Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

ILEUS

Disusun Oleh :

1. Derryl Komala P 406148043


2. Julia Erline 406151031
3. Andrea Riva 406161016
4. Valerie Sunhaji 406161029

Pembimbing: dr Syarifah Surbakit Sp.Rad

KEPANITERAAN RADIOLOGI

RSUD CIAWI

PERIODE 31 OKTOBER 2016 NOVEMBER 2016

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA


BAB 1
PENDAHULUAN

Gawat abdomen adalah keadaan klinis akibat kegawatan di rongga perut yang
biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadan ini
memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya pada
obstruksi, perforasi, atau perdarahan massif di rongga perut maupun saluran cerna.
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan salah satu kegawatan
dalam bedah abdominalis. Ileus sendiri merupakan suatu keadaan dimana pergerakan
kontraksi normal dinding usus terganggu. Gerak peristaltik seperti gerakan kontraksi
bergelombang yang merupakan suatu aktivitas otot polos usus yang terkoordinasi
dengan baik dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keadaan otot polos usus, system
saraf simpatis, system saraf parasimpatis, keseimbangan elektrolit, dan sebagainya.
Ileus dibagi menjadi dua yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik. Keduanya
mempunyai perbedaan yang cukup berarti tak terkecuali dalam bidang radiologi. Baik
ileus obstruktif maupun ileus paralitik mempunyai gambaran khas yang berbeda, namun
kadang masih dulit dibedakan. Karena itu penting juga untuk diketahui keadaan klinis
pasien dan riwayat operasi untuk membedakan keduanya.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI USUS

Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang membentang


dari pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang usus halus sekitar 12 kaki
(22 kaki pada kadaver akibat relaksasi). Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah
abdomen. Ujung proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin kebawah
lambat laun garis tengahnya berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm. Usus halus
dibagi menjadi duodenum, jejenum, dan ileum. Pembagian ini agak tidak tepat dan
didasarkan pada sedikit perubahan struktur, dan yang relatif lebih penting berdasarkan
perbedaan fungsi.
Duodenum panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari pilorus sampai kepada jejenum.
Pemisahan duodenum dan jejenum ditandai oleh ligamentum treitz, suatu pita
muskulofibrosa yang berorigo pada krus dekstra, diafragma dekat hiatus esofagus dan
berinsersio pada perbatasan duodenum dan jejenum. Ligamentum ini berperan sebagai
ligamentum suspensorium (penggantung). Kira-kira duaperlima dari sisa usus halus
adalah jejenum, dan tiga perlima terminalnya adalah ileum.
Jejenum terletak di regio abdominalis media sebelah kiri, sedangkan ileum
cenderung terletak di region abdominalis bawah kanan. Jejunum mulai pada juncture
denojejunalis dan ileum berakhir pada junctura ileocaecalis. Lekukan-lekukan jejenum
dan ileum melekat pada dinding posterior abdomen dengan perantaraan lipatan
peritoneum yang berbentuk kipas yang dikenal sebagai messenterium usus halus.
Pangkal lipatan yang pendek melanjutkan diri sebagai peritoneum parietal pada dinding
posterior abdomen sepanjang garis berjalan ke bawah dan ke kanan dari kiri vertebra
lumbalis kedua ke daerah articulatio sacroiliaca kanan. Akar mesenterium
memungkinkan keluar dan masuknya cabangcabang arteri vena mesenterica superior
antara kedua lapisan peritoneum yang membentuk messenterium.
Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki
(sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar
sudah pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm),
tetapi makin dekat anus semakin kecil. Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan
rektum. Pada sekum terdapat katup ileocaecaal dan apendiks yang melekat pada ujung
sekum. Sekum menempati dekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup
ileocaecaal mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum. Kolon dibagi lagi menjadi
kolon asendens, transversum, desendens dan sigmoid. Kolon ascendens berjalan ke atas
dari sekum ke permukaan inferior lobus kanan hati, menduduki regio iliaca dan
lumbalis kanan. Setelah mencapai hati, kolon ascendens membelok ke kiri membentuk
fleksura koli dekstra (fleksura hepatik). Kolon transversum menyilang abdomen pada
regio umbilikalis dari fleksura koli dekstra sampai fleksura koli sinistra.

Ileus Obstruksi Letak Rendah

Gambar 1. Sistem saluran pencernaan

Kolon transversum, waktu mencapai daerah limpa, membengkok ke bawah,


membentuk fleksura kolisinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian menjadi kolon
descendens. Kolon sigmoid mulai pada pintu atas panggul. Kolon sigmoid merupakan
lanjutan kolon descendens. Ia tergantung kebawah dalam rongga pelvis dalam bentuk
lengkungan. Kolon sigmoid bersatu dengan rektum di depan sakrum. Rektum
menduduki bagian posterior rongga pelvis. Rektum ke atas dilanjutkan oleh kolon
sigmoid dan berjalan turun di depan sekum, meninggalkan pelvis dengan menembus
dasar pelvis. Disisni rektum melanjutkan diri sebagai anus dalan perineum.
2.2 ILEUS
Ileus merupakan suatu kondisi dimana terdapat gangguan pasase (jalannya makanan) di
usus yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus terutama dibagi dua
berdasarkan penyebabnya, yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik

2.2.1 ILEUS OBSTRUKTIF

A . Definisi
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi
lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya
sumbatan/hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus
atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang
menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.

B. Klasifikasi

1. Ileus obstruktif letak tinggi : obstruksi mengenai usus halus (dari gaster sampai
ileum terminal).
2. Ileus obstruktif letak rendah : obstruksi mengenai usus besar (dari ileum terminal
sampai rectum).
Selain itu, ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya,
antara lain :
1) Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian sehingga
makanan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi sedikit.
2) Obstruksi sederhana ( simple obstruction) : obstruksi / sumbatan yang tidak
disertai terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah).
3) Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai dengan
terjepitnya pembuluh darah
C. Etiologi
Ileus obstruktif disebabkan oleh berbagai hal:
a. Adhesi
Ileus karena adhesi umumnya tidak disertai strangulasi. Adhesi umumnya
berasal dari rangsangan peritoneum akibat adanya peritonitis setempat atau
umum. Adhesi dapat berupa perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal
maupun multiple, mungkin setempat maupun luas.
b. Hernia
Kelemahan atau defek pada dinding rongga peritoneum memungkinkan
penonjolan keluar suatu kantong peritoneal (kantong hernia) sehingga
segmen suatu dalaman dapat terjepit.
c. Askariasis
Kebanyakan cacing askariasis hidup di usus halus bagian jejunum.
Obstruksi bisa terjadi dimana-mana pada bagian usus halus, tetapi biasanya
di ileum terminal, tempat lumen paling sempit. Cacing tersebut
menyebabkan kontraksi lokal dinding usus yang disertai reaksi radang
setempat.
d. Invaginasi
Umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik ke kolon asendens
dan mungkin terus sampai keluar dari rektrum, dapat mengakibatkan
nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengan komplikasi perforasi
dan peritonitis. Pada bayi dan anak-anak biasanya spontan dan irreversible,
sedangkan pada dewasa jarang terjadi.
e. Volvulus
Pemuntiran usus yang abnormal dari segmen usus. Volvulus di usus halus
agak jarang ditemukan. Biasanya volvulus didapatkan di bagian ileum.
f. Kelainan kongenital
Gangguan passase usus dapat berupa stenosis maupun atresia.
g. Radang kronik
h. Tumor
i. Tumpukan sisa makanan
2.2.2 ILEUS PARALITIK
A. Definisi
Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus gagal atau tidak mampu
melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Ileus paralitik ini bukan
suatu penyakit primer usus melainkan akibat dari berbagai penyakit primer, tindakan
(operasi) yang berhubungan dengan rongga perut, toksin dan obat-obatan yang dapat
mempengaruhi kontraksi otot polos usus.Ileus paralitik merupakan kondisi dimana
terjadi kegagalan neurogenik atau hilangnya peristaltic usus tanpa adanya obstruksi
mekanik.
Ileus paralitik terjadi karena hipomotilitas dari saluran pencernaan tanpa adanya
obstruksi usus mekanik. Diduga, otot dinding usus terganggu dan gagal untuk
mengangkut isi usus. Kurangnya tindakan pendorong terkoordinasi menyebabkan
akumulasi gas dan cairan dalam usus.

B. Etiologi
Ileus paralitik dapat disebabkan oleh beberapa kondisi berikut:
Obat-obatan: e.g. opioid
Metabolik: e.g. ggn elektrolit (hiponatremia)
Sepsis: terutama disebabkan oleh bakteri gram-negatif
Trauma Abdomen
Bedah Abdomen
Infark miokard / gagal jantung kongestif
Trauma kepala / bedah otak
Inflamasi intraabdomen / peritonitis
Hematoma retroperitoneal
Penyebab ileus masih dianggap kompleks dan multifaktorial dimana melibatkan
inflamasi, inhibisi rekleks neural dan peptida dari neurohormon.
C. Ileus posoperatif vs. Ileus paralitik
Beberapa tingkatan dari ileus dianggap normal dan biasa didapatkan setelah tindakan
operatif, perbaikan secara konvensional / tanpa terapi tercatat sebagai berikut :
Usus halus: 0-24 hours
lambung: 24-48 hours
Usus Besar : 48-72 hours
Prolong ileus posoperatif (>72 jam) telah dikategorikan sebagai ileus paralitik
oleh beberapa ahli dan perlu dievaluasi lebih lanjut terhadap adanya obstruksi usus
halus, perforeasi usus, peritonitis dan abses intraabdomen. Perbaikan terhadap ileus
posoperatif dapat digambarkan secara klinis dan radiografik, dimana secara klinis dapat
dinilai dari asupan oral dan flatus

2.3 PATOFISIOLOGI

Proses terjadinya ileus mekanik maupun non mekanik memiliki kemiripan setelah
terjadinya obstruksi, tanpa memandang penyebab obstruksi tersebut apakah karena
penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan yang tampak adalah bila ileus tersebut
disebabkan oleh penyebab non mekanik maka peristaltik usus dihambat dari permulaan,
sedangkan pada ileus karena penyebab mekanik maka peristaltik mula-mula kuat
kemudian bertambah pelan sampai akhirnya hilang. Semua etiologi ileus menyebabkan
usus di bagian distal kolaps, sementara bagian proksimal berdilatasi. Usus yang
tersumbat awalnya berperistaltik lebih keras sebagai usaha alamiah dan akhirnya pasase
usus jadi melemah dan hilang. Usus yang berdilatasi menampung cairan dan gas yang
merupakan hasil akumulasi cairan dan gas yang menyebabkan distensi usus. Distensi
usus tidak hanya pada daerah sumbatan tapi dapat menjalar ke daerah proksimal.
Distensi yang menyeluruh menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga suplai darah
berkurang (iskemik) dan dapat terjadi perforasi.
Usaha usus untuk berperistaltik disaat adanya sumbatan menghasilkan nyeri
kolik abdomen dan penumpukan kuman dalam usus merangsang muntah. Pada
obstruksi usus dengan stranguasi, terdapat penjepitan yang menyebabkan gangguan
peredaran darah sehingga terjadi iskemia, nekrosis kemudian gangren. Gangren ini
kemudian menyebabkan tanda toksis yang terjadi pada sepsis yaitu takikardia, syok
septik dengan leukositosis.
Pengaruh obstruksi kolon tidak sehebat pengaruh pada obstruksi usus halus
karena pada obstruksi kolon, kecuali pada volvulus, hampir tidak pernah terjadi
strangulasi. Kolon merupakan alat penyimpanan feses sehingga secara relatif fungsi
kolon sebagai alat penyerap sedikit sekali. Oleh karena itu kehilangan cairan dan
elektrolit berjalan lambat pada obstruksi kolon distal. Dinding usus halus kuat dan tebal,
karena itu tidak timbul distensi berlebihan atau ruptur sedangkan dinding usus besar
tipis, sehingga mudah distensi. Dinding caecum merupakan bagian kolon yang paling
tipis, karena itu dapat terjadi ruptur bila terlalu tegang. Bila terjadi ruptur maka akan
timbul perforasi yang memperberat keadaan pasien.

2.4 GAMBARAN KLINIS

Gambaran klinik obstruksi ileus sangat mudah dikenal, tidak tergantung kepada
penyebab obstruksinya. Hanya pada keadaan strangulasi, nyeri biasanya lebih hebat dan
menetap.
Obstruksi ileus ditandai dengan gambaran klinik, berupa nyeri abdomen yang
bersifat kolik, muntah-muntah dan obstipasi, distensi intestinalis, dan tidak adanya
flatus. Rasa nyeri perut dirasakan seperti menusuk-nusuk atau rasa mulas yang hebat,
umumnya nyeri tidak menjalar. Pada saat datang serangan, biasanya disertai perasaan
perut yang melilit.
Bila obstruksi tinggi, muntah hebat bersifat proyektil dengan cairan muntah yang
berwarna kehijauan. Pada obstruksi rendah, muntah biasanya timbul sesudah distensi
usus yang jelas sekali, muntah tidak proyektil dan berbau feculent, warna cairan
muntah kecoklatan.
Gambaran klinis ileus paralitik pada umumnya sama dengan ileus obstruktif
terdapat juga perbedaannya :
Ileus paralitik Ileus obstruktif
Nyeri kontinu Kolik
Darm contour + +
Darm steifung - +
Bunyi bising menghilang Meningkat
usus
Rectal toucher terowongan Kolaps
2.5 PEMERIKSAAN RADIOLOGI
1. Foto Polos Abdomen
Ileus merupakan penyakit abdomen akut yang dapat muncul secara mendadak
yang memerlukan tindakan sesegera mungkin. Maka dari itu pemeriksaan abdomen
harus dilakukan secara segera tanpa perlu persiapan. Pada kasus abdomen akut
diperlukan pemeriksaan 3 posisi, yaitu :
1. Supine, sinar dari arah vertical, dengan proyeksi antero-posterior (AP)
2. Erect, bila memungkinkan, dengan sinar horizontal proyeksi AP
3. Left lateral decubitus, dengan arah horizontal, proyeksi AP
Sebaiknya pemotretan dibuat dengan memakai kaset film yang dapat mencakup
seluruh abdomen beserta dindingnya. Perlu dipersiapkan ukuran kaset dan film ukuran
35x 45cm.
Hal hal yang dapat dinilai pada foto foto di atas ialah:
1. Posisi terlentang (supine)
- Dinding abdomen, yang penting yaitu: lemak preperitoneal kanan dan kiri baik
atau menghilang.
- Garis psoas kanan dan kiri: baik, menghilang atau adanya pelembungan
(bulging).
- Batu yang radioopak, kalsifikasi atau benda asing yang radioopak.
- Kontur ginjal kanan dan kiri.
- Gambaran udara usus :
Normal
Pelebaran lambung, usus halus, kolon
Penyebaran dari usus usus yang melebar
Keadaan dinding usus
Jarak antara dua dinding usus yang berdampingan
2. Posisi duduk atau setengah duduk atau tegak ( Erect)
- Gambaran udara bebas di bawah diafragma
3. Posisi tiduran miring ke kiri ( left lateral dekubitus)
- Hampir sama seperti posisi duduk, hanya udara bebas letaknya antara hati
dengan dinding abdomen
-

Gambar 3 : gambaran usus normal dari kiri ke kanan merupakan


gambaran LLD, erect dan supine

2. Barium Enema
Barium enema adalah sebuah pemeriksaan radiologi dengan menggunakan kontras
positif. Kontras positif yang biasanya digunakan dalam pemeriksaan radiologi alat cerna
adalah barium sulfat (BaSO4). Bahan ini adalah suatu garam berwarna putih, berat dan
tidak mudah larut dalam air. Garam tersebut diaduk dengan air dalam perbandingan
tertentu sehingga menjadi suspensi. Suspensi tersebut diminum oleh pasien pada
pemeriksaan esophagus, lambung dan usus halus atau dimasukkan lewat anus.
Sinar rontgen tidak dapat menembus barium sulfat tersebut, sehingga
menimbulkan bayangan dalam foto rontgen. Setelah pasien meminum suspensi barium
dan air, dengan fluroskopi diikuti kontrasnya sampai masuk ke dalam lambung,
kemudian dibuat foto foto dalam posisi yang di perlukan. Pemeriksaan radiologi
dengan Barium Enema mempunyai suatu peran terbatas pada pasien dengan obstruksi
usus halus. Pengujian Enema Barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi
letak rendah yang tidak dapat pada pemeriksaan foto polos abdomen.

3. CT-Scan Abdomen
CT ( Computed Tomograhy) merupakan metode body imaging dimana sinar X yang
sangat tipis mengitari pasien. Detektor kecil akan mengatur jumlah sinar x yang
diteruskan kepada pasien untuk menyinari targetnya. Komputer akan segera
menganalisa data dan mengumpulkan dalam bentuk potongan cross sectional. Foto ini
juga dapat disimpan, diperbesar maupun di cetak dalam bentuk film. Pemeriksaan ini
dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomen dicurigai adanya strangulasi. CT
Scan akan mempertunjukkan secara lebih teliti adanya kelainan-kelainan dinding usus,
mesenterikus, dan peritoneum. CTScan harus dilakukan dengan memasukkan zat
kontras kedalam pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan
lokasi dari obstruksi.

2.6 RADIOLOGI ILEUS


Untuk radiologi ileus perlu diperhatikan beberapa hal :
1. Posisi terlentang (supine). Gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran usus di
proksimal daerah obstruksi, penebalan dinding usus, gambaran seperti duri ikan
(Herring Bone Appearance). Gambaran ini didapat dari pengumpulan gas dalam
lumen usus yang melebar.
2. Posisi setengah duduk atau berdiri. Gambaran radiologis didapatkan adanya air
fluid level dan step ladder appearance.
3. Posisi LLD, untuk melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi usus. Dari
air fluid level dapat diduga gangguan pasase usus. Bila air fluid level pendek
berarti ada ileus letak tinggi, sedangkan jika panjang-panjang kemungkinan
gangguan di kolon. Gambaran yang diperoleh adalah adanya udara bebas infra
diafragma dan air fluid level.
Pada foto polos abdomen, 60-70% dapat dilihat adanya pelebaran usus dan
hanya 40% dapat ditemukan adanya air fluid level. Walaupun pemeriksaan radiologi
hanya sebagai pelengkap saja, pemeriksaan sering diperlukan pada obstruksi ileus yang
sulit atau untuk dapat memperkirakan keadaan obstruksinya pada masa pra-bedah.

2.6.1 Ileus obstruktif letak tinggi


Pada ileus obstruktif letak tinggi tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan
(sumbatan paling distal di iliocecal junction) dan kolaps usus dibagian distal
sumbatan. Penebalan dinding usus halus yang terdilatasi memberikan gambaran
herring bone appearance, karena dua dinding usus halus yang menebal dan menempel
membentuk gambaran vertebra (dari ikan), dan muskulus yang sirkular menyerupai
kostanya. Tampak gambaran air fluid level yang pendek-pendek yang berbentuk
seperti tangga disebut juga step ladder appearance karena cairan transudasi berada
dalam usus halus yang mengalami distensi.
Dilatasi lebih dari 3cm dari usus halus sudah dikategorikan tidak normal,
semakin panjang bagian usus yang terdilatasi, semakin memunginkan adanya obstruksi.
Beberapa ciri berikut juga dapat menunjukan adanya obstruksi usus halus :tall bowel
o Multiple air-fluid levels pada lipatan usus yang melebar secara sentral

o Terlihatnya lipatan sirkular mukosa usus (valvula koniventes)

o Tidak terdapat gas pada usus besar atau sangat sedikit

2.6.2 Ileus Obstruksi Letak Rendah


Pada ileus obstruktif letak rendah tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan
(sumbatan di kolon) dan kolaps usus di bagian distal sumbatan. Penebalan dinding
usus halus yang mengalami dilatasi memberikan gambaran herring bone appearance,
karena dua dinding usus halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran
vertebra dan muskulus yang sirkuler menyerupai kosta dan gambaran penebalan usus
besar yang juga distensi tampak pada tepi abdomen. Tampak gambaran air fluid level
yang pendek-pendek yang berbentuk seperti tangga disebut juga step ladder
appearance karena cairan transudasi berada dalam usus halus yang terdistensi dan air
fluid level yang panjang-panjang di kolon. Pada usus besar akan terlihat distensi
kolon yang letaknya proksimal dari letak obstruksi, dikatakan dilatasi sekum jika ukuran
melebihi 9 cm dan untuk usus besar dikatakan dilatasi abnormal jika ukuran melebihi 6
cm selain itu beberapa ciri berikut dapat menandakan adanya obstruksi kolon:

o gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi abdomen
dengan haustral markings .

o terkadang dapat terlihat massa / penyebab obstruksi

o Sedikit bahkan tidak ada udara pada rektum / sigmoid

o Sedikit atau bahkan tidak ada gas pada usus kecil jika katup ileosekal masih
kompeten

o kolaps usus di bagian distal sumbatan / tidak terdapat udarapada bagian distal
sumbatan

o air fluid level yang panjang-panjang di kolon.

2.6.3 Ileus Paralitik


Pada ileus paralitik terdapat dilatasi usus secara menyeluruh dari gaster sampai
rektum. Penebalan dinding usus halus yang mengalami dilatasi memberikan gambaran
herring bone appearance, karena dua dinding usus halus yang menebal dan menempel
membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang sirkuler menyerupai kosta dan
gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi abdomen. Tampak
gambaran air fluid level yang pendek-pendek yang berbentuk seperti tangga atau
disebut juga step ladder appearance di usus halus dan air fluid level yang panjang-
panjang di kolon.
2.7 TERAPI
Ileus obstruksi
Pengelolaan ileus obstruktif adalah sebagai berikut:
Pemasangan sonde lambung
Penderita dipuasakan
Perbaikan kadar elektrolit
Tindakan bedah diperlukan bila terjadi:
Strangulasi
Obstruksi totalis
Hernia inkarserata
Tidak ada perbaikan pada pengobatan konservatif

Ileus paralitik
Pengelolaan ileus paralitik adalah dengan konservatif. Tindakannya berupa
dekompresi dengan pipa nasogastrik, menjaga cairan dan elektrolit, mengobati
kausa atau penyakit primer dan pemberian nutrisi yang adekuat.

BAB 3
PENUTUP

Ileus ditimbulkan oleh hipomotilitas dari traktus gastrointestinal karena tidak adanya
gerakan mekanis usus ataupun akibat adanya obstruksi, walaupun patogenesis ileus
masih belum diketahui secara pasti, multifaktorial dan kompleks, gambaran klinis
berupa gerak tidak sempurna isi usus sementara. Ileus merupakan penyakit abdomen
akut yang dapat muncul secara mendadak yang memerlukan tindakan sesegera
mungkin. Maka dari itu pemeriksaan abdomen harus dilakukan secara segera. Pada
kasus abdomen akut diperlukan pemeriksaan 3 posisi, yaitu :
o Posisi terlentang (supine)
o Duduk atau setengah duduk atau berdiri (erect)
o Tiduran miring ke kiri ( left lateral decubitus )
Ileus obstruksi merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena
adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga
menyebabkan penyumbatan lumen usus. Pemeriksaan radiologi pada ileus obstruktif
akan tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan dan kolaps usus di bagian distal
sumbatan.
Ileus paralitik merupakan suatu keadaan dimana usus gagal atau tidak mampu
melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Pemeriksaan radiologi pada
ileus paralititk akan menunjukkan adanya dilatasi usus secara menyeluruh dari gaster
sampai rektum.
Dalam bidang radiologi baik ileus obstruktif maupun ileus paralitik keduanya
mempunyai perbedaan yang cukup berarti namun masih sulit untuk dibedakan. Karena
itu penting juga untuk diketahui keadaan klinis pasien dan riwayat operasi untuk
membedakan keduanya. Dimana ileus paralitik dan obstruksi letak tinggi sering terjadi
paskaoperasi sementara penyebab tersering obstruksi letak rendah adalah adanya
karsinoma kolon

DAFTAR PUSTAKA

David A lisle. Imagining for student : Gastrointestinal System. 2 nd edition, New York :
Oxford University press inc. 2005.
Davin Sutton. A textbook of Radiology & Imagng. Fifth edition. Volume 2. Churcill
Livingston 1992.
Djumhana, Ali. Buku Ajaran Penyakit Dalam, jilid II. Edisi III. Depaertemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UKI. Jakarta 2001
Fred. Amttler Jr. Essential of Radology: gastrointestinal system. 2nd. Edition.
Departermen of Radiology, New Mexic Federal Regional center. 2005.
Meschan, M.D Isodare, synopsis of Analystis of roetgan sign in general radiology,
international Eddition: sign in general radiologi: International Eddition
Samsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC. 2004
Indrayani M N. Diagnosis dan Tata Laksana Ileus Obstruktif. FK Udayana. Denpasar

Anda mungkin juga menyukai