Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

I. PENGERTIAN
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan
lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram.(WHO,1961). Berat badan lahir rendah
adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. (Huda dan
Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013).
Menurut Ribek dkk. (2011), berat badan lahir rendah yaitu bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (dihitung satu jam
setelah melahirkan).
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir. (Amru Sofian, 2012). Dikutip dalam buku Nanda, (2013).

II. ETIOLOGI
Keadaan BBLR ini dapat disebabkan oleh :
1. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai (masa kehamilan
dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari haid yang teratur).
2. Bayi small gestational age (SGA); bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya
menurut masa kehamilannya (kecil untuk masa kehamilan =KMK).
3. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan SGA.

A. Faktor Ibu
1. Toksemia gravidarum, yaitu preeklampsi dan eklampsi.
2. Kelainan bentuk uterus (mis. Uterus bikornis,inkompeten serviks).
3. Tumor (mis. Mioma uteri, sistoma).
Ibu yang menderita penyakit antara lain : akut dengan gejala panas tinggi
(mis. Tifus abdominalis, malaria). Kronis (mis. TBC, penyakit jantung,
gromeluronefritis kronis).
4. Trauma pada masa kehamilan antara lain: fisik (mis.jatuh). Psikologis (mis.stres).
5. Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
6. Plasenta antara lain plasenta previa,solusio plasenta.
B. Faktor Janin
1. kehamilan ganda,
2. Hidramnion,
3. Ketuban pecah dini,
4. cacat bawaan,
5. Infeksi (mis. Rubeolla, sifilis,toksoplasmosis),
6. Insufisiensi plasenta,
7. Inkompatibilitas darah ibu dan janin(factor Rhessus, golongan darah ABO).
Faktor Plasenta adalah Plasenta previa dan solusio plasenta.
III. PATHWAY

Resiko gangguan integritas Resiko gangguan nutrisi


kulit kurang dari kebutuhan

Kecemasan orang tua


Tidak efektifnya
termoregolasi

Tidak efektifnya Resiko infeksi


pola nafas
BAYI BERAT BADAN
LAHIR RENDAH (BBLR)

Lingkar kepala 33 cm Berat badan 2500 gram Lingkar dada 30 cm

Masa kehamilan < Bayi small gestational


37 minggu age (SGA)

Faktor Ibu Faktor Janin:


Toksemia gravidarum kehamilan ganda
Kelainan bentuk uterus Hidramnion
Tumor Ketuban pecah dini
Ibu yang menderita penyakit cacat bawaan
Usia ibu pada waktu hamil < Infeksi
20 tahun atau lebih dari 35 Insufisiensi plasenta
tahun. Inkompatibilitas darah ibu dan
Plasenta (plasenta janin
previa,solusio placenta)
IV. KLASIFIKASI
BBLR dibedakan dalam dua golongan, yaitu :
1. Prematuritas murni Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badan lahir sesuai
untuk masa kehamilan.
2. Dismaturitas Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa gestasi itu, artinya bayi mengalami pertumbuhan intrauterine dan merupakan
bayi kecil untuk masa kehamilan.
V. PATOFISIOLOGI
Tingginya morbiditas dan mortalitas bayi berat lahir rendah masih menjadi masalah
utama. Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang
hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR. Kurang gizi yang kronis pada masa anak-
anak dengan/tanpa sakit yang berulang akan menyebabkan bentuk tubuh yang Stunting/
Kuntet pada masa dewasa, kondisi ini sering melahirkan bayi BBLR.
Faktor-faktor lain selama kehamilan, misalnya sakit berat, komplikasi kehamilan,
kurang gizi, keadaan stres pada hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin melalui efek
buruk yang menimpa ibunya, atau mempengaruhi pertumbuhan plasenta dan transpor zat-
zat gizi ke janin sehingga menyebabkan bayi BBLR.
Bayi BBLR akan memiliki alat tubuh yang belum berfungsi dengan baik. Oleh sebab
itu ia akan mengalami kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya. Makin pendek masa
kehamilannya makin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, dengan
akibat makin mudahnya terjadi komplikasi dan makin tinggi angka kematiannya.
Berkaitan dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya, baik anatomik
maupun fisiologik maka mudah timbul masalah misalnya:
1. Suhu tubuh yang tidak stabil karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang
disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya jaringan lemak
di bawah kulit, permukaan tubuh yang relatif lebih luas dibandingkan BB, otot
yang tidak aktif, produksi panas yang berkurang.
2. Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR, hal
ini disebabkan oleh pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna,
otot pernapasan yang masih lemah
3. Gangguan alat pencernaan dan problem nutrisi, distensi abdomen akibat dari
motilitas usus kurang, volume lambung kurang, sehingga waktu pengosongan
lambung bertambah
4. Ginjal yang immatur baik secara anatomis mapun fisiologis, produksi urine
berkurang
5. Gangguan immunologik : daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena
rendahnya kadar IgG gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sanggup
membentuk antibodi dan daya fagositas serta reaksi terhadap peradangan masih
belum baik.
6. Perdarahan intraventrikuler, hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur sering
menderita apnea, hipoksia dan sindrom pernapasan, akibatnya bayi menjadi
hipoksia, hipertensi dan hiperkapnea, di mana keadaan ini menyebabkan aliran
darah ke otak bertambah dan keadaan ini disebabkan oleh karena tidak adanya
otoregulasi serebral pada bayi prematur sehingga mudah terjadi perdarahan dari
pembuluh kapiler yang rapuh.

V. GEJALA KLINIS
1. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.
2. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram.
3. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm.
4. Kuku panjangnya belum melewati ujung jari.
5. Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas.
6. Lingkar kepala sama dengan atau kurang 33 cm.
7. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.
8. Rambut lanugo masih banyak.
9. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.
10. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah-olah
tidak teraba tulang rawan daun telinga.
11. Tumit mengkilap,telapak kaki halus.
Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang. Testis
belum turun kedalam skrotum,untuk bayi perempuan klitoris menonjol,labia minora
belum tertutup oleh labia mayora.
12. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakanya lemah.
Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan reflex isap, menelan
dan batuk masih lemah atau tidak efektif, dan tangisnya lemah.
13. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak
masih kurang.
14. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit.

VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


A. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/mm3,hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
B. Hematokrit (ht) : 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan
polisitemia,penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal/perinatal).
C. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau
hemolisis berlebihan.
D. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl
pada 3-5 hari.
E. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata
40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
F. Pemantauan elektrolit ( Na,K,Cl) : biasanya dalam batas normal pada awalnya.
G. Pemeriksaan analisa gas darah.

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


A. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine serta menemukan
gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksan ultra sonografi.
B. Memeriksa kadar gula darah(true glucose) dengan dextrostik atau labopratorium kalau
hipoglikemi perlu diatasi.
C. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
D. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK.
E. Melakukan tracheal washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi
mekonium.
F. Sebaiknya setiap jam dihitung frekwensi pernafasan dan bila frekwensi lebih dari
60x/menit dibuat foto thorax.

VIII. PENATALAKSANAAN

Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk perumbuhan
dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup diluar uterus maka
perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu
oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi.

A. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/BBLR


Bayi premature dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,metabolismenya
rendah dan permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus
dirawat di dalam incubator sehinga panas badanya mendekati dalam rahim. Bila
bayi dirawat dalam incubator maka suhu bayi dengan berat badan, 2 kg adalah 35
derajat celcius dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-34 derajat
celcius. Bila incubator tidak ada bayi dapat dibungkus dengan kain dan
disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas badannya dapat
dipertahankan.
B. Nutrisi
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori
110 kal/kg BB sehingga pertumbuhanya dapat meningkat. Pemberian minum bayi
sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflex
menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi
sedikit, tetapi frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling
utama, sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan. Bila factor menghisapnya
kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan
atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar
50-60 cc/kg BB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cckg
BB/hari.
C. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibody belum
sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLR).
Dengan demikian perawat dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan
terisolasi dengan baik.

I. PENGKAJIAN
A. Keadaan umum: Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya
merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis
keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya
BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar
kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
B. Tanda-tanda Vital: Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan
asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila
suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 C. Sedangkan
suhu normal tubuh antara 36,5C 37,5C, nadi normal antara 120-140 kali per menit
respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat
pernafasan belum teratur (Potter Patricia A, 1996 : 87).
C. Kulit: Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi
preterm terdapat lanugo dan verniks.
D. Kepala: Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-
ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan
intrakranial.
E. Mata: Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva,
warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksterhadap cahaya.
F. Hidung: Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
G. Mulut: Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
H. Telinga: Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
I. Leher: Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
J. Thorax: Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan
ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
K. Abdomen: Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 2 cm dibawah arcus
costaae pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites
atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam
setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
L. Umbilikus: Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda
tanda infeksi pada tali pusat.
M. Genitalia: Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara
uretra pada neonatus laki laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor,
adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
N. Anus: Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari
faeses.
O. Ekstremitas: Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang
atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
P. Refleks: Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah.
Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau
adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan Potter Patricia A, 1996 : 109-
356).

1. Tanda Fisiologis
a. Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih,walaupun lapar bayi tidak
menangis, bayi lebih banyak tidur dan lebih malas.
b. Suhu tubuh mudah untuk menjadi hipotermi,penyebabnya adalah : pusat pengatur
panas belum berfungsi dengan sempurna, kurangnya lemak pada jaringan
subcutan akibatnya mempercepat terjadinya perubahan suhu dan kurangnya
mobilisasi sehingga produksi panas berkurang.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dan neuromuskuler.
B. Tidak efektifnya termoregolasi b.d imaturitas control dan pengatur suhu tubuh dan
berkurangnya lemak sub cutan didalam tubuh.
C. Resiko tinggi infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi).
D. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan tubuh dalam
mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna).
E. Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit, imobilisasi.
F. Kecemasan orang tua b.d situasi krisis,kurang pengetahuan.

III. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO Diagnosa TUJUAN INTERVENSI


keperawatan/masalah
Kolaborasi
1 Pola nafas tidak NOC : Airway Management
efektif b.d imaturitas Respiratory status : Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
paru dan Ventilation atau jaw thrust bila perlu
neorumuskular, Respiratory status : Posisikan pasien untuk memaksimalkan
penurunan energi, Airway patency ventilasi
dan keletihan. Vital sign Status Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
Kriteria Hasil : jalan nafas buatan
Mendemonstrasikan batuk Pasang mayo bila perlu
- efektif dan suara nafas Lakukan fisioterapi dada jika perlu
yang bersih, tidak ada Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
sianosis dan dyspneu Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
(mampu mengeluarkan
tambahan
sputum, mampu bernafas
Lakukan suction pada mayo
dengan mudah, tidak ada
Berikan bronkodilator bila perlu
pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
yang paten (klien tidak Lembab
merasa tercekik, irama Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
nafas, frekuensi keseimbangan.
pernafasan dalam rentang Monitor respirasi dan status O2
normal, tidak ada suara
nafas abnormal) Terapi Oksigen
Tanda Tanda vital dalam Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
rentang normal (tekanan Pertahankan jalan nafas yang paten
darah, nadi, pernafasan) Atur peralatan oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi pasien
Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigenasi

Vital sign Monitoring


Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign

2 Inefektif Setelah dilakukan tindakan Penanganan demam


termoregulasi keperawatan 3x24 jam, klien Lakukan monitoring suhu secara kontinyu
berhubungan dengan dapat mencapai status Monitor warna dan suhu kulit
kontrol suhu yang thermoregulasi yang baik Monitor tekaan darah, nadi dan RR
imatur dan secara konstan dengan criteria Monitor tingkat kesadaran
penurunan lemak hasil : Monitor WBC, HB, HCT
tubuh subkutan. Tanda-tanda vital dalam Monitor intake dan output
batas normal Berikan anti piretik
Kulit tidak panas, Lakukan tapid sponge
kemerahan Berikan cairan intravena
Kompres klien pada lipat paha dan aksila
Tingkatkan sirkulasi udara

Pengaturan suhu
Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Monitor TD, nadi, RR
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Managemen nutrisi


nutrisi kurang dari keperawatan selama 3 x 24 kelaborasi dengan ahli gizi tentang
kebutuhan tubuh jam, diharpkan status nutrisi kebutuhan kalori dan tipe makanan yang
berhubungan dengan klien terpenuhi: intake dibutuhkan
ketidakmampuan makanan, gizi dan cairan. tingkatkan intake protein, zat besi dan vit c
mencerna nutrisi Dengan kriteria: anjurkan untuk makan tktp dan tingkatkan
BB normal sesuai umur minum sesuai kebutuhan
dan tinggi badan monitor intake nutrisi dan kalori
Mengkonsumsi nutrisi Nutritional terapi
yang adekuat kaji kebutuhan untuk pemasangan NGT
Tidak menunjukkan tanda berikan makanan melalui NGT k/p
mal nutrisi berikan lingkungan yang nyaman dan tenang
untuk mendukung makan
berikan makanana sedikit-sedikit tetapi
sering
monitor penurunan dan peningkatan BB
kaji rasa mual dan muntah
monitor kelemahan, fatigue
monitor intake kalori dan gizi

4 Risiko kerusakan Setelah dilakukan tindakan Skin survailance


integritas kulit b.d keperawatan 3 x 24 jam tidak Monitor suhu tubuh, warna kulit
penurunan status ada tanda-tanda kerusakan Monitor kulit dari tanda kemerahan, edema,
nutrisi dan intergritas kulit dengan criteria turgor kulit
kelembaban kulit hasil : Monitor perubahan kulit dan membrane
Turgor kulit elastis mukosa
Suhu tubuh dbn
Tidak ada edema
Pressure management
Tidak ada tanda REEDA
Monitor activity dan mobility
Monitor sumber penekanan
Monitor status nutrisi
Alih baring tiap 2 jam

5 Risiko infeksi NOC : Infection Control (Kontrol infeksi)


berhubungan dengan Immune Status Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
pertahanan Knowledge : Infection lain
imunologis yang control Pertahankan teknik isolasi
kurang Risk control Batasi pengunjung bila perlu
Kriteria Hasil : Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
Klien bebas dari tanda tangan saat berkunjung dan setelah
dan gejala infeksi berkunjung meninggalkan pasien
Mendeskripsikan proses Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
penularan penyakit, tangan
factor yang Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
mempengaruhi tindakan kperawtan
penularan serta Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
penatalaksanaannya, pelindung
Menunjukkan
Pertahankan lingkungan aseptik selama
kemampuan untuk
pemasangan alat
mencegah timbulnya
Ganti letak IV perifer dan line central dan
infeksi
Jumlah leukosit dalam dressing sesuai dengan petunjuk umum
batas normal Gunakan kateter intermiten untuk
Menunjukkan perilaku menurunkan infeksi kandung kencing
hidup sehat Tingktkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)


Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
lokal
Monitor hitung granulosit, WBC
Monitor kerentanan terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung terhadap penyakit
menular
Partahankan teknik aspesis pada pasien yang
beresiko
Pertahankan teknik isolasi k/p
Berikan perawatan kuliat pada area epidema

DAFTAR PUSTAKA

Ennis,Sharon Axton.2003.Pediatric Nursing Care Plans.Pearson Education.New Jersey.

Hidayat,Alimul A.2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak1.Penerbit Salemba Medica :


Jakarta.

Faras Handayani. (2006). Berat Badan Lahir Rendah Tak Selalu Dirawat DiRumah sakit (On-
Line) terdapat pada :http://www.tabloid-nakita,com/artikel.

Nelson.(1999).ilmu kesehatan Anak 1.EGC. Jakarta.

Sitohang , Nur Asnah.2004. Asuhan Keperawatan Pada Berat Badan Lahir Rendah. USU
Repository @2006

Sowden, Betz Cicilia.2002. Keperawatan Pediatric.EGC.Jakarta.

Speirs,al.(1993).Ilmu Kesehatan Anak Untuk Perawat.IKIP Semarang Press. Semarang.

Whaleys and Wong.(1996). Clinic Manual of PediatricNursing.4 th Edition. Mosby Company.

Zulhaida Lubis.(2003). Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi Yang
dilahirkan (On-Line). Terdapat pada : http://tumoutou.net/702-07134/zulhaida-lubis.htm.

Anda mungkin juga menyukai