Anda di halaman 1dari 20

I.

IDENTIFIKASI KELUHAN UTAMA DI BIDANG THT-KL


Beberapa simptom atau keluhan utama yang dirasakan pasien yang menyebabkan
pasien tersebut datang ke poli THT-KL antara lain sebagai berikut
a. Keluhan di telinga :
1) Nyeri telinga (otalgia),
2) Keluar cairan dari telinga (otorrhea),
3) Telinga berdenging/berdengung (tinnitus),
4) Telinga terasa penuh (ear fullness),
5) Telinga gatal (itching),
6) Gangguan pendengaran/tuli (deafness),
7) Pusing berputar (vertigo),
8) Benda asing di dalam telinga (corpal),
9) Sakit kepala (cephalgia),
10) Sakit kepala sebelah (migraine).

b. Keluhan di hidung :
1) Pilek/keluar cairan dari hidung (rhinorrhea),
2) Hidung tersumbat (nasal obstruksi),
3) Bersin-bersin (sneezing),
4) Rasa nyeri di daerah muka dan kepala,
5) Perdarahan dari hidung/mimisan (epistaksis),
6) Gangguan penghidu (anosmia/hiposmia),
7) Benda asing di dalam hidung (corpal),
8) Suara sengau (nasolalia),
9) Hidung berbau (foetor ex nasal).

c. Keluhan di tenggorok :
1) Nyeri menelan (odinofagia),
2) Sakit tenggorokan,
3) Tenggorok berlendir/banyak dahak di tenggorok,
4) Sulit menelan (disfagia),
5) Suara serak (hoarseness),
6) Benda asing di dalam tenggorok (corpal),
7) Amandel (tonsil),
8) Bau mulut (halitosis),
9) Tenggorok kering,
10) Sensasi ada sumbatan di leher,
11) Batuk.

d. Keluhan di kepala leher di luar keluhan telinga, hidung, dan tenggorok:


1) Benjolan di leher,
2) Sesak nafas.
(Soepardi et al., 2007)

1
BAB I
PENDAHULUAN

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh
bakteri dapat terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit. Faktor ini penyebab timbulnya otitis
eksterna ini, kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma local dan alergi. Faktor ini
menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel
skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma local yang mengakibatkan bakteri masuk
melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat. Bakteri patogen pada otitis eksterna akut
adalah pseudomonas (41 %), strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides
(11%).1 Istilah otitis eksterna akut meliputi adanya kondisi inflamasi kulit dari liang telinga
bagian luar. 2,3

2
Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang dapat
menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh liang telinga
terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap pembentukan lokal otitis
eksterna. Otitis eksterna difusa merupakan tipe infeksi bakteri patogen yang paling umum
disebabkan oleh pseudomonas, stafilokokus dan proteus, atau jamur.4
Penyakit ini sering diumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan jarang
pada iklim-iklim sejuk dan kering. Patogenesis dari otitis eksterna sangat komplek dan sejak
tahun 1844 banyak peneliti mengemukakan faktor pencetus dari penyakit ini seperti Branca
(1953) mengatakan bahwa berenang merupakan penyebab dan menimbulkan kekambuhan.
Senturia dkk (1984) menganggap bahwa keadaan panas, lembab dan trauma terhadap epitel
dari liang telinga luar merupakan faktor penting untuk terjadinya otitis eksterna. Howke dkk
(1984) mengemukakan pemaparan terhadap air dan penggunaan lidi kapas dapat
menyebabkan terjadi otitis eksterna baik yang akut maupun kronik.
Umumnya penderita datang ke Rumah Sakit dengan keluhan rasa sakit pada telinga,
terutama bila daun telinga disentuh dan waktu mengunyah. Bila peradangan ini tidak diobati
secara adekuat, maka keluhan-keluhan seperti rasa sakit, gatal dan mungkin sekret yang
berbau akan menetap.5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI TELINGA

Gambar. Anatomi Telinga


1. Telinga Luar

3
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani.Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga
berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar,
sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya
kira-kira 2,5 3cm. Sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak
kelenjar serumen dan rambut.Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang
telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar
serumen.

2. Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus yang terdiri dari membran timpani yang
merupakan membran fibrosa tipis yang berwarna kelabu mutiara. Berbentuk
bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik
terhadap sumbu liang telinga.
Membran timpani dibagi atas 2 bagian yaitu bagian atas disebut pars flaksida
(membrane sharpnell) dimana lapisan luar merupakan lanjutan epitel kulit
liang telinga sedangkan lapisan dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, dan pars
tensa merupakan bagian yang tegang dan memiliki satu lapis lagi ditengah,
yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin.
Tulang pendengaran terdiri dari maleus, inkus dan stapes. Tulang pendengaran
ini dalam telinga tengah saling berhubungan. Tuba eustachius menghubungkan
rongga telinga tengah dengan nasofaring.

3. Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung
atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala
timpani dengan skala vestibuli.
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang dari koklea
tampak skala vestibule sebelah atas, skala timpani sebelah bawah dan skala
media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibule dan skala timpani berisi
perilimfa sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang
terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Dimana cairan perilimfa
tinggi akan natrium dan rendah kalium,sedangkan endolimfa tinggi akan
kalium dan rendah natrium. Hal ini penting untuk pendengaran.

4
Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissners
Membrane) sedangkan skala media adalah membran basalis. Pada membran
ini terletak organ corti yang mengandung organel-organel penting untuk
mekanisme saraf perifer pendengaran. Organ corti terdiri dari satu baris sel
rambut dalam (3000) dan tiga baris sel rambut luar (12000). Ujung saraf
aferen dan eferen menempel pada ujung bawah sel rambut. Pada permukaan
sel-sel rambut terdapat stereosilia yang melekat pada suatu selubung diatasnya
yang cenderung datar, bersifat gelatinosa dan aselular sehingga dikenal
sebagai membrane tektoria.
Membran tektoria disekresi dan disokong limbus yang terletak di medial. Pada
skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membrane
tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel
rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti yang membentuk organ Corti.

4. Neurovaskularisasi
Aurikula dan kanalis akustikus eksternus menerima perdarahan dari arteri
temporalis superfisialis dan cabang aurikularis posterior yang merupakan
cabang dari arteri karotis eksterna.
Sedangkan aliran vena dari aurikula dan meatus yaitu melalui vena temporalis
superfisiali dan vena aurikularis posterior kemudian bersatu membentuk vena
retromandibular yang biasanya terpisah dan keduanya bertemu di vena
jugularis, pertemuan terakhir terdapat pada vena jugularis eksterna namun
demikian juga menuju ke sinus sigmoid melalui vena emissarius mastoid.
Persarafan sensoris ke aurikula dan canalis akustikus eksternus berasal dari
persarafan kranialis dan kutaneus dengan kontribusi dari cabang
aurikulotemporal N. Trigeminus (V), N.
Fasialis (VII), dan N. Vagus (X)., dan juga N. Aurikularis magna dari pleksus
servikalis (C 2-3). Otot motorik ekstrinsik telinga, yaitu pada bagian anterior,
superior, dan posterior aurikula dipersarafi N. Fasialis (VII).

B. OTITIS EKSTERNA
1. DEFINISI
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh
bakteri dapat terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit
Otitis eksterna difus dikenal dengan swimmer ear (telinga perenang) atau telinga
cuaca panas ( hot weather ear) adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat

5
infeksi bakteri yang menyebabkan pembengkakan stratum korneum kulit sehingga
menyumbat saluran folikel.
Terjadinya kelembaban yang berlebihan karena berenang atau mandi menambah
maserasi kulit liang telinga dan menciptakan kondisi yang cocok bagi
pertumbuhan bakteri. Perubahan ini dapat juga menyebabkan rasa gatal di liang
telinga sehingga menambah kemungkinan trauma karena garukan 3,5 .

2. ETIOLOGI
Otitis eksterna dapat disebabkan oleh infeksi bakteri seperti Pseudomonas
aeruginosa, Proteus mirabilis, Staphylococcus, Streptococcus, dan beberapa
bakteri gram negatif. Serta dapat juga disebabkan oleh jamur sereti Jamur
golongan Aspergillus atau Candida sp. Otitis eksterna difusa dapat juga terjadi
sekunder pada otitis media supuratif kronis 4,9.
Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya otitis eksterna, yaitu : 6,7

a. Derajat keasaman (pH)


Ph pada liang telinga biasanya normal atau asam, pH asam berfungsi sebagai
protektor terhadap kuman. Bila terjadi perubahan pH menjadi basa maka akan
mempermudah terjadinya otitis eksterna yang disebabkan oleh karena proteksi
terhadap infeksi menurun.
b. Udara
c. Udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan jamur mudah
tumbuh.
d. Trauma
Trauma ringan misalnya setelah mengorek telinga merupakan factor
predisposisi terjadinya otitis eksterna.
e. Berenang
Terutama jika berenang pada air yang tercemar. Perubahan warna kulit liang
telinga dapat terjadi setelah terkena air.

3. EPIDEMIOLOGI
Setiap tahun, otitis eksterna terjadi pada 4 dari setiap 1000 orang di Amerika
Serikat. Kejadian lebih tinggi selama musim panas, mungkin karena partisipasi
dalam kegiatan air lebih tinggi. Otitis eksterna akut, kronis, dan eczematous
merupakan otitits yang umum di Amerika Serikat, namun otitis necrotizing jarang
terjadi. Secara umum di dunia frekuensi otitis eksterna tidak diketahui, namun
insidennya meningkat di Negara tropis seperti Indonesia.

6
Tidak ada ras ataupun jenis kelamin yang berpengaruh terhadap angka kejadian
otitis eksterna. Umumnya, tidak ada hubungan antara perkembangan otitis
eksterna dan usia. Sebuah studi epidemiologi tunggal di Inggris menemukan
prevalensi selama 12-bulan yang sama untuk individu yang berusia 5-64 tahun
dan prevalensinya meningkat pada usia lebih dari 65 tahun.3,5

4. FAKTOR RESIKO
a. Suka membersihkan atau mengorek-ngorek telinga dengan cotton buds,
ujung jari atau alat lainnya

b. Kelembaban merupakan foktor yang penting untuk terjadinya otitis


eksterna.

c. Sering berenang, air kolam renang menyebabkan maserasi kulit dan


merupakan sumber kontaminasi yang sering dari bakteri

d. Penggunaan bahan kimia seperti hairsprays, shampoo dan pewarna rambut


yang bisa membuat iritasi dan mematahkan kulit rapuh, yang
memungkinkan bakteri dan jamur untuk masuk

e. kondisi kulit seperti eksema atau dermatitis di mana kulit terkelupas atau
pecah, dan tidak bertindak sebagai penghalang atau pelindung dari kuman
atau jamur

f. Kanal telinga sempit, infeksi telinga tengah, diabetes.

5. PATOFISIOLOGI
Kanalis auditorius eksternal dilapisi dengan epitel skuamosa dan panjangnya
sekitar 2,5 cm pada orang dewasa. Fungsi kanal auditori eksternal adalah untuk
mengirimkan suara ke telinga tengah sekaligus melindungi struktur yang lebih
proksimal dari benda asing dan setiap perubahan kondisi lingkungan. Sepertiga
luar kanal adalah tulang rawan dan terorientasi di superior dan posterior, bagian
dari kanal berisi serumen yang diproduksi oleh kelenjar apokrin. Dua pertiga dari
bagian dalam kanal adalah osseus, ditutupi dengan kulit tipis yang melekat erat,
dan berorientasi inferior dan anterior; bagian ini adalah kanal yang tidak memiliki
kelenjar apokrin atau folikel rambut.

7
Jumlah serumen yang dihasilkan bervariasi antara individu. Serumen umumnya
bersifat asam (pH 4-5), sehingga menghambat pertumbuhan bakteri atau jamur.
Sifat lilin dari serumen melindungi epitel yang mendasari dari maserasi atau
kerusakan kulit.
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan dan
dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud (pembersih
kapas telinga) dapat mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-
sel kulit mati dan serumen akan menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah
ini juga diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang
telinga.
Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang
telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap
pada liang telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan
jamur.
Otitis eksterna mungkin berkembang pada atlet akuatik atau perenang sebagai
akibat dari paparan air yang berlebihan yang mengakibatkan pengurangan secara
keseluruhan dari serumen. Penurunan serumen ini kemudian dapat menyebabkan
pengeringan dari kanalis auditorius eksternal dan pruritus. Pruritus kemudian
dapat menyebabkan probing dari kanalis auditorius eksternal, mengakibatkan
kerusakan kulit dan memudahkan kejadian untuk infeksi. Obstruksi saluran
pendengaran eksternal dari serumen yang berlebihan, debris, exostosis peselancar,
atau kanal yang sempit dan berliku-liku juga dapat menyebabkan infeksi dengan
cara retensi kelembaban.
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangnya
lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini
menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi
inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya
infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri.
Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan rasa
nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan cairan / nanah
yang bisa menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna) sehingga
hantaran suara akan terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran.
Bakteri patogen yang sering menyebabkan otitis eksterna yaitu pseudomonas
(41%), streptokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%).
Infeksi pada liang telinga luar dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan tulang
temporal

8
Otalgia pada otitis eksterna disebabkan oleh kulit liang telinga luar beralaskan
periostium & perikondrium bukan bantalan jaringan lemak sehingga memudahkan
cedera atau trauma. Selain itu, edema dermis akan menekan serabut saraf yang
mengakibatkan rasa sakit yang hebat.
Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan kulit
dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada daun telinga
akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar sehingga
mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada penderita otitis eksterna

6. KLASIFIKASI
a. Otitis Eksterna Sirkumskripta
Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi bermula dari folikel rambut di
liang telinga yang disebabkan oleh bakteri stafilokokus dan menimbulkan
furunkel di liang telinga di 1/3 luar. Sering timbul pada seseorang yang
menderita diabetes.
Gejala klinis otitis eksterna sirkumskripta berupa rasa sakit (biasanya dari
ringan sampai berat, dapat sangat mengganggu, rasa nyeri makin hebat bila
mengunyah makanan). Keluhan kurang pendengaran, bila furunkel menutup
liang telinga. Rasa sakit bila daun telinga ketarik atau ditekan. Terdapat tanda
infiltrat atau abses pada 1/3 luar liang telinga.
Penatalaksanaan otitis eksterna sirkumskripta :
(1) Lokal : pada stadium infiltrat diberikan tampon yang dibasahi dengan
10% ichthamol dalam glycerine, diganti setiap hari. Pada stadium abses
dilakukan insisi pada abses dan tampon larutan rivanol 0,1%.
(2) Sistemik : Antibiotika diberikan dengan pertimbangan infeksi yang
cukup berat. Diberikan pada orang dewasa ampisillin 250 mg qid,
eritromisin 250 qid. Anak-anak diberikan dosis 40-50 mg per kg BB.
(3) Analgetik : Parasetamol 500 mg qid (dewasa). Antalgin 500 mg qid
(dewasa).
Pada kasus-kasus berulang tidak lupa untuk mencari faktor sistemik yaitu
adanya penyakit diabetes mellitus.

b. Otitis Eksterna Difus


Otitis eksterna difus adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat
infeksi bakteri. Umumnya bakteri penyebab yaitu Pseudomonas. Bakteri
penyebab lainnya yaitu Staphylococcus albus, Escheria coli, dan

9
sebagainya. Kulit liang telinga terlihat hiperemis dan udem yang batasnya
tidak jelas. Tidak terdapat furunkel (bisul). Gejalanya sama dengan gejala
otitis eksterna sirkumskripta (furunkel = bisul). Kandang-kadang kita
temukan sekret yang berbau namun tidak bercampur lendir (musin). Lendir
(musin) merupakan sekret yang berasal dari kavum timpani dan kita
temukan pada kasus otitis media.
Pengobatan otitis eksterna difus ialah dengan memasukkan tampon yang
mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik
antara obat dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan obat
antibiotika sistemik.

Berdasarkan perjalanan waktu, otitis eksterna dibagi menjadi:


1. Otitis Eksterna Akut
Secara umum otitis eksterna akut ada 2, yaitu otitis eksterna sirkumskripta dan
otitis eksterna difus
2. Otitis Eksterna Kronis
Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel/bisul) adalah otitis eksterna lokal yang
bermula dari infeksi folikel rambut dan menimbulkan furunkel (bisul) 10 pada
sepertiga luar dari liang telinga luar (meatus akustikus eksterna). Otitis eksterna
difus adalah otitis eksterna yang dapat disebabkan bakteri (pseudomonas,
stafilokokus, proteus) atau jamur pada dua per tiga dalam dari liang telinga luar
(meatus akustikus eksterna).
Otitis eksterna kronik adalah otitis eksterna yang berlangsung lama dan ditandai
oleh terbentuknya jaringan parut (sikatriks). Adanya sikatriks menyebabkan liang
telinga menyempit.

Penyebab tidak diketahui, otitis eksterna dibagi menjadi:


1. Malfungsi kulit : dermatitis seboroita, hiperseruminosis, asteotosis
2. Eksema infantil : intertigo, dermatitis infantil.
3. otitis eksterna membranaosa.
4. Miringitis kronik idiopatik
5. Lupus erimatosus, psoriasis
Penyebab infeksi, otitis eksterna dibagi menjadi:
1. Bakteri gram (+) : furunkulosis, impetigo, pioderma, ektima, sellulitis, erisipelas.

10
2. Bakteri gram ( -) : Otitis eksterna diffusa, otitis eksterna bullosa, otitis eksterna
granulosa, perikondritis.
3. Bakteri tahan asam : mikobakterium TBC
4. Jamur dan ragi (otomikosis) : saprofit atau patogen.
5. Merringitis bullosa, herpes simplek, herpes zoster moluskum kontangiosum,
variola dan varicella.
6. Protozoa
7. Parasit

7. GEJALA KLINIS
a. Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap
awal dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit
dan nyeri tekan daun telinga.1
b. Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan
pendahulu rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada
kebanyakan penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak
merupakan tanda permulaan peradangan suatu otitis eksterna akuta. Pada
otitis eksterna kronik merupakan keluhan utama.1
c. Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa
tidak enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti
terbakar hingga rasa sakit yang hebat, serta berdenyut. Meskipun rasa sakit
sering merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan
gejala sering mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak
sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan
kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan
dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermis menekan
serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi pula, kulit
dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan
tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun
telinga akan dihantarkan kekulit dan tulang rawan dari liang telinga luar
dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis
eksterna.1
d. Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis
eksterna akut. Edema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen,
penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama, sering

11
menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif.
Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat-obatan yang
digunakan kedalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan
peredaman hantaran suara.1

8. DIAGNOSIS
a. Anamnesis
Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan dengan gejala awal berupa
gatal. Rasa gatal berlanjut menjadi nyeri yang sangat dan terkadang tidak
sesuai dengan kondisi penyakitnya (mis, pada folikulitis atau otitis eksterna
sirkumskripta). Nyeri terutama ketika daun telinga ditarik, nyeri tekan tragus,
dan ketika mengunyah makanan.
Rasa gatal dan nyeri disertai pula keluarnya sekret encer, bening sampai
kental purulen tergantung pada kuman atau jamur yang menginfeksi. Pada
jamur biasanya akan bermanifestasi sekret kental berwarna putih keabu-abuan
dan berbau.
Pendengaran pasien bisa normal atau sedikit berkurang, tergantung pada
besarnya furunkel atau edema yang terjadi dan telah menyumbat pada liang
telinga.
Didapatkan riwayat faktor predisposisi misalnya kebiasaan berenang pada
pasien, ataupun kebiasaan mengorek kuping dengan cotton bud bahkan
menggunakan bulu ayam yang merupakan media penyebaran infeksi.

b. Pemeriksaan Fisik
Temuan pemeriksaan fisik dapat mencakup sebagai berikut:

(1) Nyeri tekan tragus (+)


(2) Eritematosa dan edema saluran auditori eksternal. Kulit MAE edema,
hiperemi merata sampai ke membran timpani dengan liang MAE
penuh dengan sekret. Jika edema hebat, membran timpani dapat tidak
tampak.
(3) Discharge purulen berbau
(4) Eczema dari daun telinga
(5) Adenopati Periauricular dan servikal
(6) Demam (jarang)

12
(7) Pada folikulitis akan didaptkan edema, hiperemi pada pars
kartilagenous MAE.
(8) Tidak adanya partikel jamur

Pada kasus yang berat, infeksi dapat menyebar ke jaringan lunak


sekitarnya, termasuk kelenjar parotis. Ekstensi tulang juga dapat terjadi ke
dalam tulang mastoid, sendi temporomandibular, dan dasar tengkorak,
dalam hal saraf kranial VII (wajah), IX (glossopharingeus), X (vagus), XI
(aksesori), atau XII (hypoglossal) dapat terpengaruh

9. PENATALAKSANAAN
Terapi utama dari otitis eksterna melibatkan manajemen rasa sakit, pembuangan
debris dari kanalis auditorius eksternal, penggunaan obat topikal untuk
mengontrol edema dan infeksi, dan menghindari faktor pencetus.
a. Dengan lembut membersihkan debris dari kanalis auditorius eksternal
dengan irigasi atau dengan menggunakan kuret plastik lembut atau kapas
di bawah visualisasi langsung. Pembersihan kanal meningkatkan
efektivitas dari obat topikal.
b. Obat topikal aural biasanya termasuk asam ringan (untuk mengubah pH
dan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme), kortikosteroid
(untuk mengurangi peradangan), agen antibiotik, dan / atau agen antijamur.
1) Infeksi ringan: otitis eksterna ringan biasanya merespon dengan
penggunaan agen acidifying dan kortikosteroid. Sebagai alternatif,
campuran perbandingan (2:1) antara alkohol isopropil 70% dan
asam asetat dapat digunakan.
2) Infeksi sedang: Pertimbangkan penambahan antibiotik dan
antijamur ke agen acidifying dan kortikosteroid.
3) Antibiotik oral digunakan pada pasien dengan demam,
imunosupresi, diabetes, adenopati, atau pada individu-individu
dengan ekstensi infeksi di luar saluran telinga. Polimiksin B dan
colistemethate merupakan antibiotic yang paling efektif terhadap
pseudomonas dan harus menggunakan vehiculum hidroskopik
seperti glikol propilen yang telah diasamkanbahan kimia lain,
seperti gentian violet 2% dan perak nitrat 5% bersifat bakterisid
dan bisa diberikan langsung ke kulit liang telinga.
4) Dalam beberapa kasus, biasanya perlu disisipkan tampon
berukuran x 5 cm kedalam liang telinga mengandung obat agar

13
mencapai kulit yang terkena. Setelah dilumuri obat, tampon kasa
disisipkan perlahan-lahan dengan menggunakan forsep hartmann
yang kecil. Setelah digunakan, harus dicabut kembali 24-72 jam
setelah insersi.
5) Dalam kasus pasien dengan tympanostomy atau diketahui adanya
perforasi, persiapan non-ototoxic topical (misalnya,
fluorokuinolon, dengan atau tanpa steroid).
6) Untuk menghindarinya pasien harus menjaga agar telinganya selalu
kering, menggunakan alcohol encer secara rutin tiga kali seminggu.
Juga harus diingatkan agar tidak menggaruk/membersihkan telinga
dengan cotton bud terlalu sering 2.
c. Dalam kasus otitis kronis, tidak menular, resisten terhadap terapi, krim
tacrolimus 0,1% (melalui kasa yang diganti setiap saat hingga hari ketiga)
mengakibatkan tingginya tingkat resolusi setelah 9-12 hari terapi.

10. KOMPLIKASI
a. Perikondritis
b. Selulitis
c. Dermatitis aurikularis.4

11. PROGNOSIS
Umumnya otitis eksterna dapat sembuh jika segera diobati dan faktor pencetusnya
dapat dihindari. Akan tetapi otitis eksterna sering kambuh jika kebersihan telinga
tidak dijaga, adanya riwayat penyakit tertentu seperti diabetes yang menyulitkan
penyembuhan otitis sendiri, dan tidak menghindari faktor pencetus dengan baik.

14
BAB III
ILUSTRASI KASUS

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. I
Umur : 33 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Alamat : Pasar Kliwon
Suku : Jawa
No. RM : 013397xx

2. ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Nyeri di telinga kiri.

Riwayat Penyakit Sekarang:

15
Pasien datang ke Poliklink dengan keluhan perasaan penuh dan nyeri pada
telinga kiri sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga mengeluhkan pendengaran pada
telinga kiri sedikit terasa berkurang, liang telinga kiri sedikit gatal dan rasa berair.
Pasien mengaku kerap membersihkan liang telinganya menggunakan cotton bud dan
pasien masukkan air. Riwayat telinga berdengung (-). Pasien tidak mengeluhkan
demam. Riwayat batuk, pilek dan nyeri tenggorokan juga disangkal oleh pasien.
Namun pasien menyangkal terdapat riwayat keluar cairan dari dalam telinga.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien tidak pernah memiliki riwayat penyakit berat, riwayat sinusitis (-),
riwayat rinitis (-), hipertensi (-), diabetes mellitus (-), asma (-), riwayat trauma pada
telinga (-), riwayat penyakit pada telinga sebelumnya (-)
Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat keluhan serupa : (-)
Riwayat alergi makanan : (-)
Riwayat diabetes : (-)
Riwayat asma : (-)
Riwayat alergi : (-)
Riwayat sosial ekonomi :
Pasien merupakan mahasiswa yang baru berpindah domisili, berobat dengan
jaminan kesehatan, status ekonomi cukup.

3. PEMERIKSAAN FISIK UMUM


Keadaan umum : kesadaran compos mentis
Tanda vital : TD : 110/70 mmHg RR : 20x/menit
N : 76x/menit T : 36.6oC
Status gizi : BB : 50 kg TB : 155 cm IMT : 20.8
Thorax : dalam batas normal
Jantung : dalam batas normal
Paru-paru : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal

4. PEMERIKSAAN FISIK THT

Bagian Telinga Telinga kanan Telinga kiri


Deformitas (-), hiperemis (-), Deformitas (-), hiperemis (-),
Aurikula
edema (-) edema (-)
Hiperemis (-), edema (-), fistula Hiperemis (-), edema (-), fistula
Daerah preaurikula (-), abses (-), nyeri tekan tragus (-), abses (-), nyeri tekan tragus
(-) (+)
Hiperemis (-), edema (-), fistula Hiperemis (-), edema (-), fistula
Daerah retroaurikula
(-), abses (-), nyeri tekan (-) (-), abses (-), nyeri tekan (-)
Meatus akustikus Serumen (-), edema (-), Serumen (-), edema (+),
hiperemis (-), furunkel (-), hiperemis (+), furunkel (-),

16
otorea (-) sekret (+), cair, kekuningan
Retraksi (-), bulging (-), Retraksi (-), bulging (-),
Membran timpani perforasi (-), cone of light (+), perforasi (-), cone of light (+),
posisi jam 5, Injeksi (+) posisi jam 7, Injeksi (+)

Pemeriksaan Hidung Hidung Kanan Hidung Kiri

Hidung Luar Bentuk (N), Inflamasi (-), nyeri Bentuk (N), Inflamasi (-),
tekan (-), deformitas (-). nyeri tekan (-), deformitas (-).
Rinoskopi Anterior
Vestibulum N N
Dasar kavum nasi Bentuk (N), mukosa hiperemi (-). Bentuk (N), mukosa hiperemi
media (-).
Meatus nasi media Mukosa hiperemi (-), sekret (-), Mukosa hiperemi (-), sekret
konka nasi media (N), massa (-), (-), konka nasi media (N),
sekret (-). massa (-), sekret (-).
Meatus nasi inferior Mukosa hiperemi (-), edema (-) Mukosa hiperemi (-), edema
(-)
Konka nasi inferior Mukosa hiperemi (-), edema (-) Mukosa hiperemi (-), edema
(-)
Septum nasi Deviasi (-), benda asing (-), Deviasi (-), benda asing (-),
perdarahan (-). perdarahan (-).

Tenggorok Keterangan
Mukosa bukal hiperemis (-), massa (-)
Mukosa gigi hiperemis (-), massa (-)
Palatum durum dan palatu mole Hiperemis (-), massa (-)
Mukosa faring Hiperemis (-), edema (-), massa (-), granul (-), ulkus (-)
Tonsil Hiperemis (-), ukuran T1-T1, detritus (-)

5. RESUME
Seorang laki-laki, 33 tahun,datang Poli THT dengan keluhan perasaan penuh
dan nyeri pada telinga kiri sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga mengeluhkan
pendengaran pada telinga kiri sedikit terasa berkurang, liang telinga kiri sedikit gatal
dan rasa berair. Pasien mengaku kerap membersihkan liang telinganya menggunakan
cotton bud dan pasien masukkan air. Riwayat telinga berdengung (-). Pasien tidak
mengeluhkan demam. Riwayat batuk, pilek dan nyeri tenggorokan juga disangkal
oleh pasien. Namun pasien menyangkal terdapat riwayat keluar cairan dari dalam
telinga.

17
Pada pemeriksaan fisik telinga kiri pasien didapatkan adanya gejala klinis
otitis eksterna diffusa berupa nyeri tekan tragus selain itu terdapat peradangan pada
meatus akustikus telinga kiri yaitu terdapat edema, hiperemi, secret(+), dan liang
telinga sangat sempit.

6. DIAGNOSIS BANDING :
- Otitis eksterna difusa
- Otitis eksterna sirkumskripta

7. DIAGNOSIS KERJA:
Otitis Eksterna Diffusa Sinistra

8. PEMERIKSAAN ANJURAN
Swab telinga untuk dilakukan kultur guna mengetahui jenis kuman penyebab dan
sensitifitas terhadap antibiotik.

9. PENATALAKSANAAN:
a. Non medikamentosa
Pasien diberitahu bahwa pasien mengalami infeksi pada liang telinga.
Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang mungkin
terjadi pada pasien.
pasien harus menjaga agar telinganya selalu kering.
Pasien diingatkan agar tidak menggaruk/membersihkan telinga dengan cotton bud
terlalu sering.
b. Medikamentosa
Lokal :
Antibiotik topikal : dapat diberi antibiotik topikal polimiksin B dan neomisin,
3-4 tetes / 3-4 kali perhari.
Sistemik :
- Antibiotik : amoxicilin tab 500 gr 3x1
- Analgesik : Asam mefenamat 500gr 3x1 jika perlu

10. PROGNOSIS :
Dubia ad bonam

18
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini diagnosis otitis eksterna diffusa sinistra ditegakkan berdasarkan
anamnesis gejala klinis dan pemeriksaan fisik pasien. Dari anamnesis di dapatkan bahwa
pasien mengeluh telinga kiri terasa penuh dan sedikit nyeri yang dirasakan sejak 1 minggu
yang lalu, dimana sebelumnya pasien memiliki kebiasaan mengkorek-korek telinga karena
telinga terasa gatal dan berair. Hal ini yang kemungkinan dapat menyebabkan trauma ringan
sehingga terjadi perubahan pada kulit liang telinga yang memudahkan terjadinya infeksi
kuman. Pasien juga mengeluhkan sensasi gatal pada liang telinga serta terdapat penurunan
pendengaran yang dirasakan sejak keluhan utama muncul. Hal ini sesuai dengan gejala otitis
ekterna diffusa yaitu nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit akibat edema masif,
terdapat secret yang berbau dan terdapat gangguan pendengaran yang terjadi karena liang
telinga yang edema dan menyumbat liang teling.

Pada pemeriksaan fisik telinga kiri pasien didapatkan adanya gejala klinis otitis
eksterna diffusa berupa nyeri tekan tragus selain itu terdapat peradangan pada meatus
akustikus telinga kiri yaitu terdapat edema, hiperemi, secret(+), dan liang telinga sangat
sempit.

Pada otitis eksterna, pengobatannya amat sederhana tetapi membutuhkan kepatuhan


penderita terutama dalam menjaga kebersihan liang telinga. Pembersihan liang telinga
dengan mengorek-ngorek telinga dengan benda asing seperti cotton bud tidak dianjurkan
karena dapat menyebabkan trauma atau iritasi. Penatalaksanaannya dapat diberikan obat tetes
telinga yang mengandung neomisin, polimiksin B dan korikosteroid juga dapat menjadi
pilihan. Kadang- kadang diperlukan obat antibiotik sistematik.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdullah, F. 2003. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring dengan
Salep Ichthyol (Ichthammol) pada Otitis Eksterna Akut. Available from :
www.usudigitallibrary.com. Accessed : 2011, April 16.
2. Ballanger, Jhon. 1996. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan Leher
Edisi 13. Jakarta: Binarupa Aksara.
3. Kartika, Henny. 2008. Otitis Eksterna. Availble from
http://library.usu.ac.id/modules.php&id. Accessed : April 16th 2011.
4. Ardan, Juliarti, Satwika, et al. 2008, Sinopsis Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok. Available from : http://www.THTUB.pdf.co.id . Accessed : 2011 April 16.
5. Boies. 1997. Buku Ajar Penyakit THT edisi keenam. Jakarta: EGC
6. Ardan, Juliarti, Satwika, et al. 2008, Sinopsis Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok. Available from : http://www.THTUB.pdf.co.id . Accessed : 2011 April 16.
7. Soepardi, Iskandar, N., Bashiruddin, J., et al. (eds)., (2007), Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher Edisi Keenam, Jakarta :
Gaya Baru.
8. Sosialisman, Alfian P. hafil, Helmi. 2007. Kelainan Telinga Luar.Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Hal. 59. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.

20

Anda mungkin juga menyukai