Anda di halaman 1dari 15

1.

4 Isu-isu Strategis

Beberapa isu strategis yang terdapat di Provinsi Banten adalah sebagai berikut :
1. Perkembangan kondisi perekonomian nasional yang mendorong orientasi
pembangunan daerah menuju sektor pertanian dan kawasan perdesaan dengan
pendekatan ekonomi kerakyatan. Reorientasi mendorong dikembangkannya paradigma
perencanaan pembangunan yang mengurangi ketergantungan pada trickle down effect
pusat pertumbuhan berbasis sektor industri dan sektor tersier di kawasan perkotaan
serta pilihan basis perekonomian pada sektor pertanian dengan penajaman komoditi
yang tangguh terhadap perubahan pasar global.
2. Kebijaksanaan menuju perluasan otonomi daerah yang membawa implikasi
terhadap posisi dan fungsi rencana tata ruang dalam perkembangan pembangunan
menurut hirarki pemerintahan. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Banten
perlu diposisikan secara tepat pada arah kebijaksanaan tersebut, sehingga mampu
berperan sebagai instrumen pencapaian tujuan pembangunan melalui pembentukan
ruang secara regional planning.
3. Ketidakseimbangan pertumbuhan (imbalance growth) antar Wilayah Banten
Selatan dan Wilayah Banten Utara di Provinsi Banten, berdampak pada
ketidakseimbangan pertumbuhan, serta akan mempertajam kesenjangan kesejahteraan
sosial-ekonomi (disparitas) yang dapat mengganggu ketertiban proses pembangunan.
Azas demokratisasi ruang dan sinergi wilayah perlu melandasi RTRW Provinsi Banten
dalam mengatasi kesenjangan antar wilayah tersebut, dengan mengakomodir RTRW
Kabupaten/Kota serta keterikatan dengan RTRW Jawa-Bali.
4. Pelestarian lingkungan hidup merupakan isu yang perlu dipertimbangkan dalam
RTRW Provinsi Banten, terutama menyangkut okupansi kawasan lindung dan masalah
pencemaran lingkungan. Untuk itu perlu dilakukan upaya mempertahankan Kawasan
Lindung di Provinsi Banten untuk meningkatkan daya dukung lingkungan yaitu
Kawasan Akarsari dan DAS Cidanau.
5. Eksplorasi bahan tambang dan mineral sebagai bagian peningkatan pendapatan
daerah perlu dilakukan melalui pendekatan pembangunan yang berkelanjutan,
sehingga persoalan lingkungan dapat dikurangi. Selain itu, perlu adanya keseimbangan

I-1
kesempatan berusaha bagi masyarakat setempat untuk menghindari kecemburuan
sosial ekonomi.
6. Peningkatan sarana dan prasarana transportasi darat, udara dan laut yang
menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan baru untuk meningkatkan taraf ekonomi
masyarakat secara bijaksana dan optimal.
7. Adanya Kebijakan Nasional di Wilayah Provinsi Banten dalam rangka
percepatan pembangunan
8. Dinamika Pembangunan yang berpengaruh sangat signifikan bagi pemanfaatan
ruang yang ada di wilayah provinsi Banten.

Di samping itu salah satu isu yang patut dipertimbangkan adalah implikasi demokratisasi,
yaitu keikutsertaan masyarakat dalam penentuan keputusan-keputusan publik. Hal ini
merupakan inti dari reformasi yang kita cita-citakan yaitu timbulnya masyarakat sipil
(civil society), masyarakat yang egaliter berdasarkan kesetaraan. Dengan demikian,
masyarakat harus diberikan peranan yang cukup besar dalam penentuan nasibnya.
Dalam kaitan tersebut, pendekatan perencanaan yang sentralistik dan top-down harus
segera direvisi menjadi pendekatan perencanaan yang lebih mengedepankan tuntutan
masyarakat yang disebut sebagai community driven planning. Isu yang paling aktual untuk
saat ini adalah bagaimana upaya untuk mencapai kondisi di mana masyarakat sendirilah
yang mendesain rencana yang diinginkan dan pemerintah adalah fasilitatornya.

Selain itu, kegiatan survey dan wawancara lapangan yang telah dilakukan dengan
beberapa pihak yang berkompeten di masing-masing kabupaten/kota menemukenali
adanya beberapa isu strategis, yaitu sebagai berikut.

A. Kota Serang
Isu strategis pembangunan daerah Kota Serang adalah sebagai berikut.
1. Pengembangan Wilayah Serang Utara Terpadu
2. Dibangunnya bendungan Sindangheula untuk mengairi kawasan industri.
3. Mempertahankan keberadaan situs Banten Lama

I-2
B. Kota Cilegon
Isu strategis pembangunan daerah Kota Cilegon adalah sebagai berikut :
1. Rencana pembangunan Bendungan Cidanau sebagai jaringan sumber daya
air bagi kebutuhan air baku industri serta sebagai jaringan air baku untuk
kebutuhan air minum di Wilayah Kota Cilegon dan sekitarnya;
2. Pengembangan Pelabuhan Regional Warnasari;
3. Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

C. Kota Tangerang
Isu strategis pembangunan daerah Kota Tangerang adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan jaringan jalan berpola grid radial utara selatan dan timur
barat. Koridor utara selatan menghubungkan Bandara Soekarno Hatta sampai
dengan Kabupaten Tangerang sedangkan jalur barat timur untuk menghubungkan
pergerakan Jakarta Kota Tangerang Kabupaten Serang. Di samping itu juga ada
rencana pembangunan jalan di kiri dan kanan jalan bebas hambatan sehingga dapat
membuka akses dan peluang investasi pada sepanjang koridor tersebut.
2. Ada rencana pembangunan kota baru Tangerang sebagai CBD, yaitu
sebagai pusat pemerintahan sekaligus sebagai pusat bisnis Kota Tangerang
sekaligus menangkap peluang luberan dari DKI Jakarta.
3. Isu lainnya yaitu pembangunan stasiun KA di Kota Tangerang sebagai titik
awal dan akhir perjalanan regional, sehingga arus lalu lintas orang dan barang
dapat ditangkap / diberangkatkan dari Kota Tangerang. Pembangunan stasiun KA
tersebut sebagai penyeimbang keberadaan stasiun KA Gambir, sekaligus untuk
memudahkan perjalan dari-dan-menuju Bandara Soekarno Hatta yang akan lebih
mudah dijangkau dari Kota Tangerang dibandingkan dari stasiun KA Gambir.

D. Kota Tangerang Selatan


Isu strategis pembangunan daerah Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut :
1. Keberadaan Lapangan Terbang Pondok Cabe sudah tidak sesuai lagi
dengan perkembangan kota, sehingga perlu pengembangan kawasan untuk
mendukung pengembangan potensi unggulan daerah;

I-3
2. Belum tersedianya Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Selatan untuk
mendukung penyelenggaraan pemerintahan.

E. Kabupaten Serang
Isu strategis pembangunan daerah Kabupaten Serang adalah sebagai berikut.
1. Konflik pola ruang antara kawasan lindung dengan penambangan bahan
galian. Dalam kaitan tersebut, Sektor Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten
sudah mengantisipasi dan mengarahkan kawasan Gunung Gede dan sekitarnya
sebagai kawasan lindung yaitu penghutanan kembali kawasan tersebut. Namun di
sisi lain, kondisi lapangan menunjukkan masih cukup aktifnya kegiatan
penambangan di kawasan Gunung Gede tersebut. Terdapat bebarapa dampak yang
perlu diantipasi yang mungkin timbul dari adanya kegiatan penambangan tersebut,
yaitu sebagai berikut.
a. Kawasan Gunung Gede merupakan lokasi-lokasi penempatan menara
Foto : Agustus 2008 SUTET dari setiap pembangkit listrik di Provinsi Banten untuk didistribusikan
intra Provinsi Banten maupun kepada daerah lainnya. Kegiatan penambangan
dikhawatirkan dapat menganggu kestabilan dan daya dukung fisik lahan dalam
menopang keberadaan prasarana vital tersebut.
b. Penambangan di kawasan hutan Gunung Gede dapat mempertinggi volume
aliran permukaan, menyebabkan banjir dan longsor serta mengurangi
peresapan air tanah.

Menara SUTET

Penambangan Bahan Galian

Potensi Konflik Pola Ruang Akibat Penambangan Bahan Galian

I-4
2. Belum tersedianya Pusat Pemerintahan Kabupaten Serang untuk
mendukung penyelenggaraan pemerintahan.
3. Pengembangan potensi pariwisata di Kecamatan Padarincang untuk
meningkatkan sektor kepariwisataan Provinsi Banten.
4. Perlu pengembangan kawasan industri yang ditetapkan dalam satu kawasan
untuk menampung industri-industri baru dan industri yang berada di luar kawasan.
5. Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

F. Kabupaten Tangerang
Isu strategis pembangunan daerah Kabupaten Tangerang adalah sebagai berikut :
1. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu adalah tempat dilaksanakannya
kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang,
pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah Regional Jatiwaringin di Kabupaten
Tangerang;
2. Konflik penggunaan tanah pertanian lahan basah di Kecamatan Sepatan;
3. Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

G. Kabupaten Pandeglang :
Isu strategis pembangunan daerah Kabupaten Pandeglang adalah sebagai berikut :
1. Rencana pembangunan lapangan terbang perintis di Kecamatan Panimbang
Kabupaten Pandeglang. Rencana pembangunan lapangan terbang perintis tersebut
dilakukan dari Departemen Perhubungan Pusat pada tahun 2005, di samping untuk
percepatan pembangunan daerah juga mempertimbangkan keberadaan potensi
pariwisata khusus Tanjung Lesung, Carita, dan Sawarna di Kabupaten Pandeglang.
2. Pengembangan AKARSARI (deretan Gunung Aseupan Gunung Karang
Gunung Pulosari) sebagai menara air Kabupaten Pandeglang, sehingga
membutuhkan dukungan penetapan kawasan tersebut sebagai kawasan lindung dan
resapan air.
3. Untuk pengembangan bagian selatan Provinsi Banten pada umumnya dan
Kabupaten Pandeglang pada khususnya perlu peningkatan jalan nasional yang
menghubungkan bagian selatan Provinsi Banten maupun Kabupaten Pandeglang
dengan bagian utara wilayah tersebut.

I-5
4. Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan .
H. Kabupaten Lebak :
Isu strategis pembangunan daerah Kabupaten Lebak adalah sebagai berikut.
1. Kabupaten Lebak memiliki Bendungan Karian di empat kecamatan namun
lebih dikenal / terkonsentrasi di Kecamatan Sajira sebagai salah satu dam strategis
nasional karena akan dipakai untuk suplai air baku ke Jakarta, Cilegon, dan
Tangerang, dengan kapasitas 208.000.000 M3 dan luasnya hampir 1.774 Ha. Untuk
itu maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk mewujudkan pambangunan
Bendungan Karian di Kabupaten Lebak untuk memenuhi kebutuhan air baku bagi
Kawasan Perkotaan (Jabodetabek), Kawasan Bojonegara, dan untuk
mempertahankan ketahanan pangan (lumbung padi)
2. Rencana pengembangan kawasan industri yang didukung potensi
pertambangan di bagian selatan yaitu di Kecamatan Bayah.
3. Pengembangan Kawasan Perumahan Kota Publik Maja di Wilayah
Kabupaten Lebak yang perlu didukung pembangunan infrastruktur.
4. Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

1.5 Kerangka Pendekatan

Berdasarkan uraian sebelumnya, secara garis dapat diidentifikasikan bahwa terdapat dua
faktor utama yang dapat menjadi latar belakang perlunya Penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Banten 2010 - 2030, yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

Faktor eksternal perlunya pelaksanaan pekerjaan ini adalah adanya perubahan payung
hukum di atasnya, yaitu :
UndangUndang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagai revisi
dari Undang-Undang Nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 tahun 1996 tentang
Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat
Dalam Penataan Ruang.

I-6
Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2013 tentang Tingkat Ketelitian Peta.
Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional sebagai revisi dari Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 1997
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional..
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15/PRT/M/2009 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2015 Tentang Kode Dan Data
Wilayah Administrasi Pemerintahan

Sedangkan faktor internal yang dapat menjadi alasan perlunya pelaksanaan Penyusunan
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten 2010 - 2030 yaitu sebagai berikut.
Posisi strategis Provinsi Banten yang bersinggungan dengan Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) Metro Jabodetabek serta Provinsi Jawa Barat.
Tempat kedudukan gerbang udara utama Negara Kesatuan Republik Indonesia
Bandara Soekarno Hatta, yaitu di Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang.
Adanya perubahan pola pemanfaatan ruang Provinsi Banten sebagaimana hasil
kajian dari Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Banten 2010
2030.

Berkenaan dengan uraian di atas, maka metode pendekatan yang ditawarkan bagi
pelaksanaan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten 2010 - 2030
adalah pendekatan komprehensif yang memadukan pendekatan dari atas ke bawah dengan
pendekatan dari bawah ke atas (top-down and bottom-up planning), dan pendekatan
sektoral.

A. Pendekatan Dari Atas


Pendekatan ini berupa pengkajian terhadap kebijaksanaan dan aspirasi pembangunan
daerah terutama yang menyangkut pengembangan Provinsi Banten, yaitu melalui
peninjauan terhadap keterkaitan antara rencana pada tingkat Nasional dan Provinsi
Banten, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, serta PP No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut.

I-7
1. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) merupakan penjabaran dari
Propenas dengan wawasan lebih berciri sosial ekonomi, dan dalam arahan-
arahannya cenderung merupakan kebijaksanaan pemerintah menyangkut wilayah-
wilayah yang dalam skala nasional akan diprioritaskan pengembangannya.
2. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi merupakan produk perencanaan
yang berisikan dimensi tata ruang dari Rencana Strategis Provinsi yang mengacu
pada RTRWN, dengan wawasan sosial ekonomi dan fisik secara makro dalam
lingkup Provinsi.

Berdasarkan uraian di atas maka sumber tinjauan terhadap kebijaksanaan


pembangunan antara lain meliputi RPJP Nasional, RPJM Nasional, Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Banten, dan program serta proyek pembangunan yang ada di daerah. Kajian terhadap
aspirasi pembangunan diperoleh dan dijaring dari hasil diskusi dengan pemerintah
daerah dan instansi teknis terkait, serta tanggapan-tanggapan pada saat pembahasan
laporan, mulai dari laporan pendahuluan, laporan kompilasi data, laporan hasil
analisis, sampai dengan laporan draft rencana. Hasil perbaikan dan penyempurnaan
dari pembahasan laporan-laporan tersebut merupakan lampiran dan menjadi bagian
tidak terpisahkan dalam proses pengesahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Provinsi Banten menjadi Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) tersebut.

Adapun pendekatan dari atas dan materi yang tercakup di dalamnya adalah sebagai
berikut.
1. Melakukan review terhadap Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Provinsi Banten 2010 2030.
2. Kajian terhadap arah dan tujuan pembangunan, yaitu meliputi :
a) Permasalahan dan isue pokok pembangunan daerah dalam kaitannya
dengan kepentingan nasional, regional dan lokal Provinsi Banten.
b) Arah pengembangan sosial mencakup struktur sosial yang hendak dicapai
berdasarkan pendekatan-pendekatan kependudukan, fasilitas dan utilitas
pelayanan sosial ekonomi dalam skala makro (wilayah).

I-8
c) Skala pengembangan ekonomi, yang mencakup struktur dan pertumbuhan
ekonomi yang hendak dicapai.
d) Arah pengembangan yang hendak dicapai berdasarkan pendekatan-
pendekatan kependudukan, fasilitas dan utilitas pelayanan sosial ekonomi
dalam skala wilayah Provinsi Banten.
e) Arah pengembangan fisik yang mencakup pemanfaatan ruang.
f) Tujuan dan sasaran jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
4. Kajian terhadap kondisi daerah studi meliputi sosial ekonomi dan pola
kegiatan usaha, fisik dan lingkungan, pola tata guna tanah saat ini dan
kelembagaan.
5. Kajian terhadap strategi daerah dalam kaitannya dengan pengembangan wilayah
yang menyangkut beberapa materi sebagai berikut.
a) Skenario pencapaian sasaran dan tujuan pengembangan dan pembangunan
wilayah Provinsi Banten dalam kaitannya dengan potensi serta permasahan-
permasalahan yang dihadapi.
b) Prioritas pengembangan kawasan-kawasan andalan dan strategis yang
menyangkut lokasi, kondisi potensi dan permasalahan yang dihadapi, sektor-
sektor yang dikembangkan, strategi dan skenario pengembangan, program-
program yang sedang berjalan, prasarana dan sarana yang dibutuhkan, serta
dukungan penataan ruang lainnya.
c) Indikasi program jangka panjang (25 tahun), jangka menengah (10 tahun)
dan jangka pendek (5 tahun) pengembangan wilayah.
d) Kebijaksanaan penunjang pengembangan wilayah Provinsi Banten yang
meliputi aspek-aspek landasan hukum, kelembagaan, personil, pendanaan,
partisipasi swasta dan masyarakat, dukungan prasarana lain.
6. Kajian terhadap rencana-rencana yang ada, yaitu meliputi :
a) Struktur tata ruang menyangkut pengaturan sistem pusat pelayanan ; sistem
jaringan dan fasilitas transportasi; sistem jaringan prasarana dan sarana dasar
wilayah / kota.
b) Pemanfaatan ruang yang menyangkut kawasan budidaya, kawasan lindung,
kawasan tertentu dan kawasan kegiatan perkotaan lainnya.

I-9
c) Pengembangan kawasan-kawasan prioritas menyangkut lokasi, kondisi
potensi dan permasalahan yang dihadapi, sektor-sektor yang dikembangkan,
strategi dan skenario pengembangan, program-program yang sedang berjalan,
fungsi kawasan, prasarana dan sarana yang dibutuhkan, serta dukungan
penataan ruang lainnya.

Adapun pendekatan terhadap kawasan rencana, yaitu Provinsi Banten khususnya


dilakukan sebagai penterjemahan lebih lanjut dari arahan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Nasional dan kebijaksanan pengembangannya yaitu:
a) Fungsi dan kedudukan Provinsi Banten dalam kerangka pengembangan wilayah
atau konstelasi regional/nasional.
b)Kebijaksanaan secara umum tentang panataan ruang wilayah Provinsi Banten
sesuai dengan fungsinya tersebut.
c) Mengantisipasi struktur tata ruang Provinsi Banten untuk menetapkan
kedudukan pusat-pusat permukiman yang mungkin terjadi di wilayah tersebut.

Ketiga aspek tersebut di atas merupakan kebijaksanaan dan arahan yang akan
berpengaruh dan perlu dipertimbangkan dalam Pemantapan Revisi Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi banten 2010 - 2030.

B. Pendekatan Dari Bawah


Pendekatan ini bertitik tolak dari kondisi dan karakteristik kawasan rencana dan aspek
yang berkaitan dengan keadaan-keadaan internal kawasan perencanaan, yang
pengenalannya diperoleh melalui pengumpulan data langsung dari lapangan.
Pengenalan terhadap kawasan rencana diperoleh melalui analisis-analisis yang
mencakup fisik, kependudukan dan sosial budaya, ekonomi (perkembangan kegiatan
usaha), fasilitas dan utilitas serta keadaan prasarana perhubungan. Analisis ini
dimaksudkan untuk mengantisipasi perkembangan dan kebutuhan penduduk pada saat
ini maupun di masa yang akan datang, serta batasan-batasan perencanaan kabupaten
yang berlaku.

I - 10
Dalam kaitannya dengan arahan dalam UUPR No. 26 tahun 2007, aspek yang sangat
perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam pengkajian pendekatan dari bawah ini
adalah penjaringan aspirasi dari masyarakat dan stakeholders lainnya untuk
mendapatkan kesamaan visi dan misi pembangunan yang dijabarkan melalui penataan
ruang. Pentingnya kegiatan penjaringan aspirasi masyarakat ini karena masyarakat dan
stakeholders bukanlah objek pembangunan tetapi harus dipandang sebagai subjek
pembangunan itu sendiri. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam kaitannya
dengan Pemantapan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi banten 2010 - 2030
meliputi diskusi teknis dengan pemerintah daerah dan instansi terkait, diseminasi dan
sosialisasi penataan ruang kepada masyarakat dan stakeholders. Melalui penjaringan
aspirasi dari masyarakat dan stakeholders serta dari pemerintah dareah sendiri, maka
rumusan potensi dan permasalahan pembangunan yang secara nyata dihadapi dapat
dengan jelas dapat diidentifikasikan.

C. Pendekatan Sektoral
Pendekatan terhadap aspek-aspek sektoral pada umumnya adalah dalam bentuk
pengkajian terhadap peraturan-peraturan, kebijaksanaan-kebijaksanaan, program/
proyek pembangunan. Hal ini semua cukup penting sebagai bahan pertimbangan
dalam penyusunan rencana nantinya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam
tahapan pendekatan sektoral ini adalah diskusi teknis dengan pihak pemerintah daerah,
khususnya dengan instansi-instansi yang terkait dengan pelaksanaan dan pengawasan
pembangunan sektoral masing-masing. Temuan-temuan dari kegiatan ini dapat
dijadikan masukan dalam perumusan potensi dan permasalahan pembangunan dan
penataan ruang di Provinsi Banten.

Semua data dan informasi yang berhasil diperoleh dalam survey lapangan sebagaimana
metode pendekatan di atas, selanjutnya dilakukan proses analisis yang secara garis besar
dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Analisis Kebijaksanaan Nasional yaitu untuk mengetahui peran dan kedudukan
Provinsi Banten dalam konstelasi nasional, regional dan lokal serta mengetahui
program dan kebijaksanaan sektoral di Provinsi Banten.

I - 11
2. Analisis Kependudukan, yaitu untuk mengetahui struktur dan sebaran spasial
penduduk baik sebagai kantong-kantong potensi sumber daya manusia maupun
sebagai pasar bagi produk-produk yang dihasilkan Provinsi Banten.
3. Analisis Sektor Produksi, yaitu untuk mengetahui kondisi dan karakteristik
ekonomi wilayah Provinsi Banten serta perkembangan sektor produksi setiap
kabupaten/kota dalam cakupan Provinsi Banten. Analisis ini meliputi aspek
pertumbuhan, kontribusi sektoral, dan keterkaitan antar sektor serta antar
kabupten/kota dalam Provinsi Banten.
4. Analisis Potensi dan Daya Dukung Wilayah, yaitu untuk memahami kondisi dan
karakteristik sumber daya alam dan daya dukung lingkungan, tingkat pemanfaatan
sumber daya, memperkirakan perkembangan pemanfaatan potensi wilayah dalam
masing-masing kabupaten/kota.
5. Analisis Struktur Ruang, yaitu untuk memahami struktur ruang kawasan,
keterkaitan pusat-pusat pertumbuhan dan permukiman dalam masing-masing
kabupaten/kota dan antar kabupaten/kota. Keseluruhan ini akan dipergunakan untuk
menggambarkan struktur ruang Provinsi Banten yang ada serta memperlihatkan
keterkaitan antar kabupaten/kota di dalamnya.

Selanjutnya, berdasarkan keluaran dari proses analisis di atas, maka dapat dikemukakan
pengenalan beberapa hal terkait masalah ruang, yaitu sebagai berikut.
1. Masalah Kependudukan, yaitu mengidentifikasikan masalah struktur penduduk,
sebaran spasial penduduk, migrasi penduduk, pertumbuhan penduduk dan kaitannya
dengan perkembangan sektor produksi serta potensi dan daya dukung lingkungan.
2. Masalah Lingkungan, yaitu mengidentifikasikan masalah-masalah kerusakan
lingkungan seperti penggunaan dan/atau alih fungsi hutan, masalah fungsi kawasan
lindung, dan lain sebagainya.
3. Masalah Sektoral, yaitu mengidentifikasikan masalah-masalah ekonomi dan
perkembangan sektoral, kaitannya dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan sektoral serta
keterkaitannya dengan sektor-sektor lain seperti ketersediaan infrastruktur serta sarana
dan prasarana produksi.

I - 12
4. Masalah Pemanfaatan Ruang, yaitu mengidentifikasi masalah struktur ruang,
keterkaitan antar wilayah kabupaten/kota dan beberapa konflik kepentingan sektoral
dalam pemanfaatan ruang.

Berdasarkan kondisi yang ada serta masalah-masalah yang dihadapi, maka berikutnya
ditentukan konsep penataan ruang. Hal ini dilakukan agar penataan ruang dapat diarahkan
untuk mengatasi masalah dan mencapai tujuan-tujuan pembangunan baik dalam konteks
nasional maupun Provinsi Banten.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu ditetapkan beberapa hal sebagai berikut.
1. Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah provinsi;
2. Rencana struktur ruang wilayah provinsi yang meliputi sistem perkotaan dalam
wilayahnya yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayananya dan
sistem jaringan prasarana wilayah provinsi;
3. Rencana pola ruang wilayah provinsi yang meliputi kawasan lindung dan kawasan
budi daya yang memiliki nilai strategis provinsi;
4. Penetapan kawasan strategis provinsi;
5. Arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi program utama
jangka menengah lima tahunan; dan
6. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi
arahan peraturan zonasi sistem provinsi, arahan perizinan, arahan insentif dan
disinsentif, serta arahan sanksi.

Selanjutnya berdasarkan konsep penataan ruang di atas, maka dirumuskan strategi


penataan ruang agar konsepsi penataan ruang dapat dioperasionalisasikan, yaitu sebagai
berikut.
1. Pengelolaan kawasan berfungsi lindung dan kawasan budidaya.
2. Pengembangan kawasan produktif.
3. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan yang berperan menunjang kegiatan-
kegiatan sektor strategis dan sektor unggulan.
4. Pengembangan sistem transportasi.
5. Pengembangan sistem infrastruktur
6. Pengembangan kawasan yang perlu diprioritaskan.

I - 13
1.6 Sistematika Penyajian

Sistematika penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten 2010 - 2030
disusun dengan sistematikan sebagai berikut.
Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan mengenai dasar hukum penyusunan RTRW, tinjauan
kebijakan pembangunan Provinsi Banten meliputi RPJPD dan RPJMD, Profil
Wilayah Provinsi Banten yang menguraikan gambaran umum serta potensi dan
permasalahan di Provinsi Banten, isu-isu strategis, kerangka pendekatan, dan
sistematika penyajian.
Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Provinsi
Banten
Bab ini menguraikan mengenai tujuan penataan ruang, serta kebijakan dan
strategi penataan ruang yang merupakan terjemahan dari Visi dan Misi
Pengembangan Wilayah Provinsi Banten dalam pelaksanaan pembangunan
untuk mencapai kondisi ideal tata ruang wilayah provinsi yang diharapkan.
Bab III Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Banten
Bab ini menguraikan rencana sistem perkotaan, rencana sistem jaringan
transportasi, rencana sistem jaringan energi/kelistrikan, rencana sistem jaringan
telekomunikasi, rencana sistem jaringan sumber daya air, dan rencana sistem
jaringan lainnya.
Bab IV Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi Banten
Bab ini menguraikan konsep dan strategi pola ruang wilayah, dinamika
penggunaan lahan, dan rencana pola ruang yang meliputi rencana kawasan
lindung dan rencana kawasan budidaya.
Bab V Penetapan Kawasan Strategis Wilayah Provinsi Banten
Bab ini menguraikan kawasan strategis pertahanan dan keamanan, kawasan
strategis ekonomi, kawasan strategis sosial budaya, kawasan strategis
pendayagunaan sumberdaya alam dan teknologi tinggi, serta kawasan strategis
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Bab VI Arahan Pemanfaatan Ruang

I - 14
Bab ini menguraikan prioritas pemanfaatan ruang dan indikasi program utama
lima tahunan.
Bab VII Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Bab ini menguraikan ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan umum
perizinan, ketentuan umum pengawasan dan pengendalian, ketentuan umum
penertiban, ketentuan umum insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.

I - 15

Anda mungkin juga menyukai