Pertumbuhan penduduk dan permukiman adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan,
bahkan saling berkaitan satu sama lain. Pembangunan, perumahan, dan pemukiman pada
hakekatnya merupakan pemanfaatan lahan secara optimal, khususnya lahan di perkotaan agar
berdaya guna dan berhasil guna sesuai yg ditetapkan dalam rencana tata ruang kota.
Laju pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dari tahun ke tahun membawa
pengaruh akan kebutuhan rumah yang semakin meningkat. Penyediaan rumah menjadi persoalan
karena semakin mahalnya lahan perkotaan, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Rumah atau tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi manusia (primer) disamping
kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai kebutuhan dasar (basic human needs) karena
merupakan unsur yang harus dipenuhi guna menjamin kelangsungan hidup manusia. Dimana
kebutuhan dasar ini akan menentukan taraf kesejahteraan sekaligus kualitas hidup manusia itu sendiri
karena itu suatu hunian pada hakekatnya dapat berpengaruh terhadap kualitas kehidupan orang-
orang yang tinggal didalamnya.
Hongkong merupakan salah satu Negara maju di dunia yang terletak dibagian negara Republik
Rakyat China. Hongkong menjadi salah satu daerah administratif khusus dimana sebuah status
administrasi ini muncul sebagai konsekuensi kebijakan Satu Negara Dua Sistem di Republik Rakyat
China.
Namun, selain terkenal dengan salah satu Negara maju di dunia, Hongkong mempunyai
masalah mengenai hunian untuk masyarakatnya. Apartemen di Hongkong mempunyai rata-rata 19 kali
dari rata-rata pendapatan rumah tangga kelas menengahnya. Menurut data yang dikeluarkan sebuah
perusahaan konsultan sumber daya manusia ECA International, harga sewa apartemen tiga kamar
tanpa perabotan senilai USD11.800 atau sekira Rp108 juta per bulannya. Dengan kata lain total biaya
sewa apartemen di Hong Kong dalam setahun mencapai USD142 ribu atau sekira Rp1,3 miliar.
"Bahkan saat ini harga sewa apartemen tiga kamar lebih mahal dibanding harga sewa apartemen di
Jepang. Angka itu juga sama dengan lima kali gaji rata-rata penduduk Hong Kong".
Jika dilihat dari contoh video sumber seperti CCTV News, ditunjukkan bahwa kehidupan warga
di Hongkong juga ada yang kekurangan. Mereka hanya menempati rumah biasa/ bahkan menempati
sebuah apartemen yang sudah tidak layak. Dikarenakan banyaknya populasi masyarakat di Hongkong,
kebutuhan akan tempat tinggal pun cukup tinggi.
Perbedaan kebutuhan akan rumah tinggal disana pun cukup tinggi. Tidak hanya menempati
sebuah ruangan yang ditinggali 20 orang, bahkan masyarakat di Hongkong pun juga ada yang tinggal
di sebuah kotak. Selain itu, masyarakat disana juga terkadang hanya menumpang di restoran-restoran
untuk menumpang tidur.
Setelah melihat keadaan masyarakat di Hongkong tersebut, kota Semarang pun hampir sama
dengan keadaan di Hongkong saat ini. Terdapat perbedaan masyarakat di Kota Semarang, antara lain
masyarakat golongan menengah ke bawah, dan masyarakat golongan menengah ke atas. Perbedaan
tersebut masih dapat diatasi dikarenakan harga jual kebutuhan rumah/properti di Semarang tidak
terlalu tinggi/normal jika dibandingkan dengan Negara Hongkong tadi dan dapat dijangkau untuk
masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas.
Seiring dengan perkembangannya kota-kota besar di Indonesia seperti kota Semarang dalam
usaha penyediaan hunian bagi warganya kerap dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan.
Bertambahnya penduduk kota disebabkan karena kelahiran maupun urbanisasi yang tidak diimbangi
dengan daya tampung kota. Sehingga menyebabkan ketidakteraturan pada tata ruang kota dan dapat
menumbuhkan kawasan atau permukiman padat penduduk, kumuh dan cenderung liar. Melihat dari
kondisi perkembangan permukiman di Kota semarang sampai saat ini masih banyaknya warga atau
masyarakat golongan menengah ke bawah yang masih belum memiliki suatu hunian yang layak huni
keterbatasan penghasilan atau pendapatan yang mereka dapatkan menjadi salah satu faktor
penghambat, sehingga banyak dari masyarakat bermukim di daerah kumuh dan di tanah yang
merupakan illegal.
Maka disimpulkan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat akan sebuah hunian atau
rumah tinggal di Kota Semarang memiliki permasalahan dalam keterbatasan lahan, sehingga muncul
suatu bentuk permukiman yang bentuknya vertikal (memanjang ke atas atau bertingkat) agar dapat
dicapai pemanfaatan lahan yang efisien dan optimal. Konsep dan bentuk rumah vertikal ini dianggap
solusi yang terbaik dalam mengatasi permasalahan mengenai permukiman kumuh dan padat
penduduk di daerah perkotaan khususnya Kota Semarang yang dapat dijangkau juga oleh masyarakat
golongan menengah ke bawah sebagai bentuk mencapai kesejahteraan masyarakat.
Dengan permasalahan di atas, oleh karena itu diperlukannya suatu perencanaan dan
perancangan Rumah Susun Sederhana dengan penekanan desain yang mampu mengakomodasikan
kebutuhan bagi penghuni akan hunian yang layak (bersih, sehat, dan sesuai standar permukiman
yang ada), terjangkau, dan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
http://properti.bisnis.com/read/20150728/107/456821/properti-hong-kong-permintaan-gudang-stabil-
residensial-naik
http://economy.okezone.com/read/2012/03/13/476/592240/hong-kong-surganya-hunian-mewah
http://www.housing-estate.com/read/2014/09/11/hong-kong-mengkonversi-lahan-untuk-hunian/
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=442825&val=5970&title=PEREMAJAAN%20RUM
AH%20SUSUN%20PEKUNDEN%20SEMARANG