Anda di halaman 1dari 11

Ulun Lampung secara tradisional geografis adalah suku yang menempati seluruh

provinsi Lampung dan sebagian provinsi Sumatera Selatan bagian selatan dan
tengah yang menempati daerah Martapura, Muaradua di OKU, Kayu Agung,
Komering di OKI, Merpas diselatan Bengkulu serta Cikoneng di pantai barat
Banten.

Daftar isi

1 Asal usul

2 Adat-istiadat

2.1 Masyarakat adat Lampung Saibatin

2.2 Masyarakat adat Lampung Pepadun

3 Falsafah Hidup Ulun Lampung

4 Bahasa Lampung

5 Aksara Lampung

6 Marga di Lampung

7 Sastra

8 Tokoh Tokoh Suku Lampung

9 Referensi

10 Pranala luar

11 Lihat pula

Asal usul
Asal-usul ulun Lampung (Orang Lampung atau Etnis Lampung) belum diketahui
secara meyakinkan.

Prof Hilman Hadikusuma di dalam bukunya (Adat Istiadat Lampung:1983)


mengungkapkan bahwa menurut riwayat di sebagian wilayah Lampung, generasi
awal Ulun Lampung berasal dari beberapa tempat, salah satunya berasal dari
Sekala Brak, di kaki Gunung Pesagi, Lampung Barat. Penduduknya dihuni oleh
Buay Tumi yang dipimpin oleh seorang wanita bernama Ratu Sekerummong.
Negeri ini menganut kepercayaan dinamisme, yang dipengaruhi ajaran Hindu
Bairawa.

Buay Tumi kemudian kemudian dapat dipengaruhi empat orang pembawa Islam
yang berasal dari Pagaruyung, Sumatera Barat yang datang ke sana. Mereka adalah
Umpu Bejalan diWay, Umpu Nyerupa, Umpu Pernong dan Umpu Belunguh.
Keempat Umpu inilah yang merupakan cikal bakal Paksi Pak Sekala Brak
sebagaimana diungkap naskah kuno Kuntara Raja Niti. Namun dalam versi buku
Kuntara Raja Niti, nama puyang itu adalah Inder Gajah, Pak Lang, Sikin,
Belunguh, dan Indarwati. Berdasarkan Kuntara Raja Niti, Prof Hilman
Hadikusuma menyusun hipotesis keturunan Ulun Lampung sebagai berikut:

Inder Gajah

Gelar: Umpu Lapah di Way

Kedudukan: Puncak Dalom, Balik Bukit

Keturunan: Orang Abung

Pak Lang
Gelar: Umpu Pernong

Kedudukan: Hanibung, Batu Brak

Keturunan: Orang Pubian

Sikin

Gelar: Umpu Nyerupa

Kedudukan: Tampak Siring, Sukau

Keturunan: Jelma Daya

Belunguh

Gelar: Umpu Belunguh

Kedudukan: Kenali, Belalau

Keturunan: Peminggir

Indarwati

Gelar: Puteri Bulan

Kedudukan: Cenggiring, Batu Brak

Keturunan: Tulang Bawang

Adat-istiadat
Pada dasarnya jurai Ulun Lampung adalah berasal dari Sekala Brak, namun dalam
perkembangannya, secara umum masyarakat adat Lampung terbagi dua yaitu
masyarakat adat Lampung Saibatin dan masyarakat adat Lampung Pepadun.
Masyarakat Adat Saibatin kental dengan nilai aristokrasinya, sedangkan
Masyarakat adat Pepadun yang baru berkembang belakangan kemudian setelah
seba yang dilakukan oleh orang abung ke banten lebih berkembang dengan nilai
nilai demokrasinya yang berbeda dengan nilai nilai Aristokrasi yang masih
dipegang teguh oleh Masyarakat Adat Saibatin.

Masyarakat adat Lampung Saibatin

Masyarakat Adat Lampung Saibatin mendiami wilayah adat: Labuhan Maringgai,


Pugung, Jabung, Way Jepara, Kalianda, Raja Basa, Teluk Betung, Padang Cermin,
Cukuh Balak, Way Lima, Talang Padang, Kota Agung, Semaka, Suoh, Sekincau,
Batu Brak, Belalau, Liwa, Pesisir Krui, Ranau, Martapura, Muara Dua, Kayu
Agung, empat kota ini ada di Provinsi Sumatera Selatan, Cikoneng di Pantai
Banten dan bahkan Merpas di Selatan Bengkulu. Masyarakat Adat Saibatin
seringkali juga dinamakan Lampung Pesisir karena sebagian besar berdomisili di
sepanjang pantai timur, selatan dan barat lampung, masing masing terdiri dari:

Keratuan Melinting (Lampung Timur)

Keratuan Darah Putih (Lampung Selatan)

Keratuan Putih Bandakh Lima Teluk Semaka di Cukuh Balak, Limau,


Kelumbayan, Kelumbayan Barat, Kedondong, Way Lima, Way Khilau, Pardasuka,
Pardasuka Selatan, Bulok, Talang Padang, Gunung Alif, serta sebagian Padang
Cermin, Punduh Pedada, Teluk Betung dan Kalianda (Tanggamus - Pesawaran -
Pringsewu - Lampung Selatan) terdiri dari : BANDAKH SEPUTIH, yaitu : Buay
Humakhadatu, Buay TambaKukha, Buay HuluDalung, Buay HuluLutung, Buay
Pematu, Buay Akhong dan Buay Pemuka. BANDAKH SEBADAK, yaitu : Buay
Mesindi (Tengklek). BANDAKH SELIMAU, yaitu : Buay Tungau, Buay Babok
dan Buay Khandau. BANDAKH SEPERTIWI, yaitu : Buay Sekha, Buay Samba
dan Buay Aji. BANDAKH SEKELUMBAYAN, yaitu : Buay Balau (Gagili), Buay
Betawang dan Buay Bakhuga.

Keratuan Komering (Provinsi Sumatera Selatan)

Cikoneng Pak Pekon (Provinsi Banten)

Paksi Pak Sekala Brak (Lampung Barat)

Masyarakat adat Lampung Pepadun

Masyarakat beradat Pepadun/Pedalaman terdiri dari:

Abung Siwo Mego (Unyai, Unyi, Subing, Uban, Anak Tuha, Kunang, Beliyuk,
Selagai, Nyerupa). Masyarakat Abung mendiami tujuh wilayah adat: Kotabumi,
Seputih Timur, Sukadana, Labuhan Maringgai, Jabung, Gunung Sugih, dan
Terbanggi.

Mego Pak Tulangbawang (Puyang Umpu, Puyang Bulan, Puyang Aji, Puyang
Tegamoan). Masyarakat Tulangbawang mendiami empat wilayah adat: Menggala,
Mesuji, Panaragan, dan Wiralaga.

Pubian Telu Suku (Minak Patih Tuha atau Suku Manyarakat, Minak Demang
Lanca atau Suku Tambapupus, Minak Handak Hulu atau Suku Bukujadi).
Masyarakat Pubian mendiami delapan wilayah adat: Tanjungkarang, Balau,
Bukujadi, Tegineneng, Seputih Barat, Padang Ratu, Gedungtataan, dan Pugung.
Sungkay-WayKanan Buay Lima (Pemuka, Bahuga, Semenguk, Baradatu,
Barasakti, yaitu lima keturunan Raja Tijang Jungur). Masyarakat Sungkay-
WayKanan mendiami sembilan wilayah adat: Negeri Besar, Ketapang, Pakuan
Ratu, Sungkay, Bunga Mayang, Blambangan Umpu, Baradatu, Bahuga, dan Kasui.

Falsafah Hidup Ulun Lampung

Falsafah Hidup Ulun Lampung termaktub dalam kitab Kuntara Raja Niti, yaitu:

Piil-Pusanggiri (malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta memiliki


harga diri)

Juluk-Adok (mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang


disandangnya)

Nemui-Nyimah (saling mengunjungi untuk bersilaturahmi serta ramah


menerima tamu)

Nengah-Nyampur (aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan tidak


individualistis)

Sakai-Sambaian (gotong-royong dan saling membantu dengan anggota


masyarakat lainnya)

Sifat-sifat di atas dilambangkan dengan lima kembang penghias sigor pada


lambang Provinsi Lampung.

Sifat-sifat orang Lampung tersebut juga diungkapkan dalam adi-adi (pantun):


Tandani Ulun Lampung, wat Piil-Pusanggiri

Mulia heno sehitung, wat liom khega dikhi

Juluk-Adok kham pegung, Nemui-Nyimah muakhi

Nengah-Nyampur mak ngungkung, Sakai-Sambaian gawi.

Bahasa Lampung

Artikel Lengkap di Bahasa Lampung

Bahasa Lampung, adalah sebuah bahasa yang dipertuturkan oleh Ulun Lampung di
Provinsi Lampung, selatan palembang dan pantai barat Banten.

Bahasa ini termasuk cabang Sundik, dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia barat
dan dengan ini masih dekat berkerabat dengan bahasa Sunda, bahasa Batak, bahasa
Jawa, bahasa Bali, bahasa Melayu dan sebagainya.

Berdasarkan peta bahasa, Bahasa Lampung memiliki dua subdilek. Pertama, dialek
A (api) yang dipakai oleh ulun Sekala Brak, Melinting Maringgai, Darah Putih
Rajabasa, Balau Telukbetung, Semaka Kota Agung, Pesisir Krui, Ranau,
Komering dan Daya (yang beradat Lampung Saibatin), serta Way Kanan, Sungkai,
dan Pubian (yang beradat Lampung Pepadun). Kedua, subdialek O (nyo) yang
dipakai oleh ulun Abung dan Tulangbawang (yang beradat Lampung Pepadun).

Dr Van Royen mengklasifikasikan Bahasa Lampung dalam Dua Sub Dialek, yaitu
Dialek Belalau atau Dialek Api dan Dialek Abung atau Nyow.

Aksara Lampung
Artikel Lengkap di Aksara Lampung

Aksara lampung yang disebut dengan Had Lampung adalah bentuk tulisan yang
memiliki hubungan dengan aksara Pallawa dari India Selatan. Macam tulisannya
fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam Huruf Arab
dengan menggunakan tanda tanda fathah di baris atas dan tanda tanda kasrah di
baris bawah tapi tidak menggunakan tanda dammah di baris depan melainkan
menggunakan tanda di belakang, masing-masing tanda mempunyai nama
tersendiri.

Artinya Had Lampung dipengaruhi dua unsur yaitu Aksara Pallawa dan Huruf
Arab. Had Lampung memiliki bentuk kekerabatan dengan aksara Rencong, Aksara
Rejang Bengkulu dan Aksara Bugis. Had Lampung terdiri dari huruf induk, anak
huruf, anak huruf ganda dan gugus konsonan, juga terdapat lambing, angka dan
tanda baca. Had Lampung disebut dengan istilah KaGaNga ditulis dan dibaca dari
kiri ke kanan dengan Huruf Induk berjumlah 20 buah.

Aksara lampung telah mengalami perkembangan atau perubahan. Sebelumnya Had


Lampung kuno jauh lebih kompleks. Sehingga dilakukan penyempurnaan sampai
yang dikenal sekarang. Huruf atau Had Lampung yang diajarkan di sekolah
sekarang adalah hasil dari penyempurnaan tersebut.

Marga di Lampung

Artikel Lengkap di Marga di Lampung

ada 4 marga di kerajaan tulang bawang tepatnya di lampung . yaiutu :

Buai Bulan,

Buai Tegamoan,
Buai Umpu dan

--103.10.67.146 7 Oktober 2014 07.35 (UTC)Buai Aji,

Sastra

Artikel Lengkap di Sastra Lampung

Tokoh Tokoh Suku Lampung

Negarawan dan Politisi:

Aburizal Bakrie

Ryamizard Ryacudu

Alzier Dianis Tabranie

Bagir Manan

Tursandi Alwi

Pangeran Edward Syah Pernong

Sjafrudin Ratuprawiranegara

Praktisi dan Profesional:

Henry Yosodiningrat

Andi Arief

DR. Suparman Marzuki, SH, MH


Seniman dan Budayawan:

Andi Ahmad Sampoerna Jaya

Hila Hambala

Firman Al Hakim (Gitaris Tercepat di Indonesia)

Akademisi dan Tokoh Pendidikan:

Borisman

Irfan Anshori

Hilman Hadikusuma

Wartawan dan Jurnalis:

Sazeli Rais

Herman Zuhdi

Yasir Denhas

Udo Z. Karzi

Pahlawan Pejuang Kemerdekaan:

Radin Inten II
Pangeran Siagul Agul

Batin Mangunang

Anda mungkin juga menyukai