Anda di halaman 1dari 11

LTM Material Komposit Topik Tambahan 1 2014

Natural Fibres: Structure, Properties and Applications


Oleh Rizqi Pandu Sudarmawan [0906557045], Kelompok 9

1.3 Nanofibres from Natural Fibres


1.3.1 Cellulose as a Nanostructured Polymer
1.3.2 Extraction Methods for Obtaining Nanocellulose from Natural Fibres
1.3.3 Characterization Techniques for Nanofibres
Diperlukan structural examination yang mendetail untuk mengetahui potensi dari
nanofiber selulosa sebagai bahan penguat pada komposit polimer digunakan
metode-metode karakterisasi (characterization techniques) untuk mempelajari
ultrastruktur dari selulosa dari berbagai sumber. Metode-metode tersebut antara lain
adalah sebagai berikut.
a. TEM (Transmission Electron Microscopy)
Untuk struktur dengan ukuran nanometer mikrometer.
Diperoeh informasi panjang, aspect ratio, bentuk fiber, dan keadaan fiber
yang mengekelompok atau terisolasi.
b. FESEM (Field Emission Scanning Electron Microscopy)
c. SEM (Scanning Electron Microscopy)
d. AFM (Atomic Force Microscopy)
Untuk struktur dengan ukuran nanometer mikrometer.
Digunakan untuk mempelajari dinding sel tanaman pada resolusi yang sama
seperti yang digunakan pada TEM.
Kelebihan utama : mengurangi risiko adanya kotoran atau benda yang tidak
diinginkan yang dapat muncul dari metode preparasi.
Digunakan untuk mempelajari nanofiber selulosa yang berasal dari pisang,
kapas, hemp, sisal ramie, jerami gandum, kacang kedelai, bacterial cellulose,
bit gula dll.
e. WAXS (Wide-Angle X-ray Scattering)
Ekstraksi nanofiber selulosa dari kapas putih & kapas warna alami (coklat, hijau,
merah delima) dengan metode hidrolisis asam oleh Teixeira dkk diperoleh yield
sekitar 65 wt% (untuk kapas putih) & 52 wt% (untuk kapas warna alami).

1 Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia


LTM Material Komposit Topik Tambahan 1 2014
a. Studi morfologi dari beberapa nanofiber kapas dengan metode STEM (scanning
transmission electron microscopy) & AFM, diperoleh hasil antara lain sebagai
berikut.
Panjang nanofiber : 85 - 225 nm.
Diameter nanofiber : 6 - 18 nm.
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara morfologi struktur nano dari fiber
kapas yang satu dengan yang lain.
b. Studi thermal menunjukkan bahwa nanofiber dari kapas berwarna memiliki
kestabilan termal yang lebih baik di lingkungan oksidasi isothermal pada 180oC
dibandingkan nanofiber dari kapas putih.
Pada gambar 1.18, menunjukkan tampilan TEM dari fiber kapas putih, sedangkan
gambar 1.19 menunjukkan tampilan AFM dari fiber kapas putih.

Gambar 1.18. Tampilan TEM dari nanofiber kapas putih pada dua perbesaran 200 nm & 100 nm.

2 Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia


LTM Material Komposit Topik Tambahan 1 2014

Gambar 1.19. Tampilan AFM dari nanofiber kapas putih.


Ekstraksi nanokristal selulosa dari ramie cellulose whiskers dengan metode
hidrolisis asam oleh Menezes dkk diperoleh suspensi encer dari elongated
nanocrystal dengan aspect ratio yang tinggi. Dengan menggunakan pengukuran
minimum 228 & 70 diperoleh hasil antara lain sebagai berikut.
Panjang rata-rata geometrik : 134 59 nm.
Diameter rata-rata geometrik : 10,8 4,5 nm.
Aspect ratio sekitar 12.
50% dari nanopartikel memiliki panjang < 100 nm.
Pada gambar 1.20, menunjukkan tampilan TEM dari ramie cellulose whiskers.

3 Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia


LTM Material Komposit Topik Tambahan 1 2014

Gambar 1.20. Tampilan TEM dari ramie cellulose whiskers.


Ekstraksi nanofiber selulosa dari jerami gandum dan sekam kedelai dengan metode
chemi-mechanical oleh Alemdar & Sain.
a. Analisa sifat-sifat morfologi dan fisikanya dengan metode STEM, diperoleh
hasil antara lain sebagai berikut.
Panjang nanofiber 85 - 225 nm.
Diameter nanofiber jerami gandum : 10 - 80 nm.
Panjang nanofiber jerami gandum sekitar ribuan nanometer.
Diameter nanofiber sekam kedelai : 20 - 120 nm.
Panjang nanofiber sekam kedelai < Panjang nanofiber jerami gandum.
b. Analisa sifat-sifat thermal dengan metode TGA (Thermal Gravimetric Analysis)
menunjukkan adanya kestabilan termal yang tinggi dan suhu degradasi kedua
jenis nanofiber tersebut > 290 oC.
Pada gambar 1.21, menunjukkan tampilan STEM dari nanofiber jerami gandum
(1.21 a) & nanofiber sekam kedelai (1.21 b). Pada gambar-gambar tersebut tampak
terjadi separasi antara nanofiber dengan mikrofiber.

4 Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia


LTM Material Komposit Topik Tambahan 1 2014

Gambar 1.21 a. Tampilan STEM dari nanofiber jerami gandum.

Gambar 1.21 b. Tampilan STEM dari nanofiber sekam kedelai.


Ekstraksi nanofiber selulosa dari pseudo stem tanaman pisang dengan metode acid
treatment yang dipadu dengan high pressure defibrillation oleh Cherian dkk hasil
studi karakter fibernya dengan metode SFM (Scanning Force Microscopy) & TEM
antara lain adalah sebagai berikut.

5 Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia


LTM Material Komposit Topik Tambahan 1 2014
Panjang rata-rata nanofibril : 200 - 250 nm.
Diameter rata-rata nanofibril : 4 - 5 nm.
Pada gambar 1.22, menunjukkan tampilan SFM dari nanofiber pisang (1.22 a & b).
Sedangkan gambar 1.23 menunjukkan tampilan TEM dari nanofiber pisang.

Gambar 1.22 a & b. Tampilan SFM dari nanofiber pisang.

Gambar 1.23. Tampilan TEM dari nanofiber pisang.


Ekstraksi nanofiber selulosa dari fiber daun tanaman nanas dengan metode acid
coupled steam treatment oleh Cherian dkk hasil studi struktur dan sifat-sifat
fisiokimia fibernya dengan metode ESEM (Environmental Scanning Electron

6 Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia


LTM Material Komposit Topik Tambahan 1 2014
Microscopy), AFM, TEM & X-ray Diffraction (XRD), antara lain menunjukkan
diameter dari nanofiber berkisar antara 5 - 60 nm. Pada gambar 1.24 a
menunjukkan tampilan AFM dari nanofiber daun tanaman nanas, sedangkan
gambar 1.24 b merupakan tampilan TEM dari nanofiber daun tanaman nanas.

Gambar 1.24 a. Tampilan AFM dari nanofiber daun tanaman nanas.

Gambar 1.24 b. Tampilan TEM dari nanofiber daun tanaman nanas.

7 Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia


LTM Material Komposit Topik Tambahan 1 2014
Ekstraksi nanofiber selulosa dari fiber hemp dengan metode chemi mechanical
treatment oleh Wang dkk hasil studi struktur fibernya dengan metode SEM,
AFM & TEM, antara lain menunjukkan hasil sebagai berikut.
Lebar dari unbleached nanofiber hemp : 50 100 nm.
Diameter dari mayoritas unbleached nanofiber hemp : 70 100 nm.
Lebar dari bleached nanofiber hemp : 30 100 nm.
Diameter dari mayoritas bleached nanofiber hemp : 30 50 nm.
Aspect ratio dari bleached nanofiber hemp : 82.
Aspect ratio dari unbleached nanofiber hemp : 88.
Pada gambar 1.25 menunjukkan tampilan TEM dari unbleached nanofiber hemp
(1.25 a) & bleached nanofiber hemp (1.25 b). Sedangkan gambar 1.26
menunjukkan tampilan AFM dari unbleached nanofiber hemp. Dari gambar-gambar
tersebut terlihat bahwa high-pressure defibrillation menyebabkan terjadi pemisahan
nanofiber selulosa dari dinding sel.

Gambar 1.25 a. Tampilan TEM dari unbleached nanofiber hemp.

8 Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia


LTM Material Komposit Topik Tambahan 1 2014

Gambar 1.25 b. Tampilan TEM dari bleached nanofiber hemp.

Gambar 1.26. Tampilan AFM dari unbleached nanofiber hemp.


Ekstraksi nanofiber selulosa dari kacang kedelai dengan metode chemi
mechanical treatment oleh Wang dan Sain hasil studi struktur fibernya dengan
metode SEM, AFM & TEM, antara lain menunjukkan hasil sebagai berikut.
Diameter nanofiber selulosa kacang kedelai : 50 100 nm.
Panjang nanofiber selulosa kacang kedelai berada dalam skala mikrometer.
Nanofiber selulosa kacang kedelai memiliki aspect ratio yang sangat tinggi.
Lebar nanofiber selulosa kacang kedelai : 50 100 nm.

9 Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia


LTM Material Komposit Topik Tambahan 1 2014
Pada gambar 1.27 a, menunjukkan tampilan AFM dari nanofiber selulosa kacang
kedelai. Sedangkan gambar 1.27 b, menunjukkan tampilan TEM dari nanofiber
selulosa kacang kedelai yang dilarutkan sebagai suspensi dalam air.

Gambar 1.27 a. Tampilan AFM dari nanofiber selulosa kacang kedelai.

Gambar 1.27 b. Tampilan TEM dari nanofiber selulosa kacang kedelai yang dilarutkan sebagai
suspensi dalam air.
Degree of cellulose polymerization (DP) memiliki keterkaitan yang kuat terhadap
aspect ratio dari nanofiber : semakin panjang fibril, DP . DP raw material (sulfite
pulp) sekitar 1200 1400 akibat proses pemisahan secara mekanik DP

10 Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia


LTM Material Komposit Topik Tambahan 1 2014
berkurang 30 50 %. Tergantung dari bahan asalnya (starting material), DP
microfibrillated cellulose dapat mengalami reduksi yang lebih besar (DP lebih
kecil).
Dari hasil penelitian Iwamoto dll, menunjukkan bahwa DP microfibrillated
cellulose (770 525) setelah 9 pass melalui suatu grinder. Diinginkan selulosa
dengan DP yang tinggi untuk microfibrillated cellulose nanofibres tensile
strength nanofiber .
1.4 Conclusion
Kesadaran lingkungan yang meningkat & kondisi perekonomian dunia saat ini
menuntut akan adanya material baru yang berbasis sumber daya alam. Hal ini sesuai
dengan slogan Back to Nature yang sedang menjadi tren saat ini.
Dikembangkan natural fiber untuk membuat bahan-bahan komposit yang baru. Natural
fiber ini dapat diekstraksi dari berbagai bagian dari tanaman (daun, buah, batang dll).
Sifat-sifat dari fiber tersebut nantinya akan tergantung pada bagian tanaman mana
yang digunakan serta metode ekstraksi yang dipakai.
Nanomaterial merupakan bahan yang menarik bagi para peneliti, karena luas
permukaannya yang tinggi. Natural fiber merupakan sumber yang sangat bagus untuk
nanomaterial, dikarenakan sifatnya yang biocompatibility & biodegradable. Sifat-sifat
dari nanofibre-reinforced polymer composite yang dihasilkan pun dapat bersaing
dengan bahan komposit lain yang sudah banyak ada, sehingga cukup menjanjikan
untuk bahan komposit ramah lingkungan masa depan.

11 Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai