PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Siapa yang tidak kenal dengan tuberkulosis (TB). Penyakit ini kian
populer dalam beberapa waktu dengan slogan baru yang disandangnya,
TB: Bukan Batuk Biasa. Beberapa orang awam mungkin lebih
mengenalnya dengan sebutan penyakit flek paru. Tak disangka, TB
ternyata adalah penyakit usang yang sudah ditemukan sejak jaman Mesir
kuno. Meski usang, tapi penyakit ini masih belum bisa juga dibasmi di
muka bumi. Sampai-sampai, TB pun memiliki hari peringatan sedunia
yang jatuh setiap tanggal 24 Maret. Dengan adanya hari peringatan itu,
tentu diharapkan dunia aware terhadap penyakit ini.
TB bukanlah penyakit yang hanya dapat diderita orang dewasa.
Anak-anak pun terancam. Anak sangat rentan selama tahun pertama dari
tiga tahun kehidupan selama dan segera setelah pubertas. Baru-baru ini,
jumlah kasus TB semakin meningkat, banyak yang tercatat, terutama
kaum gelandangan, pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah, dan
mereka yang terinfeksi kuman HIV. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
melaporkan terdapat lebih dari 250.000 anak menderita TB dan 100.000
diantaranya meninggal dunia.
Gejala TB pada anak sangat bervariasi dan tidak saja melibatkan
organ pernafasan melainkan banyak organ tubuh lain seperti kulit
(skrofuloderma), tulang, otak, mata, usus, dan organ lain. Jangan sampai
salah diagnosis atau overdiagnosis!
Untuk itu dalam makalah ini kami akan membahas bagaimana cara
mengetahui anak yang terinfeksi TB dan bagaimana Asuhan
Keperawatannya?
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian tuberculosis milier?
2. Bagaimana patofisiologi tuberculosis milier?
3. Bagaimana asuhan keperawatan anak pada tuberculosis milier?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tuberculosis milier.
2. Untuk mengetahui patofisiologi tuberculosis milier.
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan tuberculosis milier.
BAB II
TUBERCULOSIS MILIER
A. Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium
sistem sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi
terbanyak diparu yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arief,
2001:459).
Menurut Crofton (2002) Tuberculosis Milier disebabkan penyebaran TB
dalam jumlah besar melalui aliran darah karena daya tahan pasien lemah
untuk membunuh kuman-kuman tersebut (disebut milier) karena luka-luka
kecil pada paru tampak sebagai butiran gandum.
Tuberkulosis Milier adalah suatu bentuk tuberkulosa paru dengan
terbentuknya granuloma. Granuloma yang merupakan perkembangan
penyakit dengan ukuran kurang lebih sama kelihatan seperti biji Milet
(sejenis gandum) berdiameter 1-2 mm. (Adwin, 2008).
B. Patofisiologi
a. Masuknya kuman tubeculosis ke dalam tubuh tidak selalu menimbulkan
penyakit. Infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil
tuberculosis serta daya tahan tubuh manusia.
b. Segera setelah menghirup basil tuberculosis hidup ke dalam paru-paru,
maka terjadi ekudasi dan konsulidasi yang terbatas disebut fokus
primer. Basil tuberculosis akan menyebar, histosis mulai mengangkut
organisme tersebut ke kelenjar limpe regional melalui saluran getah
bening menuju kelenjar regional sehingga terbentuk komplek primer
dan mengadakan reaksi eksudasi terjadi sekitar 2-10 minggu (6-8
minggu) pasca infeksi.
c. Bersamaan dengan terbentukny kompleks primer terjadi pula
hypersensitivitas terhadap tuberkuloprotein yang dapa diketahui
melalui ujin tuberkulin. Masa terjadinya infeksi sampai terbetuknya
kompleks primer disebut masa inkubasi.
d. Pada anak yang lesi, dalam paru dapat terjadi dimanapun terutama di
perifer dekat pleura, tetapi lebih banyak terjadi di lapangan bawah paru
dibanding dengan lapangan atas. Juga terdapat pembesaran kelenjar
regional serta penyembuhannya mengarah ke klasifikasi dan
penyeberannya lebih banyak terjadi melalui hematogan.
e. Pada reaksi radang dimana lekosit polimorfonuklear tampak banyak
alveoli dan memfagosit bakteri namun tidak membunuhnya. Kemudian
basil menyabar ke limfe dan sirkulasi. Dalam beberapa minggu limfosit
T menjadi sensitif terhadap organisme TBC dan membebaskan limfokin
yang merubah makrofag atau mengaktifkan makrofag. Alveoli yang
terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia
akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga
tidak ada sisa nekrosis yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus
dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak dalam sel. Makrofag
yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang di kelilingi oleh
limfosit. Nekrosis pada bagian sentral lesi memberikan gambaran yang
relatif padat seperti keju yang disebut nekrosis kaseosa.
f. Terdapat 3 macam penyebaran secara patogen pada tuberculosis anak;
penyebaran hematogen tersembunyi yang kemudian mungkin timbul
gejala atau tanpa gejala klinis, penyebaran hematogen umum,
penyebaran milier, biasanya terjadi sekaligus dan menimbulkan gejala
akut, kadang-kadang kronis, penyebaran hematgen berulang.
C. Komplikasi
a. Meningitis
b. Spondilitis
c. Pleuritis
d. Bronkopneumoni
e. Atelektasis
D. Etiologi
a. Mycobaterium tuberculosa
b. Mycobaterium bovis
c. Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh
mycobaterium tuberculosis :
1) Herediter : resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan
diturunkan secara genetik.
M.Tuberculosis terhirup dari udara
M.bovis masuk ke paru-paru
Proliferasi sel epitel di sekelilingi basil dan membentuk dinding antara basil dan organ
yang terinfeksi (tuberkel)
Basil menyebar melalui kelnjar getah bening menuju kelenjar regional dan
menimbulkan reaksi eksudasi
E. Manifestasi klinis
a. Demam, malaise, anoreksia, berat badan menurun, kadang-kadang
batuk (batuk tiedak selalu ada, menurun sejalan dengan lamanya
penyakit), nyeri dada, hemoptysis.
b. Gejala lanjut (jaringan paru-paru sudah banyakyang rusak) : pucat,
anemia, lemah, dan berat badan menurun.
c. Permulaan tuberkulosis primer biasanya sukar diketahui secara klinis
karena mulainya penyakit secara perlahan. Kadang tuberkulosis
ditemukan pada anak tanpa gejala atau keluhan. Tetapi secara rutin
dengan uji tuberkulin dapat ditemukan penyakit tersebut. Gejala
tuberkulosis primer dapat berupa demam yang naik turun selama 1-2
minggu dengan atau tanpa batuk dan pilek. Gambaran klinisnya :
demam, batuk, anoreksia, dan berat badan menurun.
F. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan fisik
b. Riwayat penyakit : riwayat kontak dengan individu yang terinfeksi
penyakit.
c. Reaksi terhadap test tuberculin : reaksi test positif (diameter = 5 mm)
menunjukkan adanya infeksi primer.
d. Radiologi : terdapat komplek primer dengan atau tanpa perkapuran,
pembesaran kelenjar paratrakeal, penyebaran milier, penyebaran
bronkogen, atelektasis, pleuritis dengan efusi, cairan asites.
e. Kltur sputum : kultur bilasan lambung atau sputum, cairan pleura, urin,
cairan serebrospinal, cairan nodus limfe ditemukan basil tuberkulosis.
f. Patologi anatomi : dilakukan pada kelenjar getah bening, hepar, pleura,
peritoneum, kulit ditemukan tuberkel, dan basil tahan asam.
g. Uji BCG : reaksi positif jika setelah mendapat suntikan BCG langsung
terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari setelah
penyuntikan.
h. Infeksi TB : hanya diperlihatkan oleh skin test tuberkulin positif.
i. Penyakit TB : gambaran radiologi positif, kultur sputum positif dan
adanya gejala-gejala penyakit.
G. Penatalaksanaan terapeutik
a. Nutrisi adekuat
b. Kemoterapi : pemberian terapi pada tuberkulosis didasarkan pada 3
karakteristik basil , yaitu basil yang berkembang cepat di tempat yang
kaya akan oksigen, basil yang hidup dalam lingkungan yang kurang
oksigen berkembang lambat dan dorman hingga beberapa tahun, basil
yang mengalami mutasi sehingga resisten trhadap obat. Isonized (INH)
bekerja sebagai bakterisidal terhadap basil yang tumbuh aktif, diberikan
selama 18-24 bulan, dosis 10-20 mg/kgbb/hari melalui oral. Selanjutnya
kombinasi antara INH, rifampizin, dan pyrazinamid (PZA) diberikan
seelama 6 bulan. Selama 2 bulan pertama obat diberikan setiap hari,
selanjutnya obat diberikan dua kali dalam satu minggu. Obat tambahan
antara lain streptomycin (diberikan intramuskular) dan ethambutol.
Terapi kortikosteroid diberikan bersamaan dengan obat
antituberkulosis, untuk mengurangi respon peradangan, misalnya pada
meningitis.
c. Pembedahan : dilakukan jika kemoterapi tidak berhasil. Dilakukan
dengan mengangkat jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk
memperbaiki kelainan tulang, bronkoskopi untuk mengangkat polip
granulomatosa tuberkulosis atau reaksi bagian paru yang rusak.
d. Pencegahan : menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil
tuberkulosis, mempertahankan status kesehatan dengan intake nutrisi
yang adekuat, meminum susu yang sudah dilakukan pasteurisasi, isolasi
jika pada analisa sputum terdapat bakteri hingga dilakukan kemoterapi,
pemberian imunisasi BCG untuk meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap infeksi oleh basil tuberkulosis virulen.
H. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan : riwayat kontak dengan individu yang
terinfeksi, penyakit yang pernah diderita sebelumnya.
b. Kaji adanya gejala-gejala panas yang naik turun dan dalam jangka
waktu lama, batuk yang hilang timbul, anoreksia, lesu, kurang napsu
makan, hemoptysis.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan jalan nafas b.d Bronkopasme
b. Risiko penyebarluasan infeksi berhubungan dengan organisme
virulen.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d dyspneu
C. Rencana Tindakan Keperawatan
Fisiologis
Merokok
Stasis cairan tubuh
Infection Protection
D. Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-
aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar
implementasi / pelakasanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu
mengidentifikasi prioritas perawtan, memantau dan mencatat respon
pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan seta
mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.
a. Meningkatkan pola nafas yang efektif dan kepatenan jalan nafas
1) Mengkaji ulang status pernafasan (irama, kedalaman, suara
nafas, penggunaan otot bantu pernafasan, bernafas melalui
mulut)
2) Mengkaji ulang tanda-tanda vital (denyut nadi, irama dan
frekuensi)
3) Memberikan posisi tidur semi fowler/fowler.
4) Membantu klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
dengan kemampuannya.
5) Menganjurkan anak untuk banyak minum
6) Memberikan oksigen sesuai indikasi
7) Memberikan obat-obat yang dapat meningkatkan efektifnya
jalan nafas (seperti bronkodilator, antikolinergik, dan anti
peradangan)
b. Mencegah perluasan infeksi tidak terjadi
1) Tempatkan anak pada ruangan khusus.
2) Pertahankan isolasi yang ketat di rumah sakit pada anak dengan
TB akif.
3) Gunakan prosedur perlindungan infeksi jika melakukan kontak
dengan anak.
4) Melakukan uji tuberkulin dan memberikan penilaian hasil uji
tersebut, mengambil bahan untuk pemeriksaan bakteri (analisa
bilasan lambung pada anak yang masih sangat muda).
5) Berikan antituberkulosis sesuai order.
c. Memenuhi kebutuhan nutrisi
1) Kaji ketidakmampuan anak untuk makan
2) Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi
anak, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat
selera makan anak meningkat.
3) Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk
meningkatkan kualitas intake nutrisi.
4) Kolaboorasi untuk pemberian nutrisi parenteral jika kebutuhan
nutrisi melalui oral tidak mencukupi kebutuhan gizi anak.
5) Menilai indikator terpenuhinya kebutuhan nutrisi (berat badan,
lingkar lengan, membran mukosa)
6) Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan
dengan porsi kecil tetapi sering.
7) Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan
dengan skala yang sama.
8) Mempertahankan kebersihan mulut anak.
9) Menjeaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk
penyembuhan penyakit.
E. Evaluasi
Pada tahap ini yang perlu dievaluasi pada klien dengan TB Paru
adalah, mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
1. Keefektifan bersihan jalan napas.
2. Intoleran aktivitas teratasi
3. Perilaku/pola hidup berubah untuk mencegah penyebaran infeksi.
4. Kebutuhan nutrisi adekuat, berat badan meningkat dan tidak terjadi
malnutrisi.
5. Pemahaman tentang proses penyakit/prognosis dan program
pengobatan dan perubahan perilaku untuk memperbaiki kesehatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Crofton (2002) Tuberculosis
Milier disebabkan penyebaran TB dalam jumlah besar melalui aliran
darah karena daya tahan pasien lemah untuk membunuh kuman-kuman
tersebut (disebut milier) karena luka-luka kecil pada paru tampak sebagai
butiran gandum.
Terdapat 3 macam penyebaran secara patogen pada tuberculosis
anak; penyebaran hematogen tersembunyi yang kemudian mungkin timbul
gejala atau tanpa gejala klinis, penyebaran hematogen umum, penyebaran
milier, biasanya terjadi sekaligus dan menimbulkan gejala akut, kadang-
kadang kronis, penyebaran hematgen berulang.
DAFTAR PUSTAKA
http://kuliahiskandar.blogspot.com/2014/01/asuhan-keperawatan-anak-
dengan.html