebiotik yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 24 di bawah ini.

Gambar 24. Probiotik.

3.7. Pemanenan dan Grading

Pemanenan larva dilakukan pada umur D.34 D.35 hari karena larva telah
melewati masa kritis yang menimbulkan banyak kematian, spina pada larva pun telah
mereduksi dan morfologinya telah sempurna. Pemanenan larva dilakukan secepat
mungkin dan sangat hati-hati untuk menekan seminimal mungkin hal-hal yang
menyebabkan kestresan larva, karena sifat larva yang sangat sensitif terhadap
goncangan. Pemanenan dilakukan pada pagi hari, yang sebelumnya larva sudah
dipuasakan. Pemanenan dapat dilakukan setelah larva menjadi benih yang sudah siap
untuk dipindahkan ke bak-bak pendederan. Sebelum dilakukan pemanenan ikan
dipuasakan terlebih dahulu.
Pemanenan larva dilakukan dengan cara membuka pipa pemanenan dan pada
bagian luar pipa pemanenan telah dipasang waring kolektor berukuran 150 x 60 x 50 cm
dengan ukuran mata jaring 250 mikron dan pada bagian sudut waring dipasang
pemberat agar waring tidak mengapung. Waring kolektor ini berfungsi sebagai wadah
menampung larva yang keluar pada saat pembuangan air. Setelah larva terkumpul pada
waring kolektor, larva diambil menggunakan baskom bersamaan dengan airnya.

45
Kemudian larva dipindahkan ke dalam bak pendederan. Untuk lebih jelas pemanenan
larva dapat dilihat pada gambar 25 di bawah ini.

Gambar 25. Pemanenan Larva

Selama pemeliharaan larva sampai umur 35 hari jumlah larva yang diperoleh
40.500 ekor. Hasil panen larva sampai D.35 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Larva yang dihasilkan Sampai Umur 35 Hari.

Bak Jumlah Tebar (ekor) Jumlah Panen (Ekor) SR ( %)

A 300.000 12.800 5,12


B 300.000 13.200 4,4
C 250.000 14.500 4.7

Pada saat pemindahan larva ke bak pendederan dilakukan grading untuk


menyeragamkan ukuran larva pada bak pendederan. Grading dilakukan untuk
mengurangi kanibal, mencegah terjadinya persaingan memperoleh pakan. Grading
adalah memisahkan ukuran ikan besar dari ikan yang kecil, sehingga ukuran ikan relatif
lebih seragam sehingga dapat menekan kematian ikan karena kanibal.
Grading dilakukan dengan cara, larva yang ada di dalam bak pendederan diserok
menggunakan tudung saji kemudian larva dipilih satu persatu sesuai dengan kelompok
ukurannya yang seragam. Pengambilan larva menggunakan gayung dan juga dapat

46
menggunakan gelas plastik. Pengambilan larva ini dilakukan dengan airnya agar ikan
tidak menjadi stres. Hal ini sesuai dengan pendapat Hermawan, et al. (2001) yang
menyatakan bahwa dalam melakukan grading harus dilakukan dengan hati hati karena
pada saat grading akan terjadi banyak sentuhan yang dapat menyebabkan larva mati.
Untuk menghindari kematian dapat dilakukan grading dengan cara memilih ikan dengan
mengikutkan airnya agar dapat mengurangi tingkat stres. Untuk lebih jelasnya preses
grading dapat dilihat pada Gambar 26 di bawah ini.

Gambar 26. Greding Larva Kerapu Macan

3.8. Pemeliharaan Benih

3.8.1.Persiapan Bak Benih

Di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung bak pemeliharaan benih


berbentuk bulat yang terletak di ruangan tertutup. Bak terbuat dari bahan fiber dengan
volume 3 m3. Untuk mencukupi kebutuhan oksigen dalam bak pemeliharaan larva
dilengkapi dengan aerasi, bak juga dilengkapi saluran pemasukan dan saluran
pengeluaran air. Hal ini sesuai dengan Andiastuti et al. (1999), bak fiberglass yang
tahan terhadap benturan dan beban atau tekanan air sesuai dengan volume yang
ditentukan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 27 di bawah ini.

47
Gambar 27. Bak Pemeliharaan Benih
Sebelum digunakan terlebih dahulu bak dan peralatan yang di pakai seperti
selang aerasi, batu aerasi, timah pemberat dan peralatan lainnya disiram dengan kaporit
100 ppm kemudian di cuci sampai bersih. Hal ini dilakukan untuk mensterilkan semua
peralatan supaya bebas dari penyakit seperti bakteri dan jamur.

3.8.2.Pemberian Pakan

Pemberian pakan benih menggunakan pakan buatan dengan merk Love larva
dan KRA yang diberikan 5 6 kali dalam sehari yaitu pada pukul 07.00, 09.00, 11.00,
13.00, 15.00 dan 17.00 WIB. Pemberian pakan menggunakan pakan buatan ini karena
pakan buatan memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dan dapat dibuat sesuai dengan
kebutuhan ikan. Pemberian pakan dilakukan sampai ikan kenyang atau adlibitum.
Kebutuhan nutrisi untuk benih kerapu harus memiliki kadar protein yang tinggi karena
tergolong hewan karnivora. Jenis pakan yang umum digunakan dalam kegiatan
pendederan yaitu pakan buatan.

3.8.3.Pengelolaan Kualitas Air

Untuk menjaga kualitas air pada bak pemeliharaan benih tetap baik yaitu dengan
cara pergantian setiap hari sebanyak 100 150%. Penyiponan dasar bak dilakukan 1-2
kali sehari setelah pemberian pakan dan pembersihan bak apabila sudah kotor atau
ditumbuhi lumut dengan demikian kualitas air dapat dipertahankan dengan baik. Selain
itu pada bak pendederan dilakukan sirkulasi air selama 24 jam nonstop. Pada masa
pendederan benih memerlukan pergantian air mengalir secara terus menerus selama 24
jam.
48
Selama pemeliharaan benih pengukuran kualitas air menunjukkan kisaran yang
ideal untuk pembenihan kerapu macan. Selama Praktek Kerja Lapang kisaran suhu pada
bak pemeliharaan benih yaitu 28 30 oC. Suhu optimal untuk pembenihan kerapu
berkisar antara 2535 oC. Kisaran salinitas selama pemeliharaan benih yaitu 30 32
ppt, Salinitas yang ideal untuk pemeliharaan kerapu macan adalah 30 35 ppt. Kisaran
oksigen terlarut selama pemeliharaan benih yaitu 5,3 5,6 ppm, Oksigen terlarut untuk
pembenihan kerapu macan > 5 ppm.

3.8.4.Grading

Grading bertujuan untuk menyeragamkan ukuran benih, mengurangi sifat


kanibalisme dan mengurangi persaingan dalam mendapat makanan. Grading dilakukan
setiap 5 hari sekali atau jika ukuran benih tidak seragam. Grading dilakukan dengan alat
bantu berupa tudung saji, gayung dan ember untuk menangkap benih dan tempat
grading. Pemilihan benih dilakukan satu persatu sesuai dengan ukuran benih. Apabila
telah seragam benih dimasukkan lagi ke bak pemeliharaan. Grading atau pemilahan
ukuran adalah salah satu kegiatan dalam pendederan untuk menyeleksi sekaligus
memilah-milah benih sesuai dengan ukurannya. Untuk lebih jelasnya proses grading
dapat dilihat pada Gambar 28 di bawah ini.

Gambar 28. Grading


3.8.5.Pemanenan Benih

Proses pemanenan di mulai dengan mempersiapkan semua bahan dan alat yang
di perlukan untuk kegiatan panen. Kemudian proses pemanenan di mulai dengan
menurunkan permukaan air dengan cara membuka saluran outlet. Kemudian benih di
tangkap dengan di giring menggunakan bantuan alat, yaitu serokan dan tudung saji

49
yang di beri pelampung dan di tampung di dalam tudung saji. Sebelum di lakukan
pemanenan benih, di puasakan antara 12 24 jam, tergantung lama pemeliharaan.

3.8.6.Pengepakan dan Transportasi

Sistem pengangkutan yang dilakukan di BBPBL Lampung adalah sistem


tertutup yaitu dengan menggunakan plastik packing yang diisi oksigen dari tabung
oksigen. Tahap awal pengepakan adalah benih terlebih dahulu ditampung pada bak
volume 1m dan diberi aerasi selama 25 menit. Selanjutnya benih dimasukkan ke dalam
plastik packing berukuran panjang 125 cm x lebar 60 cm x dengan ketebalan plastic 0,6
mm yang dirangkap sebanyak 2 buah plastic dengan kepadatan 300 ekor/kantong
plastik. Pengisian oksigen ke dalam plastik packing dengan perbandingan air dan
oksigen 1 : 3.
Selanjutnya plastik packing diikat menggunakan karet gelang, kemudian
dimasukkan ke dalam box styrofoam dan diberikan es batu sebanyak 2 buah yang
sebelumnya es batu telah dibungkus koran terlebih dahulu. Setelah itu box styrofoam
ditutup dan dilakban dengan kuat dan rapat agar posisi plastik di dalamnya tidak
bergeser dan tidak menyebabkan ikan menjadi stress. Pada bagian luar box styrofoam
diberi kode atau nomor. Selanjutnya box styrofoam dimasukkan ke dalam mobil pick up
dan disusun dengan rapi lalu diikat agar selama perjalanan tidak jatuh.
Hal ini sesuai dengan pendapat Dhoe, et al ., (2004), yang menyatakan tujuan
panen benih dari bak pemeliharaan larva adalah untuk melanjutkan kegiatan ke tahap
berikutnya dalam lingkup usaha pembenihan yaitu kegiatan pendederan. Umur benih
pada kondisi ini biasanya berkisar antara 30-40 hari dan mencapai ukuran 1,5-2 cm.
Persiapan panen yang perlu dilakukan adalah mempersiapkan peralatan panen
yang akan dipergunakan seperti keranjang pelastik, ember, jaring, gayung dan baskom,
agar pemanenan dapat berjalan dengan baik. Adapun panen dilakukan dengan cara
menggiring ikan ke sudut bak, setelah terkumpul ikan dipanen dengan menggunakan
baskom dan langsung dipindahkan ke bak pendederan yang telah disiapkan.

Setelah jumlah ikan yang berada di permukaan berkurang, pemanenan dilanjutkan


dengan cara mengurangi air media pemeliharaan hingga tersisa - bagian dari volume
awal. Ikan digiring ke sudut bak dan ditangkap dengan keranjang pelastik kemudian
dimasukkan ke dalam baskom dan dipindahkan ke bak pendederan, atau siap dihitung

50
dan dikemas jika akan ditebar ke lokasi yang berbeda. Sebelum dilakukan pemanenan,
sebaiknya benih dipuasakan atau tidak diberi pakan selama minimal 1 hari.

Pengemasan benih dilakukan setelah benih, bahan dan sarana telah siap. Bahan
dan sarana yang diperlukan adalah : benih yang telah dipuasakan, kantong plastik poly
ethylin dengan ketebalan plastik 0,6 mm berukuran 50 cm x 80 cm, kotak kardus atau
insulator (styrofoam), selotip besar, oksigen murni, es batu dalam kantong plastik 0,5
kg yang dibungkus dengan kertas koran dan air laut bersih. Dhoe, et al ., (2004)

Adapun proses pengemasan adalah sebagai berikut : air laut bersih ditampung
pada bak penampungan volume 0,5-1 m dan diearasi dengan oksigen murni selama 20-
30 menit, untuk meningkatkan kandungan oksigen terlarut di dalam air media
pengangkutan. Kantong plastik rangkap dua diisi air laut bersih yang telah disiapkan
sebanyak 1 bagian (5-6 liter). Benih yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam kantong
dan ditambahkan oksigen murni dengan terlebih dahulu membuang udara yang ada di
dalam kantong plastik hingga permukaan air dalam kantong. Oksigen murni
dimasukkan dengan menggunakan selang sebanyak tiga bagian dari volume kantong
dan diikat rapat menggunakan karet gelang. Perbandingan oksigen sebaiknya 1 : 3.
Kemudian kantong tersebut dimasukkan ke dalam kotak kardus atau styrofoam
dengan ditambah es batu yang terbungkus kantong plastik dan dibungkus koran
diletakkan diluar kantong plastik benih sebanyak 1 atau 2 bungkus. Selanjutnya
styrofoam ditutup rapat dan diselotip sehingga penutup tidak dapat terbuka dan diberi
label. Dhoe, et al ., (2004). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 29 di bawah
ini.

Gambar 29. Proses Pengepakan


51
IV. ANALISA USAHA

4.1. Biaya Investasi

Biaya investasi yaitu modal awal yang harus dikeluarkan untuk usaha
pembenihan kerapu macan. Biaya investasi ini mencangkup barang barang yang lebih
dari satu tahun penggunaanya. Biaya Investasi yang dikeluarkan dalam pembenihan
Ikan kerapu macan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung, mencapai
Rp. 548.850.000 dengan biaya penyusutan sebesar Rp. 395.310.000.

Tabel 7. Biaya Investasi

No Uraian Satuan Harga/unit Nilai Investasi

1 Bak

a.Larva, 10 m 2 buah 8,000,000 16,000,000

b.Pendederan, 2 m 15 buah 2,000,000 30,000,000

c.Fitoplankton, 20 m 4 buah 10,000,000 40,000,000

d.Zooplankton, 10 m 3 buah 4,500,000 9,000,000

e.Tandon, 30 m 2 buah 20,000,000 40,000,000

f.Conical tank, 1 m 1 buah 1,200,000 1,200,000

2 Akuarium, 100 liter 8 buah 150,000 1,200,000

3 Keramba Jaring Apung 1 unit 50,000,000 50,000,000

4 Peralatan

a.Laboratorium 1 unit 15,000,000 15,000,000

b.Lapangan 1 unit 8,000,000 8,000,000

c.Panen dan Packing 1 unit 5,000,000 5,000,000

d.Hatchery 1 unit 50,000,000 50,000,000

5 Laboratorium, 8x4 m 1 unit 30,000,000 30,000,000

6 kantor dan Gudang, 8x4 m 1 unit 30,000,000 30,000,000

7 Rumah Pompa, 3x5 m 1 unit 4,500,000 4,500,000

8 Rumah Blower, 3x6 m 1 unit 4,500,000 4,500,000

9 Rumah Genset, 2x3 m 1 unit 1,800,000 1,800,000

52
10 R. Bak Larva 1 unit 45,000,000 45,000,000

11 Instalasi Air Laut 1 unit 6,000,000 6,000,000

12 Instalasi Air Tawar 1 unit 6,000,000 6,000,000

13 Instalasi Aerasi 1 unit 4,000,000 4,000,000

14 Genset 35 gva 1 unit 15,000,000 15,000,000

15 Pompa air

a.4 inchi 1 unit 3,150,000 3,150,000

b.3 inchi 2 unit 2,000,000 4,000,000

16 Filter air 1 unit 10,000,000 10,000,000

17 Distibusi air laut

a.Pipa PVC 4 inchi 1 unit 4,000,000 4,000,000

b.Pipa PVC 2 inchi 1 unit 2,500,000 2,500,000

18 Freezer, 500 liter 1 buah 6,000,000 6,000,000

19 Refrigenerator 1 buah 2,000,000 2,000,000

20 Sped boath 1 buah 45,000,000 45,000,000

21 Sewa lahan 6000 m 10,000 60,000,000

Total investasi 389,175,000 548,850,000

53
Tabel 8. Biaya Penyusutan

No Uraian Satuan Harga Total Harga Umur Nilai


Satuan Teknis Penyusutan
(Tahun)

1 Bak

a.Larva, 10 m 2 buah 8,000,000 16,000,000 10 1,600,000

b.Pendederan, 2 15 buah 2,000,000 30,000,000 10 3,000,000


m

c.Fitoplankton, 4 buah 10,000,000 40,000,000 10 4,000,000


20 m

d.Zooplankton, 3 buah 4,500,000 13,500,000 10 1,350,000


10 m

e.Tandon, 30 m 2 buah 20,000,000 40,000,000 10 4,000,000

f.Conical tank, 1 1 buah 1,200,000 1,200,000 5 240,000


m

2 Akuarium, 100 8 buah 150,000 1,200,000 8 150,000


liter

3 Keramba Jaring 1 unit 50,000,000 50,000,000 10 5,000,000


Apung

4 Peralatan

a.Laboratorium 1 unit 15,000,000 15,000,000 5 3,000,000

b.Lapangan 1 unit 8,000,000 8,000,000 4 2,000,000

c.Panen dan 1 unit 5,000,000 5,000,000 2 2,500,000


packing

d.Hatchery 1 unit 50,000,000 50,000,000 10 5,000,000

5 Laboratorium, 1 unit 30,000,000 30,000,000 10 3,000,000


8x4 m

6 Kantor dan 1 unit 30,000,000 30,000,000 10 3,000,000


gudang, 8x4 m

7 Rumah pompa, 1 unit 4,500,000 4,500,000 5 900,000


3x5 m

8 Rumah blower, 1 unit 4,500,000 4,500,000 5 900,000


3x6 m

9 Rumah Genzet 1 unit 1,800,000 1,800,000 5 360,000

10 Bak larva 1 unit 45,000,000 45,000,000 10 4,500,000

11 Instalasi air laut 1 unit 6,000,000 6,000,000 5 1,200,000

12 Instalasi air 1 unit 6,000,000 6,000,000 5 1,200,000

54
tawar

13 Instalasi aerasi 1 unit 4,000,000 4,000,000 5 800,000

14 Genzet 35 kva 1 unit 15,000,000 15,000,000 10 1,500,000

15 Pompa air

a.4 inchi 1 unit 3,150,000 3,150,000 10 315,000

b.3 inchi 2 unit 2,000,000 4,000,000 10 400,000

16 Filter air 1 unit 10,000,000 10,000,000 10 1,000,000

17 Distribusi air laut

a.Pipa PVC 4 1 unit 4,000,000 4,000,000 10 400,000


inchi

b.Pipa PVC 2 1 unit 2,500,0000 2,500,000 10 250,000


inchi

18 Freezer, 500 liter 1 buah 6,000,000 6,000,000 10 600,000

19 Refrigenerator 1 buah 2,000,000 2,000,000 10 200,000

20 Speet boath 1 buah 45,000,000 45,000,000 15 3,000,000

Total 395,300,000 493,350,000 55,365,000

4.2. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan tiap bulan namun di pengaruhi
kegiatan produksi. Biaya tetap yang dikeluarkan dalam pembenihan ikan Kerapu Macan
di BBPBL Lampung dikeluarkan untuk 1 tahun sebesar Rp. 181.365.000 Biaya tetap
dikeluarkan dari perawatan, izin usaha, gaji pegawai, yang dikeluarkan.

Tabel 9. Biaya Tetap

No Uraian Biaya Tetap / Biaya Tetap /


Bulan (RP) Tahun (RP)

1 Biaya penyusutan 55,365,000

2 Gaji

a.Teknisi 5 orang @Rp 1,500,000 7,500,000 90,000,000

b.Staf teknis 2 orang @Rp 1,500,000 3,000,000 36,000,000

Jumlah 181,365,000

55
4.3. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang berubah- ubah pengeluarannya dalam setiap
siklus . Biaya Variabel yang dikeluarkan untuk pembenihan Ikan Kerapu Macan di
BBPBL Lampung adalah sebesar Rp. 78.407.000 Komponen biaya Variabel untuk
kegiatan pembenihan.

Tabel 10. Biaya Variabel

No Uraian Satuan Harga Satuan Biaya Biaya


Variabel/Siklus Variabel/Tahun
(Rp) (Rp)

1 Induk 34 ekor 92 kg 50,000 4,600,000 13,800,000

2 Artemia 3 kaleng 425,000 1,275,000 3,825,000

3 Pakan induk

a.Rucah 90 kg 3,000 270,000 810,000

b.Cumi-cumi 45 kg 12,000 540,000 1,620,000

4 Bahan bakar

a.Solar 420 liter 5,500 2,310,000 6,930,000

b.Oli 200 liter 10,000 2,000,000 6,000,000

5 Multivitamin 750 gr 400 300,000 900,000

6 Pellet

a.Love larva no2 3 kg 41,500 124,500 373,500

b.Love larva no3 4 kg 25,000 100,000 300,000

c.Love larva no4 5 kg 24,000 120,000 360,000

d.Love larva no5 5 kg 20,000 100,000 300,000

e.Love larva no6 7,5 kg 12,500 93,750 281,250

f.Love larva no7 7,5 kg 12,500 93,750 281,250

g.Love larva no8 7,5 kg 12,500 93,750 281,250

h.Pellet KRA 15 kg 500,000 7,500,000 22,500,000

7 Kaporit 10 kg 7,500 75,000 225,000

8 Minyak ikan 20 ml 300 6,000 18,000

Total 19,601,750 58,805,250

56
4.4. Biaya Total Produksi

Total biaya merupakan biaya keseluruhan yang digunakan untuk kegiatan


produksi. Biaya produksi selama satu tahun di dapat dengan menjumlahkan biaya tetap
dan biaya variable.

Biaya Produksi = Biaya tetap + Biaya Variabel

Biaya Produksi = Rp. 181.365.000 + Rp. 58.805.250

= Rp. 240.170.250

4.5. Penerimaan

Penerimaan adalah jumlah yang diperoleh dari hasil penjualan ikan selam 1
siklus. Jumlah benih yang ditebar 127.200 ekor, dengan SR ( Survival Rate ) 80,1 0/0
dan size3 cm/ ekor, dengan Harga 2.400,- Perhitungan penerimaan sebagai berikut :

Produksi Benih Per siklus = 127. 200 ekor x 80,1 0/0

= 101.887 ekor

Produksi Benih Per Tahun (3 siklus ) = 101.887 ekor x 3 siklus

= 305.661 ekor

Penerimaan Pertahun = Produksi Benih/ Tahun x harga jual

= 305.661 ekor x 2.400

= Rp. 733.586.400

4.6. Keuntungan

Keuntungan adalah selisih atara pendapatan dengan total biaya ( produksi ).


Keuntungan diperoleh jika selisih antara pendapatan dengan Total Biaya bernilai
Positif. Keuntungan yang didapatkan

Keuntungan/ Siklus = Pendapatan (Biaya Total)

= Rp. 733.584.400 Rp. 240.170.250

= Rp. 493.414.150
57
4.7. Penimbangan Penerimaan ( B/C Ratio )

Penimbangan penerimaan atau analisis B/C ratio merupakan alat analisis yang
digunakan untuk melihat pendapat relatif suatu usaha dalam 1 tahun terhadap biaya
dipakai dalam kegiatan usaha. Suatu usaha dinyatakan layak apabila B/C ratio lebih
besar dari 1. Semakin tinggi B/C ratio, tingkat keuntungan suatu usaha akan semakin
tinggi. Perhitungan ini dilakukan untuk menganalisa efisiensi nilai ekonomis suatu
usaha, perhitungan B/C ratio sebagai Berikut :

B/C = TR/TC

B/C = Rp. 733.584.400

Rp. 240.170.250

= 3,05

Jadi, setiap Rp. 1 yang dikeluarkan, maka akan memperoleh hasil sebesar 3,05
atau keuntungan sebesar 2,05.

58
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Untuk membantu proses pematangan gonad dan menjaga kesehatan ikan


dilakukan pemberian Spirulina dan vitamin E (Nature E) berbentuk kapsul yang
masing masing diberikan sekali dalam seminggu. Pemberiannya dilakukan
dengan cara menyelipkan kapsul pada pakan rucah yang akan diberikan. Dengan
adanya pemberian Spirulina dan nature E induk yang ada di Balai Besar
Pengembangan Budidaya Laut Lampung dapat memijah dengan rutin setiap
bulannya.
2. Metode pemijahan dilakukan secara alami yaitu dengan cara mencampurkan
induk jantan dan induk betina dalam satu keramba jaring apung dan dibiarkan
memijah dengan sendirinya.
3. Pakan yang diberikan dalam pemeliharaan larva berupa Pakan alami dan pakan
buatan. Pakan alami yang diberikan dari jenis fitoplankton adalah
Nannocloropsis oculata dan dari jenis zooplankton adalah rotifer dan Artemia
salina. Sedangkan pakan buatan yang diberikan berupa pakan pelet dengan merk
dagang Love larva No 2, 3, dan 4.
4. Dari hasil pengamatan kualitas air pada bak pemeliharaan larva masih berada
pada kisaran normal bagi pemeliharaan larva yaitu Suhu berkisar antara 29 32
o
C, Salinitas antara 30 32 ppt, pH 7,1 8,1 dan oksigen terlarut 5,1 5,7 ppm.
5. Analisa usaha menunjukkan bahwa usaha pembenihan ikan kerapu macan ini
layak dan menguntungkan dengan besarnya keuntungan yang diperoleh pertahun
sebesar Rp 396.265.050,-. Dan setelah dihitung berdasarkan analisa pulang
pokok, titik impas usaha dapat diperoleh apabia dapat memproduksi benih
sebanyak 66.833 ekor/tahun atau usaha tersebut akan mencapai titik impas jika
penjualan benih mencapai Rp 200.051.724,- / tahun. Nilai B/C ratio yang
diperoleh > 1 yaitu 2,5 hal ini berarti usaha pembenihan kerapu macan ini layak
dikerjakan. Dan jangka waktu pengambilan modalnya pun cukup singkat yaitu
1,1 tahun atau 13 bulan 6 hari.

59
5.2. Saran

Pemberian pakan larva ikan kerapu macan sebaiknya tidak hanya diberikan pada siang
hari tetapi juga dilakukan pada malam hari karena kerapu merupakan ikan nokturnal
yaitu ikan yang aktif bergerak dan mencari makan pada malam hari.
1. Untuk meningkatkan kelangsungan hidup larva kerapu macan perlu dilakukan
upaya upaya antara lain mengembangkan jenis pakan tertentu yang memiliki
nilai nutrisi yang lebih baik, pemberian pakan dan pengontrolan pakan ke dalam
bak larva dapat dilakukan lebih teratur.
2. Adanya pemeriksaan ulang terhadap kondisi plankton sebelum dimasukkan atau
diberikan ke dalam bak pemeliharaan larva. Sebab apabila plankton yang
diberikan sudah tidak bagus atau sudah mati, akan berakibat memburuknya
kondisi kualitas air pada bak pemeliharaan larva.
3. Mengembangkan jenis pakan tertentu yang memiliki nilai nutisi yang lebih baik,
pemberian pakan dan pengontrolan pakan ke dalam bak larva dapat dilakukan
lebih teratur serta pengamatan kualitas air lebih ditingkatkan.

60
Lampiran 1. Struktur Organisasi Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut
(BBPBL) Lampung

Kepala Balai Besar


Pengembangan Budidaya
Laut (BBPBL) Lampung

Bagian Tata
Usaha

Sub Sub Bagian


Bagian Umum
Keuangan

Bidang Standardisasi & Bidang Pelayanan Teknik


Informasi

Seksi Standardisasi Seksi Informasi Seksi Sarana Seksi


Laboratorium Sarana
Lapangan

Kelompok Jabatan fungsional


(Perekayasa/Litkayasa/Pengawas/PHPI/Analis
Kepeg./Pranata Humas/Pustakawan)

61
Lampiran 2. Rincian Tugas Struktur Organisasi

1. Kepala Balai

Memimpin, merencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan agar dapat dicapai


tujuan/sasaran BBPBL berdasarkan kebijakan produksi benih di daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Seksi Standardisasi dan informasi

Seksi ini betugas melakukan penyiapan bahan standard teknik dan pengawasan
pembenihan, pembudidayaan ikan laut, pengendalian hama dan penyakit ikan,
pengendalian lingkungan, sumber daya induk dan benih, dan Pengelolaan jaringan
informasi dan perpustakaan.

3. Bidang Pelayanan Teknik

Bidang pelayanan teknik memiliki tugas melaksanakan pelayanan teknis, kegiatan


pengujian pengembangan, penerapan teknik dan pemantauan serta pengawasan
pembenihan dan pembudidayaan ikan laut.

4. Bagian Tata Usaha

Bagian tata usaha memiliki tugas melakukan administrasi keuangan, kepegawaian,


persuratan, perlengkapan dan rumah tangga serta pelaporan.

5. Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional memiliki tugas melaksanakan kegiatan perekayasaan,


pengujian, penerapan dan bimbingan penerapan standar/sertifikasi pembenihan dan
pembudidaya laut, pengendalian hama dan penyakit ikan, pengawasan benih dan
budidaya serta kegiatan lain yang sesuai dengan tugas masing-masing jabatan
fungsional berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kelompok jabatan
fungsional, litkayasa, pengawas benih, pengawas budidaya, dan pengendalian hama dan
penyakit ikan.

62
Lampiran 3. Seleksi Induk Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)

JANTAN BETINA
NO
Berat (kg) Panjang (cm) Berat (kg) Panjang (cm)

1 8,2 69 8,2 76

2 9,2 78 10,5 75

3 8,2 75 8,2 67

4 10 78 9,6 69

5 8,2 72 11,5 85

6 12,5 83 10,5 85

7 13 84 11,7 82

8 7,6 73 11,4 80

9 10,3 82 11,2 75

10 8,2 69 12,5 84

63
Lampiran 4. Contoh cara perhitungan jumlah total telur dan cara perhitungan
telur yang terbuahi.
1. Cara perhitungan jumlah total telur

Diketahui : - Hasil Sampling


1. 20
2. 19
3. 17
- Jadi rata - rata nya : 20 + 19 + 17 = 56 : 3 = 18,6
- Volume wadah sampling 6 ml = 166 liter
- Volume wadah penebaran telur = 1800 liter
Ditanya : Total Telur .... ?
Jawab : Jumlah rata-rata X volume wadah sampling X volume wadah penebaran telur
=18,6 x 166 x 1800 = 5.557.680 butir telur.
Jadi total telur adalah 5.557.680 butir telur.

Untuk mengetahui jumlah telur yang terbuahi dengan jumlah telur yang tidak
terbuahi maka di lakukan penyiponan telur dengan cara, aerasi diangkat selama 10 telur-
telur yang tidak terbuahi, setelah di sipon telur dihitung kembali untuk menentukan
menit kemudian telur-telur yang mengendap disipon, telur yang disipon tersebut adalah
tingkat telur yang terbuahi adalah sebagai berikut.

2. Cara perhitungan total telur yang terbuahi


Diketahui : Total telur = 5.557.680 butir

Telur yang terbuahi = 4.681.520 butir

Ditanya : FR .....?

Jawab : FR = Telur yang terbuahi X 100 %

Total telur

= 4.681.520 X 100 % = 82 %

5.557.680

Jadi FR adalah 82 %.

64
Lampiran 5. Jadwal Kegiatan

Hari ke- Hari / Tanggal Kegiatan

1 Kamis / 16-01-2014 Sampai di BBPBL Lampung


2 Jumat / 17-01-2014 Upacara dan serah terima
Pembagian komoniti
Perkenalan dengan pembimbing lapangan
Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
3 Sabtu / 18-01-2014 Pemberian pakan diaphanosoma dan
rotifer
ISOMA
4 Minggu / 19-01-2014 LIBUR
5 Senin / 20-01-2014 Apel pagi
Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
Menghitung kepadatan nanoo cloropsis
ISOMA
Filterisasi air steril
6 Selasa / 21-01-2014 Apel pagi
Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
Membuat pupuk conwy/walne teknis
ISOMA
7 Rabu / 22-01-2014 Apel pagi
Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
ISOMA
8 Kamis / 23-01-2014 Apel pagi
Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
Filterisasi porphy yudium
ISOMA
9 Jumat / 24-01-2014 Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
ISOMA
10 Sabtu / 25-01-2014 Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
Menghitung rotifer secara manual
ISOMA
11 Minggu / 26-01-2014 LIBUR
12 Senin / 27-01-2014 Apel pagi
Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
Panen spirulina sp
65
Pembuatan TSA (top soil agar)
ISOMA
13 Selasa / 28-01-2014 Apel pagi
Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
Membuat pupuk conwy PA
Penanaman fitoplankton menggunakan
media agar
ISOMA
14 Rabu / 29-01-2014 Apel pagi
Sterilisasi peralatn ruangan dan media
kultur
Persiapan wadah untuk mengkultur
spirulina sp
Menubuk spirulina yang telah
dikeringkan
ISOMA
15 Kamis / 30-01-2014 Apel pagi
Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
Menghitung kepadatan nanoo cloropsis
Kulur tetra selmis skala semi massal
ISOMA
Menghitung kapadatan tetra selmis
16 Jumat / 31-01-2014 Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
ISOMA
17 Sabtu / 01-02-2014 Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
ISOMA
18 Minggu / 02-02-2014 LIBUR
19 Senin / 03-02-2014 Apel pagi
Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
Kultur tetra selmis skala semi massal
Kultur duna liella skala semi massal
Kultur porphy yudium skala semi massal
ISOMA
Menghitung kepadatan awal duna liella
20 Selasa / 04-02-2014 Apel pagi
Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
Menyaring air laut
ISOMA
21 Rabu / 05-02-2014 Apel pagi
Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
66
Mencuci aquarium
Menyaring air steril
ISOMA
22 Kamis / 06-02-2014 Apel pagi
Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
Penyaringan air laut
Pembuatan natan
Mencuci aquarium
ISOMA
23 Jumat / 07-02-2014 Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
Pemanenan natan
Mencuci aquarium
ISOMA
24 Sabtu / 08-02-2014 Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
Mencuci aquarium
ISOMA
25 Minggu / 09-02-2014 LIBUR
26 Senin / 10-02-2014 Apel pagi
Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
Kultur spirulina sp
Kultur nitzcia
Pemanenan natan
ISOMA
Menumbuk tetra selmis
27 Selasa / 11-02-2014 Apel pagi
Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
Kultur tetra selmis skala semi massal
Kultur porphyudium skala semi massal
Penyaringan air laut
ISOMA
28 Rabu / 12-02-2014 Apel pagi
Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
Penyaringan air steril
ISOMA
29 Kamis / 13-02-2014 Apel pagi
Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
Penyaringan air laut
Kultur spirulina sp skala semi massal
Pembuatan natan nitzchia

67
ISOMA
30 Jumat / 14-02-2014 Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
Pemanenan natan nitzchia
Mencuci aquarium
ISOMA
31 Sabtu / 15-02-2014 Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
ISOMA
32 Minggu / 16-02-2014 LIBUR

33 Senin / 17-02-2014 Upacara


Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
Menyaring air laut
Kultur tetra selmis
ISOMA
34 Selasa / 18-02-2014 Apel pagi
Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
Pembuatan natan nitzchia
Pembuatan natan duna liella
ISOMA
35 Rabu / 19-02-2014 Apel pagi
Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
Pengisian air laut
ISOMA
36 Kamis / 20-02-2014 Apel pagi
Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
Penyaringan air laut
Pemanenan natan tetra selmis
Pembuatan natan tetra selmis
Kultur spirulina sp
Kultur tallasia
ISOMA
Pemanenan natan tetra selmis
37 Jumat / 21-02-2014 Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
Penyaringan air laut
Pengolesan / pengeringan natan tetra
selmis
ISOMA
38 Sabtu / 22-02-2014 Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
ISOMA

68
39 Minggu / 23-02-2014 LIBUR
40 Senin / 24-0202014 Apel pagi
Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
Penyaringan air laut
Kultur spirulina sp
ISOMA
41 Selasa / 25-02-2014 Apel pagi
Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
Kultur nitzcia
Kultur tallasia
ISOMA
42 Rabu / 26-02-2014 Apel pagi
Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
Penyaringan air laut
Kultur tetra selmis
ISOMA
43 Kamis / 27-02-2014 Apel pagi
Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
Kultur spirulina sp
Pembuatan natan duna liella
ISOMA
44 Jumat / 28-02-2014 Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
Panen spirulina sp
Pembuatan natan tallasia
ISOMA
Panen natan tallasia
45 Sabtu / 01-03-2014 Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
ISOMA
46 Minggu / 02-03-2014 LIBUR
47 Senin / 03-03-2014 Apel pagi
Sterilisasi peralatan ruangan dan media
kultur
Kultur nitzcia
Kultur chetoseros
Kultur tetra selmis
Pengisian air laut
Penyaringan air laut
ISOMA
Panen natan nitczia

69
48 Selasa / 04-03-2014 Apel pagi
Izin pindah komoniti
Panen rotifer dan artemia
Pemberian pakan larva bawal bintang
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
Kultur rotifer
ISOMA
Pergantian air
Sampling ketersediaan pakan
Pemberian pakan larva bawal bintang
49 Rabu / 05-03-2014 Apel pagi
Panen rotifer dan artemia
Ganti air
Sampling ketersediaan pakan pemberian
pakan larva bawal bintang
Mengambil rotifer di lab pakan alami
ISOMA
Ganti air
Penyiponan bak pemeliharaan larva
Pemberian pakan larva bawal bintang
50 Kamis / 06-03-2014 Panen telur kerapu macan
Kultur artemia
Ganti air
Sampling ketersediaan pakan
Penen rotifer dan artemia
Pemberian pakan larva bawal bintang
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
Kultur rotifer
Panen larva bawal bintang
ISOMA
Ganti air
Sampling ketersediaan pakan
Pemberian pakan larva bawal bintang
Pencucian bak
Penebaran telur kerapu macan
51 Jumat / 07-03-2014 Panen telur kerapu macan
Kultur artemia
Ganti air larva bawal bintang
Panen rotifer dan artemia
Pemberian pakan larva bawal bintang
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
Pencucian bak
ISOMA
Pemberian pakan larva bawal bintang
Sampling ketersediaan pakan
52 Sabtu / 08-03-2014 Panen telur kerapu macan
Pemberian pakan induk kerapu macan
70
Ganti air bak pemeliharaan larva
Sampling ketersediaan pakan
Panen rotifer dan artemia
Pemberian pakan larva bawal bintang
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
Kultur rotifer
Pembersihan egg colector
ISOMA
Ganti air bak pemeliharaan larva
Sampling ketersediaan pakan
Pemberian pakan larva bawal bintang
53 Minggu / 09-03-2014 LIBUR
54 Senin / 10-03-2014 Apel pagi
Pergantian air bak pemeliharaan larva
bawal bintang
Pemberian pakan larva bawal bintang
Sampling ketersediaan pakan larva
kerapu macan
Mengambil rotifer di lab pakan alami
ISOMA
Penyiponan bak pemeliharaan larva
bawal bintang
Sampling ketersediaan pakan
Pemberian pakan larva bawal bintang
Pemberian pakan larva kerapu macan
55 Selasa / 11-03-2014 Apel pagi
Pemberian pakan induk kerapu macan
Gantia air bak pemeliharaan larva bawal
bintang
Sampling ketersediaan pakan larva
kerapu macan
Pemberiaan pakan larva kerapu macan
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
ISOMA
Ganti air bak pemeliharaan bawal bintang
Panen benih bawal bintang
Sampling ketersediaan pakan
Pemberian pakan larva kerapu macan
56 Rabu / 12-03-2014 Apel pagi
Pemberian pakan induk kerapu macan
Ke kja
Perendaman calon induk kerapu macan
dengan H2O2
Ganti jaring calon induk kerapu macan
ISOMA
Ganti air bak pemeliharaan larva kerapu

71
macan
Pemberian pakan larva bawal bintang
Sampling ketersediaan pakan
Pemberian pakan larva kerapu macan
Perendaman larva bawal bintang dengan
agryvalvin
57 Kamis / 13-03-2014 Apel pagi
Pemberian pakan induk kerapu macan
Ganti air bak pemeliharaan larva bawal
bintang
Sampling ketersediaan pakan larva
kerapu macanpemberian pakan larva
kerapu macan
Mengambil rotifer di lab pakan alami
Panen larva bawal bintang
Pencucian bak
ISOMA
Sampling ketersediaan pakan
Pemberian pakan larva bawal bintang
Pencucian bak
58 Jumat / 14-03-2014 Pemberian pakan induk kerapu macan
Sampling ketersedian pakan larva kerapu
macan
Mengambil rotifer di lab pakan alami
Kerja bakti mmemersihkan hachery
ISOMA
Sampling ketersediaan pakan kerapu
macan
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pencucian bak
59 Sabtu / 15-03-2014 Pemberian pakan induk kerapu macan
Sampling ketersediaan pakan larva
kerapu macan
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
Pencucian bak
ISOMA
Sampling ketersediaan pakan
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pencucian bak
60 Minggu / 16-03-2014 Pemberian pakan induk kerapu macan
Sampling ketersediaan pakan larva
kerapu macan
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
ISOMA
Sampling ketersediaan pakan

72
Pemberian pakan larva kerapu macan
61 Senin / 17-03-2014 Upacara
Sampling ketersediaan pakan
Pemberian pakan induk kerapu macan
Pemberian pakan larva kerapu macan
Cek kualitas air
ISOMA
Sampling ketersediaan pakan
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pencucian bak
62 Selasa /18-03-2014 Apel pagisampling ketersediaan pakan
Pemberian pakan induk kerapu macan
Pemberian pakan larva karapu macan
ISOMA
Pengsterilan bak pemeliharaan induk
dengan kaporit
Pengsterilan regulator, batu, pemberat,
dan selang aerasi dengan kaporit
63 Rabu / 19-03-2014 Apel pagi
Ke keramba jaring apung (KJA)
Ganti jaring ikan kakap putih
Penebaran benih ikan kakap putih
Pemberian pakan calon induk kerapu
macan
ISOMA
Pencucian bak
Pengsterilan regulator, batu, pemberat,
dan selang aerasi dengan kaporit
Pemasangan regulator, batu, pemberat,
dan batu aerasi
64 Kamis / 20-03-2014 Apel pagi
Pemberian pakan induk kerapu macan
Pencician bak
Pemberian pakan benih ikan bawal
bintang
ISOMA
Kerja bakti pembersihan hatchery
65 Jumat / 21-03-2014 Pemberian pakan induk kerapu macan
Kerja bakti membersihkan hachery
ISOMA
Pencucian bak
Pemberian pakan bawal bintang
Penyiponan bak pemeliharaan larva
66 Sabtu / 22-03-2014 Ke keramba jaring apung (KJA)
Ganti jaring ikan kerapu macan
Pemberian pakan induk kerapu macan
ISOMA
73
Oemberian pakan benih bawal bintang
Penyiponan bak pemeliharaan benih
bawal bintang
67 Minggu / 23-03-2014 Pemberian pakan induk kerapu macan
Ganti air
Greeding benih ikan kakap putih
ISOMA
Pemberian pakan benih ikan kerapu
macan
Penyiponan
68 Senin / 24-03-2014 Apel pagi
Pencucian bak induk kerapu macan
Seleksi induk kerapu macan
Pengisian air bak induk kerapu macan
ISOMA
Masukkan induk ke bak pemeliharaan
Pemberian pakan benih ikan kerapu
Penyiponan
69 Selasa / 25-03-2014 Apel pagi
Ke keramba jaring apung (KJA)
Ganti jaring calon induk kerapu macan
Perendama calon induk kerapu macan
dengan H2O2
Pemberian pakan ikan kakap putih
Pemberian pakan ikan kerapu macan
ISOMA
Pemberian pakan ikan bawal bintang
Penyiponan
Pencucian bak pemeliharaan benih ikan
kerapu bebek
70 Rabu / 26-03-2014 Apel pagi
Packing ikan nemo
Greeding ikan kakap putih
Packing ikan kakap putih
Pemberian pakan induk kerapu macan
Ganti air bak pemeliharaan induk kerapu
macan
ISOMA
Pemberian pakan induk kerapu macan
dengan multivitamin
Kerja bakti membersihkan hatchery
71 Kamis / 27-03-2014 Apel pagi
Pencucian bak pemeliharaan induk
kerapu bebek
Pengisian air bak pemeliharaan induk
ISOMA
Masukkan induk ke bak pemeliharaan
74
Pemberian pakan benih ikan bawal
bintang
Penyiponan
72 Jumat / 28-03-2014 pemberian pakan induk kerapu macan
pemberian pakan benih bawal bintang
penyiponan
ISOMA
Pencucian bak pemeliharaa larva
Pemberian pakan benih kerapu bebek
Penyiponan
73 Sabtu / 29-03-2014 pemberian pakan induk kerapu macan
pemberian pakan benih bawal bintang
penyiponan
ISOMA
Pemasangan aerasi
74 Minggu / 30-03-2014 Panen telur ikan kerapu bebek
Penyiponan
Menghitung telur
ISOMA
Pemberian pakan induk kerapu macan
Pencucian egg colectoruntuk kerapu
bebek
Pemasangan egg colector untuk kerapu
bebek
75 Senin / 31-03-2014 Apel pagi
Pemberian pakan induk kerapu macan
Tritman air laut
Pengisian air laut
ISOMA
76 Selasa / 01-04-2014 Apel pagi
Pemberian pakan induk kerapu macan
Tritman air
Pembersihan egg colector
Pengisian air laut
ISOMA
77 Rabu / 02-042014 Apel pagi
Pemberian pakan induk kerapu macan
Pembersihan egg colector
penyiponan bak induk
ISOMA
78 Kamis / 03-04-2014 Apel pagi
Pemberian pakan induk kerapu macan
Mencuci egg colector
ISOMA
Pemberian pakan induk kerapu macan
79 jumat / 04-04-2014 Pemberian pakan induk kerapu macan
Pembersihan egg colector
75
Penyiponan bak iniduk
ISOMA
80 Sabtu / 05-04-2014 Panen telur kerapu macan
Pemberian pakan induk kerapu macan
Pembersihan egg colector
Penyiponan bak induk
Penghitungan telur kerapu macan
Penyiponan telur kerapu macan
ISOMA
Penebaran telur kerapu macan
81 Minggu / 06-04-2014 Panen telur kerapu macan
Packing telur kerapu macan
Pembersihan bak larva
Pembersihan egg colector
ISOMA
Penghitungan telur kerapu macan
Penyiponan telur kerapu macan
82 Senin / 07-04-2014 Apel pagi
Panen telur kerapu macan
Pemberian pakan induk kerapu macan
Pembersihan egg colector
Pembersihan aquarium
Penghitungan telur kerapu macan
Penyiponan telur kerapu macan
83 Selasa / 08-04-2014 Apel pagi
Pemberian pakan induk kerapu macan
Pembersihan egg colector
Sampling ketersediaan pakan
Pemberian pakan larva kerapu macan
ISOMA
84 Rabu / 09-04-2014 Pemberian pakan induk kerapu macan
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
Pemberian pakan larva kerapu macan
ISOMA
85 Kamis / 10-04-2014 Apel pagi
Pemberin pakan induk kerapu macan
Pemberian pakan larva kerapu macan
Sampling ketersediaan pakan
ISOMA
Pemberian pakan larva kerapu macan
86 Jumat / 11-04-2014 Pemberian pakan induk kerapu macan
Pemberian pakan larva kerapu macan
Sampling ketersediaan pakan
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
ISOMA
Pemberian pakan larva kerapu macan

76
87 Sabtu / 12-04-2014 Pemberian pakan induk kerapu macan
Sampling ketersediaan pakan
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
ISOMA
Sampling ketersediaan pakan
Pemberian pakan larva kerapu macan
88 Minggu 13-04-2014 Pemberian pakan induk kerapu macan
Sampling ketersediaan pakan
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
ISOMA
Sampling ketersediaan pakan
Pemberian pakan larva kerapu macan
89 Senin 14-04-2014 Apel pagi
Pemberian pakan induk kerapu macan
Sampling ketersediaan pakan
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
Pemberian pakan larva kerapu macan
ISOMA
Sampling ketersediaan pakan
Pemberian pakan larva kerapu macan
90 Selasa / 15-04-2014 Apel pagi
Pemberian pakan induk kerapu macan
Sampling ketersediaan pakan
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pembersihan bak pendederan
ISOMA
Sampling ketersediaan pakan
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pemberian artemia
91 Rabu / 16-04-2014 Apel pagi
Pemberian pakan induk kerapu macan
Sampling ketersediaan pakan
Mengambil rotifer di lab pakan alami
Pemberian pakan larva kerapu macan
Panen artemia
ISOMA
Sampling ketersediaan pakan
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pemberian artemia
Pergantian air
92 Kamis / 17-04-2014 Upacara
Mengambil rotifer di lab pakan alami
Sampling ketersediaan pakan
Pemberian pakan induk kerapu macan
77
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pergantian air
Panen artemia
ISOMA
Pergantian air
Sampling ketersediaan pakan
Pemberian pakan larva kerapu macan
93 Jumat / 18-04-2014 Pemberian pakan induk kerapu macan
Sampling ketersediaan pakan
Pemberian larva kerapu macan
Pergantian air
Panen artemia
ISOMA
Pergantian air
Sampling ketersediaan pakan
Pemberian pakan larva kerapu macan
94 Sabtu / 19-04-2014 Pemberian pakan induk kerapu macan
Pergantian air
Mengambil rotifer di lab pakan alami
Sampling ketersediaan pakan
Pemberian pakan larva kerapu macan
Panen artemia
ISOMA
Pergantian air
Sampling ketersediaan pakan
Pemberian pakan larva jerapu macan
95 Minggu / 20-04-2014 Pemberian pakan induk kerapu macan
Pergantian air
Sampling ketersediaan pakan
Pemberian pakan larva kerapu macan
Panen artemia
ISOMA
96 Senin / 21-04-2014 Apel pagi
Pencucian bak induk kerapu macan
Pergantian air
Sampling ketersediaan pakan
Pemberian larva kerapu macan
Panen artemia
ISOMA
Sampling ketersediaan pakan
Pemberian pakan larva kerapu macan
97 Selasa / 22-04-2014 Apel pagi
Pemberian pakan induk kerapu macan
Pergantian air
Sampling ketersediaan pakan
Pemberian pakan larva kerapu macan
Panen artemia
78
ISOMA
Pergantian air
Pemberian pakan larva kerapu macan
98 Rabu / 23-04-2014 Apel pagi
Pemberian pakan induk kerapu macan
Pergantian air
Sampling ketersediaan pakan
Pemberian pakan larva kerapu macan
Mengambil rotifer di lab pakan alami
Panen artemia
ISOMA
Pergantian air
Pemberian pakan larva kerapu macan
99 Kamis / 24-04-2014 Apel pagi
Pemberian pakan induk kerapu macan
Pergantian air
Sampling ketersediaan pakan
Mengambil rotifer di lab pakan alami
Pemberian pakan larva kerapu macan
Panen artemia
ISOMA
Pergantian air
Pemberian pakan larva kerapu macan
100 Jumat / 25-04-2014 Pemberian pakan induk kerapu macan
Pergantian air
Sampling ketersediaan pakan
Mengambil rotifer di lab pakan alami
Pemberian pakan larva kerapu macan
Panen artemia
ISOMA
Pergantian air
Pemberian pakan larva kerapu macan
101 Sabtu / 26-04-2014 Pemberian pakan induk kerapu macan
Pergantian air
Sampling ketersediaan pakan
Mengambil rotifer di lab pakan alami
Pemberian pakan larva kerapu macan
Panen artemia
ISOMA
Pergantian air
Pemberian larva kerapu macan
102 Minggu / 27-04-2014 Pemberian pakan induk kerapu macan
Pergantian air
Sampling ketersediaan pakan
Panen artemia
Pemberian pakan larva kerapu macan
ISOMA
79
Perrgantian air
Pemberian pakan larva kerapu macan
103 Senin / 28-04-2014 Apel pagi
Pemberian pakan induk kerapu macan
Pergantian air
Sampling ketersediaan pakan
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
Pemberian pakan larva kerapu macan
ISOMA
Pergantian air
Pemerian pakan larva kerapu macan
104 Selasa / 29-04-2014 Pemberian pakan induk kerapu macan
Pergantian air
Sampling ketersediaan pakan
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
Panen artemia
Pemberian pakan larva kerapu macan
Menyiphon bak larva kerapu macan
ISOMA
Pergantian air
Pemberian pakan larva kerapu macan
105 Rabu / 30-04-2014 Apel pagi
Pemberian pakan induk kerapu macan
Pergantian air
Sampling ketersediaan pakan
Kultur artemia
Panen artemia
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
ISOMA
Pergantian air
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pemberian pakan benih kerapu macan
106 Kamis / 01-05-2014 Pemberian pakan induk kerapu macan
Pergantian air
Sampling ketersediaan pakan
Kultur artemia
Panen artemia
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
Pemberian pakan larva kerapu macan
ISOMA
Pergantian air
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pemberian pakan benih kerapu macan
107 Jumat / 02-05-2014 Pemberian pakan induk kerapu macan
Pergantian air
Sampling ketersediaan pakan
Kultur artemia
80
Panen artemia
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
Pemberian pakan larva kerapu macan
ISOMA
Pergantian air
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pemberian pakan benih kerapu macan
108 Sabtu / 03-05-2014 Pemberian pakan induk kerapu macan
Pergantian air
Sampling ketersediaan pakan
Kultur artemia
Panen artemia
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
Pemberian pakan larva kerapu macan
ISOMA
Pergantian air
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pemberian pakan benih kerapu macan
109 Minggu / 04-05-2014 Panen telur kerapu macan
Pemberian pakan induk kerapu macan
Pergantian air
Sampling ketersediaan pakan
Kultur artemia
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
Panen artemia
Pemberian pakan larva kerapu macan
ISOMA
Pergantian air
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pemberian pakan benih kerapu macan
110 Senin / 05-05-2014 Panen telur kerapu macan
Pemberian pakan induk kerapu macan
Pergantian air
Sampling ketersediaan pakan
Kultur artemia
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
Panen artemia
Pemberian pakan larva kerapu macan
ISOMA
Pergantian air
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pemberian pakan benih kerapu macan
111 Selasa / 06-05-2014 Panen telur kerapu macan
Pemberian pakan induk kerapu macan
Pergantian air
Sampling ketersediaan pakan
Kultur artemia
81
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
Panen artemia
Pemberian pakan larva kerapu macan
ISOMA
Pergantian air
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pemberian pakan benih kerapu macan
112 Rabu / 07-05-2014 Apel pagi
Pemberiaan Pemberian pakan induk
kerapu macan
Pergantian air
Sampling ketersediaan pakan
Kultur artemia
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
Panen artemia
pakan larva kerapu macan
ISOMA
Pergantiaan air
Pemberiaan pakan larva kerapu macan
Pemberian pakan benih kerapu macan
113 Kamis / 08-05-2014 Apel pagi
Pemberiaan Pemberian pakan induk
kerapu macan
Pergantian air
Sampling ketersediaan pakan
Kultur artemia
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
Panen artemia
pakan larva kerapu macan
ISOMA
Pergantiaan air
Pemberiaan pakan larva kerapu macan
Pemberian pakan benih kerapu macan
114 Jumat / 09-05-2014 Panen benih kerapu macan
Pergantian air
Sampling ketersediaan pakan
Kultur artemia
Mencuci bak larva
Mengambil rotifer di lab pakan alami
Panen artemia
ISOMA
Pemberian pakan larva kerapu macan
Greeding
115 Sabtu / 10-05-2014 Panen benih kerapu macan
Pergantian air
Sampling ketersediaan pakan
Kultur artemia
82
Mencuci bak larva
Mengambil rotifer di lab pakan alami
Panen artemia
ISOMA
Pemberian pakan larva kerapu macan
Greeding
116 Minggu / 11-05-2014 Pengambilan rotifer di lab pakan alami
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pemberian pakan induk kerapu macan
ISOMA
Pemberian pakan larva kerapu macan
Ppemberian pakan benih kerapu macan
117 Senin / 12-05-2014 Apel pagi
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pemberian pakan induk kerapu macan
ISOMA
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pemberian pakan benih kerapu macan
118 Selasa / 13-05-2014 Apel pagi
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pemberian pakan induk kerapu macan
ISOMA
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pemberian pakan benih kerapu macan
119 Rabu / 14-05-2014 Apel pagi
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pemberian pakan induk kerapu macan
ISOMA
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pemberian pakan benih kerapu macan
120 Kamis / 15-05-2014 Pengambilan rotifer di lab pakan alami
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pemberian pakan induk kerapu macan
ISOMA
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pemberian pakan benih kerapu macan
121 Jumat / 16-05-2014 Pengambilan rotifer di lab pakan alami
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pemberian pakan induk kerapu macan
ISOMA
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pemberian pakan benih kerapu macan
122 Sabtu / 17-05-2014 Pengambilan rotifer di lab pakan alami
Pemberian pakan larva kerapu macan
83
Pemberian pakan induk kerapu macan
ISOMA
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pemberian pakan benih kerapu macan
123 Minggu / 18-05-2014 Pengambilan rotifer di lab pakan alami
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pemberian pakan induk kerapu macan
ISOMA
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pemberian pakan benih kerapu macan
124 Senin / 19-05-2-14 Apel pagi
Pencucian bak induk dan tagging
Pemberian pakan larva kerapu macan
Kultur artemia
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
ISOMA
Pergantian air
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pemberian pakan benih kerapu macan
125 Selasa / 20-05-2014 Pergantian air
Apel pagi
Kultur artemia
Pemberian pakan induk kerapu macan
Panen artemia
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
Pemberian pakan larva kerapu macan
ISOMA
Pergantian air
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pemberian pakan benih kerapu macan
126 Rabu / 21-05-2014 Pergantian air
Apel pagi
Kultur artemia
Pemberian pakan induk kerapu macan
Panen artemia
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
Pemberian pakan larva kerapu macan
ISOMA
Pergantian air
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pemberian pakan benih kerapu macan
127 Kamis / 22-05-2014 Pergantian air
Apel pagi
Kultur artemia
Pemberian pakan induk kerapu macan
Panen artemia
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
84
Pemberian pakan larva kerapu macan
ISOMA
Pergantian air
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pemberian pakan benih kerapu macan
128 Jumat / 23-05-2014 Pemberian pakan induk kerapu macan
Pergantian air
Kultur artemia dan Panen artemia
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
Pemberian pakan larva kerapu macan
ISOMA
Pergantian air
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pemberian pakan benih kerapu macan
129 Sabtu / 24-05-2014 Pemberian pakan induk kerapu macan
Pergantian air
Kultur artemia dan Panen artemia
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
Pemberian pakan larva kerapu macan
ISOMA
Pergantian air
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pemberian pakan benih kerapu macan
130 Minggu / 25-05-2014 Pemberian pakan induk kerapu macan
Pergantian air
Kultur artemia dan Panen artemia
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
Pemberian pakan larva kerapu macan
ISOMA
Pergantian air
Panen artemia
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pemberian pakan benih kerapu macan
131 Senin / 26-05-2014 Apel pagi
Pemberian pakan induk kerapu macan
Pergantian air
Kultur artemia dan panen artemia
Pengambilan rotifer di lab pakan alami
Pemberian pakan larva kerapu macan
ISOMA
Pergantian air
Pemberian pakan larva kerapu macan
Pemberian pakan benih kerapu macan
132 Selasa / 27-05-2014 Persiapan pulang
133 Rabu / 28-05-2014 Balik ke SUPM Ladong

85
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, S dan Sudaryanto, 2001. Pembenihan dan Pembesaran Kerapu Macan.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Anindiastuti, A, Soedarsono dan Mustamin. 2004. Sarana Pembenihan. Balai


Budidaya Laut Lampung. Hal 25-28 .
Dhoe, B S, Tiyaa Widi A, Supriya. 2004. Teknik panen dan Transportasi. Balai
Budidaya Laut Lampung. Hal 89-93.
Fathoni, A A, 2008. Pembenihan dan Pembesaran Kerapu Macan (Epinephelus
Fuscoguttatus). Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung.
Hermawan A, Y. Yulianti dan B. Winarno. 2009. Pemeliharaan Induk dan Pemijahan.
Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung.
Kurniastuty, T, Tusihadi dan P. Hartono. 2004. Hama dan Penyakit Ikan. Balai
Budidaya Laut Lampung.
Minjoyo, H, Sudaryanto dan E. Widiastuti. 1999. Pemeliharaan Larva. Balai Budidaya
Laut Lampung.
Mustamin, E. Sutrisno, dan H. Santoso. 2004. Produksi Telur. Balai Budidaya Laut
Lampung.

Petunjuk Teknis Budidaya Laut Ikan Kerapu (Epinephelus sp dan Cromileptis


altivelis), 2005.
Priyono. 2005. Manajemen Induk Ikan Laut. Balai Besar Riset Perikanan Budidaya
Laut Gondol.
Soedarsono A, Hermawan, dan Sudjiharno. 2004. Analisa Usaha Pembenihan Kerapu
Lengkap Skala Menengah. Balai Budidaya Laut Lampung.
Sudaryanto, M, Thariq dan H. Minjoyo. 1999. Produksi Telur. Balai Budidaya Laut
Lampung.
Sugiyanto dan Tohari. 2009. Produksi Telur dan Benih Kerapu Macan (Epinephelus
Fuscoguttatus). Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung.

86

Anda mungkin juga menyukai