Anda di halaman 1dari 19

BAB 3

PERANCANGAN TURBIN ANGIN

3.1 Pendahuluan
Dalam pembuatan suatu mesin pada umumnya, terutama mesin turbin, aspek
desain memegang peranan yang sangat penting. Sebelum suatu alat dibuat dan
diujikan, alat tersebut perlu didesain oleh perancang supaya dapat diketahui gambaran
awal mengenai alat tersebut. Dengan desain dapat diketahui bentuk alat, komponen-
komponen mesin yang digunakan, letak kelemahan, titik kritis, hubungan dengan
mesin lain dan mekanisme penggunaan alat ketika sudah jadi. Desain awal ini dapat
menjadi pijakan untuk langkah berikutnya dalam pembuatan alat.
Pembuatan prototipe merupakan bagian awal dari pembuatan mesin dalam
kapasitas yang lebih besar. Dengan prototipe, gambaran awal mengenai mesin
tersebut dapat diketahui, sehingga mempermudah untuk pembuatan mesin
selanjutnya. Selain itu, prototipe yang dibuat akan dievaluasi berkaitan dengan desain
awal yang digunakan. Kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam pembuatan prototipe
ini akan menjadi acuan proses berikutnya, sehingga pembuatan mesin berikutnya
akan lebih baik lagi.
Termasuk dalam pembuatan prototipe turbin angin adalah pembuatan
kompenen-komponen yang melingkupinya. Pembuatan komponen merupakan
langkah awal dalam pembuatan prototipe. Komponen-komponen yang sudah jadi
akan dirakit (assembly) membentuk turbin angin.
Turbin angin memiliki beberapa komponen, seperti: sudu rotor, hub,
generator, mekanisme yaw (yaw mechanism), nacelle, ekor turbin, dan tiang
penyanggah. Komponen-komponen turbin angin dalam penelitian tugas akhir ini
dirancang dan dibuatkan barangnya, sedangkan generator yang digunakan sebagai
penghasil energi listrik merupakan produk jadi yang berupa permanent magnet
generator (PMG) yang mempunyai spesifikasi khusus, sehingga kapasitas listrik dan
dayanya sudah tertentu. Untuk mentransmisikan putaran dan torsi dari sudu rotor

25
terhadap poros generator, pangkal rotor menempel pada poros generator sehingga
ketika sudu rotor berputar maka akan memutar poros generator sehingga akan
dihasilkan energi listrik.
Tahapan perancangan dan pembuatan turbin angin dapat dilihat pada bagan
alir (flowchart) gambar 3.1.

Mulai
Memilih dan
Menyiapkan
Generator Listrik

Merancang dan
Membuat Sudu
Rotor
Menentukan dan
Membuat
Landasan Tiang

Merancang dan
Membuat
Mekanisme Yaw

Tidak Apakah Komponen


Turbin Angin Sudah
Siap

Merancang dan
Membuat Ekor
Ya
Turbin Angin

Merakit dan
Memasang Turbin
Angin
Merancang dan
Membuat Hub dan
Nose

Melakukan
Pengujian
Merancang dan
Menyiapkan Tiang
Turbin Angin

Selesai

Gambar 3.1 Bagan alir tahapan perancangan dan pembuatan turbin angin

26
3.2 Perancangan Sudu Rotor
Sudu merupakan komponen turbin angin yang sangat signifikan. Sudu
berkontak dengan udara yang mengakibatkan sudu bergerak (berputar) karena adanya
gaya drag dan lift. Pangkal sudu menempel pada suatu hub yang menghubungkan
antara sudu dengan poros. Gerak putar sudu karena efek gaya drag dan lift akan
memutar poros generator yang pada akhirnya akan timbul energi listrik. Oleh karena
putaran pada sudu merupakan suatu hal yang menentukan dalam pembangkitan daya,
maka kontruksi sudu pun harus dibuat sebaik mungkin.
Pada pembuatan kontruksi turbin angin ini material yang digunakan untuk
membuat sudu berasal dari kayu. Selain karena dari segi ekonomisnya yang handal
seperti: harganya yang murah, penggunaannya mudah, dan mudah dicari, juga dari
aspek pembuatan yang efisien dimana material kayu mudah dibuat. Dibandingkan
dengan material logam yang memerlukan mesin khusus dalam membentuk atau men-
deformasi logam menjadi sudu, pengolahan material kayu menjadi sudu memerlukan
alat yang lebih efisien yaitu berupa alat potong (cutter) dan alat serut. Secara
mekanika, material kayu ini memiliki massa yang relatif ringan sehingga
memperkecil beban yang diterima oleh tiang penyangga, memiliki nilai inersia yang
rendah, mudah digerakkan oleh energi angin dengan kecepatan yang rendah, dan torsi
yang terjadi pada rotor dapat dibuat lebih besar.
Pembuatan sudu meliputi beberapa macam tahapan. Karena bentuk
penampang sudu berupa airfoil yang memanjang dari pangkal ke ujung sudu dan
bentuknya semakin mengecil, maka perlu ketelitian dalam pembuatan sudu. Untuk
mempermudah pembuatan airfoil sudu, maka perlu dibuat cetakan (mold) setiap layer
atau stasiun. Misalnya panjang sudu 1,5 m dengan jumlah layer 13, maka setiap layer
dibuatkan bentuk penampang airfoil beserta ukurannya yang meliputi ketebalan dan
lebar sudu dari sisi leading edge. Dengan menggunakan hubungan jari-jari sudu r
terhadap jumlah sudu dan lebar sudu, didapatkan nilai lebar sudu (chord) yaitu:

16 R ( R r )
C=
9 2 B

27
dimana C adalah ketebalan sudu, r adalah jari-jari sudu, R adalah jari-jari bidang
putar turbin, dan B adalah jumlah sudu, maka perhitungan ketebalan dan lebar sudu
untuk jumlah sudu 2 buah, dapat diperlihatkan pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Ketebalan dan lebar peanampang sudu setiap stasiun


penampang r (mm) R Vwd B C
(mm) (mm)
0 125 1750 7 5 2 1395,56
1 250 1750 7 5 2 697,78
2 375 1750 7 5 2 465,19
3 500 1750 7 5 2 348,89
4 625 1750 7 5 2 279,11
5 750 1750 7 5 2 232,59
6 875 1750 7 5 2 199,37
7 1000 1750 7 5 2 174,44
8 1125 1750 7 5 2 155,06
9 1250 1750 7 5 2 139,56
10 1375 1750 7 5 2 126,87
11 1500 1750 7 5 2 116,3
12 1625 1750 7 5 2 107,35
13 1750 1750 7 5 2 99,68

Perhitungan di atas berdasarkan data dan asumsi awal sebagai berikut:


o Diameter sudu, D = 3,5 m
o Tip Speed Ratio, = 7 (untuk sudu 2 buah)

o Kecepatan angin nominal, Vwd = 5 m s

o Jumlah sudu 2
o Tebal sudu merupakan 10% dari lebar sudu
o Letak puncak ketebalan adalah 25% dari lebar sudu yang ditandai dari arah
leading edge atau bagian depan model airfoil

o C pada lambang di atas adalah chord atau lebar sudu

28
Sketsa gambar penampang sudu dapat diperlihatkan seperti gambar 3.2.

Gambar 3.2 Penampang sudu setiap layer

Setelah sketsa gambar sudu dibuat, langkah berikutnya adalah membuat sudu
yang berasal dari material dengan menggunakan alat-alat mekanik yang berupa alat
potong atau gergaji, alat serut, dan alat penghalus yang memakai amplas.
Tahap-tahap pembuatan sudu kayu dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Menyiapkan papan yang berbentuk balok persegi panjang dengan ukuran
250 cm x 30 cm x 3 cm.
2. Menandai pada papan letak setiap stasiun untuk dibuatkan ukuran sudu
yang sesuai dengan bentuk airfoil.
3. Memotong papan mengikuti kurva yang dibentuk dari chord setiap stasiun
(yang perlu diperhatikan adalah leading edge dibuat lurus, sehingga
bagian yang membentuk kurva adalah bagian tailing edge).

29
4. Menyerut bagian atas sesuai dengan distribusi ketebalan setiap stasiun.
5. Menandai lokasi dimana ketebalan maksimum berada.
6. Menyerut dan mengamplas hingga setiap stasiun membentuk profil airfoil
yang baik.
7. Membuat alur dan lubang baut untuk memasang batang sudu.
8. Tahap penyelesaian, dengan menambahkan pelapis untuk menutup pori-
pori kayu dan melakukan pengecatan.

Gambar 3.3 Tahapan pembuatan sudu dari kayu

3.3 Perancangan Yaw Mechanism


Yaw Mechanism adalah komponen yang menghubungkan antara tiang
penyanggah dan rangka turbin angin. Fungsi yaw mechanism adalah menjaga arah
turbin angin sehingga sudu rotor selalu menghadap arah datangnya angin. Prinsip
kerja yaw mechanism berupa putaran pada sumbunya dimana ketika sudu menerima
angin dari arah samping, yaw mechanism akan berputar sehingga sudu tetap
menghadap angin dan dapat berputar.
Yaw mechanism menggunakan material dari logam seperti baja karbon atau
alumunium paduan. Hal ini dikarenakan beban yang diterima yaw mechanism sangat

30
besar yang berasal dari beban komponen turbin selain tiang dan beban dari energi
angin itu sendiri. Oleh karena beban yang diterima sangat besar, maka material yang
dipilih harus mampu menahan beban-beban tersebut dan baja atau alumunium alloy
yang kuat merupakan material yang cocok untuk digunakan.
Yaw mechanism terdiri dari beberapa komponen mekanis, seperti poros
dalam, poros luar, dan bearing (bantalan). Poros dalam menempel pada tiang
penyangga yang terhubung pada sebuah flange, sedangkan poros luar terhubung
dengan rangka turbin angin. Sebuah rangka turbin angin terdiri dari generator, sudu,
ekor, dan pipa penghubung yang sudah terpasang (assembly) menjadi satu kesatuan.
Karena poros dalam menempel pada tiang penyangga melalui sebuah flange dengan
cara dilas, maka poros ini bersifat statis dan tidak berputar. Untuk poros luar yang
berhubungan dengan rangka cenderung bergerak (berputar) karena adanya gerak
angin. Poros ini selalu berputar mengikuti putaran rangka turbin. Pemilihan dan
pembuatan poros berkaitan dengan seberapa besar beban yang akan diterima.
Poros dalam dengan poros luar dihubungkan dengan menggunakan bearing.
Bearing tersebut terdiri dari dua buah dan diletakan pada tiap ujung bawah dan atas
mekanisme yaw. Penggunaan bearing harus memperhatikan gerak putar poros dan
beban poros sehingga poros luar tidak lepas. Poros luar dapat lepas dalam arah aksial
akibat putaran dan beban poros. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa bearing atas
menerima beban radial, sedangkan bearing bawah menerima beban aksial dan radial
sehingga dalam perancangan turbin angin ini dipilih bearing radial untuk bagian atas
dan bearing aksial-radial untuk bagian bawah. Pemilihan ukuran bearing sangat
berkaitan dengan ukuran poros yang akan digunakan.
Pada penelitian turbin angin ini ukuran bearing yang digunakan mengikuti
ukuran poros. Untuk poros dalam ukuran dimater luarnya 25 mm dengan ketebalan 5
mm, sedangkan poros luar diameter dalamnya 60 mm dengan ketebalan 10 mm
sehingga ukuran bearing tersebut adalah adalah d25 dan D60 (diameter dalam 25 mm
dan diameter luar 60 mm) untuk bearing atas dan d30 dan D60 (diamter dalam 30
mm dan diemeter luar 60 mm) untuk bearing bawah.

31
Gambar 3.4 Desain yaw mechanism

Pembuatan yaw mechanism dilakukan melalui proses pemesinan (machining


process). Poros yang yang menggunakan material baja dibubut untuk mendapatkan
diameter dan bentuk poros sesuai dengan yang dinginkan. Setelah dibubut, kemudian
poros luar dan dalam dipasangkan bearing. Setelah itu, dilakukan proses pengelasan
yang mana poros dalam dilas dengan flange yang terdapat pada tiang penyangga,
sedangkan poros luar dilas dengan peghubung ekor dan hub sudu. Terakhir, poros
dalam dan luar dikunci dengan menggunakan mur M50 sehingga poros dalam dan
luar menyatu dan tidak lepas.
Gambar sketsa yaw mechanism dapat dilihat pada gambar 3.5.

32
Gambar 3.5 Yaw Mechanism

3.4 Perancangan Ekor


Ekor turbin angin (tail) adalah komponen yang letaknya di bagian belakang
turbin angin. Fungsi ekor adalah untuk merespon angin dan menstabilkan gerakan
turbin angin sehingga sudu rotor selalu menghadap arah datangnya angin. Selain itu,
ekor dapat berfungsi sebagai penyeimbang terhadap berat komponen turbin angin
bagian depan seperti generator, hub, dan sudu rotor. Gaya yang terjadi pada ekor
berupa gaya drag dan lift akibat energi angin, serta gaya berat dari material ekor
tersebut. Pada poros ekor juga terjadi moment lentur (bending) akibat energi angin
tersebut.
Untuk mampu menahan beban yang diterima ekor, material yang digunakan
untuk membuat ekor harus kuat. Dalam tugas akhir ini, material yang digunakan
berupa baja karbon rendah. Kekuatan baja karbon rendah dalam menahan beban yang
diterima menjadi acuan dalam pemilihan material.

33
Selain faktor material, desain dan kontruksi ekor memegang peranan penting.
Pada penelitian turbin angin ini ekor yang dibuat berasal dari poros yang panjangnya
1,5 meter. Pada ujung ekor dipasang pelat dengan panjang dan lebar sekitar 30 cm
dan 20 cm. Penggunaan pelat ini bertujuan untuk mersepon arah angin. Ekor
disambung dengan mekanisme yaw dengan menggunakan baut dan mur
Pembuatan ekor dilakukan dengan cara menggabungkan (assembly) poros
dengan plat yang berada pada bagian ujung belakang ekor dengan menggunakan mur
dan baut. Sedangkan yang bagian depan poros dihubungkan dengan pengait yang
yang menempel pada bagian yaw mechanism.

Gambar 3.6 Ekor turbin angin

3.5 Perancangan Hub dan Hidung


Hub adalah bagian rotor yang berada di pusat rotasi. Hub dibuat dari pelat
baja yang melalui proses pemesinan dan pengelasan sehingga memungkinkan untuk
dipasangkan pada poros generator. Hub juga harus memungkinkan untuk dipasangi
batang sudu dan bila perlu counterbalance. Diameter hub dibuat sama dengan
diameter generator yaitu 265 mm.
Hidung diletakkan pada hub dengan bentuk hampir menyerupai setengah bola.
Hidung memiliki beberapa fungsi diantaranya mengurangi tahanan turbin angin

34
terhadap angin, melindungi komponen-komponen yang menempel pada hub, dan
memberikan nilai keindahan pada turbin angin. Bentuk hidung yang menyerupai
setengah bola menjaga agar aliran udara yang menerpa hub tetap laminar atau
setidaknya meminimalisir turbulensi yang terjadi di sekitar hub. Bentuk hidung yang
menutupi bagian depan hub juga berfungsi sebagai pelindung komponen-komponen
dalam hub dari pengaruh cuaca. Fungsi lain dari hidung adalah menambah nilai
estetika pada turbin angin dimana turbin angin akan tampak lebih aerodinamis dengan
penambahan hidung pada hub.

Gambar 3.7 Hidung turbin angin

3.6 Perancangan Tiang


Tiang penyanggah berfungsi untuk menahan beban yang terjadi pada turbin
angin. Beban yang terjadi pada turbin angin adalah beban total dari berat komponen-
komponen turbin angin dan beban karena adanya gaya yang ditimbulkan oleh angin.
Termasuk beban komponen turbin angin adalah beban pada sudu, ekor, generator,
dan yaw mechanism. Karena beban yang diterima tiang sangat besar, maka material

35
yang digunakan harus kuat. Biasanya bahan yang digunakan untuk tiang berasal dari
baja.
Selain faktor berat, tiang juga harus mampu menahan beban lentur akibat gaya
angin yang mendorong sudu dan komponen turbin angin.
Panjang dan besarnya tiang penyanggah bergantung pada sejauh mana beban
dan efektivitas turbin angin. Turbin angin yang diletakkan pada tempat yang tinggi
bertujuan agar sudu rotor menerima angin dengan kecepatan yang besar dan kondisi
kecepatan angin yang stabil. Kecepatan angin yang besar akan menaikkan beban yang
diterima turbin. Semakin tinggi penempatan turbin, semakin besar dan panjang tiang
yang digunakan. Material yang digunakan untuk membuat tiang juga harus semakin
kuat.
Pada tiang penyanggah terdapat tali pengait yang menggunakan material baja
yang berfungsi untuk memperkuat tiang sehingga tiang mampu berdiri dan menahan
beban turbin angin. Ujung tali pengait ini dihubungkan ke tiang penyanggah,
sedangkan ujung yang lainnya dihubungkan ke tanah atau permukaan bawah
(ground) yang kuat.
Panjang tiang penyanggah yang digunakan pada penelitian tugas akhir ini
sebesar 3,5 m, sedangkan diameter tiang 10 cm dengan ketebalan pipa 1 cm. Panjang
tiang yang dipakai ini berdasarkan tempat uji mesin turbin angin yang mengambil
lokasi di atas gedung program studi teknik mesin ITB sehingga letak uji tersebut
sudah cukup tinggi dari permukaan tanah dengan kondisi angin yang relatif stabil.
Adapun pemilihan diameter 10 cm dengan ketebalan 1 cm cocok dan efektif untuk
menerima beban total mesin turbin angin. Pemilihan diameter dan ketebalan yang
sangat kecil mengakibatkan tiang tidak cukup kuat menahan beban total sehingga
tiang bisa patah dan perangkat turbin angin bisa jatuh ke bawah. Kerusakan dan
kegagalan pengujian turbin angin dapat dipengaruhi oleh kondisi pipa tiang
penyanggah yang tidak kuat menerima beban.

36
Gambar 3.8 Tiang turbin angin

3.7 Pemilihan Generator


Generator adalah alat yang mengubah energi mekanik atau gerak menjadi
energi listrik. Energi listrik yang dihasilkan berasal dari perubahan medan magnet
yang terdapat di dalam generator. Magnet ini dapat berupa kumparan kabel-kabel
terlilit yang dialiri arus listrik dengan cara induksi atau suatu magnet yang sifatnya
permannen (permanent magnet). Magnet yang berasal dari kumparan kabel-kabel
mempunyai sifat kemagnetan sementara. Untuk menghasilkan magnet, kumparan
kabel-kabel ini dialiri arus listrik dan dikenal dengan istilah induksi elektromagnetik.
Kumparan kabel-kabel tersusun melilit sekitar plat konduktor. Jika lilitan kabel yang
dialiri arus listrik dan memiliki sifat elektromagnetik ini bergerak (misalnya berputar)
sehingga terjadi fluktuasi medan magnet, maka akan timbul gaya gerak listrik (ggl)
dan beda tegangan listrik.

37
Selain berasal dari kumparan lilitan kabel yang dialiri arus listrik supaya
terjadi kemagnetan yang sifatnya sementara, magnet pada generator juga dapat
berupa magnet permanen (permanent magnet). Magnet permanen ini diletakkan di
dalam generator dan mengelilingi plat konduktor. Ketika terjadi fluktuasi medan
magnet karena adanya putaran dari plat konduktor atau magnet permanen tersebut,
maka terjadi gaya gerak listrik (ggl) dan beda tegangan listrik. Kelebihan pemakaian
magnet permanen dibandingkan magnet induksi adalah pada permanen magnet beda
tegangan yang terjadi lebih besar, putaran plat konduktor atau magnet dapat lebih
rendah untuk menghasilkan beda tegangan, dan tidak perlu adanya arus listrik induksi
(non induksi elektromagnetik).
Generator yang digunakan pada penelitian ini sudah memiliki spesifikasi yang
khusus, yang mana daya yang mampu dihasilkan oleh generator sebesar 500 watt
dengan putaran optimal 500.
Generator yang digunakan merupakan bahan yang sudah jadi dan sudah
memepunyai spesifasi tertentu. Generator ini didatangkan dari Ginlong
Manufacturer, sebuah perusahaan pembuat generator listrik, termasuk jenis PMG
yang digunakan pada penelitian ini.

Gambar 3.9 Generator yang digunakan pada penelitian turbin angin

38
Tabel 3.2 Spesifikasi Generator 500 watt
No Spesifikasi Keterangan
1 Trade mark GINLONG
2 Type GL-PMG-500A (500W)
3 Casing Aluminium alloy with TF/T6
heat treatment
4 Finishing Anodised and anti-corrosion
painted
5 Shaft material stainless steel
6 Shaft bearing SKF or NSK bearings
7 Fasteners Stainless steel
8 Lamination stack Cold rolled steel
9 Rated windings temperature 180C
10 Magnet material NdFeB (Neodynium Iron
Boron)
11 Rated magnets temperature 150C
12 Generator configuration 3 phase star connected AC
output
13 Short circuit braking Capable
14 Prevention of electrical shock Class I for electrical safety

Tabel 3.3 Fitur-fitur yang diklaim sebagai kelebihan GL-PMG-500A (500W)


No Feature
1 Low start up speed due to low cogging and resistive torque design
2 Gearless, direct drive, low rpm generator
3 High standard, quality components for use in hars and extreme
environments for wind turbines
4 High efficiency and low mechanical resitance energy loss
5 Excelent heat dissipation due to alluminium alloy outer frame and
special internal structure
6 High strength from the specially design structure and fully heat
treatment alluminium
7 Generator is treated to resist corrosion and oxidation
8 Reliable and long operational life time under long-term full
output
9 Designed for 20 years operation life

39
No Feature
10 Patent protected design

PMG memiliki kurva karakteristik daya terhadap putaran. Grafik di bawah ini
menunjukkan kurva daya output terhadap putaran yang diberikan oleh generator GL-
PMG-500 A (500W).

Gambar 3.10 Kurva hubungan daya dan putaran yang terdapat pada Generator GL-
PMG 500 A (500 watt) (Sumber: Ginlong Manufacturer)

3.8 Perakitan Turbin Angin


Setelah semua komponen turbin angin tersedia, langkah berikutnya adalah
merakit semua komponen turbin angin. Perakitan dilakukan per bagian dengan
memperhatikan aspek keamanan komponen. Kakurangtelitian saat pemasangan dapat
menyebabkan kerusakan pada komponen dan data yang dihasilkan saat pengujian
kurang optimal.

40
Perakitan dilakukan dengan 3 tahapan, yang pertama memasang semua
komponen badan turbin angin seperti: yaw mechanism, generator dan hub pada saat
turbin angin belum dibawa ke atas dan terpasang dengan tiang. Tahap kedua yaitu
memasang badan turbin angin dengan tiang. Selanjutnya, tahap ketiga berupa
pemasangan sudu rotor pada hub dan pemasangan ekor turbin pada mekanisme yaw.
Pada tahap ketiga ini, kondisi tiang turbin sudah didirikan di atas landasan.

Gambar 3.11 Konstruksi turbin angin

3.9 Penentuan Daya Angin


Dari persamaan Betzs dapat diketahui tentang persamaan daya yang terjadi
pada turbin angin untuk berbagai kecepatan angin, yaitu:

41

P = CP vw3 A
2
Dimana CP adalah koefisien daya rotor, adalah massa jenis udara, vw adalah
kecepatan udara, dan A adalah luas bidang putar sudu.
Besarnya energi angin yang melalui luas bidang putar rotor dilakukan oleh
energi kinetik yang dikandung pada angin yang mengalir dengan kecepatan tertentu.
Besar energi kinetik angin yang melalui luas bidang rotor pada setiap satuan waktu
dihitung dengan persamaan Betzs di atas.
Menurut aturan Betzs, daya yang diserap turbin angin tidak akan melebihi
0.593 bagian dari daya total udara yang melalui luas area sapuan rotor. Pada
kenyataannya nilai energi yang dapat diekstraksi oleh sudu rotor lebih kecil dari nilai
tersebut dikarenakan adanya faktor-faktor lain yang merpengaruh seperti adanya
losses karena gesekan antar komponen, efek wake yang terjadi, adanya turbulensi
aliran udara di sekitar sudu dan faktor-faktor lainnya.

Tabel 3.4 Hubungan kecepatan aliran udara terhadap nilai daya angin
Kecepatan angin Nilai daya Nilai luaran
(m/s) (watt) daya (watt)
1 2,18 1,96
2 17,43 15,69
3 58,84 52,96
4 139,47 125,53
5 272,41 245,17
6 470,73 423,65
7 747,49 672,74
8 1115,79 1004,21
9 1588,70 1429,83
10 2179,28 1961,35
11 2900,63 2610,56
12 3765,80 3389,22
13 4787,88 4309,10
14 5979,95 5381,96

42
Kecepatan angin Nilai daya Nilai luaran
(m/s) (watt) daya (watt)
15 7355,08 6619,57

Untuk perhitungan daya yang diekstraksi turbin angin dari udara yaitu dengan
melihat nilai koefisien daya atau CP untuk tip speed ratio 7 dan jumlah sudu 2 buah
sebesar 0,37, nilai massa jenis udara sebesar 1,225 kg/m3 untuk daerah di atas
pantai, dan luas bidang putar sudu dengan diameter sudu 3,5 m sebesar 9,61625 m2.
Tabel di atas menunjukkan bahwa daya maksimum yang terkandung pada angin dan
dapat diekstraksi oleh sudu rotor dengan asumsi: tidak ada losses, tidak terjadi efek
wake, tidak ada turbulensi, dan efek perubahan luas area diabaikan.
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada kecepatan angin 5 m/s, daya
maksimum yang terkandung pada angin dan dapat diekstraksi oleh rotor sebesar
272,41 watt. Jika terjadi efisiensi secara mekanika dan elektrika pada generator
sebesar 90%, daya yang dapat dihasilkan oleh generator hanya sebesar 245,17 watt.
Namun pada kenyataannya, daya yang diekstraksi oleh rotor dan dihasilkan oleh
generator kurang dari angka tersebut karena banyak faktor yang tidak dilibatkan
dalam perhitungan. Perhitungan ini hanya sebagai gambaran kasar perkiraan
hubungan kecepatan angin dengan daya yang dihasilkan.

43

Anda mungkin juga menyukai