Anda di halaman 1dari 5

Laporan Kasus

GAMBARAN KLINIS HERPES GENITAL ATIPIK PADA


IMMUNOKOMPROMAIS

Qaira Anum

Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin


FK Universitas Andalas /RS Dr MDjamil Padang

ABSTRAK
Herpes genitalis mempakan penyakit akibat virus herpes simpleks (VMS) dengan gejala khas berupa
vesikel berkelompok dengan dasar eritema.Gambaran klinis lesi genital dipengaruhi oleh faktor
pejamu termasuk status imun, riwayal pajanan VHS, episode terdahulu dan lipe virus.Pada pasien
imunokompromais gambaran klinis yang sering kita temukun bersifat alipik, berupa lesi tidak khas
yaitu flsura, ulkus, lesi hiperkeratolik atau plak vegeiasi namun serologis VHSatau PCR
menunjukkan hasil positif.Pada pasien immunokompromais dapat terjadi rekurensi karena anlibodi
tidak dapat memberikan pertahanan, Bahkan lesi dapat lebih parah bila dibandingkan dengan lesi
primer yang terjadi pada waktu keadaan immunokompeten.Komplikasi dapat terjadi berupa
meningitis aseptik, radikulomielopati, ensefalitis VHS, infeksi diseminata, lesi ekstragenital, penyakit
radang panggul dan infeksi sekunder.Penatalaksanaan herpes genital berupa pengobatan
supresifdengan antivirus. (MD VI2015 : 42/4 ;193-197),
Kata kunci: Herpes genital atipikal, iniunokompromais. Review

ABSTRACT
Genital herpesis aninfectio/icaused by theherpes simplex virus (HSV)withsymptoms typical
ofvesiclesgroupedon the basis oferythema. The clinical features of genital lesions influenced by host
factors including the patient's immune status, previous VHS exposure, previous episodes and type of
virus.InimtnunocompromisedpatieMs witha clinical picturethat we oftenfounditt the form
ofatypicallesions-withatypical symptoms eg fissures, ulcer, hvperkeratotic or vegetation plague
withHSVor PCR (Polymerase Chain Reaction) positiveserologicalresults. In immuno-compromised
often recur in spile of the specific antibodies against VHS because these antibodies can not provide a
defense, so that the more severe the symptoms arise. Complications can occur in the form of aseptic
meningitis, radikulomielopathi, VHS encephalitis, disseminated infection, extragenital lesions, pelvic
inflammatory disease and secondary infections. Management therapy with suppressive treatment
antiviral. (MDVI20I5:42/4:193-197).
Keyword:at)'picaIgenital herpes, immunocompromised. Review

Korespondcnsi:
Jl. Perintis Kcmcrdekaan - Padang
Telp/Fax. 0751-810256 Email:
qairaanum@yahoo.cotn

193
Efek iritasi deterjen cair pencuci alat makan kajian berdasarkan
QAnum Gambaran klinis herpes genital atipikpada immunokompromais

ENDAHULUAN setelah episode pertama penyakit.2 pejamu dan bergabung


dengan DNA (deoxyribonucleic acid) pejamu,kemudian
Infeksi virus herpes simpleks (VHS) merupakan terjadi multiplikasi/replikasi, kemudian timbulkan kelainan
infeksi tersering yang menyebabkan ulkus genital di pada kulit/mukosa. Pada saat tersebut tubuh belum
beberapa negara berkembang. Herpes genital penting pada membentuk antibodi spesifik, sehingga timbul lesi di daerah
layanan kesehatan karena penyakit ini mengakibatkan yang luas dengan gejala konstitusi parah. Selanjutnya virus
morbiditas dan sering kambuh. Meskipun jarang terjadi, akan menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion
namun termasuk penyakit neonates serius yang dapat terjadi saraf regional (ganglion sakralis), berdiam di sana dan dalam
setelah penularan VHS saatkelahiran.1 keadaan laten.2
Herpes genital disebabkan oleh VHS dengan gejala Bila ada faktor pencetus, virus akan mengalami
khas berupa vesikel berkelompok dengan dasar eritema. reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadi infeksi
Angka kejadian infeksi VHS sulit diperkirakan karena rekuren. Pada saat infeksi rekuren dalam tubuh pejamu
kebanyakan infeksi berbentuk subklinis.2 sudah terdapat antibodi spesifik sehingga kelainan dan gejala
Herpes genital pada pasien immunokom- konstitusi tidak separah saat infeksi primer. Faktor pencetus
promais,misalnya pasien HIV (human immunodeficiency antara lain trauma, koitus berlebihan, demam, gangguan
virus), penerima transplantasi organ, penyakit keganasan, pencernaan, stres emosional, kelelahan, makanan yang
pasien yang mendapat terapi imunosupresif jangka lama, merangsang, alkohol dan obat-obatan (immunosupresif,
akan sering mengalami kekambuhan dan episode kortikosteroid). Derajat penekanan sistim imun
memanjang serta juga kurang responsif terhadap asiklovir. (immunokompromais) merupakan hal penting yang
Status imun yang berbeda dengan immunokompoten, mendasari reaktivasi VHS. Antibodi spesifik VHS akan
menyebabkan perbedaan tatalaksana herpes genital pada terbentuk beberapa minggu setelah infeksi dan menetap.
keadaan immunokompromais.' Antibodi ini dapat dideteksi dalam 2-3 minggu setelah
Pada pasien imunokompromais gambaran klinis yang infeksi.5
sering kita temukan berupa lesi atipik. Herpes genital atipik Ada 2 pendapat mengenai rekurensi akibat reaktivasi
adalah herpes dengan gejala tidak khas (misalnya berupa VHS; Pertama, faktor pencetus menyebabkan virus
fisura atau eritema di daerah vulva yang tidak khas) namun mengalami reaktivasi dalam ganglion, sehingga virus turun
serologis VHS atau PCR menunjukkan hasil positif.3 Lesi melalui akson saraf perifer ke sel epitel kulit yang
atipik ini ditemukan pada sekitar 60% pasien herpes genital. dipersyarafi dan di sana akan mengalami replikasi atau
Lesi atipik ini berpotensi besar menularkan virus, khususnya multiplikasi sehingga timbul lesi. Kedua, virus secara tems
pada saat viral shedding.' menerus tetap dilepaskan ke sel epitel.terjadi kelemahan
setempat akibat faktor pencetus sehingga menimbulkan lesi
ETIOLOGI rekuren,'
Pada pasien immunokompromais sering terjadi
Virus herpes simpleks terdiri atas 2 tipe yaitu VHS rekurensi walaupun di dalam tubuh pasien sudah ada
tipe 1 dan VHS tipe 2. Sebagian besar penyebab herpes antibodi spesifik terhadap VHS, namun karena status imun
genitalis adalah VHS tipe 2. Walaupun demikian dapat juga yang menurun, antibodi tersebut tidak dapat memberikan
disebabkan oleh VHS tipe 1 akibat hubungan seksual secara pertahanan, sehingga gejala yang timbul akan lebih parah.
orogenital atau penularan melalui tangan.' Bahkan lesi akan lebih berat bila dibandingkan dengan lesi
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) primer yang terjadi pada saat immunokompeten. 1
antibodi terhadap VHS tipe 2 rata- rata baru terbentuk Prevalensi infeksi VHS meningkat pada pasien HIV,
setelah melakukan aktivitas seksual. Pada kelompok remaja dapat mencapai 45% pada beberapa penelitian. Pasien
didapatkan kurang dari 30 %, pada kelompok wanita di atas terinfeksi VHSberisiko dua kali lebih besar tertular HIV
umur 40 tahun naik sampai 60%, dan pada wanita penjaja dibandingkan dengan pasien tidak terinfeksi VHS. Infeksi
seks (WPS) ternyata antibodi HSV-2 dapat 10 kali lebih VHS dapat terjadi pada kadar CD4 berapapun, namun akan
tinggi daripada orang biasa.' semakinseringtimbulbilaCD4< lOx 107/L.46

PATOGENESIS GEJALA KLINIS

Virus herpes simpleks berinokulasi di permukaan Gambaran klinis lesi genital dipengaruhi oleh faktor
mukosa atau perlukaan kulit, biasanya melalui kontak pejamu termasuk status imun, pajanan VHS sebelumnya,
seksual yang erat.2'4 Penularan sering terjadi pada keadaan episode terdahulu dan tipe virus. Masa inkubasi berkisar
asimtomatik dan viral shedding asimtomatik. Viral shedding antara 3-7 hari, tetapi dapat lebih lama. Tempat predileksi
asimtomatik terjadi baik pada perempuan atau laki-laki tetapi pada laki - laki biasanya di preputium, glans penis, namun
lebih mudah dideteksi pada perempuan terutama di serviks dapat juga di uretra dan daerah anus pada laki-laki yang
dan vulva. Penularan lebih sering terjadi pada tahun pertama berhubungan seks dengan laki-laki (LSL), sedangkan daerah

194
MDV1 Vol. 42 No. 4 Tahun 2015; 193 -197

skrotum jarang terkena. Lesi pada perempuan dapat Diagnosis herpes genital atipik ditegakkan bila: a). Pada
ditemukan di daerah labia mayor atau minor, klitoris, anamnesis terarah terdapat riwayat lesi yang timbul di
introitus vagina, serviks, sedangkan daerah perianus, bokong tempat yang sama dan menghilang setelah 4-7 hari. b). Pada
dan mons pubis jarang ditemukan.2 perempuan ditemukan fisura, ekskoriasi, eritema vulva non
Gambaran klinis herpes genital bervariasi, berupa lesi spesifik, nyeri, gatal dan tingling, c). Pada laki - laki
minimal sampai lesi genital yang khas.5 Gambaran klinis ditemukan berupa fisura linear dan bercak kemerahan pada
herpes genitalis atipik dapat ditemukan berupa duh genital glans penis/
tidak spesifik, disuria, nyeri, eritema, nyeri punggung, gatal,
fisura dan folikulitis. Pada keadaan seperti itu diagnosis Berbagai bentuk lesi herpes genital atipik.
infeksi VHS sering tidak terpikirkan oleh para klinisi,7
Skrining klinis (anamnesis dan pemeriksaan fisik) Lesi hiperkeratotik dan verukosa. Pada pasien dengan
menunjukkan sensitivitas rendah untuk mendeteksi infeksi infeksi HIV sering dijumpai lesi hiperkeratotik dan
VHS, sekitar 19-39%, oleh karena tampilan klinis berbeda verukosa. Lesi genital VHS dapat berukuran besar, menjadi
terutama pada pasien dengan immunokompromais. Tampilan papilomatosa dengan permukaan verukosa dan sangat
klinis pada beberapa pasien memperlihatkan lesi yang menyerupai kondiloma akuminata atau karsinoma verukosa.
klasik/tipikal, vesikuler, ulseratif dan dapat juga atipikal.' Namun pada pemeriksaan histopatologis ditemukan
Semua manifestasi klinis infeksi VHS pada pasien gambaran khas berupa akantolisis dan sel raksasa (giant
immunokompeten dapat juga ditemukan pada cell).1'12 Tanda khas untuk infeksi VHS pada pasien HIV,
immunokompromais, tetapi biasanya lebih parah, lebih luas, berupa infeksi yang kronik, persisten, progresif dan rekuren
gambaran atipik, lebih berisiko resisten asiklovir dan sering serta sering kurang responsif terhadap antivirus oral.'
kambuh serta kemudian menjadi IRIS (immune Sama dkk. di India (2003) melaporkan kasus giant
reconstitution inflammatory syndrome) pada yang mendapat genital herpes.13 Lestre (2011) di Portugal melaporkan kasus
ART (anti-retroviraltherapy).1 Lesi mukokutan pada pasien herpes genital pada seorang pasien HIV dengan gambaran
immunokompromais juga dihubungkan dengan keluhan klinis berupa herpes genital hipertropik.IJ Yudin dan Kaul
lokal yang berlangsung lama, bersifat sistemik serta viral (2008) di Kanada melaporkan seorang pasien HIV berumur
shedding yang memanjang lebih dari 30 hari.2 34 tahun menderita herpes genital dengan gambaran lesi
Infeksi VHS atipik pada immunokompromais dapat hipertrofik.15
menyerupai gejala bula autoimun seperti pada pemfigus
vulgaris, pemfigus foliaseus, bulous pemphigoid. Herpes Plak vegetasi. Pada infeksi VHS dapat ditemukan lesi
genital atipik yang menyerupai penyakit autoimun bulosa berupa plak vegetasi, konfluens, meluas disertai ulkus dan
dapat menyebabkan diagnosis yang tertunda sehingga eksudatkuning.
terlambat diobati atau mendapat pengobatan salah.8
Ulkus persisten dan kronik. Gambaran lesi infeksi VHS
Cambaran klinis herpes genital atipik berupa ulkus yang mengalami nekrosis, besar, persisten dan
sangat nyeri di daerah perineum pada perempuan atau
Selain gambaran klinis herpes genital klasik preputium, glans, batang penis dan bagian pubis laki-laki.4
ditemukan juga spektrum klinis yang berbeda dari infeksi Shim, dkk. (2013) melaporkan pasien leukemia limfositik
herpes simplek virus genital. Pada beberapa klinik IMS, kronik dengan lesi erosi kronik pada glans penis. '6
ditemukan 33% perempuan dengan lesi genital, yang tidak Gambaran klinis herpes genital pada pasien diabetes
klasik atau dapat berupa beberapa ulkus vulva, linear yang melirus, bervariasi mulai dari gejala ringan sampai parah
kecil, ataupun pada pemeriksaan kolposkopi ditemukan serta sering berulang. Lesi berupa ulkus dangkal yang
ulkus genital dengan dasar lesi tidak eritematosa. Namun berbatas tegas, diskrit atau konfluensdi batang penis dan
pemeriksaan laboratorium, baik itu serologis atau PCR dapat sering terasa sangat nyeri.9 Bentuk lesi ulkus persisten ini
menemukan antibodi VHS atau antigen VHS.2 membutuhkan pengobatan, dan tidak akan sembuh sendiri."'"
Infeksi VHS atipik sering ditemukan pada pasien Pada keadaan infeksi HIV/AIDS, fase awal infeksi
infeksi HIV, keganasan hematologik, penerima tranplantasi VHS menunjukkan lesi tipikal mirip dengan pasien
organ, dan immunodefisiensi kongenital. Pada pasien immunokompeten namun pada fase lanjut saat keadaan
pengidap HIV lesi herpes genital dalam waktu yang singkat umum menurun, lesi VHS menjadi atipik. Lokasi paling
berkembang menjadi ulkus luas dan mengenai jaringan yang sering ditemukan dipenis, vulva dan perianus.'
lebih dalam, yaitu organ visceral berupa esofagitis.
pneumonitis atau hepatitis." Infeksi VHS pada pasien HIV
umumnya dengan gambaran klinis parah berupa ulkus yang
nyeri di daerah perioral, anogenital atau jari. Gambaran
atipik lain berupa papul dan nodul verukosa, ditemukan pada
infeksi HIV lanjut.'0'"

195
Efek iritasi deterjen cair pencuci alat makan kajian berdasarkan
QAnum Gambaran klinis herpes genital atipikpada immunokompromais

jarang. Hal ini terjadi merupakan proses diseminata pada


pasien immunokompromais. Keadaan ini merupakan kasus
darurat yang perlu dilakukan perawatan."

Tabel 1. Gambaran klinis herpes genital pada pasien i


mmunokompromai s.

STATUS
REFERENSI GAMBARAN KLINIS IMUNOKOMPROM
AIS
PorroAM,dkk." Ulkus genital kronik di genital Infeksi HIV
(Brazil, 2000)
Bangsgaanl N, dkk. " Ulkus genital kronik di vulva Leukemia limfositik
(Denmark, 2007) kronik
YudinMH,dkk." Hopes genital yang Infeksi HIV
(Kanada,2008) progresifhipertrofi
Simonsen N, dkk. * Nodul venikosa di anus Infeksi HIV
Gambar 1. Herpes genital pada seorang pasien percmpuan dengan (Brazil, 2008)
HIV: tampak lesi berupa ulkus yang luas. (foto dari divisi IMS RS. Rigopculos D, dkk. !l Lesi ulseratif pada gen Italia yang AIDS
Dr. M. Djamil Padang) (Yunani,2008) mcliias kebagian bokong
LecluseAL,dkk," F.rosi multipel dan vesikd Kareinomabuli
(Bclatida, 21)10) urctlielial
Citrashanty I, dkk. 22 Ulkus genital Infeksi HIV
(Surabaya, 2010 )
Astindaridkk.15 erosididaerah kelamin Infeksi HIV
(Surabaya, 2010)
LestreSlA,dkk." Herpes hipertrofik perianus Infeksi HIV
(Portugal, 2011)
Shim TN, dkk." Ulkus kronis dan venikosa Leukemia limfositik
(London. 2014) di penis kronik

KOMPLIKASI
Morbiditas penyakit sejalan dengan derajat
imunokompromais pada pasien. Komplikasi infeksi HSV
tersering diantara pasien immunokompromais berupa infeksi
yang berjalan progresif, lambat dan kronis, disertai
kerusakan jaringan luas dan nekrosis.'
Gambar 3. Herpes genital pada seorang pasien laki - laki dengan Komplikasi herpes genital lebih parah pada perempuan
HIV: tampak ulkus yang luas. (foto dari divisi IMS RS. Dr. M. dibandingkan dengan laki-laki. Komplikasi yang terjadi,
Djamil Padang) dapat berupa meningitis aseptik, radikulomielopati,
ensefalitis VHS, infeksi diseminata, lesi ekstragenital,
Herpes genitalis bentuk ulkus kronik yang rekalsitran penyakit radang panggul dan infeksi sekunder.2124
terjadi di perianus dan perigluteus besar, dalam dan
berkonfluens. Bila tidak diobati akan mencapai ukuran besar PENATALAKSANAAN
dan sccara klinis rnirip pioderma gangrenosum. 2 Sampai saat ini belum tersedia obat untuk eliminasi
Dimitri (2008) melaporkan di Athena kasus pasien VHS. Penatalaksanaan pasien meliputi pemberian informasi
HIV dengan herpes genitalis berbentuk ulkus luas di lipat mengenai penyakit, konseling,terapi asiklovir, mencegah
paha sampai ke bokong. Adanya ulkus herpes kronis lebih rekurensi, mencegah transmisi, penatalaksanaan
dari satu bulan, sangat nyeri dengan predileksi di daerah padabeberapa keadaan seperti kehamilan dan neonatus.1'25
genital, perianus dan bibir ditemukan pada pasien dengan Pada pasien immunokompromais, pengobatan perlu waktu
urothelial carcinoma yang mendapat terapi adjuvant lebih lama. Asiklovir oral dapat diberikan dengan dosis 5 x
radioterapi. Gambaran lesi berupa ulkus dan vesikel yang 200 mg - 400 mg/hari selama 5-10 hari. Pada risiko tinggi
multipel dengan eritema minimal disekitarnya,ditemukan di terjadi diseminata, atau tidak dapat menerima pengobatan
punggung.8 oral, asiklovir dapat diberikan secara intravena dengan dosis
3x5 mg/kgBB/hari selama 7-14 hari.1
Erupsi papular generalisata. Erupsi eksantema
generalisata dapat terjadi pada infcksi VHS, namun kasusnya

196
MDV1 Vol. 42 No. 4 Tahun 2015; 193 -197

Pada pasien immunokompromais lebih sering terjadi 11. Tang WK. Genital ulcer in a HIV infected man. Hongkong
rekurensi dan lesi atipik, sehingga lebih dianjurkan Dermatol and Venereol Bulletin. 2000; 118-22.
pengobatan supresif dengan dosis asiklovir paling sedikit 12. Carrasco DA, Trizna Z, Grimmer-Colone M, Tyring SK.
harus 2 x 400 mg/hari atau selama I tahun.Untuk pasien HIV Verrucous herpes of the scrotum in a human
immunodeficiency virus - positive man : case report and
simtomatik atau AIDS, digunakan asiklovir oral 4 - 5 x 400 review of the literature. JEADV.2002;511-5.
mg/hari hingga lesi sembuh, setelah itu dapat diberikan 13. Sama J, Sharma A, Naik E, Toney J, Marfatla YS. Protean
terapi supresif.'^ manifestations of herpe infection in AIDS cases. Indian J Sex
Transm Dis. 2008; 29:26 - 8.
KESIMPULAN 14. Lestre SIA, JoaoA, Carvalho C, Serrao W. Hypertrophic
Gambaran klinis herpes genital atipik pada perianal herpes successfully treated with imiquimod. An Bras
imunokompromais sulit untuk didiagnosis karena Dennatol, 2011; 86:1185-8.
mempunyai gambaran yang bervariasi bisa berupa 15. Yudin MH, Kaul R. Progressive Hypertrophic Genital Herpes
gelembung kecil, ekskoriasi fisura dan ulkus. Dan pada in an HIV-lnfected Woman despite Immune Recovery on
Antiretroviral Therapy. Infectious Diseases in Obstetric and
kondisi parah dapat ditemukan lesi hiperkeratotik atau Ginecology. Hindawi Publising Corporation. 2008; 1-5.
verukosa, plak vegetasi dan erupsi papular general!sata. 16. Shim TN, Minhas S, Muneer A, Bunker CB. Atypical
Penatalaksanaan pada pasien immunokompromais presentation of genital herpes simplex (HSV-2) in two patients
memerlukan waktu pengobatan lebih lama. Asiklovir oral with chronic lymphocytic leukemia. Acta Derm Venereol.
dapat diberikan dengan dosis 5 x 200 mg - 400 mg/hari 2014;94:246-7.
selama 5- lOhari. 17. WHO, Regional office for South-East Asia. Management of
sexually transmitted infections: Regional guidelines.
DAFTAR PUSTAKA WHO.India. 2011; 18-27.
1. Daili SF, Herpes genitalis pada imunckompromais. Dalsm: 18. Porro AM, Yoshioka MCN. Dermatologic manifestations of
Daili SF, Makes WI, penyunting. Infeksi virus herpes. HIV infection. ABD. Rio de Janeiro. 2000; 665-691.
Kelompok Studi Herpes Indonesia. Jakarta. 2002; 89-99. 19. Bangsgaard N, Skov L. Chronic genital ulccration due to
2. Corey L, Wald A. Genital herpes. Dalam: Holmes KK, herpes simplex infection treated successfully with imiquimod.
Sparling PF, Stamm WE, Piot P, penyunting. Sexually Acta Derm Venereol. 2008;88:202-3.
transmitted diseases,Edisike-4. New York: Mc.Graw- Hill. 20. Simonsen M, Nahas SC, Filho EVS, Araujo SEA, Kiss DR,
2008;399 -428. Nahas CSR. Atypical perianal herpes simplex infection in HIV
3. Kelompok Studi Herpes Indonesia. Penatalaksanaan herpes positive patients. Clin J. 2008; 63:143-6.
genital di Indonesia. Dalam; Lumintang H, Nilasari H, 21. Rigopoulos D, Malouchou K, Alevizos A, Larios G,
Indriatmi W, Zubier F, Daili SF, penyunting. Penatalaksanaan Papadoglorgaki H, Lima K. Extensive atypical genital herpes
infeksi herpes virus humanus di Indonesia. Kelompok Studi simplex type 2 infection as an initial manifestation of acquired
Herpes Indonesia. Jakarta.201l;17-l8. immune deficiency syndrome. Acta Dermatovenereal Croat.
4. Su W, Berthelot C, Cockerell CJ, Viral infection in HIV 2008; 16:145-8.
disease. Dalam: Su W, Berthelot C, Cockerell CJ, penyunting. 22. Citrashanty I, Murtiastutik D. Genital herpes ulcer in HIV.
Cutaneus manifestation of HIV disease. United Kingdom: Proceeding of the 16th International Union Agains Sexually
Manson Publishing;20l2.h.1l-38. Transmitted Infections; 2010 May 4-6; Bali. 2010; 23.
5. Gardella C, Genital herpes simplex infection in woman. 23. Astindari, Citrashanty I, Murtiastutik D. Genital Herpes in
Dalam; Bast RH, penyunting. Sexual Transmited Disease. HIV. Proceeding of the 16th International Union Agains
New York: Wiley-Backwell; 2012.h.26-35. Sexually Transmitted Infections.2010 May 4-6; Bali. 2010; 24.
6. Celum C, Levine R, Weaver M, Wald A. Genital herpes and 24. Ganzenmueller T, Karaguelle D, Schmitt C, Puppe W,
HIV: double trouble. Bulletin of the WHO. 2004; 447 - 53. Kunstyr RS, Bronzlik P. Prolonged detection of herpes
7. Parks DG. Genital herpes. Dalam: Skolnik NS, Clouse AL, simplex virus type 2 (HSV-2) DNA in CSF despite antiviral
Woodward JA, penyunting.. Sexually transmitted disease. therapy in a patient with HSV-I associated
Apractical guide for primary care. New York: Springer; radiculitis.AntivirTher. 2012; 125-8.
2013.h. 19-35. 25. NathAKjThappa DM. Newer trend in the management
8. Lecluse ALY, Bruijnzeel-Koomen CAFM. Herpes simplex ofgenital herpes. Indian J Dennatol Venereol Leprol. 2009;
virus infection mimicking bullous disease in an 566-73.
immunocompromised patient. Case Rep Dermatol. 2010; 2:99- 26. Patel R, Barton SE, Brown D, Cowan FM, Kinghom GR,
102. Munday PE. European guideline for the management ofgenital
9. Johnston C, Morrow RA, Molerand A, Wald A. Genital herpes. Int JSTD& AIDS. 2001; 34-9.
herpes. Dalam: Morse SA, Ballard RC, Holmes KK, Moreland
AA, penyunting. Atlas of sexually transmitted disease and
AIDS. Edisi ke-4. Netherlands: Elsevier; 2010.h. 169 - 85.
10. UihleinLC, SaavedraAP, Johnson RA. Cutaneous
manifestations of human immunodeficiency virus disease.
Dalam: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS,
Leffell DJ, Wolff K, penyunting. Fitzpatrick's dermatology in
general medicine. New York: McGraw Hill; 2012.h; 2439 -55.

197

Anda mungkin juga menyukai