Anda di halaman 1dari 58

SUPERKELAS PISCES

( CHONDRICHTHYES DAN OSTEICHTHYES )

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Keanekaragaman Hewan


Yang dibina oleh Sofia Ery Rahayu, S.Pd, M. Si
disajikan pada Hari Rabu, 19 Oktober 2016

Oleh:
Kelompok 1/Offering H
Achmad Rodiansyah
Ainul Fitria Mahmudah
Ida Nurpitasari
Reynanda Dwi A.
Shufi Ridho Laili A. Y.

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
JURUSAN BIOLOGI

Oktober 2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Superkelas Pisces ( Chondrichthyes dan Osteichthyes ) dengan tepat
waktu.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sofia Ery
Rahayu, S.Pd, M. Si selaku dosen pembimbing matakuliah Keanekaragaman Hewan
Universitas Negeri Malang dan teman-teman Biologi Of H 2015 yang telah
berpartisipasi dalam menuntaskan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang. Akhir kata kami
mengucapkan terima kasih.

Malang, 19 Oktober 2016

Tim Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum, jenis ikan dibagi ke dalam empat kelas besar, yakni: Kelas
Agnatha, Kelas Placodermi, ikan purba berahang keras (punah), Kelas
Chondrichthyes atau ikan tulang rawan, dan Kelas Osteichthyes atau ikan tulang
sejati. Dua kelas terakhir dikelompokkan dalam Superkelas Pisces (Sukiya, 2005).
Anggota dari Kelas Chondrichthyes yang paling sering kita temui atau sudah
lama kita kenal misal ikan hiu dan ikan pari. Hampir semuanya hidup di laut, hanya
sedikit sekali yang hidup di air tawar. Rahang yang kuat, pasangan sirip, dan
kerangka tubuhnya tersusun atas tulang rawan. Celah insang tampak karena tidak
berpenutup insang. Ikan hiu merupakan jenis ikan karnivor yang bisa menyerang
manusia.
Anggota dari Kelas Osteichthyes mempunyai kerangka yang tersusun atas
tulang biasa. Jumlah jenis beribu-ribu, habitat air tawar atau laut. Yang termasuk klas
ini, misalnya : ikan mas, ikan lele, ikan salem. Celah insang tidak tampak karena
ditutup oleh operkulum (penutup insang). Siripnya ada yang berpasangan dan ada
yang tunggal. Sirip yang berpasangan misalnya sirip dada dan sirip perut. Sirip
tunggal misalnya: sirip punggung, sirip ekor dan sirip belakang. Mempunyai
gelembung renang yang berfungsi sebagai alat hidrostatik (Zander, 2009).

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang sudah terpaparkan dikaitkan dengan pemahaman
materi yang akan dicapai melalui makalah ini, maka muncul rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana klasifikasi Superkelas Pisces?
2. Bagaimana ciri morfologi, ciri anatomi, dan proses fisiologi Superkelas Pisces?
3. Bagaimana persebaran habitat Superkelas Pisces?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini, antara lain:
1. Mampu memahami klasifikasi Superkelas Pisces.
2. Mampu membedakan anggota dari Superkelas Pisces berdasarkan ciri morfologi
dan ciri anatomi.
3. Mampu menjelaskan persebaran habitat anggota dari Superkelas Pisces.

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pisces
Pisces merupakan superkelas dari Filum Superkelas Pisces yang hidp di
perairan dan sangat beranekaragam. Berikut merupakan ciri umum dan ciri khusus
yang dimiliki oleh Superkelas Pisces.
1. Ciri umum, antara lain:
a. Bernafas menggunakan insang.
b. Rangka tubuh sudah tersusun atas tulang.
c. Sebagian besar tubuh tertutupi oleh lendir
2. Ciri khusus, antara lain:
a. Memiliki spirakel untuk membantu mendapatkan air lebih banyak ketika
berenang di kedalaman.
b. Jantung terdiri atas dua ruang yaitu satu serambi dan satu bilik.
c. Memiliki gurat sisi untuk menentukan arah dan posisi berenang.

2.2 Ciri Morfologi


Anggota dari Superkelas Pisces memiliki spesifikasi masing-masing. Salah
satu pembeda antar anggota yaitu bentuk tubuh. Perbedaan bentuk tubuh umumnya
disebabkan oleh adaptasi ikan tersebut terhadap habitat dan cara hidup. Berdasarkan
simetri tubuh, bentuk tubuh dibedakan menjadi dua, yakni:
a. Simetri bilateral, ketika ikan dibelah di bagian tengah dengan potongan sagital
maka akan mendapatkan hasil yang sama antara bagian kanan dan bagian kiri.
b. Non-simetri bilateral, ketika ikan dibelah di bagian tengah dengan potongan
sagital maka akan mendapatkan hasil berbeda antara bagian kanan dan bagian kiri.
Kebanyakan ikan memiliki bentuk tubuh streamline dimana tubuh bagian
anterior dan posterior mengerucut sehingga apabila dilihat secara transversal
penampang tubuh seperti tetesan air. Penampakan penampang tubuh seperti itu
dapat dikatakan ideal (fusiform) karena memberikan kemudahan ikan dalam
menembus air. Secara umum, bentuk tubuh ikan dibagi menjadi enam macam,
antara lain:
1. Datar (flat/depressed), contoh: ikan pari (Dasyatis sp) ditunjukkan Gambar
2.1.
2. Ideal (fusiform/streamline), contoh: ikan hiu (Carcharinus leucas) ditunjukkan
Gambar 2.2.
3. Eel-like (elongated), contoh: ikan lele (Clarias bathracus) ditunjukkan Gambar
2.3.
4. Pipih (ke bawah = depressed dan ke samping = compressed), contoh: ikan angel
fish dan butterfly fire ditunjukkan Gambar 2.4.
5. Bulat (rounded), contoh: ikan buntal ditunjukkan Gambar 2.5.
6. Pita (ribbon), contoh: ikan layur ditunjukkan Gambar 2.6.
Gambar 2.1 Ikan Pari

Gambar 2.2 Ikan Hiu

Gambar 2.3 Ikan Lele

Gambar 2.4 Angel Fish


Gambar 2.5 Ikan Buntal

Gambar 2.6 Ikan Layur


Bagian kepala dimulai dari ujung mulut terdepan hingga ujung operkulum
terbelakang (tutup insang). Organ yang terdapat pada area sekitar kepala, antara lain:
mulut, rahang, gigi, sungut, cekung hidung, mata, insang, operkulum, otak, jantung,
dan pada beberapa anggota Superkelas Pisces terdapat alat pernapasan tambahan.
a. Mulut, bagian awal dari saluran pencernaan yang berfungsi untuk mengambil
makanan dan menelan tanpa ada perubahan. Bentuk mulut berbeda-beda tiap
jenisnya tergantung pada jenis makanan yang dimakan. Umumnya, bentuk mulut
dibedakan menjadi empat macam (Gambar 2.7), yakni:
1. Bentuk seperti tabung (tube like).
2. Bentuk seperti paruh (beak like).
3. Bentuk seperti gergaji (saw like).
4. Bentuk seperti terompet.

Gambar 2.7 Bentuk Mulut


Di samping bentuk mulut yang beragam tentu posisi dari mulut tersebut
juga berbeda disesuaikan dengan kebiasaan ikan mencari makanan. Perbedaan
bentuk dan posisi mulut ini kadang diikuti dengan keberadaan gigi dan perbedaan
bentuk gigi. Posisi mulut terbagi menjadi empat macam (Gambar 2.8), yaitu:
1. Posisi terminal dimana mulut terletak di ujung hidung.
2. Posisi sub terminal dimana mulut terletak dekat ujung hidung.
3. Posisi superior dimana mulut terletak di atas hidung.
4. Posisi inferior dimana mulut terletak di bawah hidung.

Gambar 2.8 Posisi Mulut


b. Lidah, letaknya berada di dalam mulut tepatnya berada pada pinggiran dari dasar
mulut yang terselimuti oleh selaput lender, tidak bergerak, dan tanpa kelenjar.
Beberapa jenis ikan kebedaradaan lidah tertutupi oleh gigi. Secara fungsional,
lidah berguna dalam proses penelanan makanan, membantu membuang kelebihan
air pada makanan yang dimakan, dan proses pemompaan air dari mulut ke bagian
rongga insang.
c. Gigi, seperti halnya gigi pada hewan lain berperan dalam mengambil, merobek,
memotong, atau menghancurkan makanan. Berdasarkan bentuknya, gigi dibagi
menjadi empat macam, antara lain:
1. Gigi insisivus.
2. Gigi taring.
3. Gigi molariform.
4. Gigi viliform.
d. Mata, kebanyakan ikan memiliki reseptor penglihatan yang sangat sempurna
karena retinanya tidak berbeda dengan retina vertebra lainnya. Bayangan yang
dibentuk oleh lensa akan jatuh pada retina. Sejumlah besar jenis ikan akan
mengalami variasi retina dikarenakan keragaman habitat dan intensitas cahaya.
Variasi pada retina, meliputi: ketebalan retina, sub-jenis sel retina dan spesialisasi
wilayah kod dank on pada sel retina.
Mata pada ikan bekerja masing-masing dengan bebas, tidak tergantung
satu sama lain. Misalnya, mata kiri mengarah ke depan sedangkan mata kanan
dapat mengarah ke belakang. Bagian luar mata ikan tidak memiliki kelopak mata
sehingga matanya selalu terlihat melotot sehingga air dapat selalu membersihkan
area mata.
e. Insang, terbentuk dari lengkungan tulang rawan yang mengeras dengan beberapa
filamen insang di dalamnya. Tiap filamen insang terdiri atas banyak lamella yang
berfungsi sebagai tempat pertukaran gas. Bagi ikan, insang merupakan komponan
penting karena memegang fungsi respirasi (pertukaran gas).
Bagian badan dimulai dari operkulum (tutup insang) bagian belakang hingga
pangkal awal sirip dubur (sirip bagian belakang dekat anus). Organ sirip menjadi
bagian paling penting sepanjang area badan. Keberadaan sirip pada ikan dapat
digunakan sebagai sumber data untuk identifikasi karena setiap sirip suatu spesies
memiliki jumlah yang berbeda disebabkan oleh evolusi. Sirip pektoral, sisi kanan-kiri
pada badan ikan menjadi alat gerak yang utama dalam melakukan manuver di dalam
air. Di sisi lain, sirip punggung membantu ikan untuk menjaga keseimbangan saat
melakukan belokan mendadak dan mempercepat gerak ikan. Secara umum, sirip
punggung terdiri atas dua macam, yaitu: sirip tunggal dan sirip ganda.
Bagian ekor dimulai dari pangkal awal sirip dubur (sirip bagian belakang
dekat anus) hingga ujung terbelakang sirip ekor. Secara morfologi, pada area ekor
terdapat organ anus yang merupakan ujung dari saluran pencernaan sehingga
berfungsi sebagai muara keluar. Pada bagian ekor ini juga terdapat sirip yakni sirip
dubur dan sirip ekor. Dari kedua sirip tersebut sirip ekor memiliki ke-khas-an
tertentu. Sirip ekor memiliki banyak variasi sekitar sembilan macam, yakni:
1. Sirip ekor bercagak, contoh: ikan mas (Cyprinus carpio).
2. Sirip ekor berpinggiran tegak, contoh: ikan buntal (Tetraodon sp).
3. Sirip ekor berlekuk kembar, contoh: Schatophagus argus.
4. Sirip ekor berbentuk meruncing, contoh: Monopterus sp.
5. Sirip ekor berbentuk membundar, contoh: ikan gurame (Osphronemus gouramy).
6. Sirip ekor berbentuk bajir, contoh: ikan bloso (Glossogobius sp).
7. Sirip ekor berbentuk sabit, contoh: ikan tongkol.
8. Sirip ekor berbentuk episerkal, dalam hal ini ekor bagian atasnya lebih panjang
dibanding ekor bagian bawahnya, contoh: Acipencer oxyrhynchus.
9. Sirip ekor berbentuk hiposerkal, dalam hal ini ekor bagian bawah lebih panjang
dibanding ekor bagian atasnya, contoh: Tylosurus sp.
Linealateralis terdapat pada ikan bersisik maupun ikan yang tidak bersisik.
Pada ikan yang tidak bersisik LL terbentuk oleh pori-pori pada kulit sedangkan pada
ikan yang bersisik LL terbentuk oleh sisik yang berpori. Secara umum LL berfungsi
untuk mendeteksi keadaan linkungan, terutama kualitas air dan juga berperan dalam
proses osmoregulasi.
Selain morfologi umum dari ikan tersebut juga terdapat ciri khusus seperti
adanya finlet, skut atau kil dengan definisi sebagai berikut:
o Finlet merupakan sirip kecil yang terdapat di belakang sirip punggung dan sirip
belakang (dubur), misal pada ikan gembung.
o Skut merupakan kelopak tebal pada bagian perut atau bagian pangkal ekor, misal
pada ikan selar (Caranx sp).
o Kil merupakan rigi-rigi yang puncaknya meruncing pada batang ekor, misal pada
ikan tongkol.
o Sirip lunak (adipose fin) merupakan sirip tambahan berupa lapisan lemak yang ada
di belakang sirip punggung atau sirip belakang, misal pada ikan jambal.
Ciri khusus lain pada ikan berupa sisik yang menutupi seluruh tubuh kulit
ikan. Sisik ini berfungsi untuk mempertahankan diri ikan terhadap penyakit dan,
menyesuaikan kondisi lingkungan, dan sebagai alat ekskresi dan osmoregulasi.
Bentuk sisik pada ikan juga bermacam-macam sehingga dapat juga digunakan
sebagai dasar identifikasi. Macam sisik pada ikan, sebagai berikut:
1. Sisik kosmoid (cosmoid), ditemukan pada ikan bangsa Crossoptergi (telah punah).
2. Sisik ganoid, tipe sisik yang tampak jelas yang berbentuk seperti belah ketupat
yang tersusun rapat satu sama lain dan tersusun searah diagonal tubuh (Sukiya,
2005), umumnya ditemukan pada ikan suku Lepisosteidae dan Polypteridae
ditunjukkan Gambar 2.9, bentuknya serupa dengan sisik kosmoid dengan sebuah
lapisan ganoin terletak di antara lapisan kosmin dan enamel.
3. Sisik plakoid, merupakan sisik yang tertanam pada kulit yang tersusun dari
lempeng tulang di bagian basal menuju ke atas menembus kulit kemudian mengara
ke belakang membentuk tonjolan seperti duri yang tersusun dari dentin (Sukiya,
2005), salah satu contoh hewan yang memiliki sisik ini ialah ikan hiu dan ikan
tulang rawan lainnya ditunjukkan Gambar 2.10.
4. Sisik leptoid, dimiliki oleh ikan bertulang keras dengan dua bentuk, yakni sisik
sikloid (cycloid) ditunjukkan Gambar 2.11 memiliki tepi luar yang haslus dan sisik
ktenoid (ctenoid) ditunjukkan Gambar 2.12 memiliki tepi luar yang bergerigi.

Gambar 2.9 Sisik Ganoid

Gambar 2.10 Sisik Plakoid

Gambar 2.11 Sisik Sikloid


Gambara 2.12 Sisik Ktenoid
2.3. Morfologi dan Anatomi Chondrichthyes

Vertebrata kelas Chondrichthyes, hiu dan kerabatnya disebut ikan bertulang


rawan karena mereka memiliki endoskeleton yang relatif lentur yang terbuat dari
tulang rawan bukan tulang keras. Rahang dan sirip berpasangan berkembang dengan
baik pada ikan bertulang rawan. Subkelas yang paling besar dan paling beraneka
ragam terdiri dari hiu dan ikan pari. Subkelas kedua terdiri atas beberapa lusin spesies
ikan tidak umum yang disebut chimaera atau ratfish. Chondrichthyes memiliki
kerangka bertulang rawan dan kerangka bertulang rawan yang merupakan
karakteristik kelas itu berkembang setelahnya (Campbell, 1999).
Chondrichthyes ( Chondros = tulang rawan; ichthyes = ikan ) yang merupakan
invertebrata rendah yang memiliki columna vertebralis sempurna yang terpisah satu
sama lain sehingga mudah membengkokkan tubuhnya. Kecuali itu telah memiliki
tulang rahang dan beberapa pasang appendage berupa pina (sirip). Hampir semuanya
predacious, hidup di laut. Nenek moyangnya dikenal dari fosil-fosil yang berupa sisa-
sisa tulang gigi, tulang jari sirip, dan sisik. Salah satu contoh yang terkenal adalah
ikan hiu (Squalus acanthias) (Jasin, 1984: h. 41). Kelas Chondrichthyes memiliki
endoskeleton yang seluruhnya terdiri atas cartilago dengan sedikit calsificasi, tetapi
tulang sebenarnya tidak ada. Eksoskeleton yang terdiri atas sisik placoid tractus
digestivus, apparatus respiratorium, sistem radio vaskulator dan banyak lainnya
(Radiopoetra, 1993: h. 2).
Chondrichthyes menunjukkan suatu perkembangan kemajuan bila
dibandingkan dengan cyclostomata dalam hal, adanya sisik yang meliputi tubuh,
terdapat sepasang pida lateralis, adanya geraham yang dapat digerakkan bersendi
pada tulang cranium, memiliki gigi yang dilapisi email pada rahang, terdapat tiga
bagian saluran setengah lingkaran pada alat , sepasang alat reproduksi dan saluran-
salurannya (Maskoeri, 1999).

Ikan bertulang rawan adalah ikan berahang, mempunyai sirip berpasangan, lubang
hidung berpasangan, sisik, jantung beruang dua, dan rangka yang terdiri atas tulang
rawan bukan tulang sejati. Mereka dibagi menjadi dua subkelas: Elasmobranchii (hiu,
pari dan skate) dan Holochepali (kimera, kadang-kadang disebut hiu hantu, dan
kadang dipisahkan menjadi kelas tersendiri

Menurut (Jasin, 1984: h. 41-42) ciri khusus adalah sebagai berikut;

1. Kulit tegar dan diliputi oleh sisik placoid dengan banyak kelenjar mucosa.
Pada kedua bagian median sisinya terdapat sirip yang disokong oleh jari-jari
pina pelvicus, membentuk beberapa bagiannya menjadi clasper pada hewan
jantan.
2. Mulut terletak sebelah ventral dari kepala, dengan gigi beremail; memiliki
lubang nostril satu atau dua yang tidak mepunayi hubungan dengan dengan
cavum oris; memiliki rahang bawah dan atas; pada intestinumnya terdapat
klep spiral.
3. Skeletonnya berupa tulang rawan tanpa tulang keras, tulang cranium
bergabung dengan capsula sensoris; terdapat notochord dengan banyak
vertebrae yang sempurna dan terpilih satu sama lain.
4. Cor terdiri atas satu ruang venticulum dan satu auriculum dengan sinus
venosus, conus anteriosus, hanya berisi darah vena: terdapat beberapa pasang
archus aorticus, erythrocyt berbentuk oval dan berinti.
5. Respirasi dilakukan dengan 5, 6, 7, pasang insang yang masing-masing
terdapat dalam celah yang terpisah.
6. Memiliki 10 pasang nervi cranialis.
7. Suhu tubuh tergantung pada lingkungannya (poikilothermis).
8. Seks terpisah; fertiliasasi (pembuahan) terjadi di dalam tubuh : ovipar atau
ovivipar.

Menurut hickman et al (1994) ciri khusus yang dimiliki oleh kelas Chondrichthyes

1. Chondrichthyes memiliki kerangka tulang rawan.


2. Chondrichthyes memiliki sisik placoid, yang secara anatomi mirip dengan
gigi mereka.
3. Chondrichthyes memiliki perut j berbentuk dengan usus spiral-valved.
4. Chondrichthyes telah terkena celah insang tanpa operkulum (piring insang
pelindung yang menutupi insang).
5. Chondrichthyes tidak memiliki kandung kemih berenang.
6. Untuk daya apung mereka memiliki hati yang berminyak.
7. Kebanyakan Chondrichthyes menunjukkan fertilisasi internal.

Morfologi

1. Gigi
Gigi pada hiu yang berada di gusi tidak menempel di rahang secara
langsung dan gigi tersebut bisa diganti setiap waktu. Di beberapa baris gigi
pengganti tumbuh jalur di bagian dalam rahang dan terus bergerak maju
seperti ikat pinggang. Beberapa hiu dapat kehilangan sekitar 30.000 lebih gigi
semasa hidupnya. Tingkat pergantian gigi bervariasi dari sekali setiap 7-8 hari
sampai beberapa bulan. Pada sebagian besar spesies gigi yang diganti satu
persatu, kecuali hiu cookiecutter yang mengganti seluruh barisan gigi
sekaligus.
Bentuk gigi hiu dipengaruhi pada pola makan. Misalnya hiu yang
memakan moluska dan krustasea memiliki gigi yang rata dan padat yang
berguna untuk menghancurkan, hiu yang memakan ikan-ikan memiliki gigi
yang seperti jarum yang berguna untuk mencengkeram, dan mereka yang
memakan mangsa yang lebih besar seperti mamalia memiliki gigi yang lebih
rendah untuk mencengkeram dengan gigi atas berbentuk segitiga dengan tepi
bergerigi untuk memotong. Gigi pemakan plankton seperti hiu basking lebih
kecil dan non-fungsional.

2. Insang
Insang memiliki 5-7 pasang celah ditambah pasangan celah anterior non
respirasi yang disebut dengan spirakel. Insang ini berfungsi sebagai alat
pernafasan. Pada saat mulut Hiu terbuka maka air dari luar akan masuk ke faring
kemudian keluar lagi melalui celah insang. Peristiwa keluar masuknya air ini
melibatkan kartilago sebagai penyokong filament insang. Secara embriologis
celah insang hiu tumbuh sebagai hasil dari serentetan evaginasi faring yang
tumbuh ke luar dan bertemu dengan envaginasi dari luar.

3. Berikut adalah morfologi dari alat kelamin jantan dan betina


4. String ray merupakan alat pertahanan diri dari ikan pari

Sumber
5. : Hickman et al,2008

5. Ada 4 tipe
muut ikan

Tipe pertama yaitu terminal kedua adalah Sub-Terminal ketiga adalah Inferior dan
yang keempat adalah superior. Pada jenis ikan hiu dan pari pada umumnya memiliki
tipr mulut inferior.

6. Tipe sisik chondrichthyes

Chondrichthyes memiliki sisik placoid, yang secara anatomi mirip dengan gigi
mereka.

2.3 Fisiologi Chondrichthyes

a. Sistem Rangka
Chondrichthyes memiliki tulang kartilago kranium sempurna, organ
pembau dan kapsula aptic yang bergabung menjadi satu. Di bawah lapisan
eksoskeleton terdapat beberapa lapisan tulang sponge dan di bawahnya lagi
terdapat tulang padat. Kartilago palato-quadrat dan kartilago Meckel adalah
tulang rawan yang akan membentuk rahang atas dan bawah. Ikan hiu dan pari,
rahangnya bersendi pada tulang ke posterior atau pada elemen hiomandibula
dari lengkung insang kedua (Sukiya, 2005).

Gambar. Sistem Rangka Ikan Hiu


Alat gerak pada ikan berupa sirip tulang di bagian ventral dari pusat
sirip ikan hiu disebut koroid, sedangkan yang memanjang kearah dorsal di
bagian tepi sirip disebut skapula, tulang gigi berasal dari dermal sirip pada ikan
pari merupakan modifikasi dari tulang gigi yang hilang. Tulang tulang bagian
panggul pada ikan lebih sederhana daripada bagian gelang bahu dan hampir
melekat pada koluna vertebratalis (rangkaian tulang belakang) (Sukiya, 2005).

Gambar.Tula ng Ventral
Kepala Ikan Hiu

b. Sistem Otot
Fungsi utama sistem
otot adalah untuk berbagai
variasi gerak dari organ tubuh.
Gerak otot yang disengaja oleh
ikan, yaitu:
1. Menggerakan mata
2. Membuka dan menutup mulut
3. Membuka dan menutup insang
4. Menggerakan sirip ke atas atau ke samping
5. Melawan arus air
Jika dipotong tegak lurus dengan punggung, akan tampak otot-otot
tersusun menurut lingkaran lingkaran konsentris. Potongan otot yang melingkar
ini tersusun dari arah kranial ke kaudal berbentuk muskuli (berbentuk kerucut).
Otot tersebut disebut miomer yang tersusun segmental. Masing-masing miomer
dibungkus dan dipisahkan oleh jaringan ikat miocommata (Sukiya, 2005).
Pada ikan bertulang rawan dan sejati, otot aksial dipisahkan oleh
septum lateral (septrum horizontal) menjadi epaksial di bagian dorsal dan otot
hipaksial di bagian ventral. Otot epaksial diinervensi oleh percabangan dorsal
saraf spinal sedangkan otot hipaksial diinervensi oleh percabangan ventral saraf
spinal (Sukiya, 2005).

Gambar. Sistem Otot Bagian Lateral


Otot-otot brankial berfungsi untuk menutup dan membuka lubang
insang dan mulut, terutama otot konstriktor (dorsal dan ventral) dan elevator.
Otot ini diinervensi oleh saraf spinal. Kelompok lain adalah otot hipobrankial
yang memanjang di ventroanterior insang mulai dari daerah korakoid sampai
rahang dan bagian ventral arkus brankialis. Otot tersebut adalah otot aksial yang
berasal dari daerah brankiomerik, diinervasi oleh saraf spinal. Otot sirip pada
ikan yang paling banyak adalah berupa otot ektensor dorsal dan fleksor ventral
(Sukiya, 2005).
c. Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi pada ikan merupakan sistem sirkulasi tunggal. Jantung
ikan hanya terisi darah yang tidak mengandung oksigen. Darah dari jantung
dipompa menuju ke insang untuk diisi oksigen lalu diedarkan ke seluruh tubuh.
Jantung hanya memiliki 2 bilik yaitu atrium dan ventrikel dengan konus
(bulbus) arteriosus (Sukiya, 2005).
Sirkulasi dimulai dari darah melewati sinus venosus, lalu masuk
kedalam atrium lalu menuju ventrikel lalu di pompa ke arah konus arteriosus
menuju aorta ventral, selanjutnya menuju ke daerah insang lewat arteri brankia
aferentia, selanjutnya dari insang arteri brankia eferen darah mengumpul pada
aorta dorsal. Pembuluh ini disebut lengkung aorta (arcus aorticus) yang akan
menjadi aorta ventral dan dorsal. Pada saat perkembangan embryo ada 6 buah
lengkung aorta meskipun pada perkembangan selanjutnya tereduksi atau
mengalami molifikasi. Penyebabnya belum jelas (Sukiya, 2005).
Sinus venosus menerima darah dari vena hepatika dan cardinalis (vena
cuvieri, yang merupakan gabungan pembuluh vena kardinal posterior dan
anterior). Darah dari kepala dikumpulakan oleh vena kardinal anterior. Darah
dari ginjal dan gonade dikumpulkan oleh vena kardinal posterior. Pembuluh
cuvier adalah pembuluh vena latero abdomainalis yang menerima darah dari
dinding tubuh dan alat gerak. Sistem portal renalis terdiri dari vena kaudal dan
dua pembuluh portal ginjal. Darah dari ekor menuju sistem portal renalis lalu ke
kapiler ginjal. Darah dari lambung dan usus dialirkan oleh sistem portal hepatik
kemudian kembali ke hati, lalu masuk ke sinus venosus melalui sepasang vena
hepatika (Sukiya, 2005).
Konus arteriosus pada ikan bertulang rawan mempunyai delapan
pasang katup untuk mencegah darah masuk ke jantung, pada ikan bertulang
sejati hanya terdapat satu. Kenyataan ini merupakan perkembangan awal dari
sistem sirkulasi ganda yang memisahkan darah oksi (mengandung banyak
oksigen) dan deoksi (sebaliknya) dalam jantung. (Sukiya, 2005).

Gambar. Sistem Sirkulasi Ikan Hiu


d. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan terdiri atas dua bagian besar yaitu saluran
pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan dimulai dari rongga
mulut, faring, esophagus yang pendek, lambung, usus dan anus. Kelenjar
pencernaan umumnya berupa kelenjar mukosa, hati dan pancreas (Sukiya,
2005).
Ikan hiu memiliki gigi yang berkembang
dengan baik. Bentuk gigi ikan pari dan chimaera, seperti lempengan berbentuk
kerucut yang berguna untuk menghancurkan Molusca dan organisme
bercangkang yang hidup di dasar laut (Sukiya, 2005).
Ikan yang habitatnya di air, maka tidak memerlukan banyak kelenjar di
mulut untuk membasahi makanannya, namun masih ada beberapa kelejar
mukosa. Esophagus ikan biasanya sangat pendek. Usus Elasmobranchii,
dibedakan menjadi usus besar dan usus kecil, ditandai adanya katup spiral
untuk mempertingggi absorbs. Permukaan ini akan hilang bila permukaan
absorpsi dinaikkan dengan cara pemanjangan usus (Sukiya, 2005).
e. Sistem Pernafasan
Insang merupakan ciri sistem pernafasan pada ikan. Secara
embriologis, celah insang tumbuh sebagai hasil dari serentetan evaginasi faring
yang tumbuh keluar dan bertemu dengan invaginasi dari luar. Pada saat mulut
terbuka air dari luar akan masuk menuju faring dan keluar lagi melalui celah
insang (Gambar 2.13). Peristiwa ini melibatkan kartilago sebagai penyokong
filament insang. Setiap filament atau holobrankia, terpisah menjadi dua bagian
yang disebut hemibrankia (Sukiya, 2005).
Gambar. Masuknya Air
Lamella insang berupa lempengan tipis yang diselubungi epitel
pernafasan menutupi jaringan vaskuler dan busur aorta sehingga
karbondioksida darah dapat bertukar dengan oksigen terlarut di dalam air
(Gambar 2.14). Hemibrankia disipsahkan satu dengan yang lain oleh septum
interbrankia yang tersusun dari lengkung kartilago. Masing-masing septa
brankialis ini menutup bagian yang terbuka dari insang berikutnya ke arah
posterior (Sukiya, 2005).

Gambar. Insang dan Bagiannya

f. Sistem Urogenital
Sistem urogenital terdiri atas dua bagian yaitu sistem ekskresi dan
sistem urogenital. Sistem ekskresi ikan seperti juga pada Superkelas Pisces lain,
yang mempunyai banyak fungsi antara lain untuk regulasi kadar air tubuh,
menjaga keseimbangan garam dan mengeliminasi sisa nitrogen hasil dari
metabolisme protein. Untuk itu berkembang tiga tipe ginjal, yaitu pronefros,
mesonefros dan metanefros. Ketiganya hamper sama, tetapi yang membedakan
adalah kaitannya dengan sistem peredaran darah, tingkat kompleksitas dan pada
efisiensinya (Sukiya, 2005).
Ginjal pronefros adalah paling primitive, meski terdapat pada
perkembangan embrional semua Superkelas Pisces, tetapi saat dewasa tidak
fungsional. Ginjal ikan bertipe mesonefros, berfungsi seperti opistonefros pada
embrio amniota. Berbentuk sekumpulan tubulus yang pada awal perkembangan
susunannya bersegmen dan ada akhirnya tidak. Setiap tubulus menggulung,
baik proksimal maupun distal, kemudian mengumpul arah longitudinal disebut
duktus arkinefridikus. Kemudian mengarah keluar, biasanya lewat kantung
yang merupakan penampung sisa hasil dari sistem pencernaan atau sistem
urogenital. Pada bagian proksimal, beberapa tubulus me-ngumpul di kapsul
hemisfer sebagai kapsula Bowman pada glomerulus.kapsula dan glomerulus
membentuk kapsula renalis.air, garam dan sisa metabolisme dalam aliran darah
masuk ke dalam kapsula dan mengalir ke dalam tubulus ke duktus
arkinepridikus dan akhirnya ke luar tubuh. Pada ikan hiu, fungsi duktus gonad
dan ginjal telah berkembang dilengkapi dengan duktus urinary (Sukiya, 2005).

Gambar. Sistem Eksresi pada


Ikan Hiu
Ginjal ikan
berperan besar untuk
menjaga keseimbangan garam tubuh. Air garam cenderung menyebabkan tubuh
terdehidrasi, sedangkan pada kadar garam rendah dapat menyebabkan naiknya
konsentrasi garam tubuh (Gambar 2.15). Beberapa ikan laut memiliki kelenjar
ekskresi garam pada insang, yang berperan dalam mengeliminasi kelebihan
garam (Sukiya, 2005).
Ginjal berfungsi untuk menyaring sesuatu yang terlarut dalam darah
dan hasilnya akan dikeluarkan melewati korpus renalis. Tubulus yang
bergulung berperan penting dalam menjaga keseimbangan air. Hasil yang
hilang pada bagian tubulus nefron, termasuk air dan yang lain, diabsorpsi lagi
ke dalam aliran darah. Korpus rebalis pada ikan air tawar lebih besar daripada
ikan air laut sehingga cairan tubuh tidak banyak keluarkarena penting untuk
menjaga over dilusi (agar cairan tubuh tidak terlalu encer). Organ seperti
kantung kemih pada beberapa jenis ikan hanya untuk menampung urine
sementara dan umumnya merupakan perluasan dari bagian duktus ekskretori
(Sukiya, 2005).
Ikan pada umunya tidak hermaprodit sehingga satu individu hanya satu jenis
kelamin. Ikan tulang rawan dan tulang sejati umumnya mempunyai sepasang gonad
dan jenis kelamin yang terpisah, ikan betina biasanya mempunyai dua oviduk.

Gambar. Sistem
Urogenital Ikan Hiu
Umumnya ovarium Superkelas Pisces tidak langsung dihubungkan dengan
oviduk, maka secara teoritik telur masuk ke rongga tubuh dan berakhir pada ostium.
Beberapa Elasmobranchii adalah ovipar dan meletakkan telurnya di air, sedangkan
untuk yang ovovivipar mengram telurnya diperluasan bagian bawah oviduk yang
disebut uterus (Sukiya, 2005).

Gambar. Sistem Reproduksi Jantan dan Betina pada Ikan Hiu


i. Sistem Saraf
Saraf pusat Superkelas Pisces, secara embrionik merupakan
perkembangan dari penebalan ectoderm yang membentuk medullary plate yang
menjadi jaringan saraf potensial. Di bagian aksial dan anterior tubuh akan
berkembang lebih cepat membentuk otak primitive. Otak primitive ini terdiri
atas tiga buah vesikel (gelembung) primer. Vesikel anterior adalah otak depan
atau prosencephalon, kemudian otak tengah atau mesencephalon. Veikel paling
posterior adalah otak belakang atau rombencephalon dan kemudian berlanjut ke
belakang menjadi medulla spinalis (sumsum tulang belakang) dan selanjutnya
membentuk cabang saraf yang semakin banyak. Pada sebagian besar ikan
primitive,otak depan dan otak belakangnya terbagi lagi menjadi tiga sampai
lima vesikel otak, dan berturut-turut dari anterior ke posterior disebut
telencephalon, diencephalon, mesencephalon, metencephalon dan
mielencephalon. Fungsi dari kelima bagian otak tersebut bervariasi pada setiap
kelompok Superkelas Pisces. Hal ini merupakan pertanda bahwa perkembanga
jaringan saraf dari sederhana ke yang lebih kompleks akan terjadi banyak
lekukan (sulcus dan gyrus) karena memerlukan ruangan yang lebih luas.
Lekukan sebagai tempat otak di rongga cranium tersebut dinamakan fleksure
(Sukiya, 2005).
Telencephalon membagun lobus olfaktori dan cerebrum. Dua derivate
yang merupakan erubahan dari vesikel otak tersebut penting dalam sisi
filogenetik. Cerebrum ikan tersusun atas massa ganglion basal yang dikenal
sebagai korpus striatum dan selapis tipis epitel disebut pallium. Pallium ini
pada Superkelas Pisces tinggi diinvaginasi substansia grisea (lapisan kelabu)
menjadi pusat aktifitas mental. Pallium pada ikan bukan bagian dari jaringan
saraf sehingga aktifitas pusat otak kembali pada mesencephalon. (Sukiya, 2005)
Penegembangan diencephalon menjadi thalamus, yang menjadi pusat
impuls pembau dan mata yang diasosiasikan oleh beberapa sensori dan
glandula. Ditengah-tengah dinding dorsal muncul bentukan seperti mata.
Bagian anterior yang satu disebut bagian parietal yang lainnya disebut bagian
pineal. Kedua struktur ini dapat ditemukan pada Cyclostomata. Tetapi sebagian
besar pada ikan hanya ditemukan pineal bodi. Melatonin dapat ditemukan pada
glandula pineal ikan tertentu. Glandula tersebut tampak seperti pusat hormon
yang mempunyai efek inhibitor pada aktivitas gonad. Melatonin pada salmon
Pasifik (genus Oncorhynchus) yang belum dewasa berisi enam kali lebih
banyak daripada dewasa. bagian ventral diencephalon berkembang menjadi
tangkai atau infundibulum hipofisis di bagian lobus posterior. Sensori dan
lapisan pigmen retina mata, ada yang tumbuh keluar dinding diencephalon
menjadi tangkai optic yang menghubungkan bagian ventral dengan bagian otak.
Serabut-serabut saraf dari beberapa saraf optic yang letaknya berseberangan
membentuk chiasma nervi optici (Sukiya, 2005).
Perubahan mesencephalon relative kecil, tetapi menunjukkan ada
penambahan dan terjadi peningkatan mulai dari Superkelas Pisces tingkat
rendah ke bentuk yang lebih tinggi. Bagian dorsal, berkembang dua bangunan
kedepan yang dikenal sebagai lobus optikus, berperan dalam penerimaan visual,
dan pada beberapa ikan bertulang keras lobus tersebut melebihi ukuran otaknya
(Sukiya, 2005).
Bagian dorsal metencehalon berkembang menjadi cerebellum.
Cerebellum menjadi pusat koordinasi otot maka terjadi peningkatan koordinasi
aktivitas tubuh. Perkembangan cerebellum Dipnoi, tumbuh lamban dan sangant
sedikit, sedangkan pada jenis ikan yang pertumbuhan tubuhnya pesat misalnya
pada ikan hiu, memiliki cerebellum yang relative besar (Sukiya, 2005).
Mielencephalon membentuk medulla oblongata otak dan dalam
banyak hal menyerupai medulla spinalis, yang menreuskan diri ke posterior.
Bagian medulla otak tersebut sangat penting pada semua Superkelas Pisces,
karena merupakan pusat beberapa aktivitas vital tubuh termasuk respirasi kerja
jantung dan metabolisme. Medulla otak pada ikan juga berperan sebagai
penghubung linea lateralis dengan pendengaran (Sukiya, 2005).
Ikan juga seperti amfibi, hanya memiliki 10 saraf cranial dan salah satu
diantaranya adalah yang menuju linea lateralis, artinya cabang saraf ini berasal
dari medulla oblongata. Umumnya saraf sensori ikan adalah di bagian dorsal
dan saraf motorik di ventral, keluar dari kolumna vertebralis (Sukiya, 2005).

Gambar. Sistem
Saraf pada Hiu
a. Sistem Sensori
Sistem
sensori berupa sel-
sel reseptor perifer dan gabungan neuron di otak yang memberi gambaran
lingkungan secara biologis. Barisan elemen reseptor berupa sel tunggal,
misalnya taktil korpuskel, atau kompleks retina mata. Karena hidup di perairan,
perkembangan kemoreseptor pada ikan sangat baik untuk mendeteksi rasa dan
bau. Lokasi organ perasa pada ikan boleh jadi tidak hanya terletak di kepala
atau mulut, mungkin diperluas di beberapa bagian permukaan tubuh termasuk
juga di bagian sirip.
Hiu memiliki sistem bioelektrik digunakan untuk mendeteksi mangsa
dan mungkin menavigasi oleh medan magnet laut. Semua hiu memiliki kecil
"diisi jelly kanal terletak di atas moncong, disebut disembut ampullae of
Lorenzini, yang mampu mendeteksi dan proses arus listrik pada rentang
pendek. Karena semua makhluk hidup menghasilkan medan listrik lemah, hiu
dapat mendeteksi bidang ini di kisaran 0-8 Hz dengan perbedaan medan listrik
dari sekecil 5/1000000000 dari volt per sentimeter. diperkirakan bahwa hiu
Hammerhead berevolusi kepala luas dalam rangka untuk meningkatkan luas
permukaan reseptor listrik atau mungkin jarak antara sensor bantu dalam
menentukan arah mangsa ( Chambell, 2003 ).

Gambar. Sistem Reseptor Listrik Ikan Hiu


Sebagian besar, organ olfaktori (pencium) pada ikan berupa sepasang
lubang bergaris dengan lipatan berupa epitel sensori. Hiu telah dipasangkan
lubang hidung di bagian bawah moncong mereka. Dengan mengalir air melalui
lubang hidung ke kantung penciuman mereka, hiu ini mampu mendeteksi berbagai
bahan kimia di dalam air. Hiu dapat mencium keberadaan molekul pada konsentrasi 1
bagian per 25 juta bagian air dan dapat mencium bau darah pada jarak ratusan meter.
lubang hidung tidak terhubung dengan sistem lain ( Chambell, 2003).

Gambar. Sistem Penciuman pada Ikan Hiu


Beberapa ikan mempunyai mata spesifik dari hasil adaptasi. Mata hiu
sangat mirip dengan mata manusia, dengan kornea, iris, pupil, lensa dan
retina. Jarak pandang hiu sedikit lebih baik (7x lebih baik) daripada
penglihatan manusia yang memungkinkan mereka untuk melihat sejauh 50-60
kaki di bawah air dalam kondisi baik ( Chambell, 2003).

Gambar. Sistem Penglihatan pada


Ikan Hiu
Telinga pada ikan sangat berbeda dengan telinga pada mammalia.
Telinga ikan, tidak sebaik telinga kita dalam mengasosiasi suara. Ikan tidak
mempunyai telinga luar, tengah dan kohlea. Bagian dalam telinga ikan berupa
utrikulus dorsal yang dihubungkan dengan kanal semi-sirkuler, dan pelebaran di
tengah yang disebut sacculus (pada amfibi, reptil dan burung disebut lagena
yaitu bangunan semacam kohlea untuk mendengar). Alat pendengaran pada
ikan juga berfungsi sebagai organ keseimbangan. Telinga hiu berada pada
internal. Dengan menghubungkan telinga bagian dalam, yang disebut labirin
membran, untuk air sekitarnya dengan sejumlah terowongan dan saluran, hiu
memiliki mekanisme yang sensitif untuk menafsirkan suara di bawah air. Suara
perjalanan lebih jauh dan lebih cepat bawah air, sehingga hiu mampu
menafsirkan suara yang kilometer jauhnya ( Chambell, 2003 ).

Gambar. Sistem Pendengaran


pada Ikan Hiu

b. Kelenjar Endrokrin
Kelenjar endokrin merupakan kelenjar tanpa saluran, produknya
langsung masuk ke dalam sistem peredaran darah. Produk tersebut disebut
sebagai hormon, yang merupakan regulator kimia tubuh. Dimana fungsi
utamanya adalah sebagai agen katalis dengan cara merangsang kelenjar lain,
mengatur pertumbuhan, mengontrol metabolisme dan menjaga keseimbangan
kimiawi pada tubuh, tanpa mengalami perubahan pada kelenjar itu sendiri.
Sebagian besar kelenjar yang ada pada mammalia, ditemukan pada ikan kecuali
pada kelenjar paratiroid. Pankreas merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin,
pankreas ditemukan pada ikan tulang rawan dan tulang keras serta mempunyai
pulau Langerhan yang berfungsi memproduksi insulin. Kelenjar adrenalin ikan
berbeda dengan Superkelas Pisces tinggi, karena pada kelenjar ini korteks dan
medulla bersatu sedangkan pada mammalia terpisah.
Superkelas Pisces pada jenis ikan mempunyai kelenjar tiroid dan
pituitaria yang berkembang dengan baik. Gonad ikan sama seperti yang ada
pada hewan Superkelas Pisces lainnya yaitu berfungsi seperti kelenjar endokrin
dan berperan dalam membentuk ciri seksual sekunder yang tampak pada musim
kawin. Fungsi dan aktivitas pada gonad, tidak diragukan lagi bahwa selalu di
bawah kendali hormon.

Gambar. Sistem Endokrin pada Ikan Hiu


j. Klasifikasi
Klasifikasi Superkelas Pisces hanya meliputi dua kelas besar, yakni: Kelas
Chondrichthyes (ikan tulang rawan) dan Osteichthyes (ikan tulang keras). Klasifikasi
tersebut dapat tergambarkan dengan tabel berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi Superkelas Pisces
Superkelas Pisces
Kelas Chondrichthyes
Ordo Cladoselachiformes
Ordo Xenacanthiformes
Ordo Selachiformes
Subordo Hezanchoidei
Subordo Heterodonotoidei
Subordo Selachoidei
Subordo Batoidei
Ordo Chondrenchelyiformes
Ordo Chimaeriformes

14

Hydrolagus collie
2.5 Anatomi dan Morfologi Osteichthyes

Osteichthyes merupakan super kelas dari kelas pisces yang berjenis tulang keras
sebagai dasar identifikasinya. Ikan dari kelas ini secara tradisional telah disebut bony fi
shes (osteichthyes) hal ini ditandai dengan kehadiran endochondral tulang (tulang yang
menggantikan perkembangan tulang rawan )( Hickman et al ,2008). Pada kelas ini hampir
pada susunan tubuhnya tersusun atas tulang keras mulai dari tulang di bagian anterior hingga
tulang di bagian posterior. Menurut Marine waters Department of Fisheries Australia ( 2011)
morfologi ikan kelas Osteicthtyes adalah sebagai berikut.

1. Mata
Pada ikan bory pengelihatan mata memiliki kemampuan hingga 360 . pada
ikan bertulang keras tidak memiliki kelopak mata. Ikan umumnya memiliki
pengelihatan yang baik ,namun ukuran mata bervariasi tergantung habitat dan
adaptasinya.

2. Nostril

Sebagian besar ikan tidak memiliki hidung , tetapi mereka memiliki lubang
hidung (nares) yang berfungsi untuk mencium bau (bahan kimia ) di dalam air.

3. Fish chatter
Ikan dapat menghasilkan suara dengan cara menggosokkan gigi mereka secara
bersamaan
4. Mouth
Bentuk mulut dan posisinya selalu menunjukkan apa jenis makanan ikan
tersebut. Mulut sangat penting dalam proses pernapasan . air yang masuk melalui
mulut akan diarahkan melewati insang dimana oksigen dan karbondioksida
dilepaskan dan terjadi pertukaran gas. Gigi ikan bertulang ini berikatan pada rahang
mereka.
5. Pectoral fins
Sirip dada digunakan secara individu untuk mengubah posisi ikan di kedua arah
atau control gerakan keatas dan kebawah bila digunakan secara bersama. Sirip ini
dapat pula bertindak sebagai berenang mundur.
6. Ventral (pelvic) fin
Sepasang sirip panggul (sirip ventral) membantu dalam keseimbangan dan
kemudi. Gerakan sisi ke sisi dan naik turun serta bertindak sebagai rem untuk
memperlambat gerakan ikan
7. Vent

Merupakan saluran terbuka menuju keluar tubuh yang digunakan dalam sistem
pencernaan dan sistem reproduksi

8. Anal Fin
Anal fin memberikan kontribusi dalam menjaga keseimbangan tubuh
ikan,membantu ikan untuk berhenti dan berputar dari sisi ke sisi lain
9. Scales
Berfungsi sebagai pelindung tubuh ikan ,namun pada beberapa spesies ada ikan
yang telanjang dan tidak memiliki sisik pelindung. Pada kulit ikan banyak terdapat
kelenjar mucus sehingga dapat menjadi lapisan pelindung tambahan pada ikan untuk
mengatasi bakteri
10. Caudal fin
Sirip ekor memiliki fungsi dalam mengatur seperti rudder di perahu boat. Sirip
ini mempunyai peran dalam mengatur kecepatan pergerakan ke depan.
11. Garis lateral
Garis lateral ini memiliki fungsi dalam penangkapan sensor atau berperan
sebagai reseptor. Pada bagian ini dapat mendeteksi getaran dan perubahan tekanan air
12. Dorsal fin
Sirip dorsal bereran sebagai kemudi seperti pada kapal boat yang berfungsi
menjaga ikan agar tetap tegak dan stabil. Sirip punggung juga berperan dalam
perlindungan.
13. Operculum
Operculum atau penutup insang adalah piringan tulang keras yang melindungi
insang. Ikan bertulang memiliki jumlah seasang dan dapat membuka menutup.

Tipe mulut pada kelas ikan ini memiliki 3 macam tipe. Tipe pertama yaitu superior
kedua adalah Terminal ketiga adalah Inferior. Tipe superior merupakan morfologi mulut yang
posisinya menjorok kedepan , pada tipe ini mulut berada di posisi permukaan dengan
mengambil makanan yang berada diatas mereka. Contoh dari ikan jenis mulut ini adalah ikan
garfish dan snook. Tipe terminal adalah mulut yang mempunyai posisi berada di tengah
kepala menghadap ke depan, tipe ini mengambil makanan tepat pada depan mulut. Contoh
dari ikan jenis mulut ini adalah ikan tuna Tipe ketiga adalah inferior, tipe ini menempatkan
posisi mulut menghadap ke bawah dengan posisi makanan akan berada di bawah mulut
mereka. Contoh dari ikan jenis mulut ini adalah ikan sepatu.

Tipe posterior Ikan garfish (hkti.org)

Tipe mulut terminal Ikan tuna (Sumber : hkti.org)

Tipe Mulut inferior Ikan sepatu


Ciri Anatomi

Berbicara anatomi suatu makhluk hidup tentunya


kita tidak akan lepas dengan organ penyusun suatu
makhluk hidup tersebut. Dalam makalah ini akan dibahas
ciri anatomi pisces berdasarkan sistem yang berjalan pada
ikan. Susuna pergerakan pada ikan diatur oleh myomeres,
letak myomeres ini berada hampir si seluruh tubuh pisces.
Myomeres adalah otot pengatur (otot lokomotor) yang
mengakibatkan gerakan zigzag disebut myomeres
(Hikcman et al ,2008). Myomeres selain berfungsi sebagai alat penggerak otot ini memiliki
fungsi sebagai pelindung organ metabolism yang berada
Sumber : Hickman et al,2008
di dalamnya seperti organ eksresi,organ pencernaan, organ
respirasi dan organ lainnya.

Organ dalam yang menyusun dalam proses berenang terdapat


swim bladder. Letak dari swim bladder ini berada pada coelom tepat di
bawah tulang belakang. Diatas swim bladder terdapat susunan
pembuluh darah berupa dorsal aorta . Organ yang menyusun organ
respirasi terdapat di balik operculum sebagai keeping pelindung insang.
Bagian dari organ respirasi terdapat gill rakers yang terletak pada bagian
pangkal, pada gill rakers ini terdapat lembaran filament dengan lamella.
Dalam filament ini terdapat susunan pembuluh darah karena pada
bagian ini terjadi pertukaran gas O2 dengan gas CO2.

Bladder Sumber : Hickman et al,2008

Organ respirasi Sumber : Hickman et


al,2008

Organ penyusun sistem ekskresi adalah ginjal. Ginjal pada kelas ini terletak pada bagian
tengah tubuh di bawah tulang belakan . saluran ekskresi ini menuju ke bagian aboral ikan
yang nantinya akan dikeluarkan ke air. Organ sistem ekskresi ini berdekatan dengan sistem
pencernaan . Organ pencernaan ikan meliputi mulut yang berhubungan dengan lambung dan
insang,kemudian menuju lambung . Lambung ini berhubungan dengan saluran usus dan
menuju bagain aboral dan nantinya akan dikeluarkan di anus. Lubang pengeluaran sistem
pencernaan berada di depan daripada pengeluaran sistem ekskresinya yang dilihat dari bagian
anteriornya.

Letak Organ reproduksi pada pisces kelas


ini berada di bawah bladder dengan struktur
memanjang menuju anus. Untuk
memudahkan dalam mengamati ciri anatomi
osteichtyhyes dengan melihat organ
keseluruhan dapat lebih mudah dipahami
dalam gambar berikut.
Organ ekskresi dan pencernaan :
Hickman et al,2008

Sumber : dj003.k12.sd.us

2.6 FISIOLOGI OSTEICHTHYES

Sisten organ yang terdapat pada spesies kelas Osteichthyes adalah sebagai
berikut:

a. Sistem Pernafasan
Sistem respirasi spesies kelas Osteichthyes dilakukan oleh
insang yang terdapat dalam empat pasang kantong insang yang terletak
disebelah pharynx di bawah operculum. Setiap kali mulut dibuka maka air
dari luar akan masuk menuju faring kemudian keluar lagi melewati celah
insang. Lamella insang berupa lempengan tipis yang diselubungi epitel
pernafasan menutup jaringan vaskuler dan busur aorta, sehingga
karbondioksida darah dapat bertukar dengan oksigen terlarut di dalam air.

Tiap bilah insang terdiri atas lembaran ganda filamen. Tiap


filamen tersusun atas banyak plat transversal yang dibungkus oleh lapisan
ephitelium yang banyak mengandung pembuluh darah kapiler yang berada di
antara afferent brancialis dan efferent branchialis (lengkungan insang) dan
pada perbatasannya terdapat sisir duri yang berfungsi menahan makanan dan
benda-benda keras lain lewat celah insang pada saat pernafasan berlangsung.
Waktu bernafas operculum menutup melekat pada dinding tubuh, archus
branchialis mengembang ke arah ventral. Air masuk melalui mulut, kemudian
klep mulut menutup, sedang archus branchialis berkontaksi, dengan demikian
operculum terangkat terbuka. Selanjutnya air mengalir ke luar melalui
filamen. Pada saat itulah darah mengambil oksigen dan melepaskan
karbondioksida. Gelembung udara atau gelembung renang (Vesica
pneumattica) berdinding tebal terdapat dalam rongga tubuh sebelah dorsal.
Gelembung ini mempunyai hubungan dengan pharynx melalui ductus
pneumattica. Saluran ini hanya terdapat pada beberapa ikan tertentu saja
(Jasin, 1984).
Gambar. Sistem Pernafasan kelas Osteichthyes (Respirasi)

b. Sistem Pencernaan

Alat pencernaan ikan terdiri atas saluran pencernaan dan


kelenjar pencernaan. Pada umumya, saluran pencernaan ikan berturut-
turut dimulai dari segmen mulut, rongga mulut, faring, esophagus,
lambung, pylorus, usus, rectum, dan anus. Sedangkan sel atau kelenjar
pencernaan terdapat pada lambung, hati, dan pankeas.Saluran pencernaan
pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Pada rongga mulut
terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan
lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakkan. Lidah ikan banyak
menghasilkan lendir, tetapi tidak menghasilkan ludah (enzim). Dari
rongga mulut, makanan masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat
di daerah sekitar insang kemudian makanan di dorong masuk ke lambung.
Lambung ikan pada umumnya membesar dan tidak memiliki batas yang
jelas dengan usus. Dari lambung, makanan masuk ke usus yang berupa
pipa panjang berkelok-kelok dan sama besarnya. Usus tersebut bermuara
pada anus (Fujaya, 2004).
Gambar. Sistem Pencernaan kelas Osteichthyes

c. Sistem Sirkulasi

Sistem sirkulasi pada ikan berupa sistem sikulasi tunggal.


Jantung ikan hanya terisi darah yang tidak mengandung oksigen. Darah dari
jantung dipompa menuju ke insang untuk diisi oksigen lalu diedarkan ke
seluruh tubuh. Jantung hanya memiliki dua bilik yaitu atrium dan ventrikel.
Darah sebelum masuk ke dalam atrium terlebih dahulu melewati sinus
venosus, dari atrium darah menuju ventrikel (Sukiya, 2005).

Gambar. Sistem Sirkulasi kelas Osteichthyes

d. Sistem Ekskretori
Sistem urogenital terdiri atas dua bagian yaitu sistem ekskresi
dan sistem urogenital. Sistem ekskresi ikan berfungsi untuk regulasi kadar air
tubuh, menjaga keseimbangan garam dan mengeliminasi sisa nitrogen hasil
dari metabolism protein. Sehingga berkembang 3 tipe ginjal yaitu pronefros,
mesonefros dan metanefros. Air, garam dan sisa metabolisme dalam aliran
darah masuk ke dalam kapsula dan mengalir ke dalam tubulus ke duktus
arkinepridikus dan akhirnya ke luar tubuh. Sistem ini ada yang berubah
karena variasi kebutuhan hidup ikan. (Sukiya, 2005).

Gambar. Sistem Ekskresi kelas Osteichthyes

e. Sistem Otot

Fungsi utama sistem otot adalah untuk berbagai variasi gerak


dari organ tubuh. Gerak otot pada ikan terutama untuk membuka dan
menutup mulut, menggerakan mata, membuka dan menutup insang,
menggerakan sirip dan gerakan ke atas atau ke samping atau melawan arus
air. Gerakan tersebut hanya memerlukan sistem otot sederhana. Jenis otot
pada ikan adalah otot lurik, polos, jantung. Kerja sistem otot pada ikan
dikontrol oleh rangsang saraf. Beberapa spesies ikan memodifikasi urat
daging menjadi organ listrik pada 250 spesies ikan terutama ikan-ikan
laut, di daerah tropis dan sub-tropis. Fungsi modifikasi tersebut adalah
untuk pertahanan diri (voltase listrik yang dihasilkan tinggi) dan untuk
mencari makan (voltase rendah) (Sukiya, 2005).

Tipe otot tubuh ikan masih menampakkan susunan segmen


dengan septa. Jika tubuh ikan di potong tegak lurus dengan punggung
akan tampak bahwa otot-otot tersusun menurut lingkaran-lingkaran
konsentris. Potongan otot yang melingkar ini tersusun dari arah kranial
berbentuk kerucut. Ikan bertulang rawan dan ikan bertulang sejati, otot
aksial dipisahkan oleh septum lateral (septum horizontal) menjadi otot
epaksial di bagian dorsal dan otot hipaksial di bagian ventral. Otot
epaksial diinervasi oleh percabangan dorsal saraf spinal sedangkan otot
hipaksial diinervasi oleh percabangan ventral saraf spinal (Sukiya,2005).

Gambar. Sistem otit kelas Osteichthyes

f. Sistem Saraf

Otak terletak pada bagian yang lebih tinggi daripada


cyclostome. Empat bagian penting yaitu cerebrum (otak besar),
cerebellum (otak kecil), bagian penglihatan, dan medulla. Otak
mempunyai saraf otak sebagai organ perasa dan bagian lain pada anterior
dari tubuhnya. Saluran saraf merupakan pusat dari tulang belakang dan
melalui saraf arches dari vertebrata (Boolotion, 1979).

Saraf otak

Pada ikan terdapat terdapat dua kelompok kerja sistem saraf,


yakni sistem saraf pusat dan sistem saraf otonom. Kedua sistem saraf
tersebut pada dasarnya tidak bisa bekerja secara terpisah, tetapi saling
melengkapi. Sistem saraf pusat berupa jaringan saraf yang menjalin
seluruh tubuh berakar dalam otak maupun sum-sum tulang belakang. Otak
memiliki tiga fungsi utama yaitu (1) menerima input dan
menginterpretasikan informasi dari semua organ-organ sensor, baik intenal
maupun eksternal, (2) menghasilkan output berupa perintah untuk
koordinasi semua bagian badan sebagai impuls saraf atau hormone dan (3)
integrasi antara kedua aspek fungsi otak. Sedangkan sistem saraf otonom
berupa susunan saraf otonom terdiri atas saraf simpatis dan parasimpatis.
Saraf otonom mengontrol fungsi vegetatif badan, antara lain: (1) mengatur
kegiatan jantung dan pembuluh darah, (2) mengatur kerja urat daging
licin, dan (3) mengatur kerja kelenjar-kelenjar. Sifat kedua saraf tersebut
dikenal sebagai sifat yang berlawanan. Saraf simpatis aktif bila tubuh
memerlukan energi dan saraf parasimpatis aktif pada tubuh organisme
sedang istirahat.

Satuan dasar system saraf adalah neuron. Neuron mempunyai


satu ciri struktur yang menyebabkannya kelihatan lain dari semua tipe sel
tubuh lainnya. Dari bagian tengah neuron serabut tipis mejulur seperti
sulur halus dengan panjang berbeda-beda tergantung letak dan tugasnya.
Lewat serabutnyalah neuron menjalankan fungsinya yang unik, yakni
menyampaikan isyarat ke otak dan dari otak serta sum-sum tulang
belakang ke organ-organ tubuh.
Unit terkecil sistem saraf adalah sel saraf (neuron), terdiri dari
badan sel yang berinti, penjuluran plasma dari badan sel (2 atau lebih),
penjuluran plasma yang pendek disebut dendrite berfungsi sebagai
penerima impuls, penjuluran plasma yang panjang disebut neurit/axon
berfungsi untuk meneruskan impuls yang diterima (Boolotion, 1979).

Gambar. Otak ikan (sistem saraf)

Organ Perasa

Tubuh mengetahui perubahan lingkungan karena dilengkapi


alat penerima rangsang (indra), baik fisik maupun kimia, yaitu mata, linea
lateral, telinga dalam, indera pembau, dan pengecap. Perubahan tingkah
laku akibat perubahan lingkungan yang direkam alat indera ikan diketahui,
karena dapat digunakan dalam peningkatan teknologi penangkapan dan
budidaya ikan.
Telinga hanya terdiri dari membran-membran labirin.
Terdapat tiga saluran semi sirkular dan saccuus berisi beton yang terbuat
dari kalsium karbonat yang disebut telinga batu atau otholits. Telinga
merupakan organ untuk mendengar dan kesetimbangan (Boolootion,
1979).

Mata terdapat di tempat yang berbeda di several ways dari


tubuh vertebrata. Ikan tulang keras tidak memiliki kelopak mata,
pelindung mata hanya berupa selaput mata yang menjaga dari air. Kornea
pada ikan tipis dan sama dengan nilai refraktif pada air. Akibatnya lensa
mata menjadi lebih bulat. (Boolotian, 1979)

Retina pada ikan tidak jauh beerbeda dengan retina pada


vertebrata pada umumnya. Retina memiliki struktur tipis dan berlapis serta
transparan. Sel kerucut (kon) dipakai pada aktivitas malam hari,
sedangkan sel batang (rod) digunakan dalam aktivitas melihat pada siang
hari. Kon juga bertanggungjawab dalam membedakan warna seperti biru,
hijau dan merah karena mengandung pigmen yang peka terhadap cahaya
matahari (Fujiya, 2004).

Organ indera lain yang juga sangat penting adalah pembau


dan pengecap. Kedua organ ini merupakan reseptor kimia. Sinyal kimia
(allomon dan feromon) digunakan sebagai alat komunikasi yang
selanjutnya mempengaruhi pola tingkah laku dan reproduksi ikan. Bahan-
bahan kimia penting lainnya yang mempengaruhi nafsu makan pada ikan
antara lain: asam amino dan nukleotida (Boolotion, 1979).

Sistem sensori pada ikan berupa sel-sel reseptor perifer dan


gabungan neuron di otak yang memberi gambaran lingkungan secara
biologis. Barisan elemen reseptor berupa sel tunggal, missal taktil
korpuskel, atau kompleks retina mata. Sebagian besar ikan, organ olfaktori
(pencium) berupa sepasang lubang bergaris dengan lipatan berupa epitel
sensori. Organ olfaktori pada Dipnoi serupa dengan vertebrata tinggi
mempunyai saluran nasal yang terbuka yaitu choanae masuk ke dalam
farink, saluran nasal ini terbuka pada bagian internal maupun eksternalnya
dilapisi epitel olfaktori berupa lipatan epitel yang berlekuk-lekuk (Sukiya,
2005).

Beberapa ikan mempunyai mata spesifik dari hasil adaptasi.


Banyak mata yang dikenal, satu contoh ikan yang sangat terkenal di
Amerika Selatan four-eyed fish (Anablep). Habitat ikan ini pada air
tenang, saat mengapung di permukaan menggunakan separuh mata atas,
saat melihat ke udara dank ke dalam air terkadang lensa matanya tampak
terbagi dua, setiap bagian tersebut jaraknya dengan retina tidak sama. Ikan
bermata empat yang lain adalah blennie Galapagos (Dialommus fuscus),
peloncat batu yang gesit sangat cepat sekali keluar dari air. Tidak seperti
Anableb, mata blenny tidak tampak terbagi di bagian dalam tetapi lebih ke
arah kornea.

Telinga ikan sangat berbeda dengan telinga mammal. Telinga


ikan, tidak sebaik telinga kita dalam mengasosiasi suara. Ikan tidak
mempunyai telinga luar, tengah dan kohlea. Bagian dalam dari telinga
ikan berupa utrikulus dorsa yang dihubungkan dengan kanal semi-sirkuler,
dan pelebaran di tengah yang disebut sacculus (pada amfibi, reptile dan
burung disebut lagena yaitu bangunan semacam kohlea untuk mendengar).
Ikan dapat mendeteksi vibrasi dalam air, beberapa di antara vibrasi
mungkin dihasilkan oleh jenisnya sendiri (Sukiya, 2005).

g. Sistem Reproduksi

Ikan memiliki variasi yang luas dalam strategi reproduksi agar


keturunannya mampu bertahan hidup. Ada tiga strategi reproduksi yang
paling menonjol: 1) memijah hanya bilamana energi (lipid) cukup tersedia
2) memijah dalam proporsi ketersediaan energi 3) memijah dengan
mengorbankan semua fungsi yang lain. Oleh karena itu ikan memiliki
ukuran dan jumlah telur yang berbeda (Fujiya, 2004).

Pada ikan jantan terdapat sepasang testis yang panjang. Testis


tersebut terletak ventral dari ren. Pada ujung caudal mulai vas deferens
yang bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Pada ikan betina terdapat
sepasang ovaria yang panjang. Ovaria ini mempunyai rongga yang
mengarah ke caudal melanjutkan diri ke dalam oviduct yang bermuara ke
dalam sinus urogenitalis. Ovum dibungkus dengan suatu membrane tebal
(zona radiata). Zona ini dibentuk dari lapisan superficial protoplasma
(Radiopoetro, 1996).

Umumnya ovarium vertebrata tidak langsung dihubungkan


dengan oviduk, maka secara teoritik telur masuk ke rongga tubuh dan
berakhir pada ostium. Kenyataannya, hubungan antara dua struktur
tersebut tertutup dan sedikit ada perubahan untuk masuknya telur ke
rongga tubuh. Beberapa ikan tulang sejati prodihious yaitu sejumlah telur
diproduksi selama musim kawin yang pendek, ovariumnya berhubungan
dengan oviduk untuk mencegah telur lari ke dalam rongga tubuh. Juga pada
beberapa Teleostei adalah ovipar, tetapi ada beberapa yang mengerami telur
di dalam tubuhnya. (Sukiya, 2005).

KLASIFIKASI KELAS OSTEICHTHYES

Superkelas PISCES
Kelas OSTEICHTHYES (ikan bertulang keras)
Subkelas Actinopterygii
Superordo Paleonisci (paleoniscoids)
Superordo Polypteri (ikan bersisik ganoid)
Ordo Polypteriformes (bichirs)
Superordo Chondrostei (ikan ganoid bertulang rawan)
Ordo Acipenceriformes (sturgeon dan paddlefish)
Superordo Holostei (ikan ganoid bertulang keras)
Ordo Amiiformes (ikan bowfin)
Ordo Lepisosteiformes (ikan gars)
Superordo Teleostei (ikan bertulang keras tingkat tinggi)
Ordo Clufeiformes (ikan salmon dan sebangsanya)
Ordo Scopeliformes (ikan iniomous)
Ordo Saccopharyngiformes (belut gulper laut dalam)
Ordo Galaxiiformes (ikan galaxiid)
Ordo Esociformes (ikan pike)
Ordo Mormyriformes (ikan mormirid)
Ordo Cypriniformes (ikan cyprinus, karper)
Ordo Anguilliformes (belut)
Ordo Cyprinodontiformes (ikan cyprinodontid, minno)
Ordo Beloniformes (ikan terbang)
Ordo Gadiformes (codfishes dan hakes)
Ordo Macruriformes (deep-sea rattails)
Ordo Percopsiformes (troutperch dan pirateperch)
Ordo Beryciformes (ikan squirrel)
Ordo Perciformes (ikan perchlike)
Ordo Echeneiformes (ikan remora)
Ordo Zeiformes (ikan John Dorys dan sejenisnya)
Ordo Pleuronectiformes (ikan pipih)
Ordo Gasterosteiformes (ikan sticklebacks dan
tubenose)
Ordo Syngnathiformes (ikan mulut pipa)
Ordo Ophiocephaliformes (ikan kepala ular)
Ordo Muligiformes (ikan barakuda, mullet dan
silverside)
Ordo Phallostethiformes (ikan phallostethi)
Ordo Lophiiformes (ikan nona)
Ordo Tetraodontiformes(ikan trigger, puffer dan ocean
sunfishes)
Subkelas Sarcopterygii (fleshy-finned fishes)
Superordo Crossopterygii (lobe-finned fishes)
Superordo Dipnoi (ikan paru-paru)
(Sumber: Orr(1976) dalam
Sukiya.2005)

Beberapa ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh superordo pada subkekas


Actinopterygii dan Subkelas Sarcopterygii menurut Munaf (2006) sebagai berikut.

1. Subkelas Actinopterygii

a. Superordo Paleonisci (Paleoniscoids)


Ciri-ciri : Ikan bersisik dengan tubuh seperti hiu; ekor biasanya
heterocercal; ada satu sirip dorsal, ikan dalam superordo ini telah punah
pada masa Cretaceous.

Gambar. Fosil Paleoniscoids


b. Superordo Polypteri (Ikan bersisik ganoid)
Ordo : Polypteriformes (bichirs)
Ciri-ciri : Tubuhnya bulat panjang Ukuran sedang mencapai 1 m, sisik
tebal dengan tipe ganoid., primitif, sirip caudal simetris, sirip dorsal
terbagi kedalam sejumlah sirip terpisah Sirip dorsal terpisah pisah dalam
bentuk finlet yang berjumlah 8 atau lebih, bagian depan setiap sirip dorsal
disokong oleh duri. Sirip ekor bertipe diphycercal. Kantung udara
berfungsi seperti paru-paru dan terhubung ke sisi ventral dari perut dan
berguna sebegai alat pernafasan tambahan, pada waktu musim larva
bernapas dengan insang luar (tidak ada tutup insang) ruas tulang belakang
termasuk tipe Amphicoeloes yang diperkuat tulang sejati.. Contoh:
Polypterus ansorgii, Polypterus bichirs.

Gambar. Polypterus ansorgiin dan Polypterus bichirs

c. Superordo Chondrostei (ikan ganoid bertulang rawan)


Ordo : Acipenceriformes (sturgeon dan paddlefish)
Ciri-ciri : Ukuran sedang besarnya hingga 9m, primitif, ikan bersirip
dengan tubuh seperti hiu dan ekor heterocercal; mulut subterminal; banyak
tulang rawan , Mempunyai operculum.; kantung udara perut di dalam dan
muncul dari sisi dorsal perut; ada katup spiral di usus. Sebagian tubuhnya
ditutupi oleh sisik ganaoid atau tidak ditutupi sisik, Pelat tulang sejati di
kepala bersatu dengan tulang rawan tengkorak (neurocranium). Contoh:
Acipenser transmontanus, Acipenser oxyrhynchus.
Gambar. Acipenser transmontanus dan Acipenser oxyrhynchus.
d. Superordo Holostei (Ikan ganoid bertulang keras)
Ciri-ciri : Ukuran sedang hingga besar (0,7 - 3 m), ikan bersirip pendek;
ekor heterocercal; sisik ganoid atau sikloid; kantung udara berfungsi
sebagai tambahan organ respirasi, terdapat sejumlah lipatan pada bagian
dalam permukaan, dan tersambung ke sisi dorsal dari perut, terdapat katup
spiral di usus.

Ordo : Amiiformes (ikan bowfin)


Ciri-ciri : Holostean kecil dengan rahang tidak menonjol keluar
dan garis melintang disekitar kepala; sirip dorsal panjang dan berduri;
Gelembung renang dengan ductus pneumaticus; kepala dilapisi
dengan lempengan tulang; sisik sikloid; hanya ada satu spesies yaitu
Amia calva.
Gambar. Amia calva.
Ordo : Lepisosteiformes (ikan gars)
Ciri-ciri : Ukuran tubuh sedang hingga besar dengan moncong
memanjang; sirip dorsal belakang pada tempatnya; sisik ganoid
berbentuk belah ketupat; Lubang hidung pada ujung moncong, Sirip
ekor adalah diphicercal pendek, memiliki satu genus yaitu Lepisosteus
osseus.

Gambar. Lepisosteus osseus


e. Superordo Teleostei (ikan bertulang keras tingkat tinggi)
Ciri-ciri : Ukuran tubuh sangat kecil hingga besar; sisik ganoid kurang
sempurna pada beberapa spesies, biasanya sikloid atau ktenoid; ekor
biasanya homocercal.
Ordo : Clufeiformes (ikan salmon dan sebangsanya)
Ciri-ciri : Ukuran tubuh kecil hingga cukup besar (0,035 2,4
m); memiliki Sisik cycloid; jaringan tulang masih primitive dengan
sirip lunak; gelembung renang biasanya tersambung, Sirip ekor
homocercal, Sirip dubur dan sirip punggung tanpa spinna. Contoh:
Oncorhynchus nerka (Choho salmon) dan Clupea pallasii

Gambar. Oncorhynchus nerka dan Clupea pallasii

Ordo : Scopeliformes (ikan iniomous)


Ciri-ciri : Ukuran tubuh relative kecil (0,025 1 m); bersirip
lunak, banyak yang memiliki organ penghasil cahaya, sirip dorsal
dua buah, mulut besar banyak mengandung gigi-gigi, mempunyai
alat penerangan (hidup di dasar laut). Contoh: Harpodon nehereus
dan Bathysaurus sp.
Gambar. Harpodon nehereus dan Bathysaurus sp

Ordo : Anguilliformes (belut)


Ciri-ciri : Ukuran tubuh kecil hingga sedang dapat mencapai 2
m; ikan bertubuh memanjang dan silindris dengan ekor pipih
bilateral; sirip dorsal dan sirip anal menyatu dengan sirip ekor;
mempunyai satu pasang (lebih) sirip dada dimana sirip pelvic
belum sempurna (Semua sirip yang ada tanpa spinna); sisik kecil
atau belum sempurna. Contoh: Anguilla australis dan Anguilla
malgumora

Gambar. Anguilla malgumora


2. Subkelas Sarcopterygii (fleshy-finned fishes)

a. Superordo Crossopterygii (lobe-finned fishes)


Ciri-ciri : Ikan memiliki sebuah cuping memanjang hingga bagian bawah
sirip; biasanya mempunyai dua sirip dorsal; memiliki dua ordo yaitu
Osteolepiformes dan Coelacanthiformes. Contoh: Latimeria menadoensis

Gambar. Latimeria menadoensis


b. Superordo Dipnoi (ikan paru-paru)
Ciri-ciri : Ikan memiliki sirip memanjang bertipe archipterygeal; gigi
berbentuk dua lempeng; gelembung renang tersambung ke sisi ventral
perut dan fungsional, setidaknya sebagai organ respirasi; terbagi kedalam
dua ordo yaitu Ceratodontiformes, meliputi genus Neoceratodus Australia
dan Lepidosirenoidei yang mencakup Lepidosiren di Amerika Selatan dan
Protopterus di Afrika. Contoh: Neoceratodus forsteri.

Gambar. Neoceratodus forsteri.


2.7 Penyebaran Dan Habitat

Diantara semua kelas vertebrata,ikan bertulang keras adalah yang paling banyak
jumlahnya, baik dalam hal jumlah individu maupun dalam jumlah spesies (sekitar
30.000). Berukuran antara 1cm dan lebih dari 6m,ikan bertulang keras sangat
melimpah di laut dan di hampir setiap habitat air tawar (Campbell,2003). Ikan Hiu
misalnya: Habitat Ikan hiu umumnya adalah di laut. Hiu umumnya ditemukan di
perairan dalam berkarang dengan dasar yang tidak terlalu terjal.

2.8 Manfaat dari Ikan

Pada umumnya ikan dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan


bahan pangan. Sebagai bahan pangan,ikan merupakan slaah satu sumber protein
hewani. Selain itu ikan dapat juga memberikan hiburan tersendiri bagi banyak orang.
Misalnya pemeliharaan ikan hias di dalam akuarium. Manfaat ikan lainnya adalah
dapat dijadikan sebagai objek penelitian dan objek rekreasi (seperti lomba
memancing ikan) (Sudjadi,2007).
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan tujuan dari pembuatan makalah dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pisces merupakan superkelas dari Filum Superkelas Pisces yang memiliki
keanekaragaman sangat besar. Berdasarkan klasifikasinya dibagi menjadi dua
kelas, yaitu Chondrichthyes (ikan bertulang rawan) dan Osteichthyes (ikan
bertulang keras).
2. Ikan bertulang rawan memiliki rangka yang fleksibel, terbuat dari tulang rawan
serta memiliki perkembangan rahang dan sirip yang sangat baik, bernafas
menggunakan insang, sebagian besar melahirkan dan ada juga yang menetaskan
telurnya dalam tubuh induk. Sedangkan ikan bertulang sejati, bernafas
menggunakan insang dan menghasilkan telur tanpa cangkang dalam jumlah yang
sangat besar.
3. Penyebaran ikan bertulang keras dan bertulnag rawan sangat melimpah di laut dan
di hampir setiap habitat air tawar.

B. Saran
Pembahasan materi Superkelas Pisces masih memerlukan pemahaman yang
dalam disandingkan dengan berbagai referensi terkait. Selain itu, pembenahan
makalah seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan mengenai Superkelas
Pisces sangat diperlukan untuk mengungkap berbagai misteri yang belum diketahui.

50

DAFTAR RUJUKAN
Boolootian, R. A. 1979. Zoology. New York: MacMillan Pub.,

Campbell, Reece Mitchel. 2003. BIOLOGI Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Penerbit
Erlanggga

Fujaya, Yushinta. 1999. Fisioligi Ikan. Jakarta: Rhineka Cipta

Hickman et al . 2008. Zoologi Avertebrata. USA : Mc Hills and sons


Jasin, Maskoeri. 1984. Sitematika hewan invertebrata dan vertebrata. Surabaya :
Sinar wijaya

Marine Waters Western Australian. 2011. Bony Fish ( Osteichthyes ). Australian


Goverment.

Munaf, Herman. 2006. Taksonomi Vertebrata. Padang : FMIPA UNP.

Radiopoetro. 1996. Zoologi. Jakarta: Erlangga

Sudjadi, Bagod. 2007. Biologi Sains Dalam Kehidupan. Surabaya: PT Yudistira.

Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang : UM Press.

Anda mungkin juga menyukai