Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt., karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk sederhana dan tepat pada
waktunya.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk melengkapi tugas yang diberikan dosen mata
kuliah Keperawatan Anak, selain itu makalah ini juga bertujuan untuk membahas dan mencari
informasi tentang Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Campak.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
memohon maaf jika ada kata - kata yang tidak berkenaan dihati pembaca. Serta masukan berupa
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Bandung, 05 April 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Campak (Rebulla atau Morbili) adalah penyakit yang diakibatkan oleh infeksi virus
yang belum ada obatnya dan apabila tidak ditindaklanjutkan dalam keperawatannya maka
akan mengakibatkankomplikasi dalam tubuh, sehingga peranan keperawatan dalam
penanggulangan campak di RS penting untuk mengurangi resiko penderita penyakit.
Peran perawat adalah mengatasi penyakit campak dengan promotif, preventif,
kreatif dan rehabilitative. Promotif adalah member penyuluhan kesehatan di masyarakat
tentang penyakit campak dan penanggulangannya, preventif yaitu untuk mencegah
terjadinya campak adalah merubah kebiasaan sehari-hari yaitu menjaga kebersihan
lingkungan, pola hidup sehat.
Masa tunas atau inkubasi penyakit campak berlangsung kurang lebih dri 10-20 hari
dan kemudian timbul gejala-gejala.
Walaupun campak tidak umum lagi di Negara yang memberikan vaksin secara luas,
tetapi ketimpangan antara Negara maju dan Negara lain yang kurang perawatan
kesehatan untuk bayi dan anak sangat mencolok. UNICEF memperkirakan lebih dari 1
juta kematian setahun disebabkan oleh campak dan komplikasinya pada anak di Negara
berkembang di seluruh dunia.
Menurut data SKRT ( 1996 ) insiden campak pada balita sebesar 528/10.000.
angka tersebut jauh lebih rendah disbanding tahun 1982 sebelum program imunisasi
campak dimulai, yaitu 8000/10.000 pada anak umur 1-15 tahun. Imunisasi merupakan
salah satu upaya terbaik untuk menurunkan insiden campak. Sebagai dampak program
imunisasi tersebut insiden campak cenderung turun pada ssemua umur. Pada bayi ( < 1
tahun ) dan anak umur 1-4 tahun terjadi penurunan cukup tajam, sedangkan pada
golongan umur 5-14 tahun relative landai.
Saat ini programpemberantasan penyakit campak dalam tahap reduksi yaitu
penurunan jumlah kasus dan kematian akibat campak, menyusul tahap eliminasi dan
akhirnya tahap eradikasi. Diharapkan 10-15 tahun setelah tahap eliminasi, penyakit
campak dapat dieradikasi, karena satu-satunya penjamunya adalah manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Campak ?

2. Apakah penyebab Campak ?

3. Bagaimana pathofisiologi Campak ?

4. Bagaimana manisfestasi klinis pada Campak ?

5. Apa pemeriksaan penunjang pada Camapk ?

6. Apa masalah-masalah yang lazim muncul pada Campak ?

7. Apa komplikasi yang terjadi pada Campak ?

8. Bagaimana cara pencegahan terhadap Campak ?

9. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Campak ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa


medis campak.

2. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi Campak.

2. Mahasiswa dapat mengetahui apa penyebab Campak.

3. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana pathofisiologi Campak.

4. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana manifestasi klinis pada Campak.

5. Mahasiswa dapat mengetahui apa pemeriksaan penunjang pada Campak.

6. Mahasiswa dapat mengetahui apa masalah-masalah yang lazim muncul pada


Campak.

7. Mahasiswa dapat mengetahui apa komplikasi yang terjadi pada Campak.

8. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara pencegahan terhadap Campak.


9. Mahasiswa dapat menegetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada Anak
dengan Campak.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Campak

Campak merupakan suatu penyakit virus yang umum pada anak dan dewasa
muda, yang ditandai oleh masa prodromal yang pendek, pembesaran kelenjar getah
bening servikal, suboksipital dan postaurikular, disertai erupsi yang berlangsung 2-3 hari.
Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa dapat terjadi infeksi berat disertai kelainan
sendi dan purpura. (sumarmo,2002)

Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk


mukolo popular, selama 3 hari atau lebih yang disertai panas 38C atau lebih dan
diseratai salah satu kejala batuk,pilek, dan mata merah. (WHO)

Penyakit campak adalah penyakit menular akut yang disebabkan virus campak
atau rubella. Campak adalah penyakit infeksi menular yang ditandai dengan 3 stadium,
yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. Penularan terjadi secara
droplet dan kontak langsung dengan pasien. Virus ini terdapat dalam darah, air seni, dan
cairan pada tenggorokan. Itulah yang membuat campak ditularkan melalui pernafasan,
percikan cairan hidung ataupun ludah.

B. Etiologi

Campak atau Rubella disebabkan oleh suatu RNA virus, genus Rubivirus, family
Togaviridae. Secara fisikokimiawi virus ini sama dengan anggota virus lain dari family
tersebut, tetapi secara serologic virus Rubella berbeda. Sindrom Rubella kongenital
merupakan penyakit yang sangat menular yang penularannya melalui oral droplet, dari
nasofaring, atau rute pernapasan dan selanjutnya memasuki aliran darah. Namun terjadi
erupsi dikulit dan belum diketahui patogenesisnya. Virus Rubella hanya menjangkiti
manusia saja dan penularan dapat terjadi biasanya sejak 7 hari sebelum hingga 5 hari
sesudah timbulnya erupsi, daya tular tertinggi terjadi pada akhir masa erupsi, kemudian
menurun hingga cepat dan berlangsung hingga hilangnya erupsi. (Sumarmo,2002).

Virus Campak dapat di isolasi dalam biakkan embrio atau ajringan ginjal, kera
rhesus, perubahan sitopatik, tampak dalam 5-10 hari. Terdiri dari sel raksasa multi nudeus
dengan 1 nukleusi intra nudear. Anti bodi dalam siurkulasi dapat dideteksi bila ruam
muncul. (Richard E. Behrman,1999)

C. Pathofisiologi

Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet udara, menempel dan berbiak.
Infeksi mulai saat orang yang rentan menghirup percikan mengandung virus dari secret
nasofaring pasien campak. Di tempat masuk kuman, terjadi periode pendek perbanyakan
virus local dan penyebaran terbatas, diikuti oleh viremia primer singkat bertiter rendah,
yang memberikan kesempatan kepada agen untuk menyebar ketempat lain, tempat virus
secara aktif memperbanyak diri di jaringan limfoid. Viremia sekunder yang memanjang
terjadi, berkaitan dengan awitan prodromal klinis dan perluasan virus. Sejak saat itu
(kira-kira 9 sampai 10 hari setelah terinfeksi ) sampai permulaan keluarnya ruam, virus
dapat dideteksi di seluruh tubuh, terutama di traktus respiraturius dan jaringan limfoid.

Virus juga dapat ditemukan di secret nasofaring, urine, dan darah.pasien paling
mungkin menularkan pada orang lain dalam periode 5 sampai 6 hari. Dengan mulainya
awitan ruam ( kira-kira 14 hari setelah infeksi awal ), perbanyakan virus berkurang dan
pada 16 hari sulit menemukan virus, kecuali di urine, tempat virus bisa menetap selama
beberapa hari lagi. Insiden bersamaan dengan munculnya eksantema adalah deteksi
antibody campak yang beredar dalam serum yang ditemukan pada hampir 100% pasien
dihari ke dua timbulnya ruam. Perbaikan gejala klinis dimulai saat ini, kecuali pada
beberapa pasien, dimulai beberapa hari kemudian karena penyakit sekunder yang
disebabkan oleh bakteri yang bermigrasi melintasi barisan sel epitel traktus respiraturius.
Terjadi sinusitis, otitis media, bronkopneumonia sekunder akibat hilangnya pertahanan
normal setempat.

Sebanyak 10% pasien memperlihatkan pleositosis dalam cairan serebrospinalis


dan 50% memperlihatkan kelainan elektroensefalografi di puncak serangan penyakit.
Namun, hanya 0,1% yang memperlihatkan gejala dan tanda ensefalomielitis. Beberapa
hari setelah serangan akut, terlihat kelainan system saraf pusat, saat serum antibody
berlimpah dan virus menular tidak lagi dapat dideteksi.hal ini diperkirakan ensefalitik
autoimun. Pada pasien SSPE, hilangnya virus campak dari system saraf pusat beberapa
tahun kemudian setelah infeksi campak primer menekankan perlunya penjelasan lebih
lanjut tentang interaksi virus dengan system saraf pusat, baik secara akut maupun kronis.
SSPE bisa disebut sebagai ensefalitis virus campak lambat.

Seorang wanita yang pernah menderita campak atau pernah mendapatkan


imunisasi campak akan meneruskan daya imunitasnya pada bayi yang dikandungnya.
Kekebalan ini akan bertahan selama satu tahun pertama setelah anak dilahirkan. Oleh
karena itu, jarang sekali kita jumpai bayi ( khususnya yang berusia dibwah 5 bulan ) yang
menderita campak. Seseorang yang pernah menderita campak akan menjadi kebal seumur
hidupnya.

D. Manifestasi Klinis

1. Masa inkubasi 14-21 hari. Pada anak erupsi timbul tanpa keluhan; jarang disertai
gejala dan tanda pada masa prodromal.

2. Pada remaja masa prodromal berlangsung 1-5 hari dan terdiri dari demam ringan,
sakit kepala, nyeri tenggrokan, kemerahan pada konjungtiva, rhinitis, batuk, dan
limfadenopati.

3. Hari pertama erupsi timbul suatu enantema, forschheimer sport, yaitu macula atau
petekia pada pallatum molle, bias saling merengkuh sampai seluruh permukaan
faucia.

4. Pembesaran kelenjar limfe timbul 5-7 hari sebelum timbul eksantema, khas mengenai
kelenjar suboksipital, postaurikular, dan servikal, dan disertai nyeri tekan.

5. Gejala prodromal menghilang saat erupsi timbul.

6. Bayi yang lahir dari ibu hamil yang menderita rubella pada trimester pertama bias
terkena sindrom rubella congenital, yaitu trias anomaly congenital pada mata
(katarak, mikroftalmia, glaucoma, retinopati), telinga (ketulian), dan defek jantung.
Kerusakan jantung dan mata terjadi karena infeksi embrio yang berumur 6 minggu,
sedangkan ketulian dan defek mental terjadi pada semua embrio yang berumur
sampai kira-kira 16 minggu. (Sumarmo,2002).

Campak memiliki masa tunas 10-20 hari. Penyakit ini dibagi dalam tiga stadium,
yaitu;

a) Stadium Kataral ( Prodromal ).


Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk,
fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam
sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi campak,
tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar jarum
dan dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapan dengan
molar bawah. Jarang ditemukan dibibir bawah tengah atau palatum. Kadang-kadang
terdapat macula halus yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi. Gambaran
darah tepi ialah limfositosis dan leucopenia. Secara klinis, gambaran penyakit
menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis perkiraan
yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah kontak dengan
penderita campak dalam waktu 2 minggu terakhir.

b) Stadium Erupsi

Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum
durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula beercak koplik. Terjadinya
eritema yang berbentuk macula papula disertai menaiknya suhu badan. Diantara
macula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul dibelakang telinga,
dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-
kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam
mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti
terjadinya. Terdapat pembersaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan
dibawah leher belakang. Pula terdapat sedikit splenomegali. Tidak jarang disertai
diare dan muntah. Variasi dari campak yang biasa ini adalah black measles yaitu
campak yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.

c) Stadium Konvalensi

Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi )


yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia
sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala
patognomonik untuk campak. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau
eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai
normal kecuali bila ada komplikasi.

E. Pemeriksaan Penunjang

1) Tes darah serologi antigen Rubella


Pada kasus atopic, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk memastikannya.
Tehnik pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah fiksasi complement, inhibisi
hemaglutinasi, metode antibody fluoresensi tidak langsung.

2) Patologi anatomi

Pada organ limfoid dijjumpai : hyperplasia folikuler yang nyata, senterum


germinativum yang besar, sel Warthin-Finkeldey ( sel datia berinti banyak yang tersebar
secara acak, sel ini memiliki nucleus eosinofilik dan jisim inklusi dalam sitoplasma, sel
ini merupakan tanda patognomonik sampak ). Pada bercak koplik dijumpai : nekrosis,
neutrofil, neovaskularisasi.

3) Darah tepi

Jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri.

4) Pemeriksaan antibody IgM anti campak.

5) Pemeriksaan untuk komplikasi

Ensefalopati / ensefalitis ( dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal, kadar


elektrolit darah dan analisis gas darah ), enteritis ( feces lengkap), bronkopneumonia
(dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah )

6) Pemeriksaan ELISA ((Enzyme-Linked Immunosorbent Assay)

merupakan teknik penapisan imunologis yang memanfaatkan ikatan spesifik


antara antibodi dan antigen. ELISA dapat dibagi menjadi tiga yaitu Direct ELISA,
Indirect ELISA, dan Sandwuch ELISA. Praktikum ELISA yang dilakukan yaitu indirect
ELISA.

F. Masalah-masalah yang Lazim Muncul

1) Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus Rubella

2) Nyeri akut berhubungan dengan keterbatasan agen injuri

3) Resiko gangguan hubungan ibu dan janin

4) Resiko infeksi berhubungan dengan organisme purulent


5) Ansietas

G. Komplikasi yang terjadi pada Campak

Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius. Namun
komplikasi dapat terjadi karena penurunan kekebalan tubuh sebagai akibat penyakit
Campak. Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak :

1. Infeksi bakteri : Pneumonia dan Infeksi telinga tengah

2. Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga penderita


mudah memar dan mudah mengalami perdarahan

3. Ensefalitis (radang otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus.

4. Bronkopnemonia (infeksi saluran napas)

5. Otitis Media Akut (infeksi telinga)

6. Laringitis obstruksi dan laringotrakkhetis

7. Diare

8. Kejang demam (step)

H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Kecuali tindakan pendukung umum, tidak ada terapi terbaru bagi pasien yang
tidak mengalami komplikasi. Walaupun ribavirin menghambat replikasi virus
campak invitro, tidak terlihat hasil yang nyata pada pemberian invivo. Penggunaan
antipiretik yang bijaksana untuk demam tinggi dan obat penekan batuk mungkin
bermanfaat secara simptomatik. Pemberian pengobatan yang lebih spesifik seperti
pemberian anti mikroba yang tepat harus digunakan untuk mengobati komplikasi
infeksi bakteri sekunder. Oleh karena campak jelas menurunkan cadangan vitamin A,
yang menimbulkan tingginya insiden xeroftalmia dan ulkus kornea pada anak yang
kurang gizi, WHO menganjurkan supplement vitamin A dosis tinggi di semua daerah
dengan defisiensi vitamin A. supplement vitamin A juga telah memperlihatkan
penurunan frekuensi dan keparahan pneumonia dan laringotrakeobronkitis akibat
kerusakan virus campak pada epitel traktus respiraturius bersilia. Pada bayi usia di
bawah 1 tahun diberi vitamin A sebanyak 100.000 IU dan untuk pasien lebih tua
diberikan 200.000 IU. Dosis ini diberikan segera setelah diketahui terserang campak.
Dosis kedua diberikan hari berikutnya, bila terlihat tanda kekurangan vitamin A
dimata dan diulangi 1 sampai 4 minggu kemudian.

2. Penatalaksanaan Keperawatan
Penyakit campak merupakan penyakit yang mudah sekali menular. Selain itu
sering menyebabkan kematian jika mengenai anak yang keadaan gizinya buruk
sehingga mudah sekali mendapatkan komplikasi terutama bronkopneumonia. Pasien
campak dengan bronkopnumonia perlu dirawat di rumah sakit karena memerlukan
perawatan yang yang memadai ( kadang perlu infuse atau oksigen ). Masalah
yang perlu diperhatikan ialah kebutuhan nutrisi, gangguan suhu tubuh, gangguan rasa
aman nyaman, risiko terjadinya komplikasi.

a. Kebutuhan Nutrisi
Campak menyebabkan anak menderita malaise dan anoreksia. Anak
sering mengeluh mulut pahit sehingga tidak mau makan atau minum. Demam
yang tinggi menyebabkan pengeluaran cairan lebih banyak. Keadaan ini jika tidak
diperhatikan agar anak mau makan ataupun minim akan menambah kelemahan
tubuhnya dan memudahkan timbulnya komplikasi.

b. Gangguan suhu tubuh


Campak selalu didahului demam tinggi. Demam yang disebabkan infeksi
virus ini pada akhirnya akan turun dengan sendirinya setelah campaknya keluar
banyak, kecuali bila terjadi komplikasi demam akan tetap berlangsung lebih lama.
Untuk menurunkan suhu tubuh biasanya diberikan antipiretik dan jika tinggi
sekali diberiakan sedative untuk mencegah terjadinya kejang.

c. Gangguan rasa aman nyaman


Gangguan ini dirasakan anak karena adanya demam, tak enak badan,
pusing, mulut terasa pahit dan kadang muntah-muntah. Biasanya anak juga tidak
tahan meluhat sinar karena silau, batuk bertambah banyak dan akan berlangsung
lebih lama dari campaknya sendiri. Anak kecil akan sangat rewel, pada waktu
malam anak sering minta digendong saja. Jika eksantem telah keluar anak akan
merasa gatal, hal ini juga menambah gangguan aman dan kenyamanan anak.
Untuk mengurangi rasa gatal tubuh anak dibedaki dengan bedak salisil 1% atau
lainnya ( atas resep dokter ). Selama masih demam tinggi jangan dimandikan
tetapi sering-sering dibedaki saja.

d. Resiko terjadinya komplikasi


Campak sering menyebabkan daya tahan tubuh sangat menurun. Hal ini
dapat dibuktikan dengan uji tuberculin yang semula positif berubah menjadi
negative. Ini menunjukkan bahwa antigen antibody pasien sangat kurang
kemampuannya untuk bereaksi terhadap infeksi. Oleh karena itu resiko terjadinya
komplikasi lebih besar terutama jika keadaan umum anak kurang baik, seperti
pada pasien dengan malnutrisi atau dengan penyakit kronik lainya.

I. Pencegahan
a. Imunisasi Pasif
IG manusia yang diberikan segera setelah pemajanan dapat mengubah
gambaran klinis dan efek antigen pada infeksi virus campak. Anak yang rentan
harus segera diberi IG 0,25 ml/kg BB, untuk mencegah campak. Bila telah
berlangsung lebih dari 6 hari, maka IG tidak dapat diandalkan untuk mencegah
maupun memodifikasi penyakit. Pasien dengan campak yang dimodifikasi
globulin memperlihatkan gambaran klinis yang beragam dengan masa tunas
memanjang dan berbagai keluhan dan tanda penyakit campak, tetapi mereka tetap
sebagai sumber penular potensial pada individu yang berkontak dengan mereka.
Oleh karena sifat kekebalan alaminya sementara, imunisasi pasif harus diikuti
oleh iminisasi aktif dalam 3 bulan setelah itu. Karena dosis besar immunoglobulin
saat ini sering deberikan untuk pencegahan atau pengobatan sejumlah gangguan
( misal infeksi HIV, penyakit Kawasaki, trombositopenia imun, hepatitis B dan
profilaksis varisela ) interval yang lebih panjang dianjurkan sebelum vaksin virus
campak. Ini bervariasi dari 3 sampai 11 bulan bergantung pada produk dan jumlah
globulin yang diberikan.

b. Imunisasi Aktif
Vaksin yang telah dilemahkan menghasilkan infeksi yang tidak menular
dan tidak ada hubungannya dengan infeksi bakteri sekunder dan komplikasi
neurologi.
Efek profilaksis vaksin hidup yang diberika mencapai 97%. Vaksin yang
dilemahkan menimbilkan reaksi ringan. Respon demam yang terjadi pada 5
sampai 15% anak memberikan sedikit rasa tidak nyaman, toksisitas atau
ketidakmampuan. Eksantem yang dimodifikasi dengan berbagai bentuk bisa
terjadi setelah serangan demam pada kurang dari 5% pasien yang divaksinasi.
Observaasi terus menerus pada anak yang mendapat vaksin hidup 20 sampai 25
tahun yang lalu memperlihatkan antibody menetap dan efek protektif yang lebih
baik dibandingkan dengan yang menderita campak secara alami.

1. Vaksin
Pada tahun 1963, telah dibuat dua jenis vaksin campak yaitu :
a. Vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan ( tipe
Edmonston B ).
b. Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan ( virus campak
yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam
aluminium).
2. Dosis dan cara pemakaian
Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan
adalah 1000 TCID50 atau sebanyak 0,5 ml. untuk vaksin hidup, pemberian
dengan 20 TCID50 saja mungkin sudah dapat memberikan hasil yang baik.
Pemberian yang dianjurkan secara subkutan, walaupun demikian dapat
diberikan secra intramuscular. Daya proteksi vaksin campak diukur dengan
berbagai macam cara. Salah satu indicator pengaruh vaksin terhadap
proteksi adalah penurunan angka kejadian kasus campak sesudah
pelaksanaan program imunisasi.

3.Reaksi KIPI
Reaksi KIPI imunisasi campak yang banyak dijumpai terjadi pada
imunisasi ulang pada seseorang yang telah memiliki imunitas sebagian
akibat imunisasi dengan valsin campak dari virus yang dimatikan. Kejadian
KIPI imunisasi campak telah menurun dengan digunakanya vaksin campak
yang dilemahkan. Gejala KIPI berupa demam yan lebih dari 39,50c yang
terjadi pada 5-15% kasus, demam mulaidijumpai pada hari ke 5-6 sesudah
imunisasi dan berlangsung selama 2 hari. Berbeda dengan infeksi alami
demam tidak tinggi, walaupun demikian peningkatan suhu tubuh tersebut
dapat merangsang terjadinya kejang demam.
Ruam dapat dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari ke 7-10 sesudah
imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari. Hal ini sukar dibedakan dengan
modified measles akibat imunisasi yang terjadi jika seseorang telah
memperoleh imunisasi pada saat masa inkubasi penyakit alami. Reaksi KIPI
berat jika ditemukan gangguan fungsi system saraf pusat seperti ensefalitis
dan ensefalopati pasca diimunisasi.

4.Imunisasi ulang
Penelitian di jogyakarta, Ambon, dan Palu oleh Badan Lingkes Depkes &
Kesos mengenai kadar IgG pada 200 anak sekolah per provinsi pada tahun
1998, menunjukkan status antibody campak hanya mencapai 71,9% sehingga
pada umur 6-11 tahun jumlah anak yang rentan pada infeksi campak cukup
tinggi yaitu 26-32,6%. Atas dasar penelitian tersebut ulangan imunisasi
campak diberikan pada usia masuk sekolah ( umur 6-7 tahun ) melalui
program BIAS.
Imunisasi ulang dianjurkan juga dalam situasi tertentu, misalnya :
a. Mereka yang memperoleh imunisasi sebelum umur 1 tahun dan terbukti
bahwa potensi vaksin yang digunakan kurang baik ( tampak peningkatan
insiden kegagalan vaksinasi ). Pada anak-anak yang memperoleh imunisasi
ketika berumur 12-14 bulan tidak disarankan mengulangi imunisasinya
tetapi hal ini bukan merupakan kontra indikasi.
b. Apabila terdapat kejadian luar biasa peningkatan kasus campak, maka
anak SD, SLTP dan SLTA dapat diberikan imunisasi ulang.
c. Setiap orang yang pernah imunisasi vaksin campak yang virusnya sudah
dimatikan ( vaksin inaktif ).
d. Setiap orang yang pernah memperoleh imunoglobulin.
e. Seseorang tidak dapat menunjukkan catatan imunisasinya.

5. Kontra Indikasi
Kontra indikasi imunisasi campak berlaku bagi mereka yang
sedang menderita demam tinggi, sedang memperoleh pengobatan
imunosupresif, hamil, memiliki riwayat alergi, sedang memperoleh
pengobatan immunoglobulin atau bahan-bahan berasal dari darah.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan yang
mempunyai 2 kegiatan pokok yaitu
1. Pengumpulan Data
A. Anamnese
a) Identitas penderita
Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan status gizi yang
kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis kelamin (L dan P pervalensinya sama),
suku bangsa, no register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis.
b) Keluhan utama
Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema dibelakang telinga,
di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah, badan panas,
enantema ( titik merah ) dipalatum durum dan palatum mole.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orang tua atau anak
tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis, koriza, bercak koplik dan enantema
serta upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya.
d) Riwayat kesehatan dahulu
Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak dengan pasien
campak.
e) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak.
f) Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III;
dan campak.

g) Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6
tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 +
2n.
Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
Gizi buruk kurang dari 60%
Gizi kurang 60 % - <80 %
Gizi baik 80 % - 110 %
Obesitas lebih dari 120 %
h) Riwayat tumbuh kembang anak.
a. Tahap pertumbuhan
Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti
patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3
tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra
sekolah rata rata pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan
tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur
( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4
tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 7,5
cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.

b. Tahap perkembangan

Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya


insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak
merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang
menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.
Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik ( 3-5
tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus
komplek ( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih
dekat ke ayahnya ).
Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase
preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini
kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan
magical thinking.
Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan kebiasaan
prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa
menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.
Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu atau guru
dan belajar yang benar salah untuk menghindari hukuman.
Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek,pendek-tinggi,baik-nakal,
bermain sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan
kelompoknya.
Perkembangan sosial yaitu berada pada fase Individuation Separation . Dimana sudah
bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa
mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes.
Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada akhir
umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek
yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat menerima
atau memberikan perintah sederhana.
Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya, lebih banyak
bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai
menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai
permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus
yaitu melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.

b. Pemeriksaan fisik ( had to toe )


a) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan tanda-tanda vital.
b) Kepala dan leher
- Inspeksi :
Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis, fotofobia, adakah
eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian
belakang bawah.

- Palpasi :
adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan didaerah leher
belakang,
c) Mulut
- Inspeksi :
Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah, enantema
di palatum durum dan palatum mole, perdarahan pada mulut dan traktus digestivus.
d) Toraks
- Inspeksi :
Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring, perdarahan pada hidung.
Pada penyakit campak, gambaran penyakit secara klinis menyerupai influenza.
- Auskultasi :
Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
e) Abdomen
- Inspeksi :
Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.
- Auskultasi
Bising usus.
- Perkusi
Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal, misalnya masa
atau pembengkakan.
f) Kulit
- Inspeksi :
Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
- Palpasi :
Turgor kulit menurun

2. Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokkan dan dilakukan analisa serta
sintesa data. Dalam mengelompokkan data dibedakan atas data subyektif dan objektif.
Data yang telah dikelompokkan tadi dianalisa sehingga dapat diambil kesimpulan tentang
masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab.

B. Diagnosa Keperawatan
Penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap proses
kehidupan / masalah kesehatan.
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien campak adalah sebagai berikut :
1. Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
2. Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan secret b/d penumpukan
secret pada nasofaring.
3. Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.
4. Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.
5. Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.
6. Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan umum anak kurang baik.

C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa I
Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
Tujuan : pemeliharaan ( mempertahankan ) suhu tubuh dalam rentang yang normal.
Dengan criteria hasil :
a. Suhu tubuh anak dalam rentang yang normal.
b. Anak bebas dari demam.
Intervensi
N Intervensi Rasional
o
1 Monitor perubahan suhu tubuh, Sebagai pengawasan terhadap adanya
denyut nadi. perubahan keadaan umum pasien
sehingga dapat diakukan penanganan
dan perawatan secara cepat dan tepat.

2 Lakukan tindakan yang dapat Upaya upaya tersebut dapat


menurunkan suhu tubuh sperti membantu menurunkan suhu tubuh
lakukan kompres, berikan pasien serta meningkatkan
pakaian tipis dalam kenyamanan pasien.
memudahkan proses
penguapan.
3 Libatkan keluarga dalam Meningkatkan rasa nyaman anak.
perawatan serta ajari cara
menurunkan suhu dan
mengevaluasi perubahan suhu
tubuh.

4 Kaji sejauh mana pengetahuan Mengetahui kebutuhan infomasi dari


keluarga dan anak tentang pasien dan keluarga mengenai
hypertermia perawatan pasien dengan hypertemia.

5 Kolaborasi dengan dokter Antipiretik


dengan memberikan antipiretik menurunkan/mempertahankan suhu
dan antibiotic sesuai dengan tubuh anak.
ketentuan.

Diagnose II
Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan secret b/d penumpukan
secret pada nasofaring.
Tujuan : bersihan jalan napas efektif
Dengan criteria hasil :
a. Tidak mengalami aspirasi
b. Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara dalam paru.
Intervensi
N Intervensi Rasional
o
1 Kaji fungsi pernapasan, contoh Ronci,mengi menunjukkan akumulasi
bunyi napas, kecepatan, irama dan secret/ ketidakmampuan untuk
kedalaman dan penggunaan otot membersihkan jalan napas yang dapat
aksesori. menimbulkan penggunaan otot aksesori
pernapasan dan peningkatan kerja
pernapasan.
2 Catat kemampuan untuk batuk Pengeluaran secret sulit bila secret sangat
efektif. tebal ( mis. Efek infeksi dan atau tidak
adekuat hidrasi ).
3 Berikan posisi semi fowler tinggi. Posisi membantu memaksimalkan
Bantu klien untuk batuk dan latihan ekspansi paru dan menurunkan upaya
napas dalam. pernapasan.
4 Bersihkan secret dari mulut dan Mencegah obstruksi atau aspirasi.
trakea ; pengisapan sesuai Pengisapan dilakukan bila klien tidak
keperluan. mampu mengeluarkan secret.
5 Pertahankan masukan cairan Pemasukan tinggi cairan membantu
untuk mengencerkan secret.
6 Berikan lingkungan yang aman Meningkatkan kenyamanan untuk anak

Diagnose III
Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.
Tujuan : keutuhan structural dan fungsi fisiologis dari kulit dan membrane mukosa.
Dengan criteria hasil :
a. Terbebas dari adanya lesi jaringan.
b. Suhu, elastisitas, hidrasi dan warna jaringan dalam rentang yang diharapkan.
Intervensi
N Intervensi Rasional
o
1 Pantau kulit dari adanya: ruam dan Mengetahui perkembangan penyakit dan
lecet, warna dan suhu, kelembaban mencegah terjadinya komplikasi melalui
dan kekeringan yang berlebih, area deteksi dini pada kulit.
kemerahan dan rusak.
2 Mandikan dengan air hangat dan Mempertahankan kebeersihan tanpa
sabun ringan mengiritasi kulit.
3 Dorong klien untuk menghindari Membantu mencegah friksi / trauma
menggaruk dan menepuk kulit. kulit.
4 Balikkan atau ubah posisi dengan Meningkatkan sirkulasi dan mencegah
sering tekanan pada kulit / jaringan yang tidak
perlu.
5 Ajarkan anggota keluarga / Mengetahui terjadinya infeksi /
memberi asuhan tentang tanda komplikasi lebih cepat.
kerusakan kulit, jika diperlukan.
6 Konsultasi pada ahli gizi tentang Perbaikan nutrisi klien agar terhindar
makanan tinggi protein, mineral, dari infeksi karena kulit dapat menjadi
kalori dan vitamin. barier utama yang dapat memperberat
kondisi anak.

Diagnose IV
Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.
Tujuan : intike cairan seimbang, keseimbangan volume cairan dalam tubuh.
Dengan criteria hasil :
a. Memperlihatkan tidak adanya tanda dan gejala kekurangan volume cairan.
Intervensi
No Intervensi Rasional
1 Pantau berat badan, suhu, Mengontrol keseimbangan output.
kelembaban pada rongga oral,
volume konsentrasi urin.
2 Ukur berat jenis urine Menunjukkan status hidrasi dan
perubahan pada fungsi ginjal, yang
mewaspadakan terjadinya gagal ginjal
akut pada respon terhadap hipovolemia.
3 Observasi kulit/membrane mukosa Hipovolemia, perpindahan cairan dan
untuk kekeringan, turgor. kekurangan nutrisi memperburuk turgor
kulit.
4 Hilangkan tanda bau dari Menurunkan rangsangan pada gaster dan
lingkungan respon muntah.
5 Ubah posisi dengan sering, berikan Adanya gangguan sirkulasi cenderung
perawatan kulit dengan sering dan merusak kulit.
pertahankan tempat tidur kering
dan bebas lipatan.
6 Berikan : Menarik minat anak agar mau minum
a. Bentuk-bentuk cairan yang menarik banyak.
( sari buah, sirup tanpa es, susu )
Diagnose V
Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.
Tujuan : anak merasa nyaman
Dengan criteria hasil :
a. Anak dapat beristirahat dengan nyaman.
b. Rewel berkurang.
Intervensi :
No Intervensi Rasional
1 Tubuh anak dibedaki dengan bedak Mengurangi rasa gatal.
salisil 1% atau lainya ( atas resep
dokter )
2 Tidurkan anak ditempat yang agak Mencegah silau dan menambah
jauh dari lampu ( jangan tepat kenyamanan anak.
dibwah lampu )

Diagnose VI
Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan umum anak kurang baik.
Tujuan : mengurangi dan mencegah terjadinya komplikasi, mempercepat penyembuhan.
Dengan criteria hasil :
a. Anak bisa sembuh tanpa keluhan tambahan
b. Penyakit anak tidak bertambah parah.
Intervensi
No Intervensi Rasional
1 Cuci tangan sebelum dan sesudah Mengurangi risiko kontaminasi silang.
kontak perawatan dilakukan.
Intruksikan klien / orang terdekat
untik memcuci tangan sesuai
indikasi
2 Berikan lingkungan yang bersih Mengurangi pathogen pada system imun
dan berventilasi baik. dan mengurangi kemungkinan pasien
mengalami infeksi nosokomial.
3 Diskusikan tingkat dan rasional Meningkatkan kerja sama dengan cara
isolasi pencegahan dan hidup dan mengurangi rasa terisolasi.
mempertahankan kesehatan pribadi.
4 Pantau tanda-tanda vital Memberikan informasi data-data dasar,
awian atau peningkatan suhu secara
berulang-ulang dari demam yang terjadi
untuk menunjukkan bahwa tubuh
bereaksi pada proses infeksi.
5 Kaji frekuensi /kedalaman Kongesti / distress pernapasan dapat
pernapasan, perhatikan batuk mengindikasikan perkembangan PCP,
spasmodic kering pada inspirasi penyakit yang umum terjadi.meskipun
dalam, perubahan karakteristik demikian, TB paru mengalami
sputum dan adanya mengi atau peningkatan dan infeksi jamur lainnya,
ronchi. Lakukan isolasi pernapasan viral, dan bakteri yang dapat terjadi yang
bila etiologi batuk produktif tidak membahayakan system pernapasan.
diketahui.
6 Ubah sikap baring beberapa kali Mencegah penyebaran infeksi bertambah
sehari dan berikan bantal utnuk parah dan mencegah terjadinya
meninggikan kepala dekubitus.
7 Dudukkan anak pada waktu minum Mencegah aspirasi
8 Berikan obat yang tepat Mencegah penyakit bertambah parah
9 Bawa berobat kembali jika anak Untuk menentukan tindakan pengobatan
terlihat selalu tidur, tidak mau selanjutnya.
makan minum, semakin lemah,
suhu tetap tinggi, kesadaran
menurun.

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan pada pasien campak sesuai dengan intervensi yang telah disusun.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian akhir dari proses keperawatan. Evaluasi dilakukan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan tindakan yang telah dilakukan. Disamping itu evaluasi dapat
dijadikan sebagai bahan pengkajian untuk proses berikutnya.
Perawat mempunyai tiga alternative dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai :
a. Berhasil
Prilaku anak sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau tanggal yang ditetapkan di
tujuan.
b. Tercapai sebagian
Anak menunjukkan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam pernyataan tujuan.
c. Belum tercapai
Pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku yang diharapkan sesuai dengan
pernyataan tujuan.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk makulo
popular selama tiga hari atau lebih disertai panas badan 38 0c atau lebih dan disertai salah satu
gejala batuk, pilek dan mata merah.
Keluhan yang umum muncul adalah kelerahan yang timbul pada bagian belakang telinga,
dahi, dan menjalar keseluruh tubuh. Selain itu, timbul gejala seperti flu disetai mata berair dan
kemerahan ( konjungtivitis ). Setalah 3-4 hari kemerahan mulai menghilang dan berubah menjadi
kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh kulit akan
tampak seperti bersisik.
Pada anak sehat dan cukup gizi, campak biasanya tidak menjadi masalah serius. Dengan
istirahatyang cukup dan gizi yang baik, penyakit campak ( pada kasus ringan ) dapat sembuh
dengan cepat tanpa menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Namun, bila anak dalam kondisi
yang yang tidak sehat dapat menyebebkan kematian pada anak.
Pengobatan pada anak dengan campak dapat dilakukan secara simtomatik yaitu antipeiretika
bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan memperbaiki keadaan umum. Tindakan lain adalah
pengobatan segera terhadap komplikasi ayng timbul.
Pencegahan penyakit campak dapat dilakukan dengan menberikan imunisasi campak pada
balita usia 9 bulan ke atas ( imunisasi aktif ).

B. Saran
1. Perawat
a. Mengingat bahwa penyakit campak merupakan masalah kesehatan masyarakat yang angka
mordibilitasnya masih tinggi, maka menyarankan untuk semua perawat jika menemukan
kasus campak secepatnya dirujuk ke rumah sakit ssehingga anak secepatnya mendapatkan
perawatan dan pengobatan yang lebih baik.
b. Untuk lebih mengetahui perkenbangan anak, hendaknya perawat mengunakan asuhan
keperawatan secara tepat.

2. Keluarga
Menyarankan keluarga untuk tanggap dan ikut serta dalam perawatan anak serta
memperhatikan status gizi anak jika anak terkena penyakit campak tidak akan berdampak
buruk bagi kondisi anak.
DAFTAR PUSTAKA

Hasan,R.2005. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Universitas Indonesia.
Hidayat, Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Ranuh, I.G.N,Dkk. 2001. Buku Imunisasi Di Indonesia. Jakarta: Satgas Imunisasi Ikatan Dokter
Anak Indonesia.
Rodolfh.Dkk. 2006. Buku Ajar Pediatri Rodolfh Edisi 20 Volum I. Jakarta :EGC Santosa,B.
2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006. Jakarta : Prima Medika.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai