Anda di halaman 1dari 13

Ekologi Industri

Ekologi Industri adalah bidang ilmu yang difokuskan pada dua tujuan yaitu peningkatan
ekonomi dan peningkatan kualitas lingkungan. Pada konsep ekologi industri, sistem industri
dipandang bukan sebagai suatu sistem yang terisolasi dari sistem dan lingkungan disekelilingnya,
melainkan merupakan satu kesatuan. Didalam sistem ini dioptimalkan siklus material, dari mulai
bahan mentah hingga menjadi bahan jadi, komponen, produksi dan pembuangan akhir. Faktor-
faktor yang dioptimalkan termasuk sumber daya, energi dan modal.
Konsep dalam Ekologi Industri mengadaptasi analogi ekosistem alam kedalam sistem
industri. Tingkatan-tingkatan organisme dalam ekosistem saling berinteraksi, saling
mempengaruhi membentuk suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. Tingkatan organisasi
dalam dunia industri adalah industri tunggal, industri kawasan, industri global dan ekosistem
industri. Antara komunitas industri dan lingkungannya selalu terjadi interaksi. Interaksi ini
menciptakan kesatuan ekologi yang disebut ekosistem. Komponen penyusun ekosistem adalah
produsen, konsumen, dan dekomposer/pengurai.
Ekologi industri adalah suatu yang ditandai dengan banyak ragam kelompok hubungan antar
produksi dan konsumsi. Dari perspektif suatu institusi, keragaman ini dapat dikelompokkan
berdasarkan batasan sistem. Salah satu bagian dari ekologi industri adalah simbiosis industri.
Pada prinsipnya ekologi industri berhubungan dengan aliran bahan / material dan energi pada
sistem dalam skala berbeda, mulai dari produksi ke pabrik hingga ke tingkat masional dan
tingkat global. Simbiosis (hubungan yang saling menguntungkan / mutually benefial
relationship) industri difokuskan pada aliran-aliran jaringan bisnis dengan organisasi lainnya
baik dalam peta ekonomi local maupun regional sebagai suatu pendekatan ekologi dari
pembangunan industri yang berkelanjutan.

Simbiosis Industri
Simbiosis industri secara tradisional memisahkan antara industri dalam pendekatan secara
kolektif dengan keuntungan kompetitif yang melibatkan pertukaran material, energi, air dan/atau
antar produk. Simbiosis industri terdiri dari pertukaran antar entitas yang berbeda yang
menghasilkan keuntungan kolektif yang lebih besar dibandingkan keuntungan yang diperoleh
dari kegiatan tunggal. Kolaborasi ini juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat (social
capital) yang berpartisipasi. Simbiosis itu sendiri tidak harus berada di dalam batasan kompleks
kawasan industri, sebaliknya menggambarkan semua organisasi yang terlibat dalam pertukaran.
Kunci dari simbiosis industri adalah kolaborasi dan semua kemungkinan sinergis yang
dimungkinkan dalam suatu areal kawasan industri.
Secara bersamaan, perhatian juga mulai dikembangkan pada simbiosis industri dan kawasan
eko-industri, sejumlah kawasan eko-industri lain yang mungkin terbentuk secara lebih luas, yang
merupakan pembangunan hijau (green development). Termasuk didalamnya pemukiman,
perniagaan, dan pembangunan komunitas yang ditangkap dalam terminology semisal arsitektur
berkelanjutan, bangunan hijau, komunitas berkelanjutan dan pertumbuhan cerdas (smart growth).
Pembangunan eko-industri atau pembangunan industri yang berkelanjutan mempersempit
kemungkinan dominasi industri dan aktifitas komersial; tetapi meningkatkan pertanian.
Kerjasama bisnis yang melibatkan pertukaran material/ bahan/ air/ energi atau sharing komponen
meningkatkan kualitas kegiatan sebagai simbiosis industri.
Terdapat 3 peluang utama untuk saling-tukar sumber daya [4]:
Penggunaan ulang produk pertukaran material khusus perusahaan antara dua atau lebih
perusahaan / kelompok untuk digunakan sebagai substitusi untuk produk komersil atau bahan
baku. Saling tukar komponen material juga merujuk kepada pertukaran sebagian produk, sinergi,
atau pertukaran limbah dan dapat juga sebagai jaringan daur ulang industri, yaitu :
1. Penggunaan bersama (sharing) utilitas/infrastruktur penggunaan tempat mencuci alat2 dan
pengelolaan sumber daya yang umum seperti energi, air dan limbah cair.
2. Penggabungan pengadaan jasa / service menghasilkan kebutuhan umum perusahaan untuk
aktifitas yang lebih kecil misalnya transportasi, supply makanan dan pencegahan kebakaran.
Pemahaman tentang jaringan eko-industri dapat juga menjadi luas sebagai daerah lingkungan
dan aktifitas ekonomi diantara kegiatan bisnis. Hanya sebagai kluster ekonomi yang berupa
kelompok dalam sektor bisnis yang sama yang berhubungan dengan produk yang dihasilkan dan
digunakan misalnya kelompok bisnis furniture disebut juga eco-industrial-cluster- adakalanya
digunakan untuk menggambarkan interaksi antara perusahaan dalam industri yang sejenis.
Meskipun pertukaran material dan energi telah secara signifikan telah menjadi bagian dari
aktifitas industri selama berabad-abad, tetapi focus pada atribut lingkungan masih merupakan hal
yang baru. Dalam artikelnya mengenai ekologi industri, Frosch dan Gallopoulos (1989)
memberikan gambaran ekosistem industri dimana konsumsi energi dan material di optimalkan
dan hasil dari suatu proses dapat merupakan bahan baku bagi proses lain Sebagian orang
memandang dari sisi metapora ekosistem, yang memandang aktifitas industri sebagai jejaring
makanan (food web) dan menginterpretasikan peranan dari beragam penggalan dan bisnis
refabrikasi sebagai komponen pengguna / pihak yang memanfaatkan (scavengers dan
decomposers) dari sistem.
Salah satu pendekatan untuk menghasilkan tingkat yang lebih tinggi mengenai efisiensi
penggunaan bahan baku dan sumber energi adalah dengan menyertakan konsep ekologi pada
dunia industri. Ekologi industri merujuk kepada pertukaran / saling bertukar antara sektor
industri dimana pembuangan dari satu industri menjadi sumber bahan baku dari industri lainnya.
Sebagai contoh : uap panas yang dihasilkan dari pembangkit tenaga listrik dapat digunakan
sebagai sumber panas untuk pabrik bahan kimia disekitarnya. Debu terbang dari pembakaran
batu bara pada stasiun pembangkit dapat digunakan sebagai bahan untuk industri semen.
Ekosistem alam tidak menghasilkan sisa atau limbah, karena limbah dari suatu organisme
merupakan makanan bagi organisme lainnya. Sistem alam tidak menghasilkan kandungan
persitensi toxic yang tidak dapat dimanfaatkan organisme lain dalam sistem. Hipotesisnya adalah
dalam memfungsikan efisiensi ekonomi yang harmonis dengan ekosistem, tidak akan ada limbah
atau sisa yang tidak terpakai.Ekologi industri melibatkan antara lain analisis siklus, lingkaran
suatu proses, pemanfaatan kembali (reusing) dan daur ulang (recycling), rancangan untuk
lingkungan dan pertukaran / saling menukar sisa atau limbah (waste exchange). Sedangkan
teknologi dan proses yang memaksimumkan efisiensi ekonomi dan lingkungan merupakan eco-
efisien

Pada eco-industri berlaku 4 ciri yang analog dengan ciri dalam ekosistem, yaitu adanya
siklus material, keragaman, kawasan, serta perubahan secara perlahan-lahan.
Siklus material dan bahan baku
Dalam ekosistem, limbah/sisa dari suatu organisme merupakan makanan bagi organisme
lain; daur ulang terjadi dan energi mengalir dalam rantai makanan. Analog dalam sistem
industri, terdapat rantai operasi dalam arah keseluruhan, misalnya dari bahan mentah
diproses, kemudian menghasilkan produk, selanjutnya proses produksi menhasilkan
limbah / sisa. Tujuan utama dalam ekologi industri selanjutnya adalah mempelajari rantai
bahan atau material bagi suatu produk, untuk menghasilkan tingkat ketergantungan
yang besar pada material sisa / limbah yang dapat di daur ulang dan pengaliran energi
pada setiap tahapan; yaitu mengadopsi sistem industri atau subsistem industri kedalam
suatu ekosistem.
Keragaman
Biodiversity atau keragaman species, baik itu dalam konteks organisme, informasi, dan
semua komponen dalam ekosistem yang mempunyai ketergantungan atau kerjasama satu
sama lain merupakan faktor penting dalam keberlanjutan dan ketahahan ekosistem.
Dalam ekosistem industri, keragaman dapat dipahami sebagai keragaman pelaku atau
keragaman dalam kebergantungan, dan dalam kerjasama dalam suatu industri.
Pemanfaatan limbah kemungkinan terjadi jika terdapat kerjasama antara beberapa pelaku,
misalnya inter perusahaan dan antar industri. Keragaman metafora dalam masalah produk
output dari aktivitas industri dapat juga menguntungkan jenis kegiatan ekologi industri.
Dalam ekosistem industri, untuk memampukan kerjasama beragam yang berdasarkan
pemanfaatan material dan aliran energi antar pelaku yang terlibat, keragaman output
dapat berarti bahwa limbah dari suatu perusahaan, misalnya limbah energi atau panas dari
tanaman, dipahami sebagai produk yang bernilai. Disini supply output dipahami dari
berbagai sudut pandang, sehingga limbah diinterpretasikan sebagai sesuatu yang berharga
dan dapat dimanfaatkan, daripada dibuang ke udara atau ke air.
Kawasan
Ekosistem global harus mempertimbangkan factor keterbatasan alam suatu kawasan.
Dalam ekosistem, suatu organisme harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan
bekerjasama dengan organisme lain dalam kawasannya. Dalam industri, bahan baku
bisa di import dari daerah lain, bahkan dari negara lain. Ekosistem kawasan industri
dengan usaha mengurangi bahan dasar / virgin material dan input energi, demikian juga
dengan output limbah dan emisi dari sistem kawasan industri, adalah visi yang dijalankan
untuk mengontrol atau mengurangi Footprint Ekologi kawasan (Wackenagel dan Rees,
1997 dalam [10]). Kawasan dalam pengembangan sistem ekologi industri adalah
pemanfaatan material dan sumber energi, limbah dan energi kawasan, menghargai factor
keterbatasan alam kawasan dengan mengontrol skala beban aktifitas industri pada
lingkungan, dan merupakan kegiatan kerjasama antara para pelaku dalam areal yang
berdekatan satu sama lain.
Perubahan secara perlahan-lahan / gradual change
Proses alam dicirikan oleh perubahan secara perlahan-lahan. Misalnya, generasi dan
regenerasi minyak bumi dan air tanah berlangsung setelah ratusan bahkan ribuan tahun.
Demikian juga dengan evolusi biologi dan genetic terjadi secara perlahan. Kenyataan
bahwa evolusi industri terjadi lebih cepat maka media penyimpan informasi seperti
budaya, buku, film, internet, cellular phone dan advertisement dinyatakan sebagai factor
yang mempercepat kerusakan lingkungan. Sebagai contoh, bahan mentah diperlukan
untuk memproduksi suatu produk dimana permintaan berkembang pesat, dapat menjadi
sesuatu yang mengkhawatirkan dalam konteks masa tersedianya bahan baku. Tambahan
pula, alam bergantung pada aliran sumber yang dapat diperbaharui (renewable flow
resource), misalnya energi matahari, sementara kegiatan industri berdasarkan pada
cadangan alam yang tak terbaharui (non renewable), misalnya dari fosil sehingga tidak
mempetimbangkan waktu reproduksi / renewable sumber daya alam yang terjadi secara
sangat perlahan-lahan.
Metafora perubahan perlahan-lahan dapat membantu kita dalam memahami ekosistem
kawasan industri. Setiap sistem industri, misalnya sistem kawasan industri merupakan sistem
yang unik. Ekonomi, social, budaya dan dimensi ekologi termasuk dalam keragaman sistem.
Perubahan keragaman sistem dan peningkatan kebergantungan pada sumber yang dapat
diperbaharui / renewable source, material sisa, limbah dan energi, jika dapat bergerak perlahan
mengikuti waktu / masa siklus alam, akan mengurangi beban lingkungan.
Hardin Tibbs dalam artikelnya yang berjudul Industrial Ecology : An Agenda for
Industry menekankan 6 komponen prinsip dalam ekologi industri, yaitu :
1. Ekosistem Industri : merupakan kerjasama antara beragam industri dimana limbah darisuatu
industri merupakan bahan material bagi industri lainnya
2. Keseimbangan input dan output industri yang mengacu pada keterbatasan system alam.
3. Pengurangan intensitas material dan energi dalam produksi
4. Peningkatan efisiensi dalam proses industri
5. Pengembangan supply energi yang dapat diperbaharui untuk keperluan industri
6. Adopsi kebijaksanaan baru, baik kebijakan nasional maupun internasional dalam
pengembangan ekonomi.
Simbiosis industri mempekerjasamakan antar banyak komponen yang penekanannya pada
siklus dan penggunaan ulang dari material dalam perpektif sistem yang lebih luas. Komponen ini
termasuk energi dan material yang solid, perpective siklus hidup, pengaliran, lingkaran tertutup
dari aliran-aliran material. Masing-masing pertukaran dikembangkan sebagai pengelolaan bisnis
yang menarik secara ekonomi antara perusahaan yang berpartisipasi melalui kontrak bilateral.
Hal ini menunjukkan bahwa simbiosis tidak bergantung pada proses perencanaan dan secara
kontinu akan berkembang. Regulasi / kebijakan berperan secara tidak langsung selama bertahun-
tahun.
Sumber daya digunakan untuk menghasilkan material, transportasi, pabrikasi primer dan
sekunder serta distribusi. Jumlah total energi dan material yang digunakan adalah yang bersatu
dalam produk. Dengan menggunakan ulang (reusing) bagian dari produk, simbiosis industri
dapat menjaga kelangsungan material dan energi yang bersatu itu, untuk jangka waktu yang lebih
panjang didalam sistem industri. Misalnya menggunakan energi panas yang terbuang untuk
menghasilkan energi listrik; atau menggunakan uap dari pembangkit listrik tenaga uap sebagai
sumber panas.
Simbiosis Industri, yaitu hubungan antar utilitas, produk sisa dan/atau limbah penggunaan
bahan dan energi eksternal, serta diagram alir input, proses dan output dalam suatu kawasan
industri dapat dilihat pada gambar berikut :

Ekosistem Kawasan Industri


Seiring dengan semakin pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
kebutuhan masyarakat akan konsumsi barang dan jasa semakin meningkat. Meningkatnya
kebutuhan akan barang dan jasa berakibat meningkatnya kebutuhan akan bahan baku, material
dan energi, sementara ketersediaan bahan baku, material dan energi semakin lama semakin
berkurang. Oleh sebab itu diperlukan suatu kebijakan mengenai keberlanjutan atau
sustainability, yaitu bahwa pertumbuhan konsumsi barang dan jasa harus disertai pengurangan
intensitas konsumsi bahan baku dan energi secara proporsional.

Maka dikembangkanlah beragam strategi yang tujuannya adalah pengurangan penggunaan


bahan baku dan industri dalam kerangka ekonomi global. Dalam prosesnya, beberapa lembaga
riset melakukan kajian terhadap implikasi yang mungkin terjadi akibat adanya kebijakan
dimaksud. Beberapa kajian menunjukkan adanya suatu peluang untuk melakukan pengurangan
secara signifikan dalam hal penggunaan material dan industri dalam pengembangan ekonomi dan
teknologi canggih. Hal ini merupakan salah satu pertimbangan yang melatarbelakangi
dikembangkannya pendekatan Ekologi Industri untuk pabrik, pengolahan dan sebagainya yang
berpotensi untuk memulai pengurangan penggunaan bahan baku dan material (dematerializing)
dalam kerangka ekonomi global. Pertimbangan lainnya adalah kesadaran bahwa pergerakan
kearah pembangunan yang berkelanjutan perlu menyertakan industri dalam kegiatan
ekonominya. Tetapi untuk menyertakan industri dalam suatu strategi pencapaian berkelanjutan,
diperlukan perkembangan mendasar dalam meningkatkan kualitas lingkungan industri serta
efisiensi sumber daya, demikian pula dengan kegiatan industry yang saling terintegrasi dengan
komunitasnya
Ekosistem kawasan industri merupakan kawasan industri yang menjalankan prinsip ekologi
dalam operasinya, sehingga dapat disebut juga sebagai Eco-industrial Park atau Eko-Kawasan
Industri. Sejalan dengan pengembangan Eko-kawasan Industri, pengembangan akan teknologi
hijau juga harus dilakukan dalam rangka mencapai tujuan ekosistem secara holistik, yaitu
pembangunan yang berkelanjutan.
Pada bagan berikut dapat dilihat posisi eko-kawasan industri dalam kerangka tujuan yang
berkelanjutan.

Komponen dalam Rancangan Eko-Kawasan Industri


Meskipun dapat dikatakan masih berupa embrio, ekosistem industri merupakan salah satu
pendekatan yang penting dalam menghadapi tantangan dalam mencapai tujuan pembangunan
yang berkelanjutan. Konsep Ekosistem Kawasan Industri (Eco-Industrial Park / EIP)
selanjutnya disingkat dengan EIP, pertama kali disosialisasikan secara formal pada tahun 1992-
1993 oleh suatu kelompok / komunitas dari Indigo Development Dalhouse University, dan
kelompok / komunitas Work and Environment Initiative dari Cornell University. Pada tahun
1994, Environmental Protection Agency milik pemerintah United States of America membiayai
Research Triangle Institute dan Indigo untuk memperdalam konsep ekosistem industri serta
melakukan studi kasus. Pada tahun 1996, sebanyak 17 proyek industri mendeklarasikan EIP bagi
kegiatan mereka.
Eco-Industrial Park menyertakan jaringan perusahaan dan organisasi yang bekerja bersama-
sama untuk meningkatkan ekonomi dan kualitas lingkungan. Beberapa perencana serta peneliti
ekosistem kawasan industri telah menggunakan jasa komunitas atau team ekosistem industri
untuk memberikan gambaran jenis hubungan simbiosis yang dikembangkan diantara pelaku
dan perusahaan yang turut berpatisipasi.
Komponen dalam Rancangan Eko-Kawasan Industri :
Sistem alam : meminimumkan dampak negative pada lingkungan, dan memperkecil biaya
operasi, serta menggunakan energi matahari dan / atau energi angina.
Energi : Strategi utama adalah penggunaan energi secara efisien untuk mengurangi biaya-
biaya serta mengurangi beban lingkungan.
Alir material : Dalam Eko-Kawasan Industri, pihak perusahaan memandang limbah sebagai
sesuatu produk yang berharga yang dapat dijual untuk digunakan oleh pihak lain.
Aliran air : Air yang telah melalui suatu proses dapat digunakan kembali oleh pihak lain,
yang dialirkan melalui suatu tahapan proses sesuai keperluan. Infrastruktur kawasan dapat
dirancang untuk beberapa tingkatan / grade air (bergantung pada kebutuhan perusahaan).
Pengelolaan Kawasan dan Dukungan Layanan : Pengelolaan harus mendukung pertukaran
produk antar perusahaan di kawasan, mendukung perusahaan dalam beradaptasi dengan
lingkungan beragam industri (misalnya mobilitas supplier atau pelanggan di areal kawasan).
Layanan lain juga menyangkut pemeliharaan akses / link pertukaran produk antar
perusahaan di kawasan serta pemeliharaan sistem telekomunikasi. Disamping itu, dapat
diadakan dukungan layanan bersama berupa pusat pelatihan, kantin, pusat kesehatan, kantor
untuk pembelian barang-barang umum, transportasi, kantor logistic dll.

Keuntungan dari Ekosistem Kawasan Industri


Dengan adanya kerjasama antar pelaku indutri dalam Eko-Kawasan Industri, maka terdapat
beberapa keuntungan yang diperoleh, yaitu :
Keuntungan keuangan untuk perusahaan :
- Menurunkan biaya pembelian bahan / material, mendapatkan hasil dari penjualan limbah
kepada pihak lain dalam kawasan
- Menurunkan penggunaan energi (misalnya transportasi).
- Menurunnya biaya pengelolaan limbah karena dilakukan didalam kawasan (dapat dijual,
dan membeli limbah dari perusahaan lain di kawasan).
- Menurunnya biaya serba-serbi.
- Menurunnya biaya HRD atau perekrutan pegawai karena dilakukan bersama-sama
dengan perusahaan lain dalam kawasan
Keuntungan bagi lingkungan :
- Permintaan akan sumber daya alam akan berkurang.
- Berkurangnya jumlah limbah dalam semua bentuk (padat, cair, emisi udara).
- Menurunnya kemungkinan terjadi kecelakaan dalam transport.
- Keuntungan sosial / bagi masyarakat :.
- Meningkatkan kualitas ekonomi masyarakat dengan adanya pekerjaan.
- Biaya pemanasan murah untuk masyarakat lingkungan sekitar kawasan dan didalam
kawasan.
- Udara dan air yang lebih bersih, sehingga masyarakat sekitar dapat hidup sehat

Subsistem industri dan induk ekosistem akan saling menguntungkan bagi seluruh pelaku
lingkungan industri. Riset yang dilakukan para peneliti dari Cornell University USA dan
Jepang memperkirakan bahwa untuk kawasan industri yang ingin menerapkan prinsip ekosistem
didalam kawasan industri, tetapi di dalam kawasan tersebut teidak terdapat link/hubungan yang
sesuai dalam konteks simbiosis, maka masih terdapat peluang sebesar 30% penghematan apabila
diupayakan menerapkan ekosistem di kawasan.

Kendala dan Tantangan Dalam Penerapan Ekosistem Kawasan Industri


Pada abad-21, eko-industri dan pengembangan teknologi yang mengeliminasi sisa atau
limbah dan memaksimumkan efisiensi akan mengalami masa kritis dalam usaha pengurangan
pemakaian material dan energi serta memelihara kualitas hidup dan kualitas lingkungan.
Perluasan eco-kawasan industri dengan mengembangkan eco-economi adalah eco-
efisien, merupakan faktor yang menentukan apakah tekanan pasar akan berperan penting sebagai
penggerak perubahan (driver of change).
Penerapan eco-kawasan industri mengutamakan keragaman jenis industri untuk optimalitas
siklus pertukaran limbah (waste exchange). Pada sisi lain, keragaman dapat juga menjadi
kendala pada ekologi industri. Keragaman dapat berarti meningkatkan kompleksitas, misalnya
keragaman pelaku berarti pula keragaman tujuan / interest. Hal ini dapat menjadi kendala ketika
mencoba merumuskan tujuan umum dalam pengembangan ekosistem industri. Dari sudut
pandang berbeda, besarnya jumlah pelaku yang terlibat dalam kerjasama dapat merupakan
pengaman bagi kelanjutan sistem. Dalam alam, semakin kecil dan sederhana sistem biotik,
semakin rapuh keberlangsungan sistem. Bahkan jika salah satu organisme punah, dapat
menghancurkan simbiosis. Semakin besar dan semakin kompleks ekosistem seperti danau,
sungai dan hutan, semakinkecil kemungkinan sistem terganggu jika satu elemen tiba-tiba punah.
Keragaman industri yang berarti pula keragaman interest pelaku, merupakan suatu tantangan
dalam penerapan ekosistem pada suatu kawasan industri. Perlu dilakukan komunikasi yang
berkelanjutan untuk mencapai kesamaan persepsi dalam menyikapi tujuan jangka panjang
penerapan ekosistem pada kawasan industri.
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam menerapkan prinsip ekologi didalam
kawasan industri :
Para pelaku industri harus memahami limbah sebagai suatu yang bernilai sebagai bahan
dasar untuk industri lainnya. Studi dan kerjasama harus diperluas dan perusahaan harus
mengembangkan visinya dengan menyertakan keseluruhan sistem dalam perusahaan yang
bersatu.
Perlu adanya lintas batas antar sektor public dan sektor swasta untuk menghasilkan
ekosistem industri dengan dukungan institusional. Pembuat kebijakan dapat diuntungkan
ketika mengetahui bahwa untuk keberlangsungan daur ulang atau sistem roundput, issue
lingkungan harus direfleksikan juga dalam implikasi ekonomi, social dan budaya, misalnya
dalam konteks komunitas aliran (societal context of the flow).
Bagi kawasan industri yang sudah ada dan sudah berjalan cukup mapan, perlu suatu usaha
yang memfasilitasi pengembangan sistem kerjasama berdasarkan pemanfaatan limbah dan
energi.
Perlu dilakukan upaya membangun suatu system kerjasama berdasarkan pemanfaatan
limbah dan energy pada suatu kawasan industry yang sudah ada
Keberhasilan dari pembentukan hubungan / link dari eco-industri memerlukan implementasi
proyek secara terus-menerus sehingga dapat mengidentifikasi peluang-peluang yang ada
dalam rangka eco-industri. Diperlukan kerja keras untuk mengidentifikasi regulasi dan
kebijakan lain yang menghambat untuk dihilangkan. Kebijakan berdasarkan insentif
misalnya ecological tax reform (keringanan eco-pajak) dan proyek-proyek teknis perlu
diidentifikasi dan di implementasikan untuk membantu menstimulasi pasar dalam
menggerakkan eco-industri.

Anda mungkin juga menyukai