Anda di halaman 1dari 25

Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

BAB III
KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

3.1 Visi Dan Misi Sanitasi


Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana
Kabupaten Gresik harus dibawa dan berkarya agar konsisten dan dapat eksis,
antisipatif, inovatif serta produktif.
Misi merupakan rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Misi berfungsi sebagai pemersatu gerak,
langkah dan tindakan nyata bagi segenap komponen penyelenggara pemerintahan
tanpa mengabaikan mandat yang diberikannya
Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten Gresik didasari pada pemikiran serta
penjabaran Visi dan Misi Kabupaten Gresik guna keselarasan perencanaan dan
pembangunan sehingga tahapan pelaksanaan pembangunan sanitasi dapat
terealisasi secara konsisten.
Tabel 3.1 berikut menggambarkan hubungan antara Visi & Misi Kabupaten dengan
Visi & Misi dalam bidang sanitasi
Tabel 3.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten Gresik

Visi
Visi
Sanitasi Misi Sanitasi Kabupaten
Kabupaten Misi Kabupaten Gresik
Kabupaten Gresik
Gresik
Gresik
Gresik yang 1. Mendorong tumbuhnya Terwujudnya Misi Air Limbah Domestik :
Agamis, Adil, perilaku masyarakat penyediaan 1. Meningkatkan kapasitas
Makmur, dan yang sejuk, santun dan air bersih dan aparatur dalam pelayanan
Berkehidupan saling menghormati sanitasi pengelolaan air limbah
yang dilandasi oleh nilai-nilai lingkungan domestik kepada masyarakat
Berkualitas agama sesuai dengan yang bersih untuk dapat hidup bersih dan
simbol Gresik sebagai dan sehat sehat.
Kota Wali dan Kota secara 2. Mewujudkan penyediaan
Santri. terpadu, sarana dan prasrana
bersinergi pengelolaan air limbah
2. Meningkatkan
dan domestik yang memadai bagi

BAB III|Kerangka Pengembangan Sanitasi


III-1
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Visi
Visi
Sanitasi Misi Sanitasi Kabupaten
Kabupaten Misi Kabupaten Gresik
Kabupaten Gresik
Gresik
Gresik
pelayanan yang adil dan berkelanjutan kepentingan masyarakat.
merata kepada 3. Mewujudkan perilaku hidup
masyarakat melalui tata bersih dan sehat masyarakat
kelola kepemerintahan dalam pengelolaan air limbah
yang baik. domestik .
4. Meningkatkan peran serta
3. Mendorong
masyarakat dan kerjasama
pertumbuhan ekonomi
pihak swasta untuk dapat
untuk meningkatkan
terpadu dalam pengelolaan air
pendapatan masyarakat
limbah domestik.
secara merata melalui
5. Mewujudkan keberlanjutan
pengembangan
pelaksanaan program kegiatan
ekonomi lokal, konsep
pengeloaan air limbah
ekonomi kerakyatan
domestik .
dan pembangunan yang
Misi persampahan :
berwawasan lingkungan
1. Meningkatkan kapasitas
4. Meningkatkan kualitas
aparatur dalam pelayanan
hidup masyarakat
kebersihan kepada
melalui peningkatan
masyarakat untuk dapat hidup
derajat kesehatan dan
bersih dan sehat.
pendidikan masyarakat
2. Mewujudkan penyediaan
serta pemenuhan
sarana dan prasarana
kebutuhan dasar
pengelolan sampah yang
lainnya.
memadai bagi kepentingan
masyarakat.
3. Mewujudkan perilaku hidup
bersih dan sehat dengan
mengutamakan kondisi
kebersihan lingkungan.
4. Meningkatkan peran serta
masyarakat dan kerjasama
pihak swasta untuk dapat
terpadu, dalam mewujudkan
pengelolaan sampah yang

BAB III|Kerangka Pengembangan Sanitasi


III-2
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Visi
Visi
Sanitasi Misi Sanitasi Kabupaten
Kabupaten Misi Kabupaten Gresik
Kabupaten Gresik
Gresik
Gresik
ramah lingkungan.
5. Mewujudkan keberlanjutan
pelaksanaan program kegiatan
pengelolaan sampah.
Misi Drainase Lingkungan :
1. Meningkatkan kapasitas
aparatur dalam pengelolaan
drainaselingkungan.
2. Mewujudkan penyediaan
infrastruktur pengelolaan
drainase lingkungan yang
memadai
3. Mewujudkan perilaku hidup
bersih dan sehat masyarakat
dalam mengelola infrastruktur
drainase lingkungan.
4. Meningkatkan peran serta
masyarakat dan kerjasama
pihak swasta untuk dapat
terpadu, dalam mewujudkan
pengelolaan drainase
lingkungan.
5. Mewujudkan keberlanjutan
pelaksanaan program kegiatan
pengelolaan drainase
lingkungan.
Sumber : RPJMD, RENSTRA SKPD dan Pokja Sanitasi, 2015

Dari tabel 3.1 terlihat bahwa misi sanitasi Kabupaten Gresik terdiri dari misi air
limbah, persampahan dan drainase yang masing-masing terdiri dari 5 point misi.
Misi sanitasi tersebut untuk mewujudkan visi sanitasi kabupaten Gresik.

BAB III|Kerangka Pengembangan Sanitasi


III-3
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

3.2. Pentahapan Pengembangan Sanitasi


Strategi layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan Tujuan
dan Sasaran pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi
Sanitasi Kabupaten Gresik. Kabupaten Gresik merumuskan strategi layanan sanitasi
didasarkan pada isu-isu utama/strategis yang dihadapi pada saat ini.
Untuk mengetahui pentahapan pengembangan sanitasi, terlebih dahulu
dilakukan analisa dengan menggunakan instrumen yang sudah ditentukan dari
pusat yaitu instrument profil sanitasi. Analisa tersebut menggunakan data mengenai
kondisi extrim / daerah genangan rob, kondisi CBD saat ini dan akan datang (sesuai
RTRW), prioritas berdasarkan tingkat area beresiko, tingkat layanan sanitasi, fungsi
perkotaan, luas wilayah terbangun dan estimasi kepadatan penduduk 5 th kedepan.
Hasil input data pada Instrumen profil sanitasi telah dapat diketahui sistem dan
zona sanitasi setiap desa/kelurahan.

3.2.1 Tahapan Pengembangan Sanitasi

A. Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik

Pengelolaan prasarana dan sarana air limbah pada setiap daerah mempunyai
karakteristik yang berbeda, baik tingkat pelayanan, jenis dan jumlah pelayanannya.
Di dalam SSK Kabupaten Gresik ini telah dilakukan penentuan wilayah prioritas
pengembangan sistem pengelolaan air. Beberapa kriteria telah digunakan dalam
penentuan prioritas tersebut, yaitu: data kondisi ekstrem, wilayah CBD (Center of
Business Development) saat ini dan mendatang berdasarkan RTRW, prioritas
berdasarkan tingkat area beresiko resiko 3 dan 4 dan kondisi air tanah, tingkat
layanan sanitasi (air limbah), kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah (perkotaan
atau perdesaan).
Berdasarkan kriteria tersebut melalui instrument profil sanitasi dihasilkan
pengelolaan air limbah dalam perencanaan pengembangan sistem di kabupaten
Gresik untuk Pengelolaan sanitasi sub sektor air limbah dalam perencanaan jangka
menengah (5 tahun). Dimana pengelolaan air limbah domestik dapat dilakukan
dengan 4 (empat) sistem yaitu:
- Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (on-site sistem);
- Sistem Pengelolaan air limbah secara komunal
- Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat kepadatan sedang (off site

BAB III|Kerangka Pengembangan Sanitasi


III-4
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

kepadatansedang)
- Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat skala kota (off-site sistem).
Dari sistem pengelolaan air limbah tersebut selanjutnya dapat dibuatkan
suatu peta yang menggambarkan kebutuhan sistem, Peta tersebut terbagi dalam
beberapa zonasi, dimana zona tersebut sekaligus merupakan dasar bagi kota dalam
merencanakan pengembangan jangka panjang pengelolaan air limbah Kabupaten
Gresik, yang ujungnya adalah pengelolaan air limbah terpusat (off site sistem).
Di dalam SSK ini telah dilakukan penentuan wilayah prioritas
pengembangan sistem pengelolaan air limbah (apakah on site maupun off site)
secara umum. Beberapa kriteria telah digunakan dalam penentuan prioritas
tersebut, yaitu: kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah (perkotaan atau
perdesaan), karakteristik tata guna lahan/Center of Business Development (CBD)
(komersial atau rumah tangga), serta resiko kesehatan lingkungan.
Rencana pengembangan tersebut diilustrasikan sebagai berikut:
Zona 1, merupakan area dengan tingkat resiko yang kecil yang dapat diatasi
dalam jangka pendek dengan pilihan sanitasi setempat dengan skala rumah
tangga (household based). Tahapan penanganannya dengan kegiatan utama
untuk perubahan perilaku dan pemicuan. Zona ini mencakup 52 desa di 11
kecamatan, yaitu kecamatan wringinanom, driyorejo, kedamean, menganti,
cerme, benjeng, balongpanggang, bungah, sidayu, Sangkapura dan Tambak.
Dalam peta zonasi sub sector air limbah diberi warna Biru.
Zona 2, merupakan area dengan tingkat resiko menengah yang dapat diatasi
dalam jangka pendek dengan perubahan perilaku dilakukan dengan program-
program pemicuan (CLTS) dan oleh karena merupakan daerah padat penduduk
maka pemilihan sistemnya adalah sistemkomunal. Zona ini mencakup 240
desa/kelurahan yang tersebar di 16 kecamatan yaitu kecamatan wringinanom,
driyorejo, kedamean, menganti, cerme, benjeng, balongpanggang,
Duduksampeyan, Manyar, bungah, sidayu, Dukun, Panceng, Ujung Pangkah,
Sangkapura dan Tambak. Dalam peta zonasi sub sector air limbah ini diberi
warna hijau.
Zona 3, merupakan area dengan tingkat resiko tinggi yang dapat diatasi dalam
jangka panjang dengan perubahan perilaku dilakukan dengan program-
program pemicuan (CLTS) dan oleh karena merupakan daerah pada penduduk
kawasan padat maka pemilihan sistemnya adalah sistemoff-site kepadatan

BAB III|Kerangka Pengembangan Sanitasi


III-5
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

sedang. Zona ini mencakup 13 desa/kelurahan yang tersebar di 3 kecamatan


yaitu Kebomas, Gresik, dan Manyar. Dalam peta zonasi sub sector air limbah ini
diberi warna kuning.
Zona 4, merupakan area dengan tingkat resiko sangat tinggi karena merupakan
kawasan padat, CBD serta kondisi topografi kurang menguntungkan. Dalam
jangka panjang harus diatasi dengan pilihan sistemoff site terpusat. Zona ini
mencakup 51 desa/Kelurahan di 4 kecamatan yaitu Kebomas, Gresik, dan
Manyar. Dalam peta zonasi sub sektor limbah diberi warna merah.

Peta Zona Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Gresik dapat dilihat pada
Gambar 3.1. Dari gambar 3.1. dapat diketahui bahwa sebagian besar zona dan
sistem air limbah didominasi sistem komunal (240 desa/kelurahan) yang tersebar di
hampir semua kecamatan kecuali Gresik dan Kebomas. Sedangkan untuk sistem off-
site kepadatan sedang dan off-site terpusat hanya di 3 kecamatan kota yaitu Gresik,
Kebomas dan Manyar.

BAB III|Kerangka Pengembangan Sanitasi


III-6
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Gambar 3.1 Peta Zona Air Limbah Domestik Kabupaten Gresik

Sumber : Hasil Analisa Pokja Sanitasi Kabupaten Gresik 2015

BAB III|Kerangka Pengembangan Sanitasi


III-7
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Cakupan layanan eksisting dan target cakupan layanan air limbah domestic
kabupaten Gresik dapat dilihat pada tabel 3.2. sebagai berikut :
Tabel 3.2: Tahapan Pengembangan Air Limbah DomestikKabupaten Gresik

Cakupan Target cakupan layanan* (%)


layanan
No Sistem Jangka Jangka Jangka
eksisting*
(%) pendek menengah panjang

(a) (b) (c) (d) (e) (f)


Wilayah Perkotaan
Buang Air Besar
A Sembarangan (BABS)** 2,95% 1,50% 0% 0%

Sistem Pengolahan Air


B Limbah Setempat (Onsite) 91,32% 89% 86% 69%

1 Cubluk dan sejenisnya*** 6,96% 3% 0% 0%


2 Tangki septik 84,35% 86% 86% 69%
C Sistem Komunal 5,73% 7,50% 11,00% 20,50%
1 MCK/MCK++ 1,68% 1,50% 1% 0,50%
2 IPAL komunal 4,05% 6% 10% 20%
3 Tangki septik komunal 0% 0% 0% 0%
Sistem Pengolahan Air
D Limbah Terpusat (Off-site) 0% 1,50% 3% 10%

Subtotal 100% 100% 100% 100%


Wilayah Perdesaan
Buang Air Besar
A Sembarangan (BABS)** 3,30% 1,50% 0% 0%

Sistem Pengolahan Air


B Limbah Setempat (Onsite) 96,64% 96% 94% 85%

1 Cubluk dan sejenisnya***. 16,13% 13% 10% 0%


2 Tangki septik 80,51% 83% 84% 85%
C Sistem Komunal 0,06% 2% 5% 10%
1 MCK/MCK++ 0,06% 0% 0% 0%
2 IPAL komunal 0% 2% 5% 10%
3 Tangki septik komunal 0% 0% 0% 0%
Sistem Pengolahan Air
D Limbah Terpusat (Off-site) 0% 0,50% 1% 5%

Subtotal 100% 100% 100% 100%


Sumber : Dinkes, DPU dan Analisa Pokja Sanitasi 2015
Keterangan:
*) Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud atas total
penduduk. Untuk cakupan layanan eksisting (kolom c) silakan mengacu pada data yang
telah dimasukkan dalam Instrumen Profil Sanitasi.
**) Buang air besar di kebun, kolam, sawah, sungai dll.

BAB III|Kerangka Pengembangan Sanitasi


III-8
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

***)Termasuk di dalamnya adalah jamban yang tidak memiliki fasilitas pengolahan


(dibuang langsung ke lingkungan).

Dari tabel 3.2 dapat diketahui bahwa target cakupan layanan air limbah untuk
Buang Air Besar Sembarangan (BABS) sebesar 0% tercapai pada jangka menengah
(5 tahun) baik di wilayah perkotaan maupun perdesaan dimana kondisi eksisting
BABS sebesar 2,95% untuk wilayah perkotaan dan perdesaan sebesar 3,30%.
Pengelolaan sistem komunal dan offsite diharapkan makin meningkat sementara
pengelolaan on-site makin menurun.

B. Tahapan Pengembangan Persampahan

Cakupan pelayanan pengelolaan sampah di Kabupaten Gresik meliputi


Kecamatan Wringinanom (1 Desa), Driyorejo (2 Desa), Kedamean (1 Desa),
Menganti (5 Desa), Cerme (4 Desa), Benjeng (3 Desa), Balongpanggang (1 Desa),
Duduksampeyan (5 Desa), Gresik (21 Kelurahan/Desa), Kebomas (21
Kelurahan/Desa), Manyar (10 Desa), Sidayu (3 Desa), Dukun (1 Desa), Panceng (1
Desa), dan Ujungpangkah (1 Desa).Perkiraan volume timbulan sampah domestik
daerah pelayanan sebesar 720 m3/hari.Cakupan penduduk yang dilayani dari
penduduk daerah pelayanan sebesar 96%.
Sampai saat ini Kab. Gresik masih menggunakan TPA Ngipik sebagai tempat
pemrosesan akhir sampah. Lahan seluas 6 Ha tersebut merupakan lahan milik PT
Semen Gresik, dengan kondisi yang sudah hampir penuh dengan sistem
pembuangan control landfill. Pada tahun 2012 Pemkab Gresik telah menjalin
kerjasama dengan PT Semen Gresik untuk memanfaatkan sampah tersebut dengan
sistem RDF (Refuse Derifed Fuel). Sistem ini memanfaatkan sampah yang masuk ke
TPA sebagai sumber bahan baku pembakaran, setelah melalui serangkaian
pengolahan.
Pilihan sistem sanitasi subsektor persampahan dapat dibedakan dalam
kategori sebagai berikut :
Sistem pengangkutan tidak langsung (melalui tempat penampungan
sementara /TPS);

Sistem pengangkutan langsung (pelayanan 70%);

Sistem pengangkutan langsung full coverage (pelayanan 100%);

BAB III|Kerangka Pengembangan Sanitasi


III-9
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Sistem pengangkutan langsung full coverage dan street sweeping.


Dengan klasifikasi daerah berdasarkan data tingkat kepadatan suatu wilayah,
dapat dianalisa sistem pengolahan sub sektor persampahan dalam kategori empat
pilihan sistem seperti telah dijelaskan di atas. Berdasarkan kriteria yang ada dalam
Standar Pelayanan Minimun (SPM), wilayah pengembangan pelayanan
persampahan dapat diidentifikasi. Terdapat 2 (dua) kriteria utama dalam penetapan
prioritas penanganan persampahan saat ini yaitu tata guna lahan/klasifikasi wilayah
(komersial/CBD, permukiman, fasilitas umum, terminal, dsb) dan kepadatan
penduduk. Hasil dari penentuan wilayah dan kebutuhan pelayanan persampahan
Kabupaten Gresik terdapat 4 (empat) zona yang dapat diilustrasikan sebagai
berikut:
Zona 4, merupakan area yang harus terlayani dengan sistem tidak langsung
yakni dari rumah tangga ke Tempat Pengumpulan Sementara (TPS) baru ke
Tempat Pengolahan Akhir (TPA) dalam jangka panjang. Terdapat 126
Desa/kelurahan yang berada di 13 kecamatanyaitu kecamatan Wringinanom,
Driyorejo, Kedamean, Menganti, Cerme, Benjeng, Balongpanggang, Bungah,
Sidayu, Dukun, Ujung Pangkah, Sangkapura dan Tambak. Dalam peta diberi
warna biru.
Zona 3, merupakan area yang dalam jangka waktu menengah (medium term
action) harus terlayani 100% dengan sistem layanan tidak langsung dari sumber
ke TPS kemudian keTPA. Dalam Zona ini terdapat 159 Desa/ kelurahan yang
tersebar di wilayah kecamatan Kedamean, Menganti, Cerme, Benjeng,
Balongpanggang, Duduksampeyan, Bungah, Sidayu, Dukun, dan Panceng. Dalam
peta diberi warna hijau.
Zona 2, merupakan area padat namun bukan kawasan bisnis (Central Business
District/CBD) karena itu harus terlayani penuh 100% (full coverage) yang harus
diatasi dengan pilihan sistemtidak langsung ke TPA dalam jangka waktu pendek.
Zona ini mencakup 14 desa/kelurahan tersebar di kecamatan Kebomas, Manyar,
danBungah. Dalam peta diberi warna kuning.
Zona 1, merupakan area padat dan kawasan bisnis (CBD) karena itu harus
terlayani penuh 100% dengan dilengkapi pelayanan penyapuan jalan (full
coverage & street sweeping), yang harus diatasi dengan pilihan sistem langsung
ke TPA dalam jangka waktu pendek. Zona ini mencakup 57 desa/kelurahan

BAB III|Kerangka Pengembangan Sanitasi


III-10
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

tersebar di kecamatan Driyorejo, Duduksampeyan, Kebomas, Gresik, Manyar,


dan Bungah. Dalam peta diberi warna merah.
Zona dan sistem sanitasi Persampahan disajikan pada Gambar 3.2. Dari
gambar 3.2 dapat diketahui bahwa zona 1 yaitu area padat dan CBD terutama
berada di 3 kecamatan kota yaitu Gresik, Kebomas dan Manyar. Sedangkan zona 3
dan 4 hampir tersebar ke seluruh kecamatan di Kabupaten Gresik.

BAB III|Kerangka Pengembangan Sanitasi


III-11
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Gambar 3.2 Peta Zona dan Sistem Persampahan Kabupaten Gresik


Sumber : Hasil Analisa Pokja Sanitasi Kab. Gresik 2015

BAB III|Kerangka Pengembangan Sanitasi


III-12
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Kondisi eksisting penanganan langsung (direct) untuk kawasan urban sebesar


20% sedangkan untuk kawasan non urban tidak ada pelayanan langsung.
Penanganan persampahan tidak langsung (in direct) di kawasan urban sebesar
47,35% dan kawasan non urban sebesar 4,60%. Sistem penanganan 3R hanya
berada di kawasan urban sebesar 2%. Penanganan sampah mandiri di kawasan
urban (30,65%) lebih sedikit daripada di kawasan non urban (95,40%).Tahapan
pengembangan persampahan Kabupaten Gresik disajikan pada Tabel 3.3. Pada
Tabel 3.3 dapat dilihat bahwa rencana cakupan pelayaan persampahan untuk
sistem penanganan sampah terangkut sebesar 75%, dan sistem 3R sebesar 25%
baik di kawasan urban maupun non urban.
Tabel 3.3. Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten Gresik

Cakupan Cakupan layanan (%)


layanan
Sistem Jangka Jangka Jangka
No eksisting(1)
pendek menengah panjang
(%)
(a) (b) (c) (d) (e) (f)
Wilayah Perkotaan
Prosentase sampah yang
A 67,35% 69% 72% 75%
terangkut
1 yang
Penanganan langsung (direct)(2) 20% 23% 29% 35%
Penanganan tidak langsung
2 47,35% 46% 43% 40%
(indirect)(3)
Langsung
Dikelola mandiri oleh
B masyarakat atau belum 26,54% 23% 13% 0%
terlayani(5)
C 3R 6,11% 8% 15% 25%
Sub Total 100% 100% 100% 100%

Wilayah Perdesaan
Prosentase sampah yang
A 4,6% 15% 45% 75%
terangkut
1 yang
Penanganan langsung (direct)(2) 0% 5% 15% 25%
Penanganan tidak langsung
2 4,6% 10% 30% 50%
(indirect)(3)
Langsung
Dikelola mandiri oleh
B masyarakat atau belum
terlayani(5) 94,3% 80% 40% 0%

C 3R 1,1% 5% 15% 25%


Sub Total 100% 100% 100% 100%
Sumber : BLH dan Hasil Analisa Pokja Sanitasi 2015
Keterangan:
% terhadap penduduk atau jumlah timbulan sampah

BAB III|Kerangka Pengembangan Sanitasi


III-13
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

1) Cakupan layanan dapat didekati dengan prosentase sampah yang terkumpul dan
terangkut atau jumlah penduduk yang mendapatkan layanan dibagi total penduduk
administratif. Untuk cakupan layanan eksisting (kolom c) silakan mengacu pada data
yang telah dimasukkan dalam Instrumen Profil Sanitasi.
2) Penanganan langsung adalah pelayanan sampah berdasarkan sistem pengangkutan
menggunakan truk langsung dari rumah ke rumah kemudian dibuang ke TPA.
3) Penanganan tidak langsung adalah pelayanan sampah dimana sampah diangkut
menuju TPS kemudian dari TPS akan diangkut ke TPA dengan truk.
4) Apabila data terkait penanganan langsung dan penanganan tidak langsung tidak
tersedia, maka silakan langsung diisikan di baris prosentase sampah terangkut (yang
seharusnya adalah penjumlahan dari penanganan langsung dan tidak langsung).
5) Dikelola mandiri oleh masyarakat atau belum terlayani adalah wilayah yang belum
mendapatkan pelayanan sampah yang terlembaga sehingga pengelolaan sampah
masih dilakukan sendiri oleh masyarakat (dikubur, dibakar dll) maupun dikelola oleh
KSM atau kelurahan.

Dari tabel 3.3 dapat diketahui bahwa untuk wilayah perkotaan target cakupan
layanan jangka menengah, persentase sampah yang terangkut sebesar 72% dan 3R
sebesar 15%, untuk jangka panjang, persentase sampah yang terangkut sebesar
75% dan 3R sebesar 25%. Sedangkan untuk wilayah perdesaan target cakupan
layanan jangka menengah, persentase sampah yang terangkut sebesar 45% dan 3R
sebesar 15%, untuk jangka panjang, persentase sampah yang terangkut sebesar
75% dan 3R sebesar 25%.

C. Tahapan Pengembangan DrainaseLingkungan

Daerah-daerah yang terlayani drainase perkotaan hanya daerah yang


terletak pada Kawasan Perkotaan Kabupaten Gresik yang meliputi Kecamatan
Gresik, Kecamatan Kebomas dan Kecamatan Manyar. Sistem drainase yang ada di
kecamatan tersebut mengalami permasalahan yang disebabkan antara lain topografi
yang rendah (terutama daerah selatan), banyaknya alih fungsi lahan pada
sempadan sungai, ukuran saluran drainase yang kurang sesuai dengan debit air,
belum adanya drainase (50% dilimpahkan ke sawah), masih bercampurnya drainase
dengan irigasi, perilaku masyarakat terhadap saluran drainase.
Dalam menentukan wilayah pengembangan saluran drainase yang sesuai dengan
kebutuhan masing-masing wilayah di tingkat desa/kelurahan, maka disusun prioritas
pengembangan sistem drainase. Penentuan daerah prioritas ini disusun berdasarkan
5 (lima) kriteria seleksi yang mengacu ke SPM, yaitu kepadatan penduduk, tata
guna lahan (perdagangan, jasa, maupun permukiman), daerah genangan air, fungsi
perkotaan, pengaruh pasang surut serta prioritas berdasarkan tingkat resiko.

BAB III|Kerangka Pengembangan Sanitasi


III-14
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Hasil analisa instrumen profil sanitasi, maka di dapat sistem pengembangan


Drainase dan dapat disajikan dalam bentuk peta seperti pada Gambar 3.5 dan
dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Zona 1, merupakan area dengan tingkat resiko relatif tinggi karena merupakan
kawasan padat dan kawasan bisnis (Central Business District/CBD) yang harus
diatasi dalam jangka menengah ke panjang, mencakup 68 desa/kelurahan yang
tersebar di seluruh Kecamatandi Kabupaten Gresikkecuali kecamatan di Pulau
Bawean, Duduksampeyan, Balongpanggang.
Zona 2, merupakan area dengan tingkat risiko yang relatif kecil yang dapat
diatasi dalam jangka panjang mencakup 288 desa/kelurahan yang tersebar
hampir diseluruh Kecamatan di Kabupaten Gresik.

BAB III|Kerangka Pengembangan Sanitasi


III-15
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Gambar 3.2 Peta Zona Sanitasi Drainase Kabupaten Gresik

Sumber : Hasil Analisa Pokja Sanitasi Kab. Gresik 2015

BAB III|Kerangka Pengembangan Sanitasi


III-16
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Dari Gambar 3.2. dapat diketahui bahwa sebagian besar desa/kelurahan di


kabupaten Gresik masuk zona 2 area beresiko rendah untuk sektor drainase yang
akan ditangani dalam jangka panjang.
Untuk tahapan pengembangan drainase Kabupaten Gresik ditampilkan dalam tabel
3.4. Dari tabel 3.4. dapat ketahui bahwa lokasi genangan di Kabupaten Gresik
tersebar di 10 kecamatan, dimana luas total genangan sebesar 620,7 Ha sedangkan
luas genangan terbesar di kecamatan Manyar yaitu 208 Ha berikutnya kecamatan
Kebomas sebesar 151 Ha. Dari total luas genangan direncanakan akan diselesaikan
dalam jangka menengah.

Tabel 3.4: Tahapan Pengembangan Drainase Kabupaten Gresik


Luas genangan Pengurangan luas Genangan
Titik Genangan di eksisting di Area (ha)
No Permukiman
Area Permukiman Jangka Jangka Jangka
(ha) pendek menengah panjang
(a) (b) (c) (d) (e) (f)
1 Kec. Wringinanom 18,3 10 0 0
2 Kec. Driyorejo 36,4 21,4 0 0
3 Kec. Kedamean 35 20 0 0
4 Kec. Menganti 8 4 0 0
5 Kec. Cerme 60 40 0 0
6 Kec. Benjeng 15 9 0 0
7 Kec. Kebomas 151 101 0 0
8 Kec. Gresik 77 50 0 0
9 Kec. Manyar 208 120 0 0
10 Kec. Ujungpangkah 12 6 0 0
Jumlah 620,7 381,4 0 0,0
Sumber : DPU, Masterplan Drainase dan Analisa Pokja Sanitasi Kab. Gresik 2015

3.2.2 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Sanitasi


Tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi yang terdiri komponen air limbah
domestic, persampahan dan drainase lingkungan ditampilkan dalam tabel 3.5.
sebagai berikut :

BAB III|Kerangka Pengembangan Sanitasi


III-17
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Tabel 3.5. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Sanitasi

Tujuan Sasaran Data Dasar


Air Limbah Domestik
Meningkatkan lingkungan 1. Penyusunan dokumen Sudah ada
yang sehat dan bersih di perencanaan air limbah domestik Masterplan air
Kabupaten Gresik melalui skala kabupaten pada akhir tahun limbah wilayah
pengelolaan air limbah 2019 perkotaan tahun
domestik yang berwawasan 2013
lingkungan
2. Meningkatnya cakupan Kepemilikan tangki
kepemilikan jamban keluarga
septic 85,1% (Study
dengan penggunaan tangki septik
dari 85,1% menjadi 100% untuk EHRA 2015)
rumah tangga pada akhir tahun
2019
3. Meningkatkan jumlah dan
cakupan layanan pengelolaan air
limbah secara komunal dari 104
unit menjadi 200 unit di wilayah
padat kabupaten di akhir tahun
2020.
4. Tersedianya dan berfungsinya 10
unit Instalasi Pengolahan Air
Limbah Domestik skala kawasan
pada akhir tahun 2020
5. Meningkatkan cakupan layanan
penyedotan lumpur tinja 50% KK
di 3 kecamatan (Gresik, Manyar,
Kebomas) ke IPLT Betoyoguci
2020
6. Terbangunnya IPLT baru di
wilayah selatan 2018
Persampahan
Mewujudkan lingkungan 1. Tersedianya dokumen
yang sehat , nyaman dan perencanaan sistem Persampahan
bersih di Kabupaten Gresik (review) Kabupaten yang
melalui peningkatan kualitas terintegrasi di akhir tahun 2017
dan kuantitas pengelolaan
sampah yang berwawasan
lingkungan untuk seluruh
kabupaten di atas Standar
Pelayanan Minimum /SPM.
2. Meningkatnya efektifitas cakupan Pengelolaan sampah
layanan pengelolaan 41,6% (terangkut &
persampahan dari 41,6% menjadi didaur ulang) (Study
100% (75% pengangkutan dan EHRA 2015)
25% pengurangan sampah) pada
akhir tahun 2019
3. Terbangunnya TPA baru di
wilayah utara dan selatan 2020

BAB III|Kerangka Pengembangan Sanitasi


III-18
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Tujuan Sasaran Data Dasar


Drainase Lingkungan
Meningkatkan lingkungan 1. Tersedianya dokumen Masterplan yang
yang sehat dan bersih di perencanaan sistem drainase sudah tersusun 13
Kabupaten Gresik melalui kabupaten yang terintegrasi di kecamatan
penyediaan sarana dan akhir tahun 2020
prasarana drainase
2. Berkurangnya luas genangan di Luas genangan saat
wilayah Kabupaten Gresik dari ini 620,7 Ha (2014)
620,7 Ha menjadi 0 Ha dengan
memprioritaskan penanganan di
wilayah permukiman di akhir
Tahun 2020
Sumber : Analisa Pokja Sanitasi Kab. Gresik 2015

Dari tabel 3.5 dapat diketahui bahwa salah satu sasaran air limbah adalah
terbangunnya IPLT di wilayah selatan dimana tahun 2014 sudah terbangun IPLT di
wilayah tengah. Sedangkan salah satu sasaran persampahan pada tahun 2020
terbangunnya 2 unit TPA di wilayah utara dan selatan sehingga pengangkutan
sampah lebih efisien.

3.2.3 Skenario Pencapaian Sasaran


Skenario pencapaian sasaran jangka menengah dalam rencana peningkatan akses
untuk setiap tahun selama 5 tahun ditampilkan pada tabel 3.6. sebagai berikut :

Tabel 3.6. Skenario Pencapaian Sasaran


Tahun
Komponen
2010 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1. Air limbah domestik (Bebas 90,2% 96,8% 97,5 98,5% 100% 100% 100%
BABS)
2. Persampahan
a. Diangkut ke TPA 17,25% 32% 35% 40% 50% 60% 75%
b. Pengolahan 3R 1% 2% 5% 10% 15% 20% 25%
Drainase (bebas 97,1% 95,5% 96% 97% 98% 99% 100%
genangan/banjir)
Sumber : Analisa Pokja Sanitasi Kab. Gresik 2015

Dari tabel 3.6 dapat diketahui bahwa sasaran sanitasi (air limbah, persampahan dan
drainase) diskenariokan akan tercapai 100% pada tahun 2020.

BAB III|Kerangka Pengembangan Sanitasi


III-19
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

3.3. Kemampuan Pendanaan Sanitasi Daerah


Faktor penting lain yang sangat menentukan penentuan sistem dan cakupan
pelayanan sanitasi adalah faktor pembiayaan yang sangat tergantung pada
kemampuan keuangan daerah. Alokasi belanja untuk sektor sanitasi di Kabupaten
Gresik mengalami peningkatan selama 5 (lima) tahun terakhir, dimana rata-rata
pertumbuhan pendanaan mencapai 73% per tahun.

BAB III|Kerangka Pengembangan Sanitasi


III-20
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Tabel 3.7: Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten Gresik untuk Sanitasi
Belanja Sanitasi (Rp.) Rata-rata
No Uraian Pertumbu
2010 2011 2012 2013 2014 han (%)
1 Belanja Sanitasi (1.1+1.2+1.3+1.4) 10.017.041.867 7.261.135.900 13.831.224.500 44.191.184.000 47.941.452.000 73%
1.1 Air Limbah Domestik - 1.120.597.000 2.355.900.000 11.371.000.000 12.536.400.000 168%
1.2 Sampah rumah tangga 3.724.000.000 3.035.700.000 4.958.324.500 14.709.184.000 13.443.925.000 58%
1.3 Drainase lingkungan 6.143.041.867 2.788.590.900 6.200.000.000 17.701.000.000 21.326.100.000 68%
1.4 PHBS 150.000.000 316.248.000 317.000.000 410.000.000 635.027.000 49%
2 Dana Alokasi Khusus (2.1+2.2+2.3) - - - 2.236.000.000 4.779.100.000 114%
2.1 DAK Sanitasi - 2.236.000.000 4.779.100.000 114%
2.2 DAK Lingkungan Hidup - - - - - 0%
2.3 DAK Perumahan dan Permukiman - - - - - 0%
3 Pinjaman/Hibah untuk Sanitasi - - - 2.500.000.000 2.242.700.000 -0,10%

Belanja APBD murni untuk Sanitasi (1-2-3) 10.017.041.867 7.261.135.900 13.831.224.500 39.455.184.000 40.919.652.000 63%
Total Belanja Langsung 310.024.847.312 428.053.009.084 519.645.518.048 904.554.607.907 1.048.425.974.447 37%
% APBD murni terhadap Belanja
3,23% 1,70% 2,66% 4,36% 3,90% 3,17%
Langsung
Komitmen Pendanaan APBD untuk pendanaan sanitasi ke depan (% terhadap belanja langsung ataupun penetapan nilai absolut) 4,00%

Dari tabel 3.7 dapat diketahui bahwa rata-rata pertumbuhan belanja sanitasi 73% pertahun, Dana alokasi khusus 114% pertahun, APBD
murni terhadap belanja langsung sebesar 3,17%.

BAB III|Kerangka Pengembangan Sanitasi


III-21
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Tabel 3.8. Perkiraan Besaran Pendanaan Sanitasi 2016 - 2020

Perkiraan Belanja Murni Sanitasi (Rp.)


No Uraian Total Pendanaan
2016 2017 2018 2019 2020

Perkiraan Belanja
1 1.978.179.867.612 2.077.088.860.992 2.180.943.304.042 2.289.990.469.244 2.404.489.992.706 10.930.692.494.595
Langsung

Perkiraan APBD Murni


2 79.127.194.704 83.083.554.440 87.237.732.162 91.599.618.770 96.179.599.708 437.227.699.784
untuk Sanitasi

Perkiraan Komitmen
3 118.690.792.057 124.625.331.660 130.856.598.243 137.399.428.155 144.269.399.562 655.841.549.676
Pendanaan Sanitasi

Sumber : BPKAD, Analisa Pokja Sanitasi Kabupaten Gresik, 2015


- Asumsi pertumbuhan belanja langsung 37% per-tahun, dari data 2010 2014
- Asumsi APBD murni untuk sanitasi 4% dari Belanja Langsung

Dari tabel 3.8 dapat diketahui bahwa perkiraan APBD murni untuk sanitasi sebesar 4% dari belanja langsung dan tiap tahun mengalami
kenaikan.

BAB III|Kerangka Pengembangan Sanitasi


III-22
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Tabel 3.9. Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten Gresik untuk Operasional/Pemeliharaan Sektor Sanitasi

Belanja Sanitasi (Rp.) Pertumbuh-


No Uraian
2010 2011 2012 2013 2014 an rata-rata

1 Belanja Sanitasi 7.911.990.500 5.334.765.800 11.154.732.400 13.770.000.000 9.934.745.000 18%


1.1 Air Limbah Domestik
Biaya operasional / pemeliharaan
1.1.1 - - - 102.000.000 113.000.000 55%
(justified)
1.2 Sampah Rumah Tangga
Biaya operasional / pemeliharaan
1.2.1 3.298.152.000 3.035.700.000 4.093.624.500 6.297.500.000 6.177.545.000 20%
(justified)
1.3 Drainase Lingkungan
Biaya operasional / pemeliharaan
1.3.1 4.613.838.500 2.299.065.800 7.061.107.900 7.472.500.000 3.757.200.000 28%
(justified)
Sumber : Bappeda, DPU, BLHdan Analisa Pokja Sanitasi Kabupaten Gresik 2015
Ket : Biaya OM Drainase meliputi Pengerukan sungai dan pemeliharaan saluran

Dari tabel 3.9 dapat diketahui analisis terhadap pembiayaan operasional pelayanan sanitasi atau pemeliharaan infrastruktur sanitasi
selama periode tahun 2010 2014 memperlihatkan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi untuk semua sub sektor sanitasi sebesar
18% pertahun.

BAB III|Kerangka Pengembangan Sanitasi


III-23
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Tabel 3.10. Perkiraan Besaran Pendanaan APBD Kabupaten Gresik untuk Kebutuhan Operasional/PemeliharaanAset Sanitasi Terbangun
hingga Tahun 2020

Biaya Operasional/Pemeliharaan (Rp.) Total


No Uraian
2016 2017 2018 2019 2020 Pendanaan

1 Belanja Sanitasi 16.233.574.942 19.965.247.572 24.582.563.118 30.302.466.756 7.396.633.958 128.480.486.345


1.1 Air Limbah Domestik
Biaya operasional /
1.1.
pemeliharaan 1.200.000.000 1.440.000.000 1.728.000.000 2.073.600.000 2.488.320.000 8.929.920.000
1
(justified)
1.2 Sampah rumah tangga
Biaya operasional /
1.2.
pemeliharaan 8.852.124.565 10.596.521.314 12.684.668.312 15.184.304.870 8.176.518.983 65.494.138.044
1
(justified)
1.3 Drainase lingkungan
Biaya operasional /
1.3.
pemeliharaan 6.181.450.377 7.928.726.258 10.169.894.805 13.044.561.886 6.731.794.974 54.056.428.301
1
(justified)
Sumber : Analisa Pokja Sanitasi Kabupaten Gresik, 2015
Asumsi pertumbuhan biaya Operasional / pemeliharaan : Air Limbah 20%, Persampahan 20 %, Drainase 28%.

Dari tabel 3.10 dapat diketahui bahwa perkiraan biaya operasional / pemeliharaan untuk air limbah mengalami kenaikan sebesar
20%, persampahan 20% dan drainase 28%.

BAB III|Kerangka Pengembangan Sanitasi


III-24
Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik (SSK) 2015

Tabel 3.11. Perkiraan Kemampuan APBD Kabupaten Gresik dalam Mendanai Program/Kegiatan SSK

Pendanaan (Rp.) Total


No Uraian
2016 2017 2018 2019 2020 Pendanaan

Perkiraan Kebutuhan
1 16.233.574.942 19.965.247.572 24.582.563.118 30.302.466.756 37.396.633.958 128.480.486.345
Operasional / Pemeliharaan
Perkiraan APBD Murni untuk
2 79.127.194.704 83.083.554.440 87.237.732.162 91.599.618.770 96.179.599.708 437.227.699.784
Sanitasi
Perkiraan Komitmen
3 118.690.792.057 124.625.331.660 130.856.598.243 137.399.428.155 144.269.399.562 655.841.549.676
Pendanaan Sanitasi
Kemampuan Mendanai SSK
4 62.893.619.763 63.118.306.867 62.655.169.044 61.297.152.014 58.782.965.751 308.747.213.439
(APBD Murni) (2-1)
Kemampuan Mendanai SSK
5 102.457.217.115 104.660.084.087 106.274.035.125 107.096.961.399 106.872.765.605 527.361.063.331
(Komitmen) (3-1)
Sumber : Analisa Pokja Sanitasi Kabupaten Gresik 2015

Dari tabel 3.11 dapat diketahui bahwa kemampuan mendanai SSK (APBD murni) mengalami kenaikan pertahun selama 5 tahun
mendatang, total Rp. 308.747.213.439. Sedangkan kemampuan mendanai SSK (APBD komitmen) juga mengalami kenaikan pertahun
selama 5 tahun mendatang, total Rp. 527.361.063.331.

BAB III|Kerangka Pengembangan Sanitasi


III-25

Anda mungkin juga menyukai