Sejarah Ulun Lampung
Sejarah Ulun Lampung
provinsi Lampung dan sebagian provinsi Sumatera Selatan bagian selatan dan
tengah yang menempati daerah Martapura, Muaradua di OKU, Kayu Agung,
Komering di OKI, Merpas diselatan Bengkulu serta Cikoneng di pantai barat
Banten.
Daftar isi
1 Asal usul
2 Adat-istiadat
4 Bahasa Lampung
5 Aksara Lampung
6 Marga di Lampung
7 Sastra
9 Referensi
10 Pranala luar
11 Lihat pula
Asal usul
Asal-usul ulun Lampung (Orang Lampung atau Etnis Lampung) belum diketahui
secara meyakinkan.
Buay Tumi kemudian kemudian dapat dipengaruhi empat orang pembawa Islam
yang berasal dari Pagaruyung, Sumatera Barat yang datang ke sana. Mereka adalah
Umpu Bejalan diWay, Umpu Nyerupa, Umpu Pernong dan Umpu Belunguh.
Keempat Umpu inilah yang merupakan cikal bakal Paksi Pak Sekala Brak
sebagaimana diungkap naskah kuno Kuntara Raja Niti. Namun dalam versi buku
Kuntara Raja Niti, nama puyang itu adalah Inder Gajah, Pak Lang, Sikin,
Belunguh, dan Indarwati. Berdasarkan Kuntara Raja Niti, Prof Hilman
Hadikusuma menyusun hipotesis keturunan Ulun Lampung sebagai berikut:
Inder Gajah
Pak Lang
Gelar: Umpu Pernong
Sikin
Belunguh
Keturunan: Peminggir
Indarwati
Adat-istiadat
Pada dasarnya jurai Ulun Lampung adalah berasal dari Sekala Brak, namun dalam
perkembangannya, secara umum masyarakat adat Lampung terbagi dua yaitu
masyarakat adat Lampung Saibatin dan masyarakat adat Lampung Pepadun.
Masyarakat Adat Saibatin kental dengan nilai aristokrasinya, sedangkan
Masyarakat adat Pepadun yang baru berkembang belakangan kemudian setelah
seba yang dilakukan oleh orang abung ke banten lebih berkembang dengan nilai
nilai demokrasinya yang berbeda dengan nilai nilai Aristokrasi yang masih
dipegang teguh oleh Masyarakat Adat Saibatin.
Abung Siwo Mego (Unyai, Unyi, Subing, Uban, Anak Tuha, Kunang, Beliyuk,
Selagai, Nyerupa). Masyarakat Abung mendiami tujuh wilayah adat: Kotabumi,
Seputih Timur, Sukadana, Labuhan Maringgai, Jabung, Gunung Sugih, dan
Terbanggi.
Mego Pak Tulangbawang (Puyang Umpu, Puyang Bulan, Puyang Aji, Puyang
Tegamoan). Masyarakat Tulangbawang mendiami empat wilayah adat: Menggala,
Mesuji, Panaragan, dan Wiralaga.
Pubian Telu Suku (Minak Patih Tuha atau Suku Manyarakat, Minak Demang
Lanca atau Suku Tambapupus, Minak Handak Hulu atau Suku Bukujadi).
Masyarakat Pubian mendiami delapan wilayah adat: Tanjungkarang, Balau,
Bukujadi, Tegineneng, Seputih Barat, Padang Ratu, Gedungtataan, dan Pugung.
Sungkay-WayKanan Buay Lima (Pemuka, Bahuga, Semenguk, Baradatu,
Barasakti, yaitu lima keturunan Raja Tijang Jungur). Masyarakat Sungkay-
WayKanan mendiami sembilan wilayah adat: Negeri Besar, Ketapang, Pakuan
Ratu, Sungkay, Bunga Mayang, Blambangan Umpu, Baradatu, Bahuga, dan Kasui.
Falsafah Hidup Ulun Lampung termaktub dalam kitab Kuntara Raja Niti, yaitu:
Bahasa Lampung
Bahasa Lampung, adalah sebuah bahasa yang dipertuturkan oleh Ulun Lampung di
Provinsi Lampung, selatan palembang dan pantai barat Banten.
Bahasa ini termasuk cabang Sundik, dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia barat
dan dengan ini masih dekat berkerabat dengan bahasa Sunda, bahasa Batak, bahasa
Jawa, bahasa Bali, bahasa Melayu dan sebagainya.
Berdasarkan peta bahasa, Bahasa Lampung memiliki dua subdilek. Pertama, dialek
A (api) yang dipakai oleh ulun Sekala Brak, Melinting Maringgai, Darah Putih
Rajabasa, Balau Telukbetung, Semaka Kota Agung, Pesisir Krui, Ranau,
Komering dan Daya (yang beradat Lampung Saibatin), serta Way Kanan, Sungkai,
dan Pubian (yang beradat Lampung Pepadun). Kedua, subdialek O (nyo) yang
dipakai oleh ulun Abung dan Tulangbawang (yang beradat Lampung Pepadun).
Dr Van Royen mengklasifikasikan Bahasa Lampung dalam Dua Sub Dialek, yaitu
Dialek Belalau atau Dialek Api dan Dialek Abung atau Nyow.
Aksara Lampung
Artikel Lengkap di Aksara Lampung
Aksara lampung yang disebut dengan Had Lampung adalah bentuk tulisan yang
memiliki hubungan dengan aksara Pallawa dari India Selatan. Macam tulisannya
fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam Huruf Arab
dengan menggunakan tanda tanda fathah di baris atas dan tanda tanda kasrah di
baris bawah tapi tidak menggunakan tanda dammah di baris depan melainkan
menggunakan tanda di belakang, masing-masing tanda mempunyai nama
tersendiri.
Artinya Had Lampung dipengaruhi dua unsur yaitu Aksara Pallawa dan Huruf
Arab. Had Lampung memiliki bentuk kekerabatan dengan aksara Rencong, Aksara
Rejang Bengkulu dan Aksara Bugis. Had Lampung terdiri dari huruf induk, anak
huruf, anak huruf ganda dan gugus konsonan, juga terdapat lambing, angka dan
tanda baca. Had Lampung disebut dengan istilah KaGaNga ditulis dan dibaca dari
kiri ke kanan dengan Huruf Induk berjumlah 20 buah.
Marga di Lampung
Buai Bulan,
Buai Tegamoan,
Buai Umpu dan
Sastra
Aburizal Bakrie
Ryamizard Ryacudu
Bagir Manan
Tursandi Alwi
Sjafrudin Ratuprawiranegara
Henry Yosodiningrat
Andi Arief
Hila Hambala
Borisman
Irfan Anshori
Hilman Hadikusuma
Sazeli Rais
Herman Zuhdi
Yasir Denhas
Udo Z. Karzi
Radin Inten II
Pangeran Siagul Agul
Batin Mangunang