Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

Mata Kuliah
( Teknik Pengolahan Karet )

Di Susun
Oleh :

Dwi Sarwanto (B1316021)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT
PELAIHARI
2017
1. Pemilihan biji karet dan pemilihan lokasi ?
Jawab :
a. Cara pemilihan benih tanaman dan Persyaratan benih yang baik
Pemilihan benih merupakan faktor yang amat penting dalam rangkaian
budidaya tanaman, karena benih merupakan awal kehidupan sehingga untuk
mendapatkan produksi yang tinggi perlu dipilih benih yang baik dan bermutu.
Benih bermutu dapat digolongkan menjadi tiga macam :
1. Benih bermutu secara genetis
2. Benih bermutu secara fisiologi
3. Benih bermutu secara fisik
Benih bermutu secara genetis merupakan benih yang berasal dari benih
murni dari spesies/varietas yang dapat menunjukkan identitas secara genetis dari
tanaman induknya, seperti berumur pendek/genjah, produksi tinggi, tahan
terhadap penyakit, respon terhadap pemupukan beradaptasi baik pada lingkungan.
Benih bermutu secara fisiologis adalah benih yang mempunyai daya tumbuh
tinggi, percepatan perkecambahannya tinggi dan viabilitas tinggi. Benih bermutu
secara fisik merupakan benih berkualitas yang ditunjukkan berdasarkan kwalitas
fisiknya.
b. Persyaratan benih yang baik
Umumnya benih dikatakan baik secara fisik apabila menunjukkan ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Benih bersih dari kotoran
Benih berstandar menghendaki tingkat kebersihan yang tinggi terhadap
benih tanaman lain, gulma, kotoran dari sisa-sisa bagian tanaman lain, butiran
tanah, pasir dan kerikil. Apabila benih bersih ini diproduksi maka akan
menunjukkan sifat-sifat yang sama dari kelompoknya.
2. Benih berisi atau bernas
Benih bernas adalah benih yang berisi atau tidak hampa. Untuk
mengetahui secara pasti dari benih bernas dapat melalui penimbangan benih.
Jika ditimbang menunjukkan berat benih standar maka benih tersebut baik,
dapat juga melalui perendaman pada air, jika benih terendam berarti benih
bernas. Namun ada jenis benih tertentu walaupun terapung benih tersebut tetap
bernas. Benih bernas biasanya berat, benih berat mengandung cadangan
makanan lebih banyak di bandingan dengan benih hampa, sehingga jika
disemai akan memberikan pertumbuhan kecambah lebih besar. Standar yang
digunakan untuk mengukur benih bernas adalah dengan menimbang berat 1000
biji untuk benih-benih kecil, dan 100 biji untuk benih-benih besar. Kemudian
dari hasil penimbangan dibandingkan dengan standar berat benih 1000 biji atau
100 biji yang dapat dilihat pada tabel benih.
3. Warna benih cerah
Warna benih dapat mengidentifikasikan kualitas suatu benih, terutama
untuk mengetahui lamanya benih disimpan dan tingkat kesehatan benih dari
penyakit. Benih yang baik, menunjukkan warna kulit yang cerah atau terang
sesuai dengan warna aslinya. Benih yang disimpan dalam lingkungan yang
tidak terkendali dan yang terkontaminasi dengan patogen akan memberikan
warna yang lebih kusam atau tidak sesuai warna dasar aslinya.
4. Ukuran benih normal dan seragam
Ukuran benih yang dimaksud adalah besar kecilnya volume setiap butir
benih. Benih yang baik adalah benih yang memiliki ukuran normal, tidak
terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Selain ukuran normal, benih harus
memiliki keseragaman dalam ukuran. Benih berukuran normal dan seragam
merupakan benih yang berkualitas karena memiliki struktur embrio dan
cadangan makanan yang cukup sehingga dapat melanjutnya kehidupannya.
c. Pemilihan lokasi untuk menanam pohon karet
Karet akan baik pertumbuhannya jika ditanam di daerah yang memiliki
ketinggian antara 0-400 m di atas permukaan laut, dengan kemiringan maksimum
45o. Jika ditanam di daerah yang memiliki ketinggian di atas 400 m dari
permukaan laut, maka pertumbuhannya menjadi lambat. Apalagi jika tumbuh di
ketinggian 600 m dari permukaan laut dan tanahnya mulai kritis, hasil yang
diperoleh sangat rendah dan mudah terjangkit penyakit meskipun dirawat dengan
baik. Walaupun tanaman ini ditanam pada ketinggian antara 0400 m dari
permukaan laut kalau tanahnya bekas persawahan atau selalu tergenang air, maka
pertumbuhannya tetap kurang memuaskan. Dewasa ini pengembangan areal
perkebunan karet, baik rakyat maupun besar, ditujukan pada jenis tanah podsolik
merah kuning. Jenis tanah ini terutama dijumpai di empat pulau terbesar di
Indonesia, yaitu Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya. Tanah ini
memiliki sifat asam, berpasir, mudah terjadi pencucian, liat, dan berombak. Selain
itu, tanah podsolik merah kuning memiliki daya menyimpan air yang sangat
rendah sehingga tidak mudah tergenang. Ditinjau dari kesuburannya, jenis tanah
ini tergolong sangat rendah hingga rendah. Rendahnya tingkat kesuburan ini
disebabkan karena tanah ini tergolong asam sehingga terjadi fiksasi hara fosfor (P)
oleh unsur aluminium (Al) dan besi (Fe).
Dianjurkan jangan menanam karet di daerah bekas hutan. Tanah bekas
kebunkaret dan bekas ditumbuhi alang-alang akan lebih baik, asalkan penjalaran
akar tidak terhalang. Oleh karena itu, bila diperoleh lapisan cadas atau batu saat
penanaman, sebaiknya lapisan itu disingkirkan atau dihancurkan.
Perkebunan karet sebaiknya terdapat pada satu areal, jangan sampai terpencar.
Penyatuan areal ini dimaksudkan agar tanaman mudah dikontrol. Tanaman karet
menghendaki daerah dengan curah hujan antara 1.5004.000 mm per tahun dan
merata sepanjang tahun, yang terbaik antara 2.5004.000 mm dengan 100150
hari hujan.

Syarat-syarat penting dalam pemilihan lokasi pembibitan tanaman


Penyiapan lokasi bahan tanam
Beberapa syarat terpenting dalam pemilihan lokasi pembibitan. Pemilihan
lokasi akan mempermudahkan dalam pemeliharaan bahan tanam. Pemilihan lokasi
yang tidak tepat akan megakibatkan pemeliharaan bahan tanam tidak maksimal
dan hasilnya tidak optimal.
Penentuan lokasi pembibitan
Lokasi pembibitan dapat mempengaruhi keberhasilan dalam usaha. Maka dari
itu penentuan lokasi harus disesuaikan dengan persyaratan tumbuh tanaman
(bibit) yang akan diusahakan. Persyaratan tersebut antara lain :
Tinggi tempat
Setiap jenis tanaman memiliki persyaratan tumbuh yang berbeda-beda.
Tanaman yang tumbuh di dataran tinggi maka lokasi pembibitan harus dipilih di
dataran tinggi. Begitu pula pada tanaman yang tumbuh di dataran rendah.
Sinar matahari
Sinar matahari diperlukan tanaman dalam proses fotosintesis. Sinar matahari
yang efektif dalam membantu proses fotosintesis adalah sinar matahari pagi.
Selain itu sinar matahari juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman (bibit).
Bibit yang cukup mendapatkan sinar matahari akan tumbuh lebih baik dan sehat.
Bagi bibit tanaman yang kekurangan sinar maka pertumbuhan bibit akan
mengalami etiolasi dan lemah.
Kecepatan tumbuh tanaman dipengaruhi oleh konsentrasi auksin. Auksin ini
berfungsi untuk mengembangkan sel-sel tanaman. Pada konsentrasi auksin tinggi
sel-sel menjadi panjang dan banyak mengandung air. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya etiolasi pada tanaman.
Konsentrasi auksin dipengaruhi oleh sinar dimana pada daerah kurang sinar
konsentrasi lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang cukup sinar. Dengan
demikian di daerah yang kurang sinar pemanjangan selnya akan lebih cepat.
Sumber Air
Air merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam budidaya
tanaman termasuk dalam pembibitan. Air dalam kehidupan tanaman berfungsi
sebagai: mengangkut zat hara dari dalam tanah, transpirasi dan sebagai zat hara
untuk pertumbuhan tanaman.
Kekurangan air dapat mengakibatkan kerugian yang fatal. Kekurangan air
pada tanaman akan menjadi layu, daun menjadi rontok dan lama kelamaan akan
mati.
1) Luas lahan
Contoh Kebutuhan lahan dalam usaha pembibitan padi pada umumnya 1/12
luas lahan yang dibudidayakan. Untuk 1 ha memerlukan luas lahan pesemaian
adalah 1/20 x 10.000 m2 = 500 m2.
2) Pembersihan lahan pembibitan
Setelah anda menentukan lokasi dan luas lahan pembibitan, maka langkah
awal dalam melakukakan kegiatan adalah pembersihan lahan. Pembersihan lahan
ini dilakukan bukan hanya di areal pembibitan saja, manun di daerah sekitar lokasi
pembibitan perlu dibersihkan, terutama dari gulma-gulma sebagai inang hama dan
penyakit.
Pembersihan lahan ini dilakukan untuk menghilangkan/ membuang benda-
benda yang dapat mengganggu kegiatan, maupun benda-benda yang merupakan
sumber penyakit misalnya batu, tunggul/sisa tanaman, gulma atau tumpukan
sampah, tanaman inang. Pembersihan lahan dapat dilakukan secara mekanis dan
secara kimiawi. Cara mekanis yaitu dengan cara pembabatan atau pembuangan
sisa-sisa tanaman. Hasil dari pembabadan tersebut dapat dikumpulkan di tempat
yang aman dan dapat digunakan sebagai bahan kompos. Sedang secara kimiawi
dapat dilakukan dengan penyemprotan menggunakan herbisida.
Pembersihan lahan ini perlu dilakukan terutama pembersihan tanaman inang.
Apabila tidak dilakukan pembersihan, maka kemungkinan akan adanya serangan
hama dan penyakit lebih besar. Tanaman inang ini merupakan tempat berkembang
biaknya hama dan penyakit sewaktu tanaman pokok belum ditanam. Hama dan
penyakit akan berkembang pada tumbuhan inang begitu ada tanaman yang
disenangi/cocok berada di lokasi tersebut, kemudian hama dan penyakit akan
pindah dan menyerang tanaman/bibit yang ada.
3) Bedengan
Bedengan merupakan areal untuk menempatkan bibit. Ukuran bedegan tidak
ada standar yang pasti. Pembuatan bedengan ini harus disesuaikan dengan jumlah
bibit dan kemudahan dalam pengamatan dan pemeliharaan bibit. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan bedengan adalah: bibit yang ada pada bedengan
dapat memperoleh sinar matahari yang merata, dan memiliki sistim drainase yang
baik.
4) Media tanam
Istilah media tanam tentu tidak asing bagi orang yang berkecimpung di dunia
pertanian/bercocok tanam, karena media tanam merupakan salah satu syarat
berlangsungnya kegiatan tersebut. Kondisi media tanam yang meliputi sifat fisik,
kimia dan biologi sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu
pengetahuan dan pemahaman tentang media tanam perlu diketahui.
Media tanam dapat diartikan sebagai tempat tinggal bagi tanaman. Tempat tinggal
yang baik adalah yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Media tersebut harus memenuhi berbagai persyaratan.

Anda mungkin juga menyukai