Disusun oleh:
Kristina Wulandari
D1614051
Public Relations A
2015
A. Manajemen Strategik
Strategi berasal dari kata bahasa Yunani strategos dan
menunjuk pada keseluruhan peran komando seperti sebuah
komando umum militer. Dalam bisnis, strategi menentukan
lingkup dan arah suatu pengembangan organisasi dan bagaimana
dapat mencapai strategi yang kompetitif.
Setiap perusahaan bagaimana dan apapun ukurannya harus
memiliki suatu strategi yang berada di setiap level atau lapisan
posisi dan kedudukan yang ada dalam suatu perusahaan. Sebagai
contoh adalah suatu perusahaan yang memiliki strategi secara
keseluruhan dalam tiap lapisan kedudukan atau posisi, sementara
masing-masing operasi atau divisi seperti pemasaran juga
memiliki strateginya sendiri-sendiri. Strategi perusahaan mencoba
menjawab pertanyaan-pertanyaan besar. Strategi kompetitif
mengajukan pertanyaan spesifik, seperti: Bagaimana kita
berkompetisi dalam setiap bisnis? sehingga apa yang mereka
kerjakan mempunyai tujuan yang jelas serta mereka memiliki
suatu cara yang dapat digunakan untuk terus dan terus memajukan
bisnis atau perusahaan tempat mereka bekerja. Dengan hal
tersebut, perusahaan akan mendapatkan hasil atau keuntungan
yang besar apabila strategi yang mereka terapkan dapat berjalan
dengan baik dan dikatakan berhasil.
Sebuah strategi yang diterapkan oleh seorang Public
Relations merupakan suatu pendekatan yang menyeluruh bagi
sebuah kampanye atau program dan juga penjelasan rasional di
belakang program yang taktis. Program tersebut akan didikte dan
ditentukan oleh persoalan yang muncul dari suatu analisis-analisis
dan penelitian-penelitian. Hal ini adalah dasar dari terbangun atau
terbentuknya program taktis dan dapat memindahkan perusahaan
dari posisi yang ada sekarang menuju pada posisi yang diinginkan
pada akhir program nantinya.
Langkah-langkah dalam suatu perencanaan strategis
termasuk dalam penentuan misi organisasi, pembentukan profil
organisasi, menilai lingkungan eksternal, memadukan profil
organisasi dengan peluang lingkungan, mengidentifikasi pilihan
terbaik yang konsisten dengan misi, pemilihan sasaran-sasaran
(tujuan) jangka panjang, membentuk tujuan-tujuan jangka
pendek, mengimplementasikan program dan mengevaluasi
keberhasilan atau kegagalan.
Komunikasi menjadi sebuah fungsi manajemen strategis,
ketika program-program komunikasi bisa membantu mengelola
hubungan dengan tokoh-tokoh masyarakat yang memengaruhi
misi organisasi, sasaran dan tujuan.
Tingkatan-Tingkatan Strategi
1) Penelitian Terapan
Penelitian terapan untuk memecahkan masalah secara
praktis. Dalam pekerjaan PR, penelitian terapan
bersifat strategis dan evaluatif. Aplikasinya dirancang
menjawab pertanyaan praktis secara spesifik.
2) Penelitian Strategis
Penelitian ini digunakan terutama dalam
pengembangan program, untuk menentukan tujuan-
tujuan program, emngembangkan pesan strategis atau
kemapanan benchmarks (tanda untuk menentukan
tingginya letak suatu daerah / perusahaan) hendak
dicapai. Penelitian ini sering menguji fungsi dan
teknis Public Relations. Sebagai contoh, suatu
perusahaan yang ingin mengetahui bagaimana tingkat
keterbukaan karyawan dalam publikasi internal.
Pertama kali akan melakukan penelitian strategis
untuk menemukan dimana atau bagaimana
kondisinya.
3) Penelitian Evaluatif
Penelitian ini kadang-kadang disebut summative
research. Dilakukan terutama untuk melihat apakah
suatu program PR mencapai tujuan dan sasaran yang
telah ditentukan. Sebagai contoh, jika perubahan
dibuat dalam program komunikasi internal untuk
meningkatkan keterbukaan. Penelitian evaluative
dapat menemukan apakah tujuan tercapai.
Penelitian formatif adalah bentuk lain dari penelitian
evaluasi dapat diaplikasikan selama program
berlangsung untuk dipantau perkembangannya dan
menyatakan dimana modifikasi yang dibuat masuk
akal (realistis).
4) Penelitian Teoritikal PR
Penelitian teoritikal PR ini lebih abstrak dan
konseptual dibanding penelitian terapan. Penelitian ini
menunjang pengembangan berbagai teori dalam PR,
seperti mengapa orang-orang berkomunikasi,
bagaimana opini public dibentuk dan bagaimana suatu
public dibentuk. Pengetahuan penelitian teritikal
penting sebagai kerangka kerja untuk persuasive dan
menjadi dasar pemahaman mengapa orang-orang
melakukan itu dan apa yang dilakukan orang itu.
1) Survey
Survey dirancang untuk mengungkapkan sikap dan
opini apa yang orang-orang pikirkan tentang pokok
persoalan tertentu.
Penelitian survey merupakan salah satu metode
penelitian yang sangat sering digunakan dalam
penelitian. Survey dapat diaplikasikan terhadap isu
masyarakat yang meluas, seperti menentukan opini
public tentang suatu pencalonan politisi untuk
menduduki jabatan tertentu atau untuk masalah
organisasional yang kerap kali muncul seperti apakah
pemegang saham menyukai laporan kuartal.
Penelitian survey dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a) Descriptive Survey
Penelitian ini menggambarkan tentang situasi
dan kondisi yang terjadi saat ini. Memperoleh
realitas tentang suatu pokok persoalan dalam
waktu tertentu. Misalnya public opinion pool
(jajak pendapat public) tentang seorang perdana
menteri.
b) Explanatory surveys
Penelitian ini mengacu kepada cause dan effect
(sebab akibat) tujuan penelitian ini untuk
membantu menjelaskan mengapa situasi dan
kondisi ini terjadi dan memberikan penjelasan
tentang opini dan sikap. Sering kali, penelitian
explanatory atau analytical surveys ini dirancang
untuk menjawab pertanyaan Mengapa?.
Misalnya, Mengapa karyawan tidak
mempercayai pesan manajemen? Mengapa nilai
dollar tidak diapresiasi dalam masyarakat?
Mengapa kredibilitas kita dipertanyakan?
2) Communication Audit (Komunikasi Audit)
Komunikasi audit dirancang untuk mengungkapkan
perbedaan antara kenyataan dan komunikasi yang
dirasakan antara manajemen dan target khalayak.
Manajemen membuat asumsi-asumsi tertentu tentang
metode, media material dan pesan, di mana target
khalayak setelah dikonfirmasi asumsi itu dibantah.
Komunikasi audit seringkali digunakan untuk
mengevaluasi bagaimana suatu organisasai
berlangsung berkenaan dengan suatu karakteristik
unsur pokok kelompok. Komunikasi audit khsusus
digunakan untuk menganalisis kedudukan perusahaan
dengan karyawannya atau komunitas tetangga
perusahaan, menilai pembaca terhadap saran
komunikasi rutin seperti laporan tahunan dan news
release, atau menguji penampilan
organisasi/perusahaan sebagai warga kota perusahaan.
Sangat efektif apabila ingin memulai komunikasi
audit dengan seorang peneliti yang,
a) Akrab dengan public yang akan diteliti dan atau
dilibatkan dalam proses penelitian.
b) Secara umum memahami sikap-sikap yang
dilakukan oleh public sasaran terhadap
perusahaan.
c) Mengenal suatu isu menjadi suatu perhatian
public sasaran.
d) Mengerti kekuatan dari public sasaran ketika
berhadapan dengan public lainnya.
3) Unobtrusive measure (pengukuran yang tidak sulit)
Metode unobtrusive atau penelitian tidak sulit
melakukan koneksi data untuk para peneliti Public
Relations, mungkin banyak sekali yang melakukan
fact finding (menemukan fakta) secara sederhana.
Fakta-fakta yang diperoleh masih terbilang mentah
dan masih perlu diolah sebagai pekerjaan seorang
Public Relations, tidak bertindak apa-apa, kecuali
fakta-fakta tersebut diketahui, proses penemuan fakta-
fakta tersebut akan tetap berlanjut.
Setiap perusahaan harus menyimpan fakta-
fakta pada sebuah file atau arsip dari data yang sangat
esensial dengan data yang berkenaan atau terkait di
dalamnya. Sebagai contoh, beberapa pokok-pokok
atau items sebagai statistic kunci perusahaan atau
organisasi, berbagai jenis dan bentuk dari kegiatan
publikasi, biografis dan foto mengenai manajemen
atau pimpinan, koping pres seperti surat kabar dan
majalah, daftar media, literature atau buku-buku yang
berkenaan atau berhubungan dengan persaingan
usaha, surat keputusan perundang-undangan,
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
perusahaan semua itu harus disimpan sebagai arsip
dan up dated atau tidak kadaluarsa. Di zaman yang di
mana segala peralatan telah berubah menjadi modern
dan canggih akan lebih baik lagi apabila segala
macam data mengenai fakta-fakta tersebut disimpan
dengan komputerisasi. Sehingga akan lebih
memudahkan dalam mengakses data-data tersebut dan
lebih mudah dapat proses pencarian data apabila
sewaktu-waktu dibutuhkan untuk kepentingan
penelitian.
3) Observasi
Observasi atau pengamatan adaalh kegiatan
keseharian manusia dengan menggunakan panca
indera sebagai alat bantu utamanya. Dengan kata
lain, observasi adalah kemampuan seseorang
menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja
pancaindera. Tujuan pengamatan terutama untuk
membuat catatan atau deskripsi mengenai perilaku
dalam kenyataan serta memahami perilaku
tersebut atau hanya ingin mengetahui frekuensi
suatu kejadian. Peneliti perlu melakukan apa yang
akan menajdi sasaran pengamatan sebelum
melakukan observasi.
Dengan melakukan observasi atau pengamatan
peneliti perlu berusaha agar pihak yang diamati
tidak mengetahui atau merasa diamati. Karena
apabila objek mengetahui bahwa mereka tengah
diamati mereka akan curiga sehingga tingkah laku
mereka mungkin akan dibuat-buat atau tidak
wajar. Bisa jadi mereka berbuat atau bertingkah
laku seperti itu agar dicatat sebagai tingkah laku
yang baik atau sebaliknya oleh peneliti.
4) Analisis Isi
Analisis isi digunakan untuk memperoleh
keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan
dalam bentuk lambing. Teknik analisis isi pada
dasarnya bertujuan untuk membuat analisis dari isi
pesan pesan yang ada dalam sebuah dokumen..
analisis isi dapat digunakan untuk berbagai
kepentingan, misalnya untuk mengukur tingkat
kemudahan pemahaman dokumen-dokumen dalam
perusahaan, membuat analisis atas tema-tema yang
dimuat dalam bulletin perusahaan. Analisis isi
umumnya dapat diguanakn untuk menganalisis
semua bentuk komunikasi seperti berita di surat
kabar, buku, pidato, peraturan, undang-undang
bahkan juga isi dari film, musik, teater dan
sebagainya.
Pada dasarnya analisis isi melibatkan pemilihan
komunikasi-komunikasi tertulis atau dokumen
yang hendak dipelajari, membuat kategori-
kategori pengukuran berdasarkan sampling atau
keseluruhan dokumen, mengukur frekuensi
pemunculan kategori-kategori menurut aturan-
aturan koding yang sudah ditentukan,
menggunakan uji statistic tertentu atas data-data
dalam penelitian dan menarik kesimpulan dari
data-data tersebut. Dengan demikian, penelitian
yang menggunakan analisis isi umumnya melalui
tahap-tahap perumusan masalah, perumusan
hipotesis, penarikan sample, pembuatan alat ukur
(koding) pengumpulan data dan analisis data.
Analisis isi dapat digunakan misalnya untuk
membandingkan strategi pembinaan karyawan
anatara satu perusahaan dengan perusahaan
lainnya. Dalam hal ini, kita ingin mengetahui
kebijakan penegakan disiplin yang dilakukan dua
perusahaan yang berbeda (misalnya perusahaan A
dan perusahaan B) kepada karyawan mereka
dengan mengukur intensitas kalimat larangan dan
kalimat perintah yang muncul pada buku peraturan
dan buku pedoman kerja perusahaan.
Kita dapat menggunakan dua kategori yaitu kata
atau ungkapan larangan seperti dilarang , tidak
pernah , tidak dapat atau tidak dibenarkan
dan kata atau ungkapan perintah seperti: harus ,
selalu , diwajibkan , dituntut dan penting
untuk. Dengan menghitung frekuensi penggunaan
kategori-kategori yang muncul pada buku
peraturan dan pedoman kerja kedua perusahaan
dapat diketahui perusahaan mana yang lebih keras
menegakkan aturan atau disiplin kepada
karyawannya dan perusahaan mana yang lebih
lunak.
Beberapa poin penting dalam penelitian analisis isi
yang perlu diperhatikan adalah perumusan
masalah harus dikemukakan dalam bentuk
pertanyaan yang dapat diukur. Misalnya , dalam
contoh di atas, kita bertujuan untuk mengetahui
apakah penegakan disiplin dan aturan karyawan
pada perusahaan A lebih keras daripada
perusahaan B. Dalam hal ini kita harus
menggunakan kedua kategori yang dimaksud dan
menghitung perbandingan penggunaan kata kata
yang tercakup dalam kedua kategori dimaksud
pada masing-masing buku yang dikeluarkan
perusahaan. Masalah yang dapat dirumuskan dari
kasus ini misalnya: Berapakah frekuensi kata atau
ungkapan larangan dan perintah yang muncul pada
buku peraturan perusahaan dan pedoman kerja
yang dikeluarkan masing-masing perusahaan?
ini merupakan contoh bentuk perumusan masalah
yang dapat diukur secara tepat.
Setelah perumusan masalah atau pertanyaan
penelitian, kemudian dilakukan perumusan
hipotesis. Peneliti harus merumuskan hipotesis
dalam penelitian analisis isi ini. Hipotesis adalah
dugaan sementara yang akan dibuktikan dalam
atau melalui penelitian.
C. Identifikasi dan Perumusan Masalah Kehumasan
Kebanyakan perusahaan atau organisasi kini mengakui
peranan Public Relations (PR) cukup menonjol dalam pengambilan
keputusan manajemen. Seringkali manajer PR melapor atau
berhubungan langsung kepada top management. Dengan alasan
yang sederhana bahwa PR adalah seorang interpreter (penerjemah)
manajemen, sehingga PR harus mengetahui apa yang manajemen
pikirkan setiap saat terhadap suatu isu public yang sebenarnya.
Dalam beberapa tahun terakhir ini PR telah
mengembangkan kerangka teorinya sebagai suatu sistem
manajemen. Grunig dan Hunt menyarankan para manajer PR
bertindak berdasarkan apa yang disebut sebagai teoritis
organisasional suatu boundary rule atau memainkan peran
diperbatasan, mereka berfungsi di tepi suatu perusahaan atau
organisasi sebagai penghubung antara perusahaan atau organisasi
dengan public internal dan eksternalnya. Dengan perkataan lain
para manajer PR harus meletakkan satu kakinya di dalam
perusahaan dan satu kaki lainnya di luar perusahaannya. Sering
posisi ini dianggap unik di satu sisi tidak sendiri, tetapi sisi lainnya
juga mengandung bahaya atau resiko.
Sebagai boundary managers orang-orang PR mendukung
kolega mereka dengan sokongan komunikasi mereka yang lintas
organisasi yaitu ke dalam dan ke luar organisasi atau perusahaan.
Dengan cara ini para profesioanal PR juga menjadi manajer sistem,
memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan transaksi
dengan menjalin berbagai hubungan yang berifat kompleks atau
rumit dan penting dalam organisasi perushaan, yaitu:
1) PR harus memikirkan hubungan organisasi atau
perusahaan terhadap lingkungannya sendiri.
Berkaitan dengan itu unit manajer bisnis dan
bagian opersional mendukung staf. Sebagai contoh
terjadinya konflik antar bagian di perusahaan itu
sendiri.
2) PR harus bekerja sesuai dengan aturan organisasi
atau perusahaan untuk mengembangkan
pemecahan yang inovatif terhadap PR
berhubungan dengan lingkungan yang berbeda
dibandingkan dengan rekan sejawat di dalam
organisasi atau perusahaan mereka. Para manajer
PR harus inovatif, tidak hanya menempatkan
solusi komunikasi tetapi juga dalam membuat
pengertian dan penerimaan bagi koleganya.
3) PR harus berpikir strategis. Para manajer PR harus
menampilkan atau menampakkan pengetahuannya
tentang visi, misi, tujuan dan strategi yang dimilik
oleh organisasi atau perusahaan tempat ia bekerja.
Solusinya harus menjawab kebutuhan nyata
organisasi atau perusahaan.
4) Para PR manajer harus juga memiliki kemampuan
mengukur hasil yang sudah diperoleh PR harus
menyatakan dengan jelas apa yang mereka ingin
katakan, membuat pekerjaan secara sistematik dan
mengukur suatu keberhasilan. Hal ini penggunaan
beberapa cara yang diterima dari teknik-teknik
sekolah bisnis seperti management by objective
(MBO), management by objective and results
(MOR), and program evaluation and research
technique (PERT).
1) Fact finding.
Mencari dan mengumpulkan fakta dan data sebelum
melakukan tindakan. Misalnya PR sebelum melakukan
suatu kegiatan harus terlebih dahulu mengetahui,
misalny: apa yang diperlukan public, saiapa saja yang
termasuk ke dalam public, bagaimana keadaan public
dipandang dari berbagai macam factor.
2) Planning
Berdasarkan fakta kita dapat membuat rencana tentang
apa yang harus dilakukan dalam menghadapi masalah
itu.
3) Communication
Rencana yang telah disusun dengan baik sebagai hasil
pemikiran yang matang berdasarkan fakta dan data yang
telah didapatkan melalui fact finding kemudian
dikomunikasikan atau dilakukanlah suatu tindakan atau
kegiatan operasional.
4) Evaluation
Mengadakan evaluasi tentang suatu kegiatan, apakah
tujuan sudah tercapai atau belum. Evaluasi tersebut
dapat dilakukan secara kontinyu atau berkelanjutan.
Hasil evaluasi tersebut dapat dijadikan suatu dasar
dalam kegiatan PR selanjutnya.