Anda di halaman 1dari 4

Khutbah Hari Raya Idul Fithri

Menjadi Mukmin yang Muttaqin Menuju Fithrah

Diolah oleh Yusuf Suharto

, .

.
.

, , , ,
. .

.
. :

.
Maasyiral muslimin rahimakumullah

Alhamdulillah,dengan takbir dan tahmid, umat Islam sedunia akhirnya


mengumandangkan kebesara asma Allah karena limpahan karunianya yang sangat besar. Allah
telah menghantarkan kita kepada satu hari yang sangat mulia ini: Idul Fithri, hari kembalinya
jiwa-jiwa manusia yang bertakwa kepada fitrahnya semula. Satu hari di mana dosa-dosa kita
diampuni oleh Allah, sehingga jiwa kita kembali bersih, putih laksana kertas yang belum
ternoda apapun.

Syukur Alhamdulillah, ternyata kita hari ini benar-benar merasakan kebenaran sabda
Rasulullah Muhammad shallallah alaih wasallam:

, :
Orang yang berpuasa memiliki dua bentuk kebahagiaan: Pertama, dia merasa bahagia ketika
dia berbuka. Dan kedua, dia bahagia ketika (nanti) bertemu dengan Allah, dan berbangga dengan
puasanya. (HR. al-Bukhari & Muslim, dari Abu Hurairah)

Alhamdulillah, hari ini kita berbahagia, karena kita telah berfitrah: berbuka puasa setelah
sebulan penuh mencoba melatih diri kita untuk menjadi hamba Allah yang bertakwa (laallakum
tattaqun). Dan hari ini kita dianjurkan untuk merayakan kebahagiaan ini dengan hari yang fitri:
suci dan bersih. Karena Allah telah menghalalkan apa-apa yang dilarang-Nya di bulan Ramadan.

Selain itu, kebahagiaan ini merupakan ajaran agama Islam. dimana seorang yang
berpuasa bangga dan bahagia karena dia diberi rahmat dan taufiq oleh Allah untuk melaksanakan
kewajibannya karena Allah.

Mudah-mudahan, kebahagiaan ini tidak membuat kita lalai, bahwa sebelas bulan yang
akan datang tantangan dan rintangan begitu banyak dan beragam. Bekal Ramadhn yang barusan
telah lewat semoga mewarnai dalam hidup dan kehidupan kita pada 11 bulan yang akan datang.
Insya Allah, perjalanan panjang itu akan kita mulai hari ini.

Maasyiral Muslimin Jamaah Shalat Idul Fitri yang Berbahagia


Hari ini, prestasi Ramadhan mulai diuji. Apakah benar kita sukses dalam Madrasah Ramadhn
yang sebulan itu? Atau justru kita malah tidak lulus alias gagal total di dalamnya? Pertanyaan
ini penting untuk dijawab dengan jujur dan penuh kerendahan qalbu.

Jangan pernah ada niat dalam hati kita, bahwa eksistensi pahala hanya ada di bulan
Ramadhan. Jangan pernah pula terpikir di benak kita bahwa usai Ramadhan semuanya bubar
tak berbekas. Jangan ada yang mengira bahwa selesai Ramadhn selesai pula shalat berjamaah
di masjid.

Ramadhan begitu mulia dan berharga buat kita. Maka sangat mengecewakan dan
menyedihkan jika nilai-nilai pendidikan di dalamnya hilang begitu saja setelah Syawwl hadir
menggantikannya. Karena Ramadhan adalah musim seminya orang-orang yang bertakwa dan
pasar tempat orang-orang saleh berdagang dan berniaga. Dan seorang pedagang yang baik
adalah: yang meningkatkan semangatnya ketika musim dagangannya tiba, dan tidak menutup
tokonya ketika musim itu pergi.

Puasa Ramadan merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang beriman yang sudah
baligh setiap tahunnya yang akan memberikan ciri khusus bagi mereka yang melaksanakannya.
Salah satu cirinya adalah selalu ingin menjadi lebih baik, lebih saleh dari hari ke hari. Tetapi
tidak semua yang melaksanakan puasa akan mendapat predikat bertakwa, manakala puasanya
banyak dihiasi dengan hal yang mengurangi nilai puasa tersebut. Puasa Ramadan bagaikan diklat
atau pelatihan satu bulan penuh untuk menahan segala hal yang negatif yang dilarang Allah
Taala untuk dimanifestasikan dan direfleksikan pada sebelas bulan selanjutnya.

Predikat takwa akan terlihat setelah berakhirnya bulan Ramadan, manakala di bulan
ramadaan ini kita melaksanakan qiyamullail, tadarrus al-Quran, tarawih witir, sedekah,
menghindari ghibah, fitnah dan hal hal lain yang akan mengurangi nilai-nilai ketakwaan kita
sebagai seorang yang beriman.

Seorang yang bertakwa akan selalu menjaga kualitas ketakwaannya kepada Allah
melaluli pelatihan rohani dan jasmani di bulan suci ini. Seseorang yang bertakwa akan merasa
rindu pada kedatangan kembali bulan suci Ramadan dan merasa gembira bertemunya bulan
Ramadan. Rasulullah sangat menanti nantikan kedatangan bulan Ramadan dan menangisi
kepergiannya. Hal ini tentunya dengan alasan bahwa di bulan Ramadan Allah melimpahkan
rahmatnya kepada mereka yang benar-benar melaksanakan puasa

Semoga puasa kita dapat menjadi saksi di hadapan Allah tentang keimanan kita kepada-
Nya. Dan semoga puasa kita mengantarkan kita menuju derajat taqwa, menjadi hamba yang
mulia di sisi Allah Taala.

Jama ah idul Fithri yang dirahmati Allah

Merayakan Idul fitri artinya kembali kepada kesucian dan fitrah, sebab kita telah
beribadah di bulan Ramadhan khususnya berpuasa dan puasa itu berfungsi mengampuni dosa-
dosa yang telah lewat di samping dalam Ramadan itu kita mengerjakan ibadah-ibadah lainnya,
baik yang wajib seperti shalat, zakat (zakat Fitrah) serta ibadah-ibadah sunnat seperti tadarrus,
Tarawih, Qiyam Lail, silaturahim yang sangat tinggi nilainya di bulan Ramadhan.

Dengan ibadah puasa seorang mukmin telah mendapat tiga hal, atau dua dari tiga hal, atau
setidak-tidaknya satu dari tiga hal seperti berikut ini yaitu:

1. Diampuni Allah Taala dosa-dosa yang telah lewat.

2. Mendapat kebaikan (pahala) dari ibadah puasanya dan Allah Taala yang akan memberi
balasan.

3. Meraih posisi kedudukan yang paling mulia disisi Allah Taala sebagai Muttaqin

Sedangkan berhari raya artinya merayakan kegembiraan karena keberhasilan dan kesuksesan,
baik itu kesuksesan pribadi atau kesuksesan orang lain yang dengan menunaikan kewajiban
berpuasa dan ibadahibadah lainnya, maka mereka bersyukur dan bergembira.
Sementara ber Lebaran adalah berkesempatan luas (lebar) untuk bertemu dengan sesama
keluarga, sahabat, handai tolan, tetangga maupun kerabat untuk dapat mengungkapkan dan
mengucapkan Tahniyyah (greeting/ucapan selamat) yaitu selamat atas diri orang yang
melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan. Maupun memohon mengucapkan kalimat permohonan
maaf kepada orang lain, agar memperoleh keselamatan dunia maupun akhirat dari kesalahan dan
dosa yang diperbuat kepada orang lain.

Kalau salah dan dosa kepada Allah Tala, kita dapat memohon ampun dan taubat langsung
kepada-Nya. Demikian pula sebaliknya, maka kesalahan dan dosa kepada manusia hendaklah
kita memohon maaf langsung juga dari orang yang kita melakukan kekhilafan atau kesalahan
maupun dosa kepadanya.

Sebab dengan dimaafkannya kesalahan seseorang oleh orang yang dia bersalah kepadanya
adalah keselamatan dari dosa yang harus dan hanya dapat dihapus dengan kemaafan dari orang
yang bersangkutan.

Dikandung maksud agar kesucian diri yang telah diraih dengan beribadah (khususnya
berpuasa) di bulan Ramadhan dimana diyakini bahwa Allah Taala mengampuni dosa-dosa yang
telah lewat, dapat pula mendorong dan menjadi wadah untuk membersihkan diri dari salah dan
dosa antara sesama manusia dengan saling memaafkan di bulan yang fitrah tersebut.

Rasulullah Muhammad shallallahu alaih wasallam bersabda yang artinya;

Siapa yang berpuasa di bulan suci Ramadhan dengan Iman dan Ikhlas karena Allah Ta ala
maka diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu ( Al-Hadis).

Usai berpuasa sebulan pada Ramadhan. Orang-orang mukmin memasuki episode


kehidupan baru. Kehidupan yang penuh dengan makna dan arti. Nilai-nilai luhur mendasari
kehidupannya yang tertanam dalam hati. Nilai-nilai yang bersumber dari Islam sebagai
muttaqien. Kehidupan yang bersih dari bentuk-bentuk kotoran dunia. Kehidupan yang tidak lagi
mau berkolaborasi dengan hal-hal yang dapat menjerumuskan manusia ke dalam bentuk
kekejian. Kehidupan yang tidak lagi dilumuri dengan dosa. Inilah makna kembali kepada fitrah.

Idul Fithri juga bermakna kembali kepada fithrah, kembali kepada kesucian diri. Sebagai
mukmin yang muttaqin, kembali fithrah berarti secara jujur kita melepaskan segala sikap
ketergantungan, keterikatan dan sikap memperhamba diri kepada kepuasan dunia.

Perwujudan dari kesucian fithrah akan menumbuhkan sifat-sifat kemanusiaan yang


tinggi. Kembali ke fithrah berarti kembali dari sikap kekikiran kepada dermawan, dari kufur
kepada syukur, dari tinggi hati menjadi rendah hati, dari pendendam menjadi pemurah dan
pemaaf, dari merasa terpaksa menjadi ikhlas, dari pesimis menjadi optimis, dari malas menjadi
semangat, dari takut menjadi pemberani, dari permusuhan menjadi persahabatan dan dari
pertikaian menjadi persatuan.


, ,
, , ,
Khutbah Kedua

- - - - - - .
, ,
.
, ,
. : ,

: .
, ,
: .
. :
,
: .

.

. ,

Anda mungkin juga menyukai