Anda di halaman 1dari 15

KEANEKARAGAMAN BUDAYA

JAWA TENGAH

Disusun oleh :
1. Athala Unggul N.A (01)
2. Dinda Kalila A.Z (07)
3. Insyiroh Shafa R.A (12)
4. Mashobiha Ilma U (15)
5. M. Lucianto Hanafi (16)
Pakaian Adat Jawa Tengah
Ada banyak ragam jenis busana adat Jawa Tengah. Namun, di artikel kali ini akan kami batasi 2 jenis
pakaian saja yang akan dibahas. Kedua pakaian tersebut adalah pakaian resmi dan pakaian pengantin
adat Jawa.
1. Pakaian Resmi
Adat Jawa Tengah Pakaian resmi adat Jawa Tengah
bernama Jawi Jangkep dan Kebaya. Jawi jangkep adalah
pakaian pria yang terdiri atas beberapa kelengkapan dan
umumnya digunakan untuk keperluan adat. Jawi jangkep
terdiri dari atasan berupa baju beskap dengan motif bunga,
bawahan berupa kain jarik yang dililitkan di pinggang,
destar berupa blangkon, serta aksesoris lainnya berupa
keris dan cemila (alas kaki). Berikut ini adalah gambar
seorang pria yang mengenakan pakaian Jawi Jangkep
tersebut. Sementara kebaya adalah pakaian adat wanita Jawa yang terdiri dari atasan berupa kebaya,
kemben, stagen, kain tapih pinjung, konde, serta beragam aksesoris seperti cincin, subang, kalung,
gelang, serta kipas. Dalam praktiknya, penggunaan pakaian ini diatur sedemikian
Kebaya
Kebaya umumnya dibuat dari bahan kain katun, beludru, sutera brokat,dan nilon yang berwarna cerah
seperti putih, merah, kuning, hijau, biru, dan sebagainya. Untuk modelnya sendiri ada kebaya panjang
dan kebaya pendek. Kebaya panjang bagian bawahnya mencapai lutut, sementara kebaya pendek
bagian bawahnya hanya mencapai pinggang. Di bagian depan sekitar dada, terdapat kain persegi
panjang yang berfungsi sebagai penyambung kedua sisinya.
Kain Tapih Pinjung
Sebagai bawahan kebaya, kain tapih pinjung atau kain sinjang jarik bermotif batik digunakan dengan
cara melilitkannya di pinggang dari kiri ke kanan. Untuk menguatkan lilitan, digunakan stagen yang
dililitkan di perut sampai beberapa kali sesuai panjang stagennya. Agar tidak terlihat dari luar, stagen
kemudian ditutupi dengan selendang pelangi berwarna cerah.
2. Pakaian Pengantin Adat Jawa Tengah
Selain pakaian resmi, dikenal pula beberapa pakaian
pengantin adat dalam budaya Jawa Tengah. Jenis
pakaian pengantin sendiri amatlah beragam
tergantung dari acara apa yang sedang dihadapi.
Untuk diketahui, dalam pernikahan adat Jawa,
terdapat beberapa upacara yang harus dijalani oleh
sepasang mempelai. Upacara tersebut antara lain
upacara midodareni, upacara ijab, upacara panggih,
dan upacara setelah panggih. Dalam setiap upacara
tersebut, pengantin wajib mengenakan beberapa jenis
pakaian yang antara lain sebagai berikut.
Sejarah

Kantor gubernur di Semarang di masa kolonial

Jawa Tengah sebagai provinsi dibentuk sejak zaman Hindia Belanda. Hingga tahun 1905, Jawa Tengah
terdiri atas 5 wilayah (gewesten) yakni Semarang, Pati, Kedu, Banyumas,
dan Pekalongan. Surakarta masih merupakan daerah swapraja kerajaan (vorstenland) yang berdiri sendiri
dan terdiri dari dua wilayah, Kasunanan Surakarta dan Mangkunegaran, sebagaimana Yogyakarta.
Masing-masing gewestterdiri atas kabupaten-kabupaten. Waktu itu Pati Gewest juga
meliputi Regentschap Tuban dan Bojonegoro.

Setelah diberlakukannya Decentralisatie Besluit tahun 1905, gewesten diberi otonomi dan
dibentuk Dewan Daerah. Selain itu juga dibentuk gemeente (kotapraja) yang otonom,
yaitu Pekalongan, Tegal, Semarang, Salatiga, dan Magelang.

Sejak tahun 1930, provinsi ditetapkan sebagai daerah otonom yang juga memiliki Dewan Provinsi
(Provinciale Raad). Provinsi terdiri atas beberapa karesidenan (residentie), yang meliputi beberapa
kabupaten (regentschap), dan dibagi lagi dalam beberapa kawedanan (district). Provinsi Jawa Tengah
terdiri atas 5 karesidenan, yaitu: Pekalongan, Pati, Semarang, Banyumas, dan Kedu.

Menyusul kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1945 Pemerintah membentuk daerah


swapraja Kasunanan dan Mangkunegaran; dan dijadikan karesidenan. Pada tahun 1950 melalui Undang-
undang ditetapkan pembentukan kabupaten dan kotamadya di Jawa Tengah yang meliputi 29 kabupaten
dan 6 kotamadya. Penetapan Undang-undang tersebut hingga kini diperingati sebagai Hari Jadi Provinsi
Jawa Tengah, yakni tanggal 15 Agustus 1950.
SENJATA TRADISIONAL
1. Keris
Keris memanglah sudah diakui sebagai senjata tradisional yang
memiliki nilai seni yang tinggi. Daya serangnya yang dapat
melumpuhkan dari jarak dekat juga tidak dapat dianggap remes.
Di beberapa daerah yang dihuni entitas Melayu, seperti di Kalimantan,
Sumatera, Bali, Sulawesi, bahkan sampai ke Malaysia kita juga dapat
menemukan senjata serupa. Namun, keris Jawa ini cenderung lebih populer karena selalu dianggap
mempunyai tuah tertentu.
Keris Jawa dapat ditemukan dalam berbagai macam bentuk, mulai itu dari yang tanpa luk atau
lekukan, berluk 3, 5, 7, dan seterusnya. Banyak para wisatawan mancanegara dan juga domestik yang
mengoleksi senjata tradisional khas satu ini sebagai bentuk kekaguman di dalam setiap corak tempaan
yang terpahat di bilahnya.
2. Wedhung
Tidak banyak yang mengetahui jika Provinsi Jawa Tengah
mempunyai senjata tradisional bernama Wedhung ini. keberadaannya
dari wedhung ini memanglah kalah populer dibandingkan dengan
keris. Namun akan tetapi, di masa lampau senjata jenis tikam ini
ternyata lebih sering dipakai oleh masyarakat biasa.
Bentuk dari senjata Wedhung ini adalah seperti pisau dengan 1 (satu) mata bilah yang tajam. Senjata
tradisional ini dilengkai dengan serangka yang terbuat dari kayu jati.

3. Tombak
Jika kalian pernah melihat film kolosal Jawa, pastinya kalian pernah
melihat para prajurit kerajaan yang memakai tombak dan perisai untuk
menjaga diri. Senjata tombak memang banyak dipakai di masa lalu,
meskipun saat ini sudah tidak lagi. Salah satu tombak yang cukup
terkenal dan juga selalu dikeramatkan adalah tombak bernama Kyai
Pleret.
4. Plintheng
Plintheng merupakan senjata tradisional Provinsi Jawa Tengah yang
selalu dipakai sebagai sarana hiburan anak-anak di masa lalu. Di
dalam bahasa Indonesia, senjata tradisionak ini bernama ketapel.

Plintheng ini terbuat dari kayu cagak, 2 (dua) buah karet, serta
selembar kulit hewan. Sedangkan untuk pelurunya menggunakan batu atau kerikil. Untuk cara
menggunakan senjata ini adalah dengan menarik karet, sehingga akan menciptakan gaya pegas yang
kuat.

5. Thulup
Di tanah Jawa, sumpit ini dikenal dengan nama thulup. Thulup ini
hampir sama dengan senjata tradisional masyarakat suku dayak di
Pulau Kalimantan, namun untuk dari ukurannya thulup ini cenderung
lebih pendek dibandingkan dengan sumpit khas Dayak.

Senjata tradisional Thulup digunakan dengan cara ditiup dan dilengkapi dengan anak tulup sebagai
pelurunya. Untuk menambah efek rasa sakit, anak thulup bisa ditambahkan atau direndam terlebih
dahulu ke dalam cairan racun alami sebelum kemudian digunakan.
6. Condroso

Wanita di tanah jawa dikenal sebagai wanita yang mandiri dan juga
mampu menjaga diri. Pada masa lampau, mereka selalu membawa
senjata di dalam melindungi diri dari tindak kejahatan. Namun, senjata
yang dibawa tersebut tidaklah berbentuk senjata pada umumnya,
melainkan hanya sebatas tusuk konde. Tusuk konde ini mempunyai ujung tusuk yang tajam dan diberi
nama dengan condroso.
Tarian Tradisional Dari Jawa Tengah :
1. Tari Bedhaya Ketawang
Tarian tradisional pertama adalah Bedhaya Ketawang yang
mengandung arti di setiap masing-masing kata. bedhaya yang artinya
penari wanita dan ketawang artinya langit. Bila disatukan Bedhaya
Ketawang ini mengandung arti penari wanita dari istana langit.
Tarian ini dipertunjukan untuk acara resmi saja, yang bertujuan untuk
menghibur. Sejarahnya, tarian ini menceritakan tentang hubungan
Ratu Kidul yang biasa kita kenal dengan Roro Kidul.

Menurut kepercayaan setempat, bila ada yang menarikan Tarian ini, maka Nyi Roro Kidul atau
Kangjeng Ratu Kidul akan menghadiri tarian tersebut dan ikut menari.

Biasanya tarian ini ditarikan oleh 9 orang wanita, dimana sembilan ini melambangkan Wali Songo,
adapun yang bilang 9 sebagai arah mata angin.

Busana para penari pun biasanya menggunakan pengantin adat Jawa, dimana para penari
menggunakan gelung besar, dan aksesoris-aksesoris Jawa berupa centhung, sisir jeram saajar, tiba
dhadha, garudha mungkur, dan cundhuk mentul. Para penaripun diusahakan tidak dalam keadaan haid.

Musik yang dimainkan untuk mengiringi tarian ini biasanya Gending Ketawang Gedge, bisa juga
dengan gamelan.

2. Tari Gambyong
Tari Gambyong berasal dari daerah Surakarta. Awalnya, tarian ini
hanya sebuah tarian rakyat dan diadakan ketika memasuki musim
panen padi. Sekarang, tarian tersebut diadakan saat acara sakral dan
sebagai penghormatan pada tamu.

Sejarahnya nama Gambyong pun diambil dari salah satu penari tempo
dulu, dimana penari tersebut memiliki suara merdu dan tubuh yang
lentur, dengan kedua bakat tersebut Gambyong yang memiliki nama
lengkap Sri Gambyong cepat terkenal dan dapat memikat banyak orang.

Hingga akhirnya nama penari itu terdengar ke telinga Sunan Paku Buwono IV, membuat Sri
Gambyong diundang untuk menari ke dalam Istana. Ia pun berhasil memikat orang-orang di Istana,
hingga akhirnya tariannya pun dipelajari dan dikembangkan hingga dinobatkan tarian khas Istana.

Untuk jumlah penari tidak disyaratkan, namun untuk kostum yang biasa digunakan adalah kostum
kemben yang sebahu dilengkapi dengan selendang. Pada dasarnya tarian ini sangat identik dengan
warna kuning dan hijau. Namun seiring zaman, warna pun tidak menjadi patokan.

Musik pengiring tarian ini biasanya gamelan seperti Gong, kenong, gambang dan kendang.
3. Tari Bondan Payung
Tarian tradisional berikutnya adalah Tari Bondan yang berasal dari
Surakarta.

Tarian ini menceritakan tentang seorang ibu yang menyayangi


anaknya. Sehingga tariannya pun terbilang simpel. Ciri khas tarian ini
adalah para penari yang selalu membawa payung, boneka bayi dan
kendi.

Pada zaman dulu tarian ini harus ditarikan oleh para kembang desa bertujuan untuk menunjukkan jati
dirinya. Gerakannya pun tidak bilang rumit hingga datang sesi menegangkan ketika penari tersebut
menaiki kendi, dan kendi itu tidak boleh pecah.

Kostum yang digunakan untuk tarian ini adalah pakaian adat Jawa. Seiring dengan zaman tari bondan
pun dibagi menjadi 2, yaitu tari bondan mardisiwi, bondan tani dan bondan cindogo.

Musik yang digunakan adalah Gending.

4. Tari Serimpi
Tari Serimpi berasal dari Yogyakarta, konon katanya tarian ini sedikit
bernuansa Mistis. Awalnya tarian ini ditunjukkan saat penggantian
raja di beberapa Istana Jawa Tengah. Menurut cerita masyarakat,
tarian ini dapat menghipnotis para penonton menuju ke alam lain.

Walau bagaimanapun, tarian ini bertujuan menunjukan wanita yang


sopan santun dan sangat lemah gemulai.

Seiring dengan zaman tari ini mengalami perubahan dari segi durasi tarian dan kostumnya. Tari
Serimpi pun dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya Serimpi Genjung, Serimpi Babul Layar,
Serimpi Bondan, Serimpi Anglir Mendung dan Serimpi Dhempel.

Tarian ini biasanya ditarikan dengan 4 anggota penari wanita, hal ini menandakan unsur api, air, angin
dan bumi. Namun seiring dengan zaman jumlah penaripun terkadang menjadi 5 anggota.

5. Tari Beksan Wireng


Tari Beksan Wireng adalah tari yang berasal dari Jawa Tengah dan
diciptakan oleh Prabu Amiluhur.

Tujuan diciptakannya tarian ini untuk menyemangati 4 prajurit perang


yang saat itu yang sedang berlatih. Hal ini terlihat dengan gerakan-
gerakan para penari yang gagah perkasa sedang membawa tombak dan
tameng. Karena tarian ini memang mengandung tema perang.

Dengan berkembangnya zaman, tarian ini terbagi menjadi 6 jenis yaitu Panji Sepuh, Panju Anem,
Dhadap Kanoman, Jemparing Ageng, Lhawung Ageng dan Dhadhap Kreta.
Biasanya tarian ini ditarikan oleh laki-laki dan menggunakan kostum bak seorang prajurit.

6. Tari Ebeg atau Kuda Lumping


Tarian tradisional selanjutnya adalah tari ebeg atau tari yang biasa
menggunakan boneka kuda.

Tarian ini tidak menunjukan tarian pada umumnya seperti tarian yang
lemah gemulai.

Tarian ini tidak usah belajar, hanya melenggak lenggok mengikuti alur musik. Ada beberapa syarat yang
harus disediakan selama pertunjukkan ini seperti sesaji dan menyan. Hal ini diharuskan karena para penari
kemungkinan akan kerasukan mahkluk halus dan memakan barang-barang sekitar.

Musik yang melatar belakangi tarian ini adalah gamelan banyumasan, bendhe dan gendhing.

7. Kethek Ogleng
Tarian tradisional yang satu ini bernama Kethek Ogleng berasal dari
bahasa Jawa yang bila diartikan kethek adalah kera. Sedangkan Ogleng
diambil dari suara bunyi yang melatar belakangi tarian ini yang seperti
berbunyi Ogleeeng Ogleeeng

Tari Kethek Ogleng berasal dari Wonogiri, Jawa Tengah. Asal usulnya
tarian ini menceritakan Raden Gunung Sari yang menjelma menjadi kera,
dan berusaha mengelabui musuhnya.

Maka dari itu, penarinya pun selalu bertopeng kera dan menirukan gerakan-gerakan kera, tidak ada gerakan
khusus untuk tarian ini, penari hanya menikmati aluran musik dan menari layaknya seekor kera.

Biasanya penari Kethek Ogleng akan mengajak salah seorang penonton untuk berjoget bareng.

8. Sintren
Sintren berasal dari Cirebon, menyebar ke berbagai daerah hingga Jawa
Barat. Tarian ini berbau mistis, menceritakan tentang kisah cinta Sulasih
dan Sulandono.

Asal muasalnya tarian ini dibuat ketika Bupati Kendal menikah dengan
Dewi Rantamsari yang biasa dijuluki Dewi Lanjar. Namun pasangan itu
tidak direstui oleh Ki Bahureksi. Akhirnya mereka berdua berpisah,
Sulandono menjadi petapa sedangkan Sulasih menjadi penari. Walaupun begitu, konon katanya mereka
berdua masih bertemu di alam gaib.

Tarian ini sangat mistis sekali, bahkan sebelum pertunjukan, harus diawali terlebih dahulu dengan Dupan
atau ritual berdoa.
9. Tari Jlantur
Tari Jlantur berasal dari Boyolali. Biasanya dimainkan oleh 40 orang
penari laki-laki. Sedikit info yang saya dapat tentang tarian ini, hal ini
mungkin sudah kurangnya minat orang-orang untuk melestarikan budaya
Tari Jlantur.

Sejarahnya, ternyata tarian ini menggambarkan perjuangan kisah


Pangeran Diponegoro yang melawan para penjajah.

Menurut beberapa sumber, penari Tari Jlantur selalu menggunakan ikat kepala seperti gaya Tukri dengan
membawa kuda tiruan.

10. Tari Prawiroguno


Tarian ini mengandung kisah ketika para penjajah yang hampir mengalami
kemunduran, dan situasi saat itu dijadikan ide untuk membuat sebuah tarian yang
sekarang kita sebut Tari Prawiroguno.

Tarian ini memiliki tema peperangan, dan gerakan para penari bak seorang prajurit
membawa pedang/samurai dengan tameng berlenggok-lenggok seakan sedang
bersiap-siap menyerang musuh.

11. Tari Ronggeng


Tari Ronggeng berasal dari Jawa, penciptanya Endang Caturwati. Sampai
sekarang tari ronggeng dibudayakan hingga turun temurun. Tema tarian
ini berbeda dengan tarian lain, tari ronggeng ditarikan oleh wanita,
gerakannya pun berkesan agresif mendekati eksotis Tari ini memiliki ciri
khas dalam gerakannya yang lebih sensual dan pandai menarik libido
para lelaki. Asal muasalnya, tari ini dibuat untuk upacara meminta
kesuburan tanah. Namun, karena terkait dengan kesuburan, mengartikannya salah. Hingga akhirnya
gerakan dalam tarian ini mirip orang yang sedang bercinta. Namun seiring dengan zaman, tarian ini mulai
dikurangi unsur eksotisnya.

Alat musik yang melatari adalah rebab dan gong.

12. Tari Angsa


Tarian ini melambangkan keagungan seorang Dewi yang ditemani
dengan sekelompok penari angsa.

Tari angsa menjadi salah satu tarian kebanggaan Jawa Tengah,sering


dipertunjukan untuk acara-acara tertentu. Dizaman sekarang, tarian ini
sering ditarikan oleh siswa-siswa SD saat mereka mencapai kelulusan atau perpindahan sekolah ke SMP.

Namun ternyata Tari Angsa tidak hanya ada di Indonesia, ada beberapa negara yang mempunyai Tarian
Tradisional seperti ini, hanya saja cerita latar belakang yang berbeda
Rumah Adat Jawa Tengah
Apa saja keunikan gaya arsitektur dan nilai-nilai filosofis yang terdapat pada bangunan rumah adat
Jawa Tengah ini? Berikut simak uraiannya di bawah ini!
1. Arsitektur Rumah Joglo
Rumah Joglo dibangun dengan desain arsitektur yang cukup unik. Salah satu keunikan tersebut
terletak pada desain rangka atapnya yang memiliki bubungan cukup tinggi. Desain atap yang demikian
dihasilkan dari pola tiang-tiang yang menyangga rumah. Utamanya pada bagian tengah rumah,
terdapat 4 tiang berukuran lebih tinggi yang menyangga beban atap. Keempat tiang yang kerap disebut
soko guru ini menyangga dan menjadi tempat pertemuan rangka atap yang menopang beban atap.

Atap rumah adat Jawa Tengah ini sendiri dibuat dari bahan genting tanah. Sebelum genting
ditemukan, pada masa silam atap rumah ini juga dibuat dari bahan ijuk atau alang-alang yang
dianyam. Penggunaan desain rangka atap dengan bubungan tinggi dan material atap dari bahan alam
merupakan salah satu hal yang membuat rumah Joglo terasa dingin dan sejuk. Adapun secara
keseluruhan, rumah Joglo sendiri lebih banyak menggunakan kayu-kayuan keras, baik untuk dinding,
tiang, rangka atap, pintu, jendela, dan bagian lainnya. Kayu jati adalah pilihan utama yang kerap
ditemukan pada rumah-rumah lawas. Kayu jati sangat awet dan terbukti dapat bertahan lama bahkan
hingga ratusan tahun.

2. Fungsi Rumah Adat


Selain memiliki fungsi sebagai ikon budaya dan gambaran kehidupan sosial masyarakat Jawa, rumah
Joglo pada dasarnya juga berfungsi sebagai tempat tinggal. Untuk menunjang fungsi yang satu ini,
rumah adat Jawa Tengah ini dibagi menjadi beberapa susun ruangan dengan fungsinya masing-masing
seperti terlihat pada denah di samping, yaitu:
Pendapa.
Bagian ini terletak di depan rumah. Biasanya digunakan untuk aktivitas formal, seperti pertemuan,
tempat pagelaran seni wayang kulit dan tari-tarian, serta upacara adat. Meski terletak di depan rumah,
tidak boleh dilewati sembarang orang yang hendak masuk ke dalam rumah. Jalur untuk masuk ada
sendiri dan letaknya terpisah memutar samping pendapa.
Pringitan.
Bagian ini terletak antara pendapa dan rumah dalam (omah njero). Selain digunakan untuk jalan
masuk, lorong juga kerap digunakan sebagai tempat pertunjukan wayang kulit.
Emperan.
Ini adalah penghubung antara pringitan dan umah njero. Bisa juga dikatakan sebagai teras depan
karena lebarnya sekitar 2 meter. Emperan digunakan untuk menerima tamu, tempat bersantai, dan
kegiatan publik lainnya. Pada emperan biasanya terdapat sepasang kursi kayu dan meja.
Omah njero.
Bagian ini sering pula disebut omah mburi, dalem ageng, atau omah saja. kadang disebut juga sebagai
omah-mburi, dalem ageng atau omah. Kata omah dalam masyarakat Jawa juga digunakan sebagai
istilah yang mencakup arti kedomestikan, yaitu sebagai sebuah unit tempat tinggal.
Senthong-kiwa.
Berada di sebelah kanan dan terdiri dari beberapa ruangan. Ada yang berfungsi sebagai kamar tidur,
gudang, tempat menyimpaan persediaan makanan, dan lain sebagainya.
Senthong tengah.
Bagian ini terletak ditengah bagian dalam. Sering juga disebut pedaringan, boma, atau krobongan.
Sesuai dengan letaknya yang berada jauh di dalam rumah, bagian ini berfungsi sebagai tempat
menyimpan benda-benda berharga, seperti harta keluarga atau pusaka semacam keris, dan lain
sebagainya Senthong-tengen. Bagian ini sama seperti Senthong kiwa, baik fungsinya maupun
pembagian ruangannya.
Gandhok.
Merupakan bangunan tambahan yang letaknya mengitari sisi belakang dan samping bangunan inti.
Koko si Brokoli Kribo

Suasana kebun sayur Pak Tani beberapa hari terakhir ini

menjadi ramai. Hal ini dimulai sejak kedatangan Koko si

Brokoli. Brokoli yang kribo itu, ternyata bukan sayuran

yang cukup menyenangkan untuk dijadikan teman. Ia

selalu merasa dirinya sebagai sayuran yang paling keren.

Sejak kedatangannya, brokoli sudah bersikap sombong, ia

mengatakan dirinya adalah sayuran yang paling mahal,

sehingga semua penghuni kebun sayur Pak Tani harus

menghormatinya, dan memberikannya tempat khusus di

ladang itu. Ia mengatakan harusnya lahan tempatnya

tumbuh berada di petak paling depan, supaya lebih

mudah dilihat oleh siapapun yang datang ke kebun sayur

Pak Tani, karena ialah sayuran yang paling keren. Padahal, petak paling depan sudah ditempati oleh

Tomi si tomat yang memang sudah lebih dulu tinggal dikebun sayur Pak Tani. Tingkah laku Koko,

juga membuat Bongki si kembang kol, Kapa si kacang panjang dan Worti si wortel kesal.

Koko si brokoli mengatakan ia adalah sayuran yang banyak mengandung anti oksidan. Makanan yang

sangat dibutuhkan oleh manusia supaya mereka tidak menderita kanker. Kanker adalah sebuah

penyakit mematikan yang sekarang banyak diderita oleh orang-orang kota, karena mereka kurang

sehat dalam menjalani hidupnya. Ia juga menghina sayuran lain yang menurutnya, tidak punya anti

oksidan sepertinya, dan tidak terlalu penting bagi hidup manusia, karena tidak bisa mencegah kanker.

Para sayuran yang semula hidup damai dan saling menghormati menjadi tidak nyaman dengan

kedatangan Koko. Mereka menjadi sedih dan juga marah pada kata-kata yang sering diucapkan Koko.

Suatu hari, saat Bela si belalang hinggap disalah satu daunnya, Worti bercerita pada Bela, bahwa

mereka tidak menyukai kelakuan Koko, karena Koko sombong sekali. Worti dan teman-teman para

sayuran ingin sekali menegur dan mengingatkan Koko agar tidak seperti itu, tetapi tidak tahu caranya.

Bela si belalang mengerti apa yang diinginkan Worti dan teman-temannya. Bela mengatakan, Tenang

saja teman-teman, aku tahu caranya supaya Koko si kribo itu bersikap lebih baik pada kalian, tunggu

saja! katanya. Lalu Bela terbang meninggalkan kebun sayur Pak Tani, entah kemana. Mungkin ia

akan menyusun rencana untuk menegur Koko, kata Worti kepada teman-teman sayuran yang lain

dengan pelan supaya tidak terdengar Koko.


Tanpa sepengetahuan teman-teman para sayuran, Bela si belalang pergi menemui Uli si Ulat, dan

menceritakan pada Uli apa yang terjadi pada kebun sayur Pak Tani sejak kedatangan Koko si Brokoli.

Setelah beberapa lama tidak ada kabar dari Bela si Belalang, tiba-tiba pada suatu pagi, kebun sayur

Pak Tani yang biasanya tenang, mendadak heboh. Terdengar Suara Koko seperti sedang marah-

marah. Koko merasa gatal-gatal pada tubuh dan rambutnya, ia marah ketika melihat ada beberapa

ulat tinggal di badan dan rambut kribonya. Ia menggoyang-goyangkan tubuhnya sambil berteriak-

teriak, pergilah ulat-ulat nakal, jangan merusak tubuh dan rambutkupergi sana!, katanya terus

sambil bergoyang-goyang. Tetapi ulat-ulat terus berpegangan dengan erat pada tubuh Koko, sehingga

koko sulit membuat mereka jatuh dari tubuhnya. Pergipergi sanajauh-jauhjangan

merusakku!.katanya. Tetapi usaha Koko tidak membuahkan hasil. Akhirnya setelah berusaha terus

bergoyang-goyang sampai kelelahan, Koko menangis tersedu-sedu sambil berkata, teman-teman,

Worti, Tomi, Bongkitolong aku, Kapatolong aku!, katanya berteriak lemah karena kelelahan.

Huhuhu.tolong aku, badanku gatal sekali.huhuhu. katanya sedih.

Worti, Bongki, Tomi dan Kapa ingin menolong, tetapi mereka

juga tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ketika melihat Bela si

belalang terbang mendekati mereka, Worti dan Tomi meminta

Bela menolong Koko yang terserang gatal. Bela tersenyum, lalu

berkata, Aku tahu siapa yang bisa menolongnya, tunggu

sebentar, kata Bela sambil terbang menjauh. Tidak lama

kemudian, Bela datang bersama Uli si ulat.

Uli si ulat kemudian berkata pada Koko, Jadi bagaimana Koko, jika kami terus berada di tubuh dan

rambutmu, apakah kau masih menjadi sayuran yang paling keren dan mahal?

Koko masih menangis tersedu-sedu, lalu berkata, huhuhu.tolonglah Uli, minta teman-temanmu

meninggalkanku, mereka merusak tubuh dan rambutkuaku tidak keren lagihuhuhu!

Uli kemudian berkata, Kami akan meninggalkanmu, tapi kau harus berjanji untuk berlaku baik pada

teman sayuranmu yang lain dan tidak sombong lagi, bagaimana? tanya Uli.

Iya, iya aku berjanji, aku sudah tidak tahan lagi, aku mengertikata Koko kemudian.

Tak lama kemudian, teman-teman Uli yang tinggal ditubuh Koko turun meninggalkan tubuh dan

rambut Koko. Setelah semua ulat tidak ada di tubuh dan rambutnya, Koko lebih tenang dan tidak

menangis lagi.
Menyadari apa yang terjadi, Koko kemudian berkata kepada teman-teman sayurannya, Teman-teman

maafkan aku yaselama ini aku bertingkah menyebalkan, aku tidak akan menjadi keren dan mahal

jika tubuhku dipenuhi ulatmaafkan akuPak Tani lah yang paling berjasa membuatku keren! kata

Koko sedih.

Teman-teman Koko menerima permintaan maaf Koko. Sejak saat itu mereka semua berteman baik,

dan kebun sayur Pak Tani kembali damai dan tenang.

Tamat

Anda mungkin juga menyukai