Anda di halaman 1dari 6

Nama : Dede Jerry Sartika Putra

NIM : 1508505052
Gelombang : II
Judul Praktikum : Enumerasi dan Isolasi

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan primer manusia, pangan merupakan sesuatu


yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak
diolah sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia. Pangan harus
bebas dari bahan-bahan berbahaya yang dapat berupa cemaran kimia, mikroba dan
bahan lainnya. Mikroba dapat mencemari pangan melalui air, debu, udara, tanah,
dll (BPOM RI, 2008).

Analisis pangan terhadap kemungkinan adanya mikroba merupakan


standar yang diharuskan untuk mengetahui kualitas pangan dan menjamin
keamanan pangan (Kadril, dkk., 2015). Sangat penting untuk dilakukannya
enumerasi yaitu menghitung secara akurat populasi mikroba yang layak dalam
persiapan dan mengungkapkan informasi untuk konsumen pada label produk
(Davis,2014). Metode yang umum digunakan dalam enumerasi adalah MPN
(Most Probable Number), Membrane Filter Test, Real-time PCR
Enumerationdan sebagainya (Malorny et al., 2008).

1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengaruh faktor pengeceran terhadap pertumbuhan
bakteri.
b. Untuk mengetahui jumlah mikroba yang terkandung dalam sampel
pangan.
II. METODE

2.1. Cara Kerja

Pada praktikum kali ini dilakukan metode enumerasi dengan metode


pengenceran menggunakan sampel cair (sampel kuah pindang). Sampel dipipet
dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 9 ml air steril untuk
mendapatkan faktor pengenceran 10-1. Dikocok hingga homogen. Sampel tersebut
dipipet sebanyak 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml
air steril untuk memperoleh faktor pengenceran sebanyak 10-2 lalu dikocok hingga
homogen. Diulang langkah tersebut sekali lagi untuk mendapatkan faktor
pengenceran 10-3. Dipipet 1 ml sampel pada pengenceran 10-3 lalu dituang ke
dalam cawan petri dan ditambahkan medium NA. Diinkubasi pada suhu suhu 37o
C selama 4 hari. Dihitung jumlah koloni yang terbentuk dan dikalikan dengan
fakor pengencerannya.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Hasil

(Terlampir)

3.2. Pembahasan

Pada praktikum kali ini sampel yang digunakan adalah 6 sampel yang
berbeda-beda terdiri dari 3 sampel padat dan 3 sample cair. Pada praktikum kali
ini, dilakukan pengenceran hingga 1000 kali (10-3) terhadap sampel. Percobaan
enumerasi dilakukan dengan menggunakan metode pengenceran bertingkat
(Champagne, 2011). Pada umumnya, rentang penghitungan jumlah koloni
berkisarpada 25-250 atau 30-300 koloni dalam medium agar pada cawan petri
(Thomas, dkk., 2014). Satuan yang digunakan untuk menyatakan jumlah koloni
atau bakteri adalah CFU/mL (CFU = Colony Forming Units)(Kadril, dkk., 2015).

Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah koloni pada jajanan bali adalah 2 x


103 CFU/gram Jumlah koloni dalam sampel jajanan Bali ini masih dibawah batas
maksimum yang telah ditetapkan BPOM yaitu 1x104 koloni/g, sehingga dapat
dikatakan sampel jajanan Bali masih layak konsumsi (SNI 01-3719-1995 )
(BPOM, 2009). Sedangkan pada sampel gorengan jumlah koloni yang terbentuk
adalah 19 x 103 CFU/gram, sampel ini juga memenuhi syarat yang dikeluarkan
oleh BPOM yaitu maksimum cemaran mikroba dalam makanan olahan lainnya
1x104 koloni/mL., dan pada telur tusuk jumlah koloni pada sampel ini adalah 9 x
103 CFU/gram, batasan makanan dari telur atau olahannya adalah 5x104 koloni/g
sehingga sampel telur tusuk dapat dikatakan masih layak konsumsi.

Sampel cair yang digunakan diantaranya susu kedelai yang menghasilkan


jumlah koloni 2 x 103 CFU/mL, jumlah ini juga masih berada di bawah batas
maksimum sari kedelai yang telah ditetapkan oleh BPOM, yaitu 5x104 koloni/g,
sehingga dapat dinyatakan bahwa sampel susu kedelai masih layak konsumsi.
Nutri sari menghasilkan jumlah koloni 120 x 103 CFU/mL, batas maksimum
untuk serbuk minuman buah yang telah ditetapkan oleh BPOM adalah sebesar
3x103 koloni/g. Hal ini dapat disebabkan karena pada proses pembuatan kurang
menjaga kebersihan, penggunaan es batu yang tidak higienis bisa menjadi salah
satu faktor penyebab besarnya jumlah bakteri yang terdapat pada sampel. Kuah
pindang menghasilkan jumlah koloni 98 x 103 CFU/mL, jumlah ini masih berada
di bawah batas maksimum dari jumlah koloni makanan olahan lain yang telah
ditetapkan oleh BPOM yaitu 1x104 koloni/mL. Nutri sari memberikan jumlah
koloni terbanyak diantara semua sampel padahal nutri sari merupakan produk
pabrik yang seharusnya memiliki tingkat sterilitas yang tinggi jika dibandingkan
dengan kuah pindang dan susu kedelai yang merupakan hasil produksi dengan
metode tradisional yang dalam proses pembuatannya lebih mudah untuk terpapar
mikroorganisme. Hal ini dikarenakan faktor air dan es batu yang digunakan dalam
proses pembuatan nutri sari yang tidak bersih sehingga menghasilkan banyak
koloni mikroba.
IV. KESIMPULAN

1. Semakin rendah faktor pengenceran jumlah bakteri yang ada masih terlalu
padat sehingga susah diamati. Sedangkan semakin tinggi seri pengenceran,
maka semakin sedikit koloni bakteri yang dapat tumbuh dalam medium
yang digunakan.
2. Pada faktor pengenceran 10-3, didapatkan jumlah total bakteri yang
berbeda-beda. Pada jajanan bali (2 x 103 CFU/gram), sampel gorengan (19
x 103 CFU/gram), dan pada telur tusuk (9 x 103 CFU/gram), susu kedelai
(2 x 103 CFU/mL), Nutri sari (120 x 103 CFU/mL), dan kuah pindang (98 x
103 CFU/mL). Semua sample layak dikonsumsi karena masih berada
dibawah rentang yang telah ditetapkan BPOM kecuali sampel Nutri sari.

DAFTAR PUSTAKA

BPOM RI. 2008. Pengujian Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Badan Pengawas Obat
dan Makanan.

BPOM .2009. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.00.06.1.52.4011 tentang Penetapan Batas
Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia Dalam Makanan. [diakses
tanggal 22 Maret 2017]. Diunduh dari: http://www.pom.go.id.
Champagne, C. P., Ross, R. P., Maria, S., Ken, F. H. dan Dimitris, C. 2011.
Recommendations for the Viability Assessment of Probiotics as
Concentrated Cultures and In Food Marices. International Journal of Food
Microbiology. 140(2): 185-193.

Davis,C. 2014. Enumeration of probiotic strains: Review of Culture-Dependent


and Alternative Techniques to Quantify Viable Bacteria. Journal of
Microbiological Methods. Vol . 103:917.

Kadril, A. N., K. T. P. Gelgel, dan I. G. K. Suarjana. 2015. Perbedaan Cara


Penyebaran Suspensi terhadap Jumlah Bakteri pada Media Eosin
Methylene Blue Agar. Jurnal Indonesia Medicus Veterinus4(3):205-212.

Malorny, B., C. Lfstrm, M. Wagner, N. Krmer, J. Hoorfar.2008. Enumeration


of Salmonella Bacteria in Food and Feed Samples by Real-Time PCR for
Quantitative Microbial Risk Assessment.Applied and Environmental
Microbiology.Vol.74:1299-1304.

Thomas, P., M. M. Mujawar, A. C. Shekar, dan R. Upreti. 2014. Physical


Impaction Injury Effects on Bacterial Cells during Spread Plating
Influenced by Cell Characteristics of The Organisms. Journal Applied
Microbiology116:911-922.
Lampiran

Gambar 1. Proses pengenceran


hingga 1000 kali (10-3).

Gambar 2. Sampel yang belum


diinkubasi.

Gambar 3. Sampel yang sudah


diinkubasi pada suhu 37o C

Anda mungkin juga menyukai