Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alzheimer merupakan kerusakan syaraf pada otak irreversible yang dapat


megakibatkan kerusakan pada memori otak dan tidak sama dengan demensia.
Penyebab umumnya alzeimer karena stress, kurang kativitas dan fungsi saraf
menurun. Alzeimer dapat terjadi pada usia 65 tahun keatas, riwayat peyakit.
Genetika. Dan biasanya terjadi pada wanita karena hormo esterogen. Atau riwayat
penyakit kardiovaskular dan diabetes. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
bagi pasien alzzeimer yaitu, sering lupa, sulit melakukan kegiatan sehari hari,
bahasa, tidak kenal tempat / waktu, lemah dalam megambil keputusan, pemikira n
yang abstrak, seringkali lupa meletakkan benda, perubahan mood yang tidak
tentu, tekanan dan tidak ada inisiatif sehingga sebgian dapat meyebabkan
gangguan jiwa.
Pada lansian biasanya bingung untuk melakukan apa, turunnya fungis
memori dan lupa kegiatan., repon lambat, turunnya fungsi neuro, memori turun
sehingga dapat meyebabka demensia. Tahapan tanda dan gejala pada pasien
alzeimer dapat dikategorikan menjadi tiga tipe, yaitu tipe 1, tipe 2, dana tipe 3.
Maraknya masalah kesehatan yang terjadi pada pasien azeimer karena
kurannya pendidikan dan penyuluhan sebelumnya pada masyarkat terutama untuk
tenaga kesehatan khususnya perawat. Hingga saat ini, permasalahan kejang belum
dapat diatasi oleh bebrapa orang, adapun maraknya kasus yang terjadi di kalangan
masyarakat disebabkan oleh beberapa faktor slah satunya keterlambatan proses
penyembuhan serta kurangnya pengetahuan masyarakat terutama tenaga
kesehatan terkait pencegahan serta perwatan pasien alzeimer.
Oleh karena itu, kami membuat laporan PJBL dengan judul Asuhan
Keperawatan pada Pasien Azeimer. Sehingga kami dapat mengetahui lebih jauh
terkait penatalakasanaan serta peran perawat dalam menangani pasien alzeimer
dan membantu untuk meminimalaisasi kematian pada kasus alzeimer. dan dapat
mengaplikasikannya dalam pelayanan kesehatan di Dunia khususnya di Indonesia
sekarang dan ke depannya. Serta turut menciptakan pelayanan yang profesional.

1
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, kami mempunyai 2 tujuan
yaitu, tujuan umum dan tujuan khusus :
Tujuan Umum :
- Menambah wawasan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan
maupun tenaga kesehatan profesional terkait asuha keperawatan pada
pasien alzeimer.
- Menciptakan pelayanan profesional yang lebih baik dalam menangani
pasie alzeimer.
Tujuan Khusus :
- Melengkapi tugas Project Based Learning (PJBL) untuk mata kuliah
Nursing Care in Nervous System dengn topik bahasan Asuhan
keperawatan pada pasien alzeimer.

C. Ruang Lingkup Penulisan

Pada tugas Project Based Lerning (PJBL) ini, kami menyusun asuhan
keperawatan berdasarkan pada Nanda, NIC dan NOC serta data pendukung
lainnya yang lebih memfokuskan pada keadaan penanganan pasien pada kasus
alzeimer.

D. Metode Penulisan

Metode penulisan yang kami gunakan adalah metode studi pustaka dan
observasi. Metode penelitian studi pustaka adalah metode yang yaitu dengan
mencari literatur dari berbagai media cetak seperti Jurnal serta buku keperawatan
terkait alzeimer . Adapun Menurut Zuriah (2005 : 173) dalam S. Margono
(1997:158) pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang
tampak pada objek penelitian. Observasi dibagi menjadi dua yaitu, Observasi
langsung (Observasi yang dilakukan dimana observer berada bersama objek yang
diselidiki) dan Observasi tidak langsung ( observasi atau pengamatan yang
dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diteliti,
misalnya dilakukan melalui film, rangkaian slide, atau rangkaian foto. Oleh

2
karena itu, dalam penelitian ini kami menggunakan lembar observasi dengan
meneliti serta menganalisa buku keperawatan sebagai landasan kami dalam
membuat Asuhan Keperawatan pada Pasien alzeimer. Sehingga, diperoleh
berbagai teori dan referensi yang mendukung penganalisisan data sebagai pokok
bahasan dalam tugas Project based Learning (PJBL) terkait asuhan keperawatan
pada Pasien alzeimer kami.

E. Sistematika Penulisan

Dalam tugas PJBL ini terdiri dari 5 bab. Bab 1 Pendahuluan terdiri dari
Latar Belakang Masalah, Tujuan, Ruang Lingkup Penulisan, Metode Penulisan
dan Sistematika Penulisan. Bab 2 Kajian Teori membahas tentang permasalahan.
Bab 3 Asuhan Keperawatan yang terdidri dari Pengkajian, Analisa Data dan
Asuhan keperawatan meliputi (Diagnosa Keperawatan, tujuan, kriteria hasil,
intervensi, rasional dan evaluasi). Bab 4 Pembahasan berupa Bentuk Penelitian.
Bab 5 Kesimpulan dan Saran.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Alzheimer merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan


gangguan degeneratif otak dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan
kemampuan untuk merawat diri. (Brunner &,Suddart, 2002 ).
Alzheimer merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan
penurunan daya ingat, intelektual, dan kepribadian. Tidak dapat disembuhkan,
pengobatan ditujukan untuk menghentikan progresivitas penyakit dan
meningkatkan kemandirian penderita. (Dr. Sofi Kumala Dewi, dkk, 2008)
Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan,
yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun keatas (patofisiologi : konsep
klinis proses- proses penyakit, juga merupakan penyakit dengan gangguan
degeneratif yang mengenai sel-sel otak dan menyebabkan gangguan fungsi
intelektual, penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan menurut dokumen terjadi
pada orang tertentu pada usia 40 tahun. (Perawatan Medikal Bedah : jilid 1 hal
1003)
Sehingga dengan demikian Alzheimer adalah penyakit kronik, degeneratif
yang ditandai dengan penurunan daya ingat, intelektual, kepribadian yang dapat
mengakibatkan berkurangnya kemampuan merawat diri. Penyakit ini menyerang
orang berusia 65 tahun keatas.

B. Epidemology
Penyebab umum demensia 50% pd usia > 65th
@kenaikan 5th pd usia > 65th meningkat 2xlipat
Alzheimer Disease Internationaljumlah penderita dr 35,6 juta65,7jt pd
2030115,4 jt pd 2050
Asia Pasifik --jumlah penderita demensia 2xlipat dan lebih cepat pada 2025
di bandingkan negara-negara barat.

C. Patofisiologi

4
Usian, genetik, hormon, lingkungan, gaya hidup, paparan kimia

Terjadi pembentukan plak beta amyloid terjadi


perubahan tau

Penumpukan protein APP mikrotubulus runtuh


dan protein
(protein precusor amyloid) tau mengumpul

Pembentukan APP plak membentuk


neurofibrilary yg kusut

Menempel melalui membran neuron tangle

Enzim memotong APP menjadi


Fragmen proten termasuk APP

Beta amyloid membentuk plak diluar neuron

Mengganggu kerja neuron

Mempengaruhi hipokampus dan area lain

ALZHEIMER

Perubahan morfologis terdiri dari 2 ciri khas lesi yang pada akhirnya
berkembang menjadi degenarasi soma dan atau akson dan atau dendrit. Satu tanda
lesi pada AD adalah kekusutan neurofibrilaris yaitu struktur intraselular yang
berisi serat kusut dan sebagian besar terdiri dari protein tau. Pada neuron AD
terjadi fosforilasi abnormal dari protein tau, secara kimia menyebabkan perubahan
pada tau sehingga tidak dapat terikat pada mikrotubulus secara bersama sama.
Tau yang abnormal terpuntir masuk ke filament heliks ganda yang sekelilingnya
masing masing terluka. Dengan kolapsnya system transport internal, hubungan
interseluler adalah yang pertama kali tidak berfungsi dan akhirnya diikuti
kematian sel.
Lesi khas lain adalah plak senilis, terutama terdiri dari beta amiloid (A-
beta) yang terbentuk dalam cairan jaringan di sekeliling neuron bukan dalam sel
neuronal. A-beta adalah fragmen protein prekusor amiloid (APP) yang pada
keadaan normal melekat pada membrane neuronal yang berperan dalam
pertumbuhan dan pertahanan neuron. APP terbagi menjadi fragmen fragmen
oleh protease, salah satunya A-beta, fragmen lengket yang berkembang menjadi

5
gumpalan yang bisa larut. Gumpalan tersebut akhirnya bercampur dengan sel sel
glia yang akhirnya membentuk fibril fibril plak yang membeku, padat, matang,
tidak dapat larut, dan diyakini beracun bagi neuron yang utuh. Kemungkinan lain
adalah A-beta menghasilkan radikal bebas sehingga mengganggu hubungan
intraseluler dan menurunkan respon pembuluh darah sehingga mengakibatkan
makin rentannya neuron terhadap stressor. Selain karena lesi, perubahan biokimia
dalam SSP juga berpengaruh pada AD.

D. Faktor Resiko
Usia > 65th, kenaikan @5th resiko dobel, >85th 50%
Riwayat keluarga
Genetik
Wanita > hormon, > usia, gen yg ada pd wanita (menopause)
Penyakit kardiovaskuler, diabetes
Sindrom down
MCI
Trauma kepala
Pendidikan yg kurang

E. Manifestasi Klinis
Manifestasi tergantung pada lokasi motor neuron yang terkena, karena
neuron tertentu mengaktifkan serat otot tertentu. Gejala utama adalah
Kehilangan daya ingat/memori
Kesulitan melakukan aktivitas rutin yang biasa
Kesulitan berbahasa.
Kesulitan tidur
Disorientasi waktu dan tempat
Penurunan kemampuan dalam memutuskan sesuatu
Emosi labil
Apatis
Tonus otot / kekakuan otot

6
Ketidakmampuan mendeteksi bahaya
Pada sekitar 25% pasien, kelemahan dimulai pada otot yang disediakan
oleh saraf kranial, dan kesulitan dalam berbicara, menelan, dan akhirnya bernapas
terjadi. Ketika pasien ingests cairan, langit-langit lunak dan kelemahan esofagus
bagian atas menyebabkan cairan yang akan dimuntahkan melalui hidung.
Kelemahan dari lidah posterior dan langit-langit mengganggu kemampuan untuk
tertawa, batuk, atau bahkan meniup hidung. Jika otot bulbar dirugikan, berbicara
dan menelan yang semakin sulit, dan aspirasi menjadi risiko. Suara
mengasumsikan suara hidung, dan artikulasi menjadi begitu terganggu pidato
yang tidak dapat dimengerti. Beberapa kewajiban emosional mungkin ada. Ini
secara tradisional diyakini bahwa ALS terhindar fungsi kognitif, tetapi sekarang
diakui bahwa beberapa pasien mengalami gangguan kognitif.
Prognosis umumnya didasarkan pada area keterlibatan SSP dan kecepatan
yang penyakit berkembang. Akhirnya, fungsi pernapasan terganggu. Kematian
biasanya terjadi akibat infeksi, gagal napas, atau aspirasi.

F. Pemeriksaan Diagnostik

Alzheimer didiagnosis berdasarkan tanda-tanda dan gejala, karena tidak


ada uji klinis atau laboratorium spesifik untuk penyakit ini. Elektromiografi dan
biopsi otot studi tentang otot yang terkena menunjukkan penurunan jumlah unit
yang berfungsi motorik. Scan MRI dapat menunjukkan intensitas sinyal tinggi di
saluran kortikospinalis; ini membedakan alzheimer dari motor neuropati
multifokal. Tes neuropsikologis dapat membantu dalam penilaian dan diagnosis
(Phukan, Pender & Hardiman, 2007).

Pemeriksaan Penunjang

1. Neuropatologi
Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi
neuropatologi. Secara umum didapatkan:
atropi yang bilateral, simetris lebih menonjol pada lobus temporoparietal,
anterior frontal, sedangkan korteks oksipital, korteks motorik primer, sistem
somatosensorik tetap utuh

7
berat otaknya berkisar 1000 gr (850-1250gr).
Kelainan-kelainan neuropatologi pada penyakit alzheimer terdiri dari:
a. Neurofibrillary tangles (NFT)
Merupakan sitoplasma neuronal yang terbuat dari filamen-filamen
abnormal yang berisi protein neurofilamen, ubiquine, epitoque. Densitas
NFT berkolerasi dengan beratnya demensia.
b. Senile plaque (SP)
Merupakan struktur kompleks yang terjadi akibat degenerasi nerve
ending yang berisi filamen-filamen abnormal, serat amiloid ektraseluler,
astrosit, mikroglia. Amloid prekusor protein yang terdapat pada SP
sangat berhubungan dengan kromosom 21. Senile plaque ini terutama
terdapat pada neokorteks, amygdala, hipokampus, korteks piriformis, dan
sedikit didapatkan pada korteks motorik primer, korteks somatosensorik,
korteks visual, dan auditorik. Senile plaque ini juga terdapat pada
jaringan perifer. Densitas Senile plaque berhubungan dengan penurunan
kolinergik.
Kedua gambaran histopatologi (NFT dan senile plaque) merupakan
gambaran karakteristik untuk penderita penyakit alzheimer.
c. Degenerasi neuron
Pada pemeriksaan mikroskopik perubahan dan kematian neuron pada
penyakit alzheimer sangat selektif. Kematian neuron pada neokorteks
terutama didapatkan pada neuron piramidal lobus temporal dan frontalis.
Juga ditemukan pada hipokampus, amigdala, nukleus batang otak
termasuk lokus serulues, raphe nukleus dan substanasia nigra. Kematian
sel neuron kolinergik terutama pada nukleus basalis dari meynert, dan sel
noradrenergik terutama pada lokus seruleus serta sel serotogenik pada
nukleus raphe dorsalis, nukleus tegmentum dorsalis. Telah ditemukan
faktor pertumbuhan saraf pada neuron kolinergik yang berdegenerasi
pada lesi merupakan harapan dalam pengobatan penyakit alzheimer.
d. Perubahan vakuoler
Merupakan suatu neuronal sitoplasma yang berbentuk oval dan dapat
menggeser nukleus. Jumlah vakuoler ini berhubungan secara bermakna

8
dengan jumlah NFT dan SP , perubahan ini sering didapatkan pada
korteks temporomedial, amygdala dan insula. Tidak pernah ditemukan
pada korteks frontalis, parietal, oksipital, hipokampus, serebelum dan
batang otak.
e. Lewy body
Merupakan bagian sitoplasma intraneuronal yang banyak terdapat pada
enterhinal, gyrus cingulate, korteks insula, dan amygdala. Sejumlah kecil
pada korteks frontalis, temporal, parietalis, oksipital. Lewy body kortikal
ini sama dengan immunoreaktivitas yang terjadi pada lewy body batang
otak pada gambaran histopatologi penyakit parkinson. Hansen et al
menyatakan lewy body merupakan variant dari penyakit alzheimer.
2. Pemeriksaan Neuropsikologik

Penyakit alzheimer selalu menimbulkan gejala demensia.

Fungsi pemeriksaan neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak


adanya gangguan fungsi kognitif umum danmengetahui secara rinci pola
defisit yang terjadi.
Test psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang ditampilkan
oleh beberapa bagian otak yang berbeda-beda seperti gangguan memori,
kehilangan ekspresi, kalkulasi, perhatian dan pengertian berbahasa.

Evaluasi neuropsikologis yang sistematik mempunyai fungsi diagnostik yang


penting karena:

a. Adanya defisit kognisi: berhubungan dgn demensia awal yang dapat


diketahui bila terjadi perubahan ringan yang terjadi akibat penuaan yang
normal.

b. Pemeriksaan neuropsikologik secara komprehensif : untuk membedakan


kelainan kognitif pada global demensia dengan deficit selektif yang
diakibatkan oleh disfungsi fokal, faktor metabolik, dan gangguan psikiatri

c. Mengidentifikasi gambaran kelainan neuropsikologik yang diakibatkan


oleh demensia karena berbagai penyebab.

9
3. CT Scan dan MRI

Merupakan metode non invasif yang beresolusi tinggi untuk melihat


kwantifikasi perubahan volume jaringan otak pada penderita Alzheimer
antemortem.

CT scan

Menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab demensia lainnya selain


alzheimer seperti multiinfark dan tumor serebri. Atropi kortikal menyeluruh
dan pembesaran ventrikel keduanya merupakan gambaran marker dominan
yang sangat spesifik pada penyakit ini
Penipisan substansia alba serebri dan pembesaran ventrikel berkorelasi
dengan beratnya gejala klinik dan hasil pemeriksaan status mini mental

MRI

Peningkatan intensitas pada daerah kortikal dan periventrikuler (Capping


anterior horn pada ventrikel lateral). Capping ini merupakan predileksi
untuk demensia awal. Selain didapatkan kelainan di kortikal, gambaran
atropi juga terlihat pada daerah subkortikal seperti adanya atropi
hipokampus, amigdala, serta pembesaran sisterna basalis dan fissura sylvii.
MRI lebih sensitif untuk membedakan demensia dari penyakit alzheimer
dengan penyebab lain, dengan memperhatikan ukuran (atropi) dari
hipokampus.

4. EEG

Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis. Sedang


pada penyakit alzheimer didapatkan perubahan gelombang lambat pada lobus
frontalis yang non spesifik

5. PET (Positron Emission Tomography)

Pada penderita alzheimer, hasil PET ditemukan:

10
Penurunan aliran darah
Metabolisma O2
Dan glukosa didaerah serebral
Up take I.123 sangat menurun pada regional parietal, hasil ini sangat
berkorelasi dengan kelainan fungsi kognisi danselalu dan sesuai dengan
hasil observasi penelitian neuropatologi

6. SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography)

Aktivitas I. 123 terendah pada refio parieral penderita alzheimer. Kelainan


ini berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan defisit kogitif. Kedua
pemeriksaan ini (SPECT dan PET) tidak digunakan secara rutin.

7. Laboratorium darah

Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik pada penderita


alzheimer.Pemeriksaan laboratorium ini hanya untuk menyingkirkan penyebab
penyakit demensia lainnya seperti pemeriksaan darah rutin, B12, Calsium, Posfor,
BSE, fungsi renal dan hepar, tiroid, asam folat, serologi sifilis, skreening antibody
yang dilakukan secara selektif.

11
G. Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas oleh karena
penyebab dan patofisiologis masih belum jelas. Pengobatan simptomatik dan
suportif seakan hanya memberikan rasa puas pada penderita dan keluarga

Pegobatan simptomatik:

1. Inhibitor simptomatik :
Tujuan :untuk mencegah penurunan kadar asetilkoli dapat digunakan anti
olinestraseyg bekerja secara sentral
Contoh : fisostigmin, THA, donepezil, gaantamin, dan rivastigmin
Pemberian obat ini dikatakan dapat memperbaiki memori dan apraksia
selama pemberian berlangsung
ESO : memperburuk penampila intelektualpada orang normal dan
penderita alzeimer, mual dan muntah bradikardi . tingginya HCL dan
turunya nafsu makan.

2. Thiamin
Pada penderita alzeimer didapatkan penurunan thiamin pyrophospatase
depent enzym yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan transkeletolase (45). Hal ini
disebabkan karusakan neuronal pada nukleus basalis.
Contoh : thiamin hydrochoride
Dosis 3 gr hari selama 3 bulan peroral
Tujuan : perbaika bermakna terhadap fungsi dibandingkan placebo selma
periode yang sama.
3. Nootropik
Notropik merupakan obat spikotropik
Tujuan : perbaikan bermakna terhadap fungsi kogisi da proses belajar.
Tetapi pemberian 4000mg pada penderita alzeimer tidak menunjukkan
perbaikan klinis yang bermakna
4. Klonidin
Gangguan fungsi inetelektual pada penderita alzeimer dapat disebabkan
kerusakan noradrenergik kortikal.

12
Contoh klonidin yang merupakan nonadrenergik alfa 2 reseptor agois
Dosis : maksimal 1,2 mg peroral selma 4 miggu.
Tujuan : kurang memuaskan utuk memperbaiki fungsi kognitif
5. Haloperiodol
Pada penderita alzeimer sering kali terjadi :
Gangguan psikosis dan tingkah laku : pemberian oral haloperiodol1-5
mg/hari selama 4 minggu akan memperbaiki gejala tersebut.
Bila penderita alzeimer mederita depresi diberikan amyr tryptiline (25
100 mg/ hari)

H. Pencegahan
Para ilmuan berhasil mendeteksibebrapa faktor resiko peyebab alzeimer,
yaitu : usia lebih dari 65 tahun. Genetik, lingkungan yg terkontaminasi
ddengna logam berat dan penggunaan terpai sulih hormon wanita. Dengan
mengetahui faktor resiko diatas dan hasil penelitia yg lain. Diajurkan beberapa
cara untuk mencegah penyakit alzeimer, diantaranya, yaitu :
Bergaya hidup sehat, misalnya dega ruti olahraga, tidak merokok, maupu
megonsumsi alkohol
Megonsumsi sayuran buah segar . hal ini pentig karena buah dan sayur
mengadung antioksidan yang berfungsi untuk mengikat radikal bebas
yang merusak sel sel tubuh.

13
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Adapun pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan


penyakit Alzheimer diantaranya:

1. Identitas klien
Meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku
bangsa, status perkawinan, golongan darah, dan hubungan pasien
dengan penanggung jawab.
2. Riwayat kesehatan
Riwayat penyakit dahulu yaitu penyakit apa saja yang pernah diderita
pasien, baik penyakit yang dapat menjadi faktor pendukung terjadinya
penyakit Alzheimer, maupun yang tidak.
Riwayat penyakit sekarang yaitu penyakit yang diderita pasien saat ini,
dalam kasus ini penyakit Alzheimer
Riwayat penyakit keluarga yaitu penyakit yang pernah diderita anggota
keluarga yang lain, baik yang dapat menjadi faktor pendukung
terjadinya penyakit Alzheimer maupun yang tidak.
3. Pengkajian PsikoSosial Spiritual
Adanya perubahan hubungan dan peran karena pasien
menglami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
Pola persepsi dan konsep diri didapatkan pasien merasa tidak
berdaya, tidak ada harapan mudah marah, dan tidak kooperatif.
Perubahan yang terpenting pada pasien dengan penyakit Alzheimer
adalah penurunan kognitif dan memori (ingatan).
4. Aktifitas istirahat
Gejala : Merasa lelah
Tanda : Siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur,
Letargi: penurunan minat atau perhatian pada aktivitas yang biasa, hobi,
ketidakmampuan untuk menyebutkan kembali apa yang dibaca/

14
mengikuti acara program televisi. Gangguan keterampilan motorik,
ketidakmampuan untuk melakukan hal yang telah biasa yang
dilakukannya, gerakan yang sangat bermanfaat.

5. Sirkulasi
Gejala: Riwayat penyakit vaskuler serebral/sistemik.
hipertensi, episode emboli (merupakan factor predisposisi).
6. Integritas ego
Gejala : Curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan, kesalahan
persepsi terhadap lingkungan, kesalahan identifikasi terhadap objek dan orang,
penimbunan objek : meyakini bahwa objek yang salah penempatannya
telah dicuri. kehilangan multiple, perubahan citra tubuh dan harga diri
yang dirasakan.
Tanda : Menyembunyikan ketidakmampuan ( banyak alasan tidak
mampu untuk melakukan kewajiban, mungkin juga tangan membuka
buku namun tanpa membacanya)duduk dan menonton yang lain, aktivitas
pertama mungkin menumpuk benda tidak bergerak dan emosi stabil,
gerakan berulang ( melipat membuka lipatan melipat kembali kain ),
menyembunyikan barang, atau berjalan-jalan.
7. Eliminasi
Gejala: Dorongan berkemih
Tanda: Inkontinensia urine/feaces, cenderung konstipasi/ imfaksi dengan
diare.
8. Makanan/cairan
Gejala: Riwayat episode hipoglikemia (merupakan factor
predisposisi)perubahan
dalam pengecapan, nafsu makan, kehilangan berat badan, mengingkari
terhadap rasa lapar/ kebutuhan untuk makan.
Tanda:Kehilangan kemampuan untuk mengunyah, menghindari/menolak
makan (mungkin mencoba untuk menyembunyikan keterampilan). dan
tampak semakin kurus (tahap lanjut).

15
9. Hiygene
Gejala : Perlu bantuan /tergantung orang lain
Tanda : tidak mampu mempertahankan penampilan, kebiasaan personal
yang kurang, kebiasaan pembersihan buruk, lupa untuk pergi kekamar
mandi, lupa langkah -langkah untuk buang air, tidak dapat menemukan
kamar mandi dan kurang berminat pada atau lupa pada waktu makan:
tergantung pada orang lain untuk memasak makanan dan menyiapkannya
dimeja, makan, menggunakan alat makan.
10. Neurosensori
Gejala :Pengingkaran terhadap gejala yang ada terutama perubahan
kognitif,dan atau gambaran yang kabur, keluhan hipokondria tentang
kelelahan,pusing atau kadang- kadang sakit kepala. adanya keluhan
dalam kemampuan kognitif, mengambil keputusan, mengingat yang
berlalu, penurunan tingkah laku ( diobservasi oleh orang terdekat).
Kehilangan sensasi propriosepsi ( posisi tubuh atau bagian tubuh dalam
ruang tertentu ). dan adanya riwayat penyakit serebral vaskuler/sistemik,
emboli atau hipoksia yang berlangsung secara periodik( sebagai faktor
predisposisi ) serta aktifitas kejang ( merupakan akibat sekunderpada
kerusakan otak ).
Tanda : Kerusakan komunikasi : afasia dan disfasia; kesulitan dalam
menemukan kata-kata yang benar ( terutama kata benda ); bertanya
berulang-ulang atau percakapan dengan substansi kata yang tidak
memiliki arti; terpenggal-penggal, atau bicaranya tidak terdengar.
Kehilangan kemampuan untuk membaca dan menulis bertahap (
kehilangan keterampilan motorik halus ).
11. Kenyamanan
Gejala :Adanya riwayat trauma kepala yang serius ( mungkin menjadi
faktor predisposisi atau faktor akselerasinya), trauma kecelakaan (jatuh,
luka bakar dan sebagainya).
Tanda : Ekimosis, laserasi dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain
12. Interaksi sosial

16
Data Etiologi Masalah Keperawatan

Gejala :Merasa kehilangan kekuatan. Faktor psikososial sebelumnya;


pengaruh personal dan individu yang muncul mengubah pola tingkah
laku yang muncul.
Tanda : Kehilangan kontrol sosial,perilaku tidak tepat.
13. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum:Klien dengan penyakit Alzheimer umumnya mengalami
penurunan kesadaran sesuai dengan degenerasi neuron kolinergik dan
proses senilisme. Adanya perubahan pada tanda
Tanda vital, meliputi bradikardi, hipotensi, dan penurunan frekuensi
pernafasan.
Pengkajian Tingkat Kesadaran: Tingkat kesadaran klien biasanya apatis
dan juga bergantung pada perubahan status kognitif klien.
Pengkajian fungsi serebral:Status mental : biasanya status mental klien
mengalami perubahan yang berhubungan dengan penurunan status
kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori, baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Pengkajian Saraf kranial. Pengkajian saraf ini
meliputi pengkajian saraf kranial I-XII
Pengkajian sistem Motorik
Pengkajian Refleks

17
Do: usia diatas 60 tahun, Usia tua Konfusi kronik b.d
demensia, delirium, (60th),pemakaian penyakit Alzheimer
fluktuasi kognisi, agitasi alkohol(gaya hidup
dan gelisah, fluktuasi
tingkat kesadaran Fluktuasi kognitif

Ds:pt mengatakan Penurunan fungi kognitif


tidurnya tidak nyenyak,
pt mengatakan Demensia, penurunan
pemakaian obat dan kesadaran, delirium
alcohol
Konfusi kronik
Do:usia tua, hiperaktif , Usia tua Wandering b.d gangguan
tindakan berulang ulang, kognitif dan agitasi
Fluktuasi kognitif
Ds: pt mengatakan sudah
frustasi, mudah marah Penurunan fungsi saraf

Gerakan tubuh dan


kognitif kurang
terkontrol

Hiperaktif, frustasi

Do:usia tua, Usia tua, gaya hidup


Kurang perawatan diri (
ketidakmampuan pt makan
dalam melakukan ADL Penuruna fungsi kognitif ,minum,berpakaian,
hyigiene) b.d perubahan
Ds: mengatakan tidak Tidak mampu melakukan fungsi berfikir
mampu melakukan BAB ADL
/ BAK sendiri , pasien
frustasi Susah memakai pakaian
,makan ,minum

Kurang perawatan diri

Do: usia tua, mulut Usia tua, gaya hidup Perubahan nutrisi : kurang
kering (inflamasi pada dari kebutuhan tubuh b.d
mulut), BB menurun, Penurunan fungsi saraf intake tidak adekuat,
dysphagia,pt tidak perubahan proses berfikir
mampu mencerna Mudah terkena infeksi
makanan yang kasar
Inflamasi pada mulut
Ds: pt mengatakan tidak
nafsu makan, pt merasa Intake makanan kurang
kenyang setelah makan Kebutuhan nutrisi kurang

18
Do:usia tua, pola Usia tua Koping individu tidak
komunikasi tidak lazim, Fluktuasi kognitif efektif b.d proses berfikir
tidak dapat beradaptasi Penurunan fungsi dan disfungsi karena
dngan lingkungan social, kognitif perkembangan penyakit
tidak mampu untuk Mudah marah, frustasi
meminta bantuan

Ds: pasien marah marah,


cepat frustasi, pasien
ketakutan

B. Diagnosa Keperawatan

1. Konfusi Kronik berhubungan dengan penyakit alzheimer


2. Wandering berhubungan dengan gangguan kognitif dan agitasi
3. Deficit perawatan diri (makan, minum, berpakaian, hygiene) yang
berhubungan dengan perubahan proses berfikir
4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
intake tidak adekuat, perubahan proses berfikir
5. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan perubahan proses
pikir dan disfungsi karena perkembangan penyakit.

C. Rencana Asuhan Keperawatan

1) Konfusi Kronik berhubungan dengan penyakit alzheimer

Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam terjadi penurunan frustasi, BB stabil atau


meingkat, berkurangya penggunaan restrain

Kriteria hasil : Peningkatan konsentrasi dan daya ingat, dapat menerima proses
informasi, klien akan berpartisipasi dan dapat mengambil
keputusan hingga mencapai tingkat kemandirian maksimum.

NIC : Delusion Management, Dementia Management

Intervensi Rasional
Bangun kepercayaan , hubungan Memudahkan klien perawat dalam

19
interpersonal dengan pasien mengkaji setiap masalah yang muncul
Kaji riwayat personal klien termasuk Untuk mengetahui riwayat penyakit
status fisik klien termasuk riwayat penyakit keluarga dan
penyebab nya
Berikan kenyamanan dan keselamatan Untuk menghindari terjadinya bahaya
ketika klien tidak bisa mengontrol
tingkah lakunya (membatasi area,
restrain)
Observasi klien untuk menentukan Merupakan tindakan preventif sebelum
perilaku dasar dilakukan tindakan keperawatan
Monitoring penyebab fisiologis dari Untuk mengetahui karakteristik
peningkatan konfusi personal klien berupa peurunan
kemapuan terhadap ransangan
lingkungan, penurunan kapasitas
berfikir, gangguan memory, orientasi
dan tingkah laku.
Bicara dengan jelas, suara yang pelan , Memudahkan dalam melakukan
penuh dengan kehangatan dan saling komunikasi terapeutik sehingga
menghargai memudahkan perawat dalam pemberian
edukasi pada klien dengan Alzheimer
Hindari hal hal yang dapat Untuk menghindari terjadinya brontak
mengakibatkan klien frustasi dengan dan meminimalisir terjadinya stress
mengajukan pertanyaan atau yang tidak
bisa dijawab

2) Wandering berhubungan dengan gangguan kognitif dan agitasi

Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam klien tidak akan kabur dan tersesat

Kriteria Hasil : klien merasa tenang dan nyaman berada ditempatnya, klien tidak
stress sehingga tidak memicu rasa ingin kabur, saat pergi klien
tidak akan merasa tersesat

NIC : Area Restriction, Dementia Management, Enviromental


Management: Safety

Intervensi Rasional
Kaji penyebab klien berperilaku Memudahkan dalam penentuan
wandering tindakan keperawatan selanjutnya
Monitoring fungsi kognitif, menggunakan Untuk mengetahui fungsi dari
pengkajian yang telah di standarisasikan kognitif klien
Identifikasi pola kebiasaan tingkah laku Untuk mengobservasi apakah ada
pasien termasuk pola kelainan kelainan saat melakukan
tidur,medikasi,eleminasi,makanan dan aktivitas

20
perawatan diri
Gunakan pagar disekeliling tempat tidur Gunakan pagar disekeliling tempat
tidur di rumah saki dan dirumah,
atau sebuah tali yang diikatkan pada
kaki tempat tidur untuk memberi
bantuan dala mendorong diri untuk
bangu tanpa bantuan orang lain serta
mencegah klien mengalami trauma
Identifikasi bahaya bahaya yang Untuk menghindari factor factor
mempengaruhi keselamatan lingkungan yang dapat menyebabkan tanda
(fisik,kimia dan biologi) bahaya bagi klien
Identifikasi tingkat keselamatan yang Mengetahui riwayat kien sehingga
dibutuhkan klien berdasarkan dari level dapat di identifikasi untuk menjaga
fisik,fungsi kognitif dan riwayat penyakit keselamatan klien.
klien

3) Deficit perawatan diri (makan, minum, berpakaian, hygiene) yang


berhubungan dengan perubahan proses berfikir

Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam pemenuhan perawatan diri pasien dapat


meningkat

Kriteria Hasil : klien dapat menunjukan gaya hidup untuk kebtuhan merawat diri
dan mengidentifikasi personal / keluarga yang dapat membantu

Intervensi Rasional
Kaji kemampuan dan tingkat Membantu dalam mengantisipasi dan
penurunan kemampuan melakukan merencanakan pertemuan kbutuhan
ADL dalam skala 0 4 individual
Hindari aktivitas yang tidak dapat Klien dalam keadaan cemas dan
dilakukan klien dan bantu bila perlu tergantung. Hal ini dilakukan untuk
mencegah frustasi dan harga diri klien
Ajarkan dan dukung klien selama Dukungan pada kien selama aktivitas
aktivitasnya kehidupan sehari hari dapat
meningkatkan perawatan diri
Rencanakan tindakan dan peralatan di Klien akan mampu melakukan
dekat klien agar mampu sendiri aktivitasnya sendiri untuk memenuhi
mengambilnya perawatan dirinya
Modifikasi lingkungan Modifikasi lingkungan diperlukan
untuk mengkompensasi
ketidakmampuan perawatan fungsi
Kaji kemampuan komunikasi untuk Ketidakmampuan berkomunikasi
BAK . kemampuan untuk mengunakan dengan perawat dapat menimbulkan

21
urinal,pispot. Antarkan ke kamar mandi maslah pengosongan kandung kemih
bila kondisi memungkinkan oleh karenanya masalah neeurogenik
Identifiksi kebasaan BAB. Anjurka Meningkatkan latihan dan menology
minum dan meningkatkan aktivitasnya mencegah konstipaasi
Kolaborasi pemberian supositoria dan Pertolongan utama terhadap fungsi
pelumas feses/pecahar bowel atau BAB
Konsul ke dokter terapi okupasi Untuk mengembangkan terapi dan
melengapi kebutuhan khusus.

4) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan


dengan intake tidak adekuat, perubahan proses berfikir

Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam kebutuhan klien terpenuhi

Kritria hasil : berat badan kien meningkat sesuai dengan hasil pemeriksaan
laboratorium dan klien mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi
tubuh.

NIC : Nutrition Management

Intervensi Rasional
Evaluasi kemampuan makan pasien Klien mengalami kesulitan dalam
mepertahankan berat badan merka.
Mulut mereka kering akibat obat
obatan dan mengalamai kesulitan
mengunyah dan menelan
Klien beresiko terjadi aspirasi akibat
penurunan reflek batuk
Amati berat badan klien secara berkala Tanda kehilangan berat badan (7
dengan mengukurna menggunakan 10% ) dan kekurangan intake nutrisi
timbangan menunjang terjadinya masalah
metabolism, kandungan glikogen
dalam otot, dan kepekaan terhadap
pemasangan ventilator.
Manajemen mencapai kemampuan Meningkatkan kemapuan klien dalam
menelan. menelan dan dapat membantu
Gangguan menelan disebabkan pemenuhan nutrisi klien via oral.

22
oleh tremor pada lidah, ragu- Tujuan lain adalah mencegah
ragu dalam memulai menelan, terjadinya kelelahan, memudahkan
kesulitan dalam membentuk masuknya makanan dan mencegah
makanan dalam bentuk bolus gangguan lambung
Makanan setengah padat dengan
sedikit air memudahkan untuk
menelan
Anjurkan klien untuk menelan
secara berurutan
Anjurkan klien untuk
meletakkan makanan diatas
lidah, menutup bibir dan gigi,
dan menelan
Anjurkan klien untuk
mengunyah pertama kali pada
satu sisi mulut dan kemudian ke
sisi lain
Anjurkan klien untuk menahan
kpala tetap tegak dan membuat
keadaan sadar untuk menelan hal
ini untuk berfungsi untuk
mengontrol saliva
Masase otot wajah dan leher
sebelum makan dapat membantu
Berikan makanan kecil dan
lunak
Monitor pemakaian alat bantu Pemanas elektrik digunkan untuk
menjaga makanan tetap hangat dank
lien diizinkan untuk istirahata selama
waktu yag ditetapkan untuk makan,
alat alat khusus juga membantu
makan.
Penggunaan piring yang stabil, cangkir
yang tidak pecah bila jatuh dan alat
alat makan yang dapat digengam
sendiri digunakan sebagai alat bantu
Pasang selang NG untuk pemberian Untuk menjamin masuknya makanan
makanan sesuai program. Bila makanan secara adekuat.
yang masuk kurang dari 20% dan berat
badan terus turun
Kaji fungsi system gastrointestinal yang Fungsi system gastrointestinal sangat
meliputi suara bising usus, catat terjadi penting untuk memasukan makanan.
perubahan di dalam lambung seperti Ventilator dapat menyebabkan
mual, muntah. Observasi perubahan kembung pada lambung dan
pergerakan usus misalnya diare , perdarahan lambung.
konstipasi
Lakukan pemeriksaan laboratorium Memberikan informasi yang tepat
yang di indikasikan seperti serum, tentang keadaan nutrisi yang

23
transferin, BUN/Creatin dan glukosa dibutuhkan klien.

5) Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan perubahan


proses pikir dan disfungsi karena perkembangan penyakit.

Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam koping individu menjadi efektif

Krieria Hasil : Mampu menyatakan penerimaan tentang status kesehatan, dapat


menyatakan atau berkomunikasi dengan orang terdekat tentang
situasi dan perubahan yang terjadi,mampu beradaptasi terhadap
ketidakmampuan fisik,mampu membuat keputusan,mengakui dan
mengabungkan peran dan perubahan terhadap konsep harga diri.

Intervensi Rasional
Kaji perubahan dari gangguan persepsi Menentukan bantuan individual dalam
dan hubungan dengan derajat menyusun rencana perawatan dan
ketidakmampuan pemilihan intervensi
Beri dukungan psikologis secara Klien Alzheimer sering merasa malu,
menyeluruh apatis,tidak adekuat, bosan dan merasa
sendiri. Perasaan ini dapat disebabkan
akibat keadaan fisik yang lambat dan
upaya yang besar dibutuhkan terhadap
tugas tugas kecil. Klien dibantu dab
didukung untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan (seperti meningkatkanya
mobilitas)
Dukung kemampuan koping Kepatuhan terhadap program latihan
dan berjalan membantu memperlambat
kemajuan penyakit. Dukungan dan
sumber bantuan yang dapat diberikan
melalui ketekunan berdoa dan
penekanan keluar terhadap aktivitas
dengan mempertahankan partisipasi
aktif
Catat ketika klien menyatakan Mendukung penolakan terhadap bagian
terpengaruh seperti sekarat atau tubuh atau perasaan negative terhadap
mengingkari dan menayatakan inilah gambaran tubuh dan kemampuan yang
kematian menunjukan kebutuhan dan intervensi
serta dukungan emosional
Pernyataan pengakuan terhadp Membantu klien untuk melihat bahwa
penolakan tubuh, menginagatkan perawat menerima kedua bagian
kembali fakta kejadian tentang realistas sebagian bagian dari seluruh tubuh.

24
bahwa masih dapat menggunakan sisi Mengizinkan klien untuk merasakan
yang sakit dan belajar mengontrol sisi adanya harapan dan mulai menerima
yang sehat situasi baru
Bentuk program aktivitas pada Bentuk program aktivitas pada
keseluruhan hari keseluruhan hari untuk mencegah
waktu tidur yang terlalu banyak yang
dapat mengarah pada tidak adanya
keinginan dan apatis. Setiap upaya
dibuat untuk mendukung klien keluar
dari tugas-tugas yang termasuk koping
dengan kebutuhan mereka setiap hari
dan untuk membentuk klien mandiri.
Apa pun yang dilakukan hanya untuk
keamanan sewaktu mencapai tujuan
dengan meningkatnya kemampuan
koping
Monitoring gangguan tidur peningkatan Dapat mengindikasikan terjadinya
kesulitan konsentrasi, letargi dan depresi umumnya terjadi sebagai
witdhrawal pengaruh dari stroke dimana
memerlukan intervensi dan evaluasi
lebih lanjut
Kolaborasi : rujuk pada ahli Dapat memfasilitasi perubahan peran
neuropsikologi dan konseling bila ada yang penting untu perkembangan
indikasi perasaan. Kerja sama fisiterapi,
psikoterapi, terapi bat-obatan, dan
dukungan partisipasi kelompok dapat
menolong mengurangi depresi yang
juga sering muncul pada keadaan ini.

D. Evaluasi

Diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan maka


keluhan klien dapat teratasi dan kemandirian pasien bisa lebih
meningkat. Masalah dapat teratasi sebagian , jadi intervensi perlu
dilanjutkan.contohnya dalam pemenuhan nutrisi dan koping
terhadap masalahnya, tingkat konfusi dan wandering dapat
berkurang.

BAB IV

PENUTUP

25
A. Kesimpulan

Alzheimer adalah penyakit kronik, degeneratif yang ditandai dengan


penurunan daya ingat, intelektual, kepribadian yang dapat mengakibatkan
berkurangnya kemampuan merawat diri. Penyakit ini menyerang orang berusia 65
tahun keatas. Belum ada penyebab yang pasti mengenai penyakit ini, namun
terdapat beberapa faktor presdisposisi diantaranya adalah faktor genetik, usia,
infeksi virus lambat, lingkungan, imunologi, trauma. Terdapat beberapa
perubahan khas biokimia dan neuropatologi yang dijumpai pada penyakit
Alzheimer, antara lain: serabut neuron yang kusut (masa kusut neuron yang tidak
berfungsi) dan plak seni atau neuritis (deposit protein beta-amiloid, bagian dari
suatu protein besar, protein prukesor amiloid (APP). Kerusakan neuron tersebut
terjadi secara primer pada korteks serebri dan mengakibatkan rusaknya ukuran
otak. Komplikasi yang mungkin muncul pada pasien dengan penyakit Alzheimer
diantaranya adalah infeksi, malnutrisi, kematian. Pengobatan penyakit Alzheimer
masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan patofisiologis masih belum jelas.
Pengobatan simptomatik dan suportif seakan hanya memberikan rasa puas pada
penderita dan keluarga.
Asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit Alzheimer dilakukan
dengan tujuan membantu mengembalikan fungsi kognitif, motorik dan fungsi-
fungsi bagian tubuh lain yang mengalami gangguan akibat kelainan
neurotransmiternya. Selain itu perhatian terhadap kebutuhan nutrisi juga tetap
dibutuhkan untuk mencegah berkembangnya penyakit lain akibat intake nutrisi
yang tidak adekuat.

B. Saran
Bagi perawat dan keluarga, diharapkan memperhatikan setiap perubahan
yang terjadi pada penderita Alzheimer ini, karena setiap perubahan baik itu dari
segi kognitif dan motorik mempengaruhi aktivitas sehari-hari pasien. Karenanya
dibutuhkan perhatian lebih bagi penderita Alzheimer ini.

26
DAFTAR PUSTAKA

Stanley, mickey. Buku ajar Keperawatan Genorik Edisi 2. EGC.


Jakarta : 2002.

Muttaqin, Arif. 2008.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan


Gangguan Sistem Persarafan.Salemba Medika: Jakarta

Suzanne C, dkk. 2010. Brunner & Suddarths textbook of medical-


surgical nursing.Wolters Kluwer Health. 1 volume American ed.

27

Anda mungkin juga menyukai