Anda di halaman 1dari 5

PENGUJIAN KERIKIL

Pengujian kerikil meliputi:


1) Uji kadar ari alami
2) Uji penyerapanair SSD
3) Uji kadar lumpur
4) Uji berat jenis kerikil
5) Uji berat volume kerikil
6) Uji gradasi kerikil berdasarkan PBI 1971
7) Uji kepipihan

1. Uji Kadar Air Alami Kerikil


Kadar air kerikil adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam
kerikil dengan berat kerikil kering yang dinyatakan dalam satuan persen (%)
a. Peralatan
Timbangan kapasitas
Oven (pengering) dengan ketelitian 1C
Cawan dari porselin/ baja/ aluminium
b. Bahan
Kerikil dengan diameter maksimm yang berbeda membutuhkan berat jenis
benda uji yang berbeda pula. Oleh karena itu berat contoh kerikil yang akan
dauji disesuaikan dengan tabel berat benda uji minimum dibawah ini.
c. Prosedur Kerja
Menimbang wadah (W1) gram
Benda uji dimasukkan kedalam wadah lalu ditimbang, beratnya = W 2
gram
Berat contoh benda uji = W3
W3 = W2 W1 (gram).
Benda uji berikut cawannya dikeringkakn dalam oven dengan suhu 110
5C, lama pengovenan 24 jam.
Setelah dioven 24 jam benda uji dikeluarkan lalu ditimbang (W4) gram.
Berat benda uji kering oven = W5 gram.
W5 = W4 W1 (gram)
2. Uji Kadar Lumpur Kerikil
Kadar lumpur dalam kerikil adalah perbandingan antara berat kandungan
lumpur yang terdapat pada suatu kerikil dengan berat kerikil secara
keseluruhan. Kadar lumpur dinyatakan dalam satuan persen (%).
a. Peralatan
1) Timbangan maksimum 5 kg dengan ketelitian 0,1 gram.
2) Ayakan Mesh no 200 atau ukurannya mendekati.
3) Oven (pengering) dengan ketelitian 1C.
4) Wadah dari baja/ aluminium.
b. Bahan
1) 1kg kerikil yang telah dalam kondisi kering oven.
c. Prosedur Kerja
1) Kerikil yang telah kering oven ditimbang seberat W1 gram, lalu
dimasukkan kedalam ayakan no 200.
2) Kerikil dalam ayakan tersebut lalu dicuci pada air yang mengalir (air
dari kran) semai benar-benar jernih. Cara pencuciannya seperti orang
yang mencuci beras pada air yang mengalir, dan pada saat pencucian
kerikil tak boleh ditekan-tekan dengan tangan.
3) Cawan yang akan dipakai sebagai wadah kerikil ditimbang = W2 gram.
4) Kerikil yang telah dicuci bersih dimaskkan kedalam cawan lalu
dikeringkan menggunakan oven pada suhu +110C selama 24 jam.
5) Setelah itu kerikil dalam cawan dikeluarkan dari oven lalu ditimbang.
Berat kerikil kering oven dan cawan ditimbang = W3 gram.
W3 W2
6) Kadar lumpur = x 100% = .........%
W1
3. Uji Berat Jenis Kerikil
Uji berat jenis kerikil ada tiga macam yaitu:
1) Uji berat jenis kering (Bulk Spesific gravity)
2) Uji berat janis kerikil SSD, dan
3) Uji berat jenis semu (Apparent Spesific Grafity)
Berat jenis kering kerikil adalah perbandingan antara berat kerikil kering
dan berat air yang volumenya sama dengan volume kerikil dalam kondisi
jenuh pada suhu 25C. Berat jenis kerikil SSD adalah perbandingan antara
berat karikil dalam kondisi SSD dengan berat air yang volumenya sama
dengan volume kerikil dalam kondisi SSD pada suhu 25C. Berat jenis
semu adalah perbandingan antara berat kerikil kering dan berat air murni
yang volumenya sama dengan volume kerikil kering pada suhu 25C.
Pembuatan kerikil SSD dilakukan sebagai berikut: Setelah direndam dalam
airs selama 24 jam, kerikil dikeringkan satu demi satu menggunakan lap
kering kondisinya kering tetapi bagian didalam kerikil masih tetap jenuh
air. Kerikil ini disebut dalam kondisi jenuh air dengan permukaan kering
(Saturated Survave Dry = SSD).
a. Peralatan
1) Timbangan kapasitas 5 kg dengan ketelitian 0,1 gram.
2) Oven dengan ketelitian 1C.
3) Keranjang kawat no 6 ( 3,40 mm), atau ( 2,36 mm) dengan
kapasitas 5 kg (gambar: 3.10.a).
4) Drum tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk
kepentingan pemeriksaan kerikil. (Gambar: 3.10.b)
b. Bahan
1) Untuk tiap-tiap sampel masing-masing dibutuhkan 200 gram kerikil
dalam kondisi SSD yang tertahan ayakan no 4 ( 3,40 mm)
c. Prosedur Kerja
1) Smapel kerikil dalam kondisi SSD sebanyak W1 gram dimasukkan
kedalam keranjang kawat
2) Kerikil dalam keranjang kawat dimasukkan dalam drum yang telah diisi
air hingga seluruh sampel kerikil terendam.
3) Keranjang kawat yang berisi kerikil itu diguncang-guncang sehingga
seluruh gelembung udara didalam kerikil keluar.
4) Keranjang kawat berisi kerikil masih terendam air ini lalu ditimbang.
Misalya berat kerikil dalam air = W2 gram.
5) Keranjang kaw beserta isinya lalu diangkat dari air, kerikil dikeluarkan
lalu dioven selama 24 jam.
6) Setelah dioven 24 jam kerikil dikeluarkan, lalu dimasukkan kembali
dalam keranjang kawat dan ditimbang. Misalkan beratnya W3 gram.
7) Hasil pengamatan kemudian ditulis dalam tabel.
4. Uji Berat Volume Kerikil
Berat volume kerikil adalah suatu angka perbandingan antara satuan berat
kerikil dalam kondisi alami dengan satu satuan volume kerikil. Berat volume
kerikil dinyatakan dalam satuan berat/ satuan volume (kg/m3 atau gram/cm3).
a. Peralatan
1) Timbangan dengan ketelitian satu gram.
2) Wadah yang telah diketahui volumenya, (bisa menggunakan timba cor
yang sudah diketahui volumenya. Misalnya timba cor yang volumenya 5
liter, 15 liter, atau 20 liter.
b. Bahan
1) Kerikil dalam kondisi alami.
c. Prosedur Kerja
1) Wadah ditimbang. Beratnya W1 kg.
2) Kerikil dimasukkan kedalam wadah sampai peres. Cara pemasukan
kerikil sama sekali tidak boleh dipadatkan.
3) Wadah yang berisi kerikil ditimbang. Beratnya W2 kg.
4) Volume kerikil volume wadah yang telah diketahui sebelumnya, yaitu
V liter (1 liter = 1000 cm3; 1 m3 = 1000 liter).
5) Berat kerikil (W) = W2 W1 kg.
6) Berat volume kerikil = W/V kg/m3.
5. Uji Gradasi Kerikil (berdasarkan PBI 1971)
Uji gradasi kerikil adalah suatu kegiatan untuk mengetahui penyebaran atau
distribusi butiran kerikil sesuai dengan diameternya. Yang dimaksudkan
dengan kerikil atau agregat kasar adalah agregat dengan besar butiran yang
lebih dari 5 mm.
a. Peralatan
1) Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.
2) Satu set ayakan kerikil.
3) Mesin penggetar ayakan.
4) Kuas ukuran 2.
5) Sikat tembaga.
b. Bahan
1) Kerikil dalam kondisi kering oven yang banyaknya tergantung dengan
besar diameter maksimum kerikil seperti yang ada pada Tabel 3-8. Berat
sampel diambil sebanyak 25% dari sampel yang direkomendasikan pada
Tabel 3-8.
c. Prosedur Kerja
1) Cara pengambilan contoh kerikil dilakukakn dengan sistem Quartering.
(lihat Tabel 3-8).
2) Ayakan kerikil yang akan digunakan harus dibersihkan kemudian
masing-masing ditimbang beratnya, yaitu W1 gram.
3) Ayakan disusun dengan urutan diameter paling besar diletakkan paling
atas, lalu dibawahnya diletakkan diameter yang lebih kecil begitu
seterusnya, dan pada urutan paling bawah dipasang pan.
4) Benda uji dimasukkan kedalam ayakan, lalu digetar dengan mesin
penggetar (lihat Tabel: 3.7.b) selama 10 menit.
5) Setelah digetar masing-masing ayakan beserta isinhya ditimbang,
beratnya W2 gram.
6) Berat kerikil yang tertinggal diatas masing-masing ayakan (W) dihitung.
W = W2 W1 (gram).
7) Hasilnya lalu dimasukkan ke dalam tabel data pengujian gradasi karikil.
8) Setelah diketahui persen tembus kumulatif pada masing-masing ayakan.
Hasilnya digambar pada grafik gradasi kerikil (Gambar: 3..11.a sampai
Gambar 1.11.c). Dengan demikian dapat diketahui kerikil yang
diperiksa masuk dalam grafik pada diameter yang mana dan bagaimana
sifat kerikil tersebut jika digunakan sebagai bagan bangunan.
6. Analisis Bentuk Kerikil (Uji Kepipihan).
Uji kepipihan kerikil adalah analisi bentuk kerikil yang meliputi pengukuran
panjang (p), lebar (l), dan tebal (t) butiran yang akan digunakan dalam
pekerjaan bangunan sipil. Klarifikasi bentuk kerikil terdapat pada tebal
klasifikasi bentuk kerikil seperti in
Tebal 3-14. Klasifikasi Bentuk Kerikil
Perbandingan Dimensi Klasifikasi
P > 3l Panjang
P > 3t Pipih
P > 3l dan l < 3t Baik
a. Peralatan
1) Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.
2) Jangka sorong (Gambar: 3.12)
3) Tiga buah cawan porselen/ baja/ aluminium untuk wadah kerikil.
b. Bahan
1) Kerikil dalam kondisi kering oven sebanyak 500 gram yang cara
pengambilannya dilakukan secara Quartering.
c. Prosedur Kerja
1) Seluruh sampel kerikil diukur satu demi satu panjang (p), lebar (l), dan
tebalnya (t).
2) Data dimensi kerikil dimasukkan pada Tabel 3-15 untuk dilakukan
klasifikasi.
3) Setelah didata, butir-butir kerikil dimasukkan dalam wadah sesuai
dengan klasifikasinya. Yang masuk dalam kategori pipih dikumpulkan
jadi satu dalam satu wadah, juga yang masuk kategori panjang maupun
yang dikategorikan baik.
4) Masing-masing kerikil yang telah diklasifikasi kemudian ditimbang,
misalkan W1 = berat kerikil yang masuk kategori pajang, W2 = berat
kerikil yang masuk kategori pipih, dan W3 = berat kerikil yang masuk
dalam klasifikasi baik.
5) Persentase berat kerikil yang masuk kategori panjang (W1) dan kategori
pipih (W2) dihitung menggunakan rumus :
W1 + W2 / (W1 + W2 + W3) x100%
6) Total persentase agregat panjang dan pipih yang diijinkan maksimum
20%.

Anda mungkin juga menyukai