Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Siapa yang tidak kenal dengan tuberkulosis (TB). Penyakit ini kian
populer dalam beberapa waktu dengan slogan baru yang disandangnya,
TB: Bukan Batuk Biasa. Beberapa orang awam mungkin lebih
mengenalnya dengan sebutan penyakit flek paru. Tak disangka, TB
ternyata adalah penyakit usang yang sudah ditemukan sejak jaman Mesir
kuno. Meski usang, tapi penyakit ini masih belum bisa juga dibasmi di
muka bumi. Sampai-sampai, TB pun memiliki hari peringatan sedunia
yang jatuh setiap tanggal 24 Maret. Dengan adanya hari peringatan itu,
tentu diharapkan dunia aware terhadap penyakit ini.
TB bukanlah penyakit yang hanya dapat diderita orang dewasa.
Anak-anak pun terancam. Anak sangat rentan selama tahun pertama dari
tiga tahun kehidupan selama dan segera setelah pubertas. Baru-baru ini,
jumlah kasus TB semakin meningkat, banyak yang tercatat, terutama
kaum gelandangan, pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah, dan
mereka yang terinfeksi kuman HIV. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
melaporkan terdapat lebih dari 250.000 anak menderita TB dan 100.000
diantaranya meninggal dunia.
Gejala TB pada anak sangat bervariasi dan tidak saja melibatkan
organ pernafasan melainkan banyak organ tubuh lain seperti kulit
(skrofuloderma), tulang, otak, mata, usus, dan organ lain. Jangan sampai
salah diagnosis atau overdiagnosis!
Untuk itu dalam makalah ini kami akan membahas bagaimana cara
mengetahui anak yang terinfeksi TB dan bagaimana Asuhan
Keperawatannya?
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian tuberculosis milier?
2. Bagaimana patofisiologi tuberculosis milier?
3. Bagaimana asuhan keperawatan anak pada tuberculosis milier?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tuberculosis milier.
2. Untuk mengetahui patofisiologi tuberculosis milier.
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan tuberculosis milier.
BAB II

TUBERCULOSIS MILIER

A. Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium
sistem sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi
terbanyak diparu yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arief,
2001:459).
Menurut Crofton (2002) Tuberculosis Milier disebabkan penyebaran TB
dalam jumlah besar melalui aliran darah karena daya tahan pasien lemah
untuk membunuh kuman-kuman tersebut (disebut milier) karena luka-luka
kecil pada paru tampak sebagai butiran gandum.
Tuberkulosis Milier adalah suatu bentuk tuberkulosa paru dengan
terbentuknya granuloma. Granuloma yang merupakan perkembangan
penyakit dengan ukuran kurang lebih sama kelihatan seperti biji Milet
(sejenis gandum) berdiameter 1-2 mm. (Adwin, 2008).

B. Patofisiologi
a. Masuknya kuman tubeculosis ke dalam tubuh tidak selalu menimbulkan
penyakit. Infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil
tuberculosis serta daya tahan tubuh manusia.
b. Segera setelah menghirup basil tuberculosis hidup ke dalam paru-paru,
maka terjadi ekudasi dan konsulidasi yang terbatas disebut fokus
primer. Basil tuberculosis akan menyebar, histosis mulai mengangkut
organisme tersebut ke kelenjar limpe regional melalui saluran getah
bening menuju kelenjar regional sehingga terbentuk komplek primer
dan mengadakan reaksi eksudasi terjadi sekitar 2-10 minggu (6-8
minggu) pasca infeksi.
c. Bersamaan dengan terbentukny kompleks primer terjadi pula
hypersensitivitas terhadap tuberkuloprotein yang dapa diketahui
melalui ujin tuberkulin. Masa terjadinya infeksi sampai terbetuknya
kompleks primer disebut masa inkubasi.
d. Pada anak yang lesi, dalam paru dapat terjadi dimanapun terutama di
perifer dekat pleura, tetapi lebih banyak terjadi di lapangan bawah paru
dibanding dengan lapangan atas. Juga terdapat pembesaran kelenjar
regional serta penyembuhannya mengarah ke klasifikasi dan
penyeberannya lebih banyak terjadi melalui hematogan.
e. Pada reaksi radang dimana lekosit polimorfonuklear tampak banyak
alveoli dan memfagosit bakteri namun tidak membunuhnya. Kemudian
basil menyabar ke limfe dan sirkulasi. Dalam beberapa minggu limfosit
T menjadi sensitif terhadap organisme TBC dan membebaskan limfokin
yang merubah makrofag atau mengaktifkan makrofag. Alveoli yang
terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia
akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga
tidak ada sisa nekrosis yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus
dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak dalam sel. Makrofag
yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang di kelilingi oleh
limfosit. Nekrosis pada bagian sentral lesi memberikan gambaran yang
relatif padat seperti keju yang disebut nekrosis kaseosa.
f. Terdapat 3 macam penyebaran secara patogen pada tuberculosis anak;
penyebaran hematogen tersembunyi yang kemudian mungkin timbul
gejala atau tanpa gejala klinis, penyebaran hematogen umum,
penyebaran milier, biasanya terjadi sekaligus dan menimbulkan gejala
akut, kadang-kadang kronis, penyebaran hematgen berulang.
C. Komplikasi
a. Meningitis
b. Spondilitis
c. Pleuritis
d. Bronkopneumoni
e. Atelektasis
D. Etiologi
a. Mycobaterium tuberculosa
b. Mycobaterium bovis
c. Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh
mycobaterium tuberculosis :
1) Herediter : resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan
diturunkan secara genetik.
M.Tuberculosis terhirup dari udara
M.bovis masuk ke paru-paru

Menempel pada brochiole atau alveolus

Memperbanyak setiap 18-24 jam

Proliferasi sel epitel di sekelilingi basil dan membentuk dinding antara basil dan organ
yang terinfeksi (tuberkel)

Basil menyebar melalui kelnjar getah bening menuju kelenjar regional dan
menimbulkan reaksi eksudasi

Lesi primer menyebabkan kerusakan jaringan

Meluas ke seluruh paru-paru (bronchi atau pleura)

Erosi pembuluh darah

Basil menyebar ke daerah yang dekat dan jauh (TB milier)


Tulang Ginjal Otak

2) Jenis kelamin : pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka


kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
3) Usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi.
4) Pada masa puber dan remaja dimana terjadi masa pertumbuhan yang
cepat, kemungkinan iinfeksi cukup tinggi karena diit yang tidak
adekuat.
5) Keadaan stress : situasi yang penuh stress (injury atau penyakit, kurang
nutrisi, stress emosional, kelelahan yang kronik).
6) Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi
dan memudahkan untuk pernyebarluasan infeksi.
7) Anak yang mendapatka terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi
lebih mudah.
8) Nutrisi : status nutrisi yang kurang.
9) Infeksi berulang : HIV, measles, pertusis.
10) Tidak mematuhi aturan pengobatan.

E. Manifestasi klinis
a. Demam, malaise, anoreksia, berat badan menurun, kadang-kadang
batuk (batuk tiedak selalu ada, menurun sejalan dengan lamanya
penyakit), nyeri dada, hemoptysis.
b. Gejala lanjut (jaringan paru-paru sudah banyakyang rusak) : pucat,
anemia, lemah, dan berat badan menurun.
c. Permulaan tuberkulosis primer biasanya sukar diketahui secara klinis
karena mulainya penyakit secara perlahan. Kadang tuberkulosis
ditemukan pada anak tanpa gejala atau keluhan. Tetapi secara rutin
dengan uji tuberkulin dapat ditemukan penyakit tersebut. Gejala
tuberkulosis primer dapat berupa demam yang naik turun selama 1-2
minggu dengan atau tanpa batuk dan pilek. Gambaran klinisnya :
demam, batuk, anoreksia, dan berat badan menurun.
F. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan fisik
b. Riwayat penyakit : riwayat kontak dengan individu yang terinfeksi
penyakit.
c. Reaksi terhadap test tuberculin : reaksi test positif (diameter = 5 mm)
menunjukkan adanya infeksi primer.
d. Radiologi : terdapat komplek primer dengan atau tanpa perkapuran,
pembesaran kelenjar paratrakeal, penyebaran milier, penyebaran
bronkogen, atelektasis, pleuritis dengan efusi, cairan asites.
e. Kltur sputum : kultur bilasan lambung atau sputum, cairan pleura, urin,
cairan serebrospinal, cairan nodus limfe ditemukan basil tuberkulosis.
f. Patologi anatomi : dilakukan pada kelenjar getah bening, hepar, pleura,
peritoneum, kulit ditemukan tuberkel, dan basil tahan asam.
g. Uji BCG : reaksi positif jika setelah mendapat suntikan BCG langsung
terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari setelah
penyuntikan.
h. Infeksi TB : hanya diperlihatkan oleh skin test tuberkulin positif.
i. Penyakit TB : gambaran radiologi positif, kultur sputum positif dan
adanya gejala-gejala penyakit.
G. Penatalaksanaan terapeutik
a. Nutrisi adekuat
b. Kemoterapi : pemberian terapi pada tuberkulosis didasarkan pada 3
karakteristik basil , yaitu basil yang berkembang cepat di tempat yang
kaya akan oksigen, basil yang hidup dalam lingkungan yang kurang
oksigen berkembang lambat dan dorman hingga beberapa tahun, basil
yang mengalami mutasi sehingga resisten trhadap obat. Isonized (INH)
bekerja sebagai bakterisidal terhadap basil yang tumbuh aktif, diberikan
selama 18-24 bulan, dosis 10-20 mg/kgbb/hari melalui oral. Selanjutnya
kombinasi antara INH, rifampizin, dan pyrazinamid (PZA) diberikan
seelama 6 bulan. Selama 2 bulan pertama obat diberikan setiap hari,
selanjutnya obat diberikan dua kali dalam satu minggu. Obat tambahan
antara lain streptomycin (diberikan intramuskular) dan ethambutol.
Terapi kortikosteroid diberikan bersamaan dengan obat
antituberkulosis, untuk mengurangi respon peradangan, misalnya pada
meningitis.
c. Pembedahan : dilakukan jika kemoterapi tidak berhasil. Dilakukan
dengan mengangkat jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk
memperbaiki kelainan tulang, bronkoskopi untuk mengangkat polip
granulomatosa tuberkulosis atau reaksi bagian paru yang rusak.
d. Pencegahan : menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil
tuberkulosis, mempertahankan status kesehatan dengan intake nutrisi
yang adekuat, meminum susu yang sudah dilakukan pasteurisasi, isolasi
jika pada analisa sputum terdapat bakteri hingga dilakukan kemoterapi,
pemberian imunisasi BCG untuk meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap infeksi oleh basil tuberkulosis virulen.

H. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan : riwayat kontak dengan individu yang
terinfeksi, penyakit yang pernah diderita sebelumnya.
b. Kaji adanya gejala-gejala panas yang naik turun dan dalam jangka
waktu lama, batuk yang hilang timbul, anoreksia, lesu, kurang napsu
makan, hemoptysis.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan jalan nafas b.d Bronkopasme
b. Risiko penyebarluasan infeksi berhubungan dengan organisme
virulen.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d dyspneu
C. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Interverensi


Hasil
1 Ketidakefektifan jalan NOC : NIC :
nafas b.d Bronkopasme Respiratory Status : Airway Suction
Definisi : Ventilation 1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal
Ketidakmampuan untuk Respiratory satus : suctioning
membersihkan sekresi atau Airway Patency 2. Auskultasi suara nafas sebelum
obstruksi dari saluran Kriteria Hasil : dan sesudah suctioning.
pernafasan untuk Mendemonstrasikan 3. Informasikan pada klien dan
mempertahankan batuk efektif dan suara keluarga tentang suctioning
kebersihan jalan nafas. nafas yang bersih, tidak 4. Minta klien nafas dalam sebelum
ada sianosis dan suction dilakukan.
Batasan Karakteristik :
dyspneu (mampu 5. Berikan O2 dengan menggunakan
Tidak ada batuk mengeluarkan sputum, nasal untuk memfasilitasi suksion
Suara napas mampu bernafas nasotrakeal
tambahan dengan mudah, tidak 6. Gunakan alat yang steril sitiap
Perubahan frekuensi ada pursed lips) melakukan tindakan
napas Menunjukkan jalan 7. Anjurkan pasien untuk istirahat
Perubahan irama nafas yang paten (klien dan napas dalam setelah kateter
napas tidak merasa tercekik, dikeluarkan dari nasotrakeal
Sianosis irama nafas, frekuensi 8. Monitor status oksigen pasien
Kesulitan pernafasan dalam 9. Ajarkan keluarga bagaimana cara
berbicara/mengeluarka rentang normal, tidak melakukan suksion
n suara ada suara nafas 10. Hentikan suksion dan berikan
Penurunan bunyi napas abnormal) oksigen apabila pasien
Dispnea Mampu menunjukkan bradikardi,
Sputum dalam jumlah mengidentifikasikan peningkatan
yang berlebihan dan mencegah factor
Batuk yang tidak yang dapat Airway Management
efektif menghambat jalan 1. Buka jalan nafas, guanakan
Ortopnea nafas teknik chin lift atau jaw thrust
Gelisah bila perlu
Mata terbuka lebar 2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya
Faktor yang berhubungan:
pemasangan alat jalan nafas
Lingkungan buatan
4. sekret dengan batuk atau suction
Perokok pasif
5. Auskultasi suara nafas, catat
Mengisap asap adanya suara tambahan
Merokok 6. Lakukan suction pada mayo
7. Berikan bronkodilator bila perlu
8. Berikan pelembab udara Kassa
Obstruksi jalan napas
basah NaCl Lembab
Spasme jalan napas 9. Atur intake untuk cairan
Mucus dalam jumlah mengoptimalkan keseimbangan.
yang berlebihan 10. Monitor respirasi dan status O2
Eksudat dalam alveoli
Materi asing dalam
jumlah napas
Adanya jalan napas
buatan
Sekresi yang
tertahan/sisa sekresi
Sekresi dalam bronki

Fisiologis

Jalan napas alergik


Asma
Penyakit paru obstruksi
kronis
Hyperplasia dinding
bronchial
Infeksi
Disfungsi
neuromuskular

2 Risiko penyebarluasan NOC : NIC :


infeksi berhubungan Immune Status Infection Control
dengan organisme virulen. Infection Severity 1. Bersihkan lingkungan setelah
Knowledge : Infection dipakai pasien lain
Definisi : mengalami
control 2. Pertahankan teknik isolasi
peningkatan risiko
Tissue Integrity: Skin 3. Batasi pengunjung bila perlu
terserang organisme
& Mucous membranes 4. Instruksikan pada pengunjung
patogen
untuk mencuci tangan saat
Faktor Risiko : Kriteria Hasil : berkunjung dan setelah

Klien bebas dari tanda berkunjung meninggalkan


Penyakit kronis
dan gejala infeksi pasien
- DM
Mendeskripsikan 5. Gunakan sabun antimikrobia
- Obesitas
proses penularan untuk cuci tangan
Pengetahuan yang
penyakit, factor yang 6. Cuci tangan setiap sebelum dan
kurang untuk sesudah tindakan kperawtan
mempengaruhi
menghindari 7. Gunakan baju, sarung tangan
penularan serta
pamajanan patogen sebagai alat pelindung
penatalaksanaannya,
Pertahanan tubuh 8. Pertahankan lingkungan aseptik
Menunjukkan
primer yang tidak selama pemasangan alat
kemampuan untuk
adekuat 9. Ganti letak IV perifer dan line
mencegah timbulnya
Gangguan peristalsis central dan dressing sesuai
infeksi
Kerusakan integritas dengan petunjuk umum
Jumlah leukosit dalam
kulit (pemasangan
kateter intravena, batas normal 10. Gunakan kateter intermiten
prosedur invasif) Menunjukkan perilaku untuk menurunkan infeksi
Perubahan sekresi pH hidup sehat kandung kencing
Penurunan kerja siliaris 11. Tingktkan intake nutrisi
Pecah ketubah dini 12. Berikan terapi antibiotik bila

Pecah ketubah lama perlu

Merokok
Stasis cairan tubuh
Infection Protection

Trauma jaringan (mis Aktivitas keperawatan:


trauma, destruksi
jaringan) 1. Monitor tanda dan gejala
Malnutrisi infeksi sistemik dan lokal

Ketidakadekuatan 2. Monitor hitung granulosit,

pertahanan tubuh WBC

Penurunan Hb 3. Monitor kerentanan terhadap

Imunosupresi (mis infeksi

imunitas didapat 4. Batasi pengunjung

tidak adekuat, 5. Saring pengunjung terhadap

agens penyakit menular

farmaseutikal 6. Partahankan teknik aspesis pada


termasuk pasien yang beresiko

imunosupresan, 7. Pertahankan teknik isolasi k/p

steroid, antibodi 8. Berikan perawatan kuliat pada

monoklonal, area epidema

imunomodulator) 9. Inspeksi kulit dan membran

Leukopenia mukosa terhadap kemerahan,

Supresi respons panas, drainase

inflamasi 10. Ispeksi kondisi luka / insisi

Vaksinasi tidak bedah

adekuat 11. Dorong masukkan nutrisi yang


Pemajanan cukup
terhadap patogen 12. Dorong masukan cairan
lingkungan 13. Dorong istirahat
meningkat 14. Instruksikan pasien untuk
Wabah minum antibiotik sesuai resep
15. Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
16. Ajarkan cara menghindari
infeksi
17. Laporkan kecurigaan infeksi
3 Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari Nutritional Status : Nutrition Management
kebutuhan tubuh b.d food and fuild intake 1. Kaji adanya alergi makanan
dyspneu Nutritional status : 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
Definisi : Intake nutrisi Nutrient Intake untuk menentukan jumlah
tidak cukup untuk Weight Control kalori dan nutrisi yang
keperluan metabolisme Krateria Hasil : dibutuhkan pasien.
tubuh. Adanya peningkatan 3. Anjurkan pasien untuk

berat badan sesuai meningkatkan intake Fe


Batasan karakteristik :
dengan tujuan 4. Anjurkan pasien untuk
Kram abdomen Berat badan ideal meningkatkan protein dan

Nyeri abdomen sesuai dengan tinggi vitamin C

Menghindari makan badan 5. Berikan substansi gula

Berat badan 20% atau Mampu 6. Yakinkan diet yang dimakan

lebih di bawah berat mengidentifikasi mengandung tinggi serat untuk

badan ideal kebutuhan nutrisi mencegah konstipasi


7. Berikan makanan yang terpilih (
Kerapuhan kapiler Tidak ada tanda tanda
sudah dikonsultasikan dengan
Diare malnutrisi
ahli gizi)
Kehilangan rambut Tidak terjadi penurunan
8. Ajarkan pasien bagaimana
berlebihan berat badan yang
membuat catatan makanan
Bising usung hiperaktif berarti harian.
Kurang makan 9. Monitor jumlah nutrisi dan
Kurang informasi kandungan kalori

Kurang minat pada 10. Berikan informasi tentang

makanan kebutuhan nutrisi

Penurunan berat badan 11. Kaji kemampuan pasien untuk

dengan asupan mendapatkan nutrisi yang

makanan adekuat dibutuhkan

Kesalahan konsepsi Nutrition Monitoring

Kesalahan informasi 1. BB pasien dalam batas normal


Membrane mukosa 2. Monitor adanya penurunan
pucat berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah
Faktor yang berhubungan : aktivitas yang biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau
Faktor biologis
orangtua selama makan
Faktor ekonomi
5. Monitor lingkungan selama
Ketidakmampuan
makan
untuk mengabsorpsi
6. Jadwalkan pengobatan dan
nutrisi
tindakan tidak selama jam
Ketidakmampuan
makan
untuk mencerna
7. Monitor kulit kering dan
makanan
perubahan pigmentasi
Faktor psikologis
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
12. Monitor makanan kesukaan
13. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
14. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
15. Monitor kalori dan intake
nuntrisi
16. Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan
cavitas oral.
17. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

D. Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-
aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar
implementasi / pelakasanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu
mengidentifikasi prioritas perawtan, memantau dan mencatat respon
pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan seta
mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.
a. Meningkatkan pola nafas yang efektif dan kepatenan jalan nafas
1) Mengkaji ulang status pernafasan (irama, kedalaman, suara
nafas, penggunaan otot bantu pernafasan, bernafas melalui
mulut)
2) Mengkaji ulang tanda-tanda vital (denyut nadi, irama dan
frekuensi)
3) Memberikan posisi tidur semi fowler/fowler.
4) Membantu klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
dengan kemampuannya.
5) Menganjurkan anak untuk banyak minum
6) Memberikan oksigen sesuai indikasi
7) Memberikan obat-obat yang dapat meningkatkan efektifnya
jalan nafas (seperti bronkodilator, antikolinergik, dan anti
peradangan)
b. Mencegah perluasan infeksi tidak terjadi
1) Tempatkan anak pada ruangan khusus.
2) Pertahankan isolasi yang ketat di rumah sakit pada anak dengan
TB akif.
3) Gunakan prosedur perlindungan infeksi jika melakukan kontak
dengan anak.
4) Melakukan uji tuberkulin dan memberikan penilaian hasil uji
tersebut, mengambil bahan untuk pemeriksaan bakteri (analisa
bilasan lambung pada anak yang masih sangat muda).
5) Berikan antituberkulosis sesuai order.
c. Memenuhi kebutuhan nutrisi
1) Kaji ketidakmampuan anak untuk makan
2) Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi
anak, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat
selera makan anak meningkat.
3) Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk
meningkatkan kualitas intake nutrisi.
4) Kolaboorasi untuk pemberian nutrisi parenteral jika kebutuhan
nutrisi melalui oral tidak mencukupi kebutuhan gizi anak.
5) Menilai indikator terpenuhinya kebutuhan nutrisi (berat badan,
lingkar lengan, membran mukosa)
6) Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan
dengan porsi kecil tetapi sering.
7) Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan
dengan skala yang sama.
8) Mempertahankan kebersihan mulut anak.
9) Menjeaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk
penyembuhan penyakit.

E. Evaluasi
Pada tahap ini yang perlu dievaluasi pada klien dengan TB Paru
adalah, mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
1. Keefektifan bersihan jalan napas.
2. Intoleran aktivitas teratasi
3. Perilaku/pola hidup berubah untuk mencegah penyebaran infeksi.
4. Kebutuhan nutrisi adekuat, berat badan meningkat dan tidak terjadi
malnutrisi.
5. Pemahaman tentang proses penyakit/prognosis dan program
pengobatan dan perubahan perilaku untuk memperbaiki kesehatan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Crofton (2002) Tuberculosis
Milier disebabkan penyebaran TB dalam jumlah besar melalui aliran
darah karena daya tahan pasien lemah untuk membunuh kuman-kuman
tersebut (disebut milier) karena luka-luka kecil pada paru tampak sebagai
butiran gandum.
Terdapat 3 macam penyebaran secara patogen pada tuberculosis
anak; penyebaran hematogen tersembunyi yang kemudian mungkin timbul
gejala atau tanpa gejala klinis, penyebaran hematogen umum, penyebaran
milier, biasanya terjadi sekaligus dan menimbulkan gejala akut, kadang-
kadang kronis, penyebaran hematgen berulang.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi


8. EGC. Jakarta.

Doengoes, ME. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.

http://kuliahiskandar.blogspot.com/2014/01/asuhan-keperawatan-anak-
dengan.html

Anda mungkin juga menyukai