PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kultur jaringan merupakan teknik untuk menumbuhkan bagian tanaman
baik berupa sel, jaringan ataupun organ dalam keadaan aseptik secara in vitro,
pada medium buatan bernutrisi lengkap, beserta Zat Pengatur Tumbuh (ZPT).
Pentingnya dilakukan kultur jaringan pada suatu tanaman adalah untuk
memperbanyak tanaman dalam waktu singkat tanpa dipengaruhi musim, selain
itu juga penting dalam memperbanyak tanaman langkah, menghasilkan bibit
unggul (Yusnita, 2003). Manfaat melakukan kultur jaringan adalah praktikan
mampu mengetahui teknik perbanyakan tanaman secara in vitro, praktikan
mampu bekerja secara aseptis, praktikan mengetahui alat-alat yang digunakan
untuk perbanyakan tanaman, dan praktikan dapat memanfaatkan sifat
totipotensi sel tanaman.
Jumlah acara praktikum kultur jaringan adalah 7 acara, yaitu sterilisasi
alat dan ruang penabur, pembuatan medium dan sterilisasi medium, kultur
kalus daun mengkudu (Morinda citrifolia), kultur biji buah naga super merah
(Hylocereus costaricensis), kultur tunas jagung (Zea mays), overplanting
plantlet jagung (Zea mays), dan aklimatisasi planlet anggrek (Dendrobium sp.).
Pada acara pertama yaitu sterilisasi alat dan ruang penabur, acara ini berfungsi
untuk menghindarkan alat dan ruang penabur dari segala kontaminasi, sehingga
proses kultur jaringan dapat berjalan secara aspetis dan menghasilkan bibit
unggul terhindar dari kontaminasi. Acara kedua yaitu pembuatan medium dan
sterilisasi medium, acara ini berfungsi untuk penyediaan medium tumbuh
secara in vitro dengan nutrisi yang mencukupi dan zat pengatur tumbuh yang
menginduksi pertumbuhan sampel.
Acara ketiga yaitu kultur kalus daun mengkudu (Morinda citrifolia)
fungsi acara ini adalah untuk menginduksi sifat totipotensi pada jaringan daun
dengan tambahan ZTP untuk menbentuk kalus, sedangkan acara keempat
kultur biji buah naga berfungsi untuk menumbuhkan planlet dengan teknik
seeding, acara kelima yaitu kultur tunas jagung (Zea mays) berfungi untuk
mengetahui cara perbanyakan vegetatif in vitro menggunaan eksplan tunas
jagung. Acara keenam yaitu overplanting plantlet jagung (Zea mays), acara ini
berfungsi untuk menjaga kecukupan nutrisi plantlet pada medium baru, dan
sebagai tahap untuk memicu diferensiasi tanaman lebih lanjut. Acara terakhir
yaitu aklimatisasi, tahapan yang berfungsi untuk mengadaptasikan plantler atau
tunas mikro hasil kultur jaringan ke lingkungan in vivo yang spesifik.
B. Tujuan
1. Mengetahui alat alat yang dibutuhkan pada praktikum kultur jaringan
tumbuhan
2. Mengenalkan cara sterilisasi peralatan yang digunakan dalam kultur
jaringan tumbuhan
3. Mengetahui cara pembuatan, sterilisasi dan kontaminasi medium IAA,
NAA, BAP, 2,4-D, dan air kelapa pada budidaya in vitro
4. Menunjukkan adanya sifat totipotensi pada jaringan daun
5. Mengetahui teknik inisiasi kalus dari jaringan daun mengkudu (Morinda
citrifolia)
6. Mengetahui cara sterilisasi kalus daun mengkudu (Morinda citrifolia)
7. Mengetahui medium optimum untuk pertumbuhan kultur kalus daun
mengkudu (Morinda citrifolia)
8. Mengetahui medium optimum untuk pertumbuhan kultur biji buah naga
(Hylocereus costaricensis)
9. Mengetahui cara sterilisasi sumber eksplan dan teknik kultur biji buah
naga (Hylocereus costaricensis)
10. Mengetahui cara perbanyakan vegetatif in vitro menggunakan eksplan
calon tunas jagung (Zea mays)
11. Mengetahui cara melakukan overplanting sebagai salah satu teknik
subkultur
12. Mengetahui medium optimum untuk subkultur jagung (Zea mays)
13. Mengetahui cara aklimatisasi dan hasil planlet anggrek (Dendrobium sp)
dari botol kultur ke kompot
II. TINJAUAN PUSTAKA
b. Enkast
Tangan dimasukan bersama alkohol dan kertas tisu. Dinding
enkast di semprot dengan alkohol 70%, kemudian di lap. Setelah itu
alat dan bahan dimasukkan. Alkohol kemudian disemprotkan ke
udara. Tangan kemudian dikeluarkan dari entkas dan ditunggu selama
30 menit baru siap digunakan.
3. Pembuatan Medium
Medium MS diambil sebanyak 40 ml dan dimasukkan ke dalam
gelas beker. Masing-masing medium ditambahkan hormon NAA sebanyak
0,5 l dan diaduk rata. Sukrosa kemudian ditambahkan sebanyak 3 gram
untuk medium MS 100 ml dan 3,6 gram untuk medium MS 120 ml dan
diaduk sampai larut. Medium MS kemudian diambil kembali sampai 100
ml atau 120 ml dan dimasukkan ke dalam gelas beker. pH medium
kemudian diukur dengan kisaran pH 5 sampai 6. Jika pH teralu asam
ditambahkan dengan KOH beberapa tetes dan jika terlalu basa
ditambahkan dengan HCl beberapa tetes. Medium kemudian ditambahkan
dengan agar yang telah ditimbang kemudian gelas beker dipanaskan.
Setelah dipanaskan, dituang ke dalam botol kultur masing-masing 10 ml.
Jika lebih dari 10 ml tidak boleh dikembalikan ke dalam gelas beker. Botol
kemudian ditutup rapat dengan aluminium foil dan kemudian di plastik
wrap. Botol diberi label sesuai dengan hormon dan kemudian disterilisasi
dengan autoklaf sesuai cara kerja pada nomor satu, setelah itu diletakkan
di dalam ruang kultur. Kemudian, hormon diganti dengan masing-masing
hormon seperti hormon 2,4-D, BAP dan IAA. Penambahan air kelapa
untuk menggantikan hormon dengan air kelapa diambil sebanyak 15 ml.
4. Kultur Kalus Daun Mengkudu (Morinda citrifolia)
Terlebih dahulu melakukan sterilisasi ruang penabur seperti pada
cara kerja nomor dua. Setelah itu dilakukan sterilisasi eksplan dengan cara
gelas beker dengan ukuran 250 ml disiapkan. Setelah itu, ditambahkan
dengan larutan detergen. Eksplan daun muda mengkudu direndam dalam
gelas beker berisi larutan detergen selama 3 hingga 5 menit dengan
digojong. Eksplan kemudian dibilas dengan air filtrasi hingga bersih.
Bahan untuk kultur dimasukkan ke dalam ruang penabur. Daun direndam
dengan alkohol 45% selama 5 menit kemudian direndam dengan akuades
steril selama 5 menit, dilanjutkan dengan direndam larutan clorox 45%
selama 3 menit. Daun mengkudu kemudian dibilas dengan akuades steril
sebanyak 3 kali, dan dilanjutkan dengan penanaman eksplan.
Eksplan daun dibuang bagian pinggirnya dengan menggunakan
skapel dan blade kemudian diambil bagian yang terdapat tulang daun.
Potongan eksplan diambil 30 potong (3 eksplan/botol) dengan ukuran
1x1cm. Sebanyak 3 potong eksplan ditanam ke dalam medium dengan
posisi terbalik dan diatur membentuk segitiga. Mulut botol kultur
dibungkus menggunakan alumunium foil, lalu dibungkus kembali dengan
plastik wrap dan diletakkan di dalam rak kultur. Pengamatan dilakukan
dengan mengamati ada tidaknya kontaminan pada eksplan dan pengukuran
biomassa dilakukan setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat. Hasil pengamatan
dicatat di dalam log book.
5. Kultur Biji Buah Naga (Hylocereus costaricensis)
Terlebih dahulu melakukan sterilisasi ruang penabur seperti pada
cara kerja nomor dua. Kemudian dilakukan sterilisasi eksplan dengan cara
sebanyak 20 sampai 30 biji buah naga dibersihkan dari lendirnya
kemudian dimasukkan ke dalam gelas beker ukuran 250 ml berisi larutan
detergen sambil digojong. Biji buah nagadibilas dengan air filtrasi hingga
bersih kemudian gelas beker wadah biji buah naga ditutup dengan
alumunium foil dan dimasukkan ke dalam ruang penabur. Biji buah naga
direndam dengan larutan clorox 5% sebanyak 100 ml selama 5 menit, dan
dilanjutkan dengan perendaman larutan clorox 10 % sebanyak 100 ml
selama 10 menit. Biji buah naga, kemudian dibilas dengan aquadest steril
sebanyak tiga kali.
Biji buah naga yang telah steril, kemudian ditanam ke dalam masing-
masing medium sebanyak 3 biji tiap satu botol medium. Biji buah naga
diatur jaraknya sehingga tidak saling berdekatan satu sama lain kemudian
diinkubasi. Mulut botol kultur dibungkus menggunakan alumunium foil,
lalu dibungkus kembali dengan plastik wrap dan diletakkan di dalam rak
kultur. Pengamatan dilakukan dengan mengamati ada tidaknya kontaminan
pada eksplan dan pengukuran biomassa dilakukan setiap hari Senin, Rabu,
dan Jumat. Hasil pengamatan dicatat di dalam log book.
6. Kultur Tunas Jagung (Zea mays)
Terlebih dahulu melakukan sterilisasi ruang penabur seperti pada
cara kerja nomor dua. Kemudian dilakukan sterilisasi eksplan. Biji diambil
sebanyak 20 sampai 25 biji kemudian dipisahkan dan diambil bagian
embrionya. Biji jagung lalu dimasukkan ke dalam gelas beker ukuran 250
ml dan direndam dengan air filtrasi selama 15 menit sambil digojog. Gelas
beker berisi biji jagung ditutup dengan alumunium foil lalu dimasukkan ke
dalam ruang penabur. Biji jagung direndam dengan larutan clorox 10%
sebanyak 50 ml selama 3 menit. Kemudian dilanjutkan dengan direndam
larutan clorox 5% sebanyak 50 ml selama 7 menit. Biji jagung lalu
direndam dengan larutan akuades steril sebanyak 3 kali. Perendaman
akuades steril pertama dilakukan selama 3 menit, perendaman kedua
selama 7 menit, dan perendaman ketiga selama 10 menit. Embrio jagung
yang ada pada biji jagung, diambil menggunakan pinset dengan cara
didorong keluar secara hati-hati sebelum ditanam.
Embrio biji jagung yang telah berhasil dikeluarkan, ditanam ke
masing-masing medium. Tiap medium diisi dengan 3 embrio jagung dan
diatur letaknya. Mulut botol kultur dibungkus menggunakan alumunium
foil, lalu dibungkus kembali dengan plastik wrap dan diletakkan di dalam
rak kultur. Pengamatan dilakukan dengan mengamati ada tidaknya
kontaminan pada eksplan dan pengukuran biomassa dilakukan setiap hari
Senin, Rabu, dan Jumat. Hasil pengamatan dicatat di dalam log book.
7. Subkultur Tunas Jagung (Zea mays)
Terlebih dahulu melakukan sterilisasi ruang penabur seperti cara
kerja nomor dua. Planlet diambil dari botol medium dengan menggunakan
pinset. Planlet, kemudian dipotong dengan menggunakan skalpel dan
blade menjadi 3 sampai 4 bagian pada bagian batangnya dengan ukuran 1
cm.
Potongan planlet diambil sebanyak 3 potong, kemudian ditanam
pada masing-masing medium. Potongan planlet diatur letaknya agar tidak
terlalu berdekatan. Botol lalu ditutup kembali dengan alumunium foil dan
plastik wrap. Botol yang telah dilakukan overplanting, ditimbang terlebih
dahulu kemudian diinkubasi di dalam ruang inkubasi.
8. Aklimatisasi Planlet Anggrek (Dendobrium sp.)
Botol kultur yang berisi planlet ditambah air filtrasi dan digojog.
Planlet diambil menggunakan kawat dari ujung, kemudian dibilas dengan
air filtrasi yang pertama, setelah itu dilakukan pembilasan lagi di air
filtrasi yang kedua. Planlet dipilih sebanyak 10 planlet. Planlet yang sudah
dipilih, dipindahkan ke nampan yang terdapat kertas untuk dikeringkan.
Planlet yang telah kering, dicelupkan ke dalam larutan fungsida. Planlet
ditanam di dalam pot yang berisi 2/3 arang dan 1/3 akar pakis. Saat
ditanam akar planlet mengenai arang, dan disemprot dengan pupuk
Hyponex biru.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan kultur jaringan yang telah dilakukan dapat
ditarik beberapa kesimpulan
1. Alat alat yang dibutuhkan pada praktikum kultur jaringan tumbuhan
adalah botol kultur, skapel, petri, erlenmeyer, pinset, blade, autoklaf,
enkas, LAF, pipet ukur, gelas beker, pipet tetes, gelas ukur, pro pipet, pH
meter, gelas pengaduk, timbangan elektrik, kompor, lampu spiritus, kawat,
pot, nampan, kalkulator, wrap, alumunium foil, masker, tisu, gloves, karet,
sendok ukur, kertas saring, sarung tangan oven, label, panci, kertas
payung, kertas, karet, dan korek api.
2. Cara sterilisasi peralatan yang digunakan dalam kultur jaringan tumbuhan
sterilisasi dengan metode fisik panas basah autoklaf, metode radiasi
dengan sinar UV Laminar Air Flow, metode kimiawi dengan
menggunakan alkohol 70%, deterjen, dan clorox.
3. Cara pembuatan medium IAA 1 ppm dengan menambahkan 120 l
kedalam medium medium Murashige skoog (MS) 120 ml, medium NAA
0,5 ppm dengan menambahkan 50 l kedalam medium medium MS 100
ml, medium BAP 1 ppm dengan menambahkan 100 l kedalam medium
medium MS 100 ml, medium 2,4-D 0,5 ppm dengan menambahkan 60 l
kedalam medium medium MS 120 ml, sterilisasi mediun dengan
menggunakan autoklaf dan kontaminasi medium dapat berupa lendir
bkteri, dan serabut putih jamur.
4. Sifat totipotensi pada jaringan daun ditandai dengan tumbuhnya kalus.
5. Teknik inisiasi kalus dari jaringan daun mengkudu (Morinda citrifolia)
dilakukan dengan memotong pinggir daun dan diambil bagian yang
terdapat tulang daun dengan ukuran 1x1 cm dan ditanam ke medium.
6. Cara sterilisasi kalus daun mengkudu (Morinda citrifolia) dengan
pencucian dengan deterjen, perendaman alkohol 45% selama 5 menit,
dilanjutkan dengan direndam larutan clorox 45% selama 3 menit, dicuci
dengan akuades steril sebanyak 3 kali.
7. Mengetahui medium optimum untuk pertumbuhan kultur kalus daun
mengkudu (Morinda citrifolia) dengan penambahan hormon 2,4D* dengan
konsentrasi 5 ppm.
8. Medium optimum untuk menumbuhkan kultur biji buah nada adalah IAA.
9. Cara sterilisasi sumber eksplan dan teknik kultur biji buah naga
(Hylocereus costaricensis), biji buah naga direndam dengan larutan clorox
5% sebanyak 100 ml selama 5 menit, ddilanjutkan dengan perendaman
larutan clorox 10 % sebanak 100 ml selama 10 menit.
10. cara perbanyakan vegetatif in vitro menggunakan eksplan calon tunas
jagung (Zea mays) dilakukan sterilisasi eksplan dengan merendam
menggunakan air filtrasi, clorox 10%, clorox 5%, dan direndam dengan
aquades steril sebanyak 3 kali, embrio jagung dikeluarkan dan direndam
pada medium.
11. Cara melakukan overplanting jagung (Zea mays) sebagai salah satu teknik
subkultur secara aseptis dengan scalpel dan blade kemudian memindahkan
eksplam pada media baru.
12. Medium optimum untuk subkultur jagung (Zea mays) adalah dengan
penambahan hormon BAP.
13. Cara aklimatisasi dan hasil planlet anggrek (Dendrobium sp) dari botol
kultur ke kompot dilakukan dengan memberi sedikit air ke botol kultur,
dilakukan penggojogan, pengambilan plantlet nggrek dan ditumbuhkan
pada media yang berisi akar pakis dan pecahan arang. selama pengamatan
disiram menggunakan pupuk hyponex.
B. SARAN
Saran yang dapat diberikan terhadap praktikum kultur jaringan adalah
praktikum selanjutnya diharapkan dapat benar-benar dibagi ruangnnya
sesuai dengan standar laboratorium kultur jaringan yaitu ada bagian ruang
staf dan ruang ganti pakaian, ruang preparasi, ruang penabur yang dipisah,
agar lebih bekerja secara aseptis.
DAFTAR PUSTAKA
Herawan, T dan M. Naiem. 2006. Pengaruh Jenis Media dan Konsentrasi Zat
Pengatur Tumbuh Terhadap Perakaran pada Kultur Jaringan Cendana
(Santalum album Linn.). Jurnal Agrosains 19(2) : 103-109.
Oyebanji, O.B, Nweke, O., Odebunmi, Galadima, N. B., Idris, M. S., Nnodi,
U.N., Afolabi, dan Oghadu. 2009. Simple, effective and economical explant-
surface sterilization protocol for cowpea, rica, and sorghum seeds. African
Journal of Biotechnology 8(20):5395- 5399.
Podesta, F., U. Kalsum & E. Mareza. 2008. Kajian Konsentrasi ZPT 2,4-D
terhadap Viabilitas dan Pertumbuhan Benih Beberapa Genotipe Tanaman
Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.). Akta Agrosia 1 (1): 19.
Trigiano, R. N., dan Gray, J. D. 2000. Plant Tissue Culture Concept and
Laboratory Exercise. CRC Press, New York.
Wijayanto, T., Sadimantara, G.R., dan Nurdin. 2013. Efek posisi biji muda dalam
polong terhadap pertumbuhan in-vitro planlet kedelai. Jurnal Agriplus 23
(3): 214-218.