Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN KASUS
I. Identitass Pasien
Nama : Tn. M
Usia : 33 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Status : Menikah
Alamat : Cikupa
Pekerjaan : Pegawai swasta (bekerja sebagai teknisi TV kabel)
Agama : Kristen Protestan
Tanggal pemeriksaan : 7 Februari 2017
II. Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 7 Februari 2017 di poliklinik puskesmas Cikupa, 7
Februari 2017 pk. 10.00
Keluhan utama
Lepuh-lepuh kecil kemerahan di badan sejak 2 hari yang lalu disertai demam.
1
Riwayat penyakit dahulu:
Pasien belum pernah mendapat sakit seperti ini.
Riwayat penyakit hati, ginjal, jantung, diabetes melitus disangkal oleh pasien.
Riwayat alergi :
Makanan : Disangkal
Obat : Ampicilin
Riwayat kebiasaan, social dan pola hidup:
Pasien mandi 2 kali sehari, memakai sabun cair, handuk dipakai sendiri, air yang
digunakan berasal dari air sumur dan pakaian dalam diganti 2 kali sehari.
Rumah permanen, lantai dan dinding beton, atap seng, dihuni oleh 3 orang dengan jumlah
kamar 3. Kamar mandi dan WC berada di dalam rumah dan terpisah. Sumber air sumur dan
sumber listrik PLN.
2
Suara pernapasan vesikuler
Wheezing (), rhonki ()
Stem fremitus kiri = kanan
Abdomen : Datar, lemas, nyeri tekan (), bising usus (+) normal,
Hati dan limpa tidak teraba
Ektremitas : Akral hangat, edema ()
Status dermatologis :
Regio fasialis et coli et thorakalis et abdomen et skapularis: Papulae dengan dasar
eritematous, vesikulae, pustulae, erosi (+), krusta (+).
Regio brachii et antebrachii dextra et sinistra : papula dengan dasar eritematous.
V. Diagnosis
Diagnosis Kerja: Varisela
Diagnosis Banding: Herpes Zoster
VI. Resume
Pasien Tn. M lelaki berumur 33 tahun datang dengan keluhan memiliki lepuh pada
kulit disertai demam 2 hari lalu. Lepuh kecil merah awalnya timbul bentol-bentol
kemerahan pada daerah dada yang kemudian menyebar ke leher, wajah, punggung,
perut dan lengan. Bentol-bentol merah kemudian berubah menjadi lepuh dan berisi
cairan. Pada pemeriksaan fisik tampak papulae dengan dasar eritematous, vesikulae,
pustulae, erosi dan krusta positive. Kerabat pasien juga pernah mengalami hal yang
sama sebelumnya.
3
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Varisela adalah infeksi akut primer oleh virus Varisela Zoster (VVZ) yang menyerang kulit dan
mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi dibagian
sentral tubuh. Varisela juga dikenal sebagai cacar air atau chicken pox.
Varisela merupakan penyakit yang tersebar luas diseluruh dunia menyerang terutama anak-anak,
namun dapat pula menyerang orang dewasa. Epidemik varisela terjadi pada musim dingin dan
musim semi, tercatat lebih dari 4 juta kasus, 11.000 rawat inap, dan 100 kematian tiap tahunnya.
Di Indonesia, insidennya cukup tinggi dan terjadi secara sproradis sepanjang tahun. Varisela
merupakan penyakit serius dengan persentasi komplikasi dan angka kematian tinggi pada
dewasa, serta orang imun yang terkompromi. Pada rumah tangga, presentasi penularan dari virus
ini berkisar 65%-86%. VVZ merupakan infeksi yang sangat menular dan menyebar biasanya dari
oral, udara atau sekresi respirasi dan terkadang melalui transfer langsung dari lesi kulit melalui
transmisi fetomaternal.
Virus Varisela Zoster (VVZ) merupakan anggota famili herpesviridae dan sub famili alfa herpes.
Penamaan virus ini memberi pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan varisela,
sedangkan reaktivasi menyebabkan herpes zoster. Berdasarkan gejala klinisnya, varisela
memiliki tiga stadium yang terdiri dari:
1. Stadium Prodromal
Biasanya 2 3 hari dan bervariasi seperti demam yang tidak terlalu tinggi, malase, dan nyeri
kepala, batuk, sakit tenggorokan, gatal bervariasi dari ringan hingga berat.
2. Stadium Erupsi
Pada mulanya timbul erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam
berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini berupa tetesan embun (tear drops) dan kemudian
menjadi pustul dan krusta. Sementara proses ini berlangsung, timbul lagi vesikel-vesikel yang
baru sehingga menimbulkan gambaran polimorf. Penyebarannya terutama didaerah badan,
4
kemudian menyebar secara sentrifugal ke wajah dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput
lendir mata, mulut, dan saluran napas bagian atas.
3. Stadium Penyembuhan
Masa penyembuhan sekitar 2 minggu dan pelepasan krusta bervariasi dalam 2 hari sampai 2
minggu.
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan Tzanck dengan pewarnaan Giemsa. Bahan
diambil dari kerokan dasar vesikel dan akan didapati sel datia berinti banyak.
Pengobatan biasanya bersifat simptomatik, dengan pemberian antipiretik dan analgesik. Anti
histamin oral dapat diberikan untuk menghilangkan rasa gatal, sedangkan pemberian anti virus
dapat memperpendek perjalanan penyakit.
Prognosis penyakit ini ditentukan oleh perawatan yang teliti dan komplikasi yang mungkin
timbul, namun pada umumnya prognosisnya baik.
5
BAB III
ANALISA KASUS
Diagnosis varisela pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik. Dari
anamnesis didapatkan bahwa pasien adalah seorang laki - laki berumur 33 tahun. Berdasarkan
kepustakaan yang ada disebutkan bahwa varisela dapat juga menyerang orang dewasa. Keluhan
utama pada pasien ini adalah timbulnya bentol-bentol kecil di badan, yang mula-mula timbul di
dada dan kemudian menyebar ke leher, wajah, punggung, perut dan lengan.
Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis varisela juga ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan kepustakaan pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan adalah pemeriksaan tzanck, yaitu dengan cara mengerok bagian dasar dari
vesikel yang diwarnai dengan giemsa kemudian dapat ditemukan sel datia berinti banyak, dan
serologi, misalnya flourescent antibody dan pemeriksaan antibody. Pasien ini tidak mengalami
komplikasi. Ini dilihat dari hasil pemeriksaan fisik yang meliputi keadaan umum, tanda vital dan
pemeriksaan fisik lainnya yang masih dalam batas normal. Pada orang yang
immunocompromised (leukemia, pemberian kortikosteroid dengan dosis tinggi dan lama, atau
pasien AIDS) bila terinfeksi VVZ maka manifestasi varisela lebih berat (lesi lebih lebar, lebih
dalam, berlangsung lebih lama, dan sering terjadi komplikasi).
Varisela dapat didiagnosis banding dengan herpes zoster namun karena dari anamnesis
pasien belum pernah mengalami sakit yang sama seperti ini sebelumnya dan dari pemeriksaan
fisik pada status dermatologis ditemukan gambaran lesi kulit yang polimorf, tidak bergerombol,
dan tidak terasa nyeri, maka herpes zoster dapat dieliminasi sebagai diagnosis banding varisela.
Pada herpes zoster, pasien sebelumnya sudah pernah terpapar dengan VVZ dan gambaran lesi
kulit berupa vesikel yang bergerombol, unilateral sesuai dengan daerah persarafan saraf yang
bersangkutan dan biasanya timbul di daerah thorakal. Pada herpes zoster lesi dalam satu
gerombol sama, sedangkan usia lesi pada satu gerombol dengan gerombol lain berbeda.
Tujuan pengobatan pada pasien ini adalah untuk memperpendek perjalanan penyakit dan
mengurangi gejala klinis yang ada, yaitu dengan pemberian anti-virus yaitu asiklovir 5 x 800
mg/hari selama 7 hari, hal ini dimaksudkan untuk menekan atau menghambat replikasi dari virus
varisela zoster, analgetik dan antipiretik parasetamol 3 x 500 mg/hari jika demam, topikal yaitu
bedak salisil 2% diberikan dengan maksud untuk mempertahankan vesikel agar tidak pecah dan
6
asam fusidat 2 kali aplikasi/hari untuk lesi yang sudah pecah, dan pemberian imunostimulan
untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Pasien disarankan agar istirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi, menjaga
kebersihan tubuh, dan tidak memecahan vesikel. Pasien kemudian dianjurkan untuk kontrol
dipoliklinik kulit dan kelamin 7 hari kemudian. Hal-hal diatas bertujuan untuk memperbaiki daya
tahan tubuh pasien, mencegah terjadinya infeksi sekunder, mencegah terjadinya komplikasi dan
munculnya jaringan parut serta untuk mengetahui perkembangan penyakitnya.
Prognosis umumnya baik, bergantung pada kecepatan penanganan dan kemungkinan
komplikasi yang dapat terjadi.
7
DAFTAR PUSTAKA
1. Straus SE, Oxman MN. Varicella and Herpes Zoster. In : Fredberg IM, et all, ed.
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 5th ed. Vol. 2, New York : Mc. Grawhill inc,
1999 : 2427-50
2. Handoko RP. Penyakit Virus. Dalam : Djuanda A, dkk, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2010; 107-15
3. Harahap M. Varisela. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Gramedia, 1990 : 127-29
4. Sterling JC, Kurtz JB. Viral Infection (Varicella and Zoster). In : Text book of
Dermatology, Rook/Wilkonsn/Ebing, 6th ed. Oxford : Blackwell Science, 2000 : 995-1095
5. Rampengan TH, Laurente IR. Varisela. Dalam : Penyakit infeksi tropik pada anak.
Jakarta : EGC, 1996 :74-184
6. Landow RK. Infeksi Virus dan Infeksi Seperti Infeksi Virus. Dalam : Kapita Selekta
Terapi Dermatologik. Jakarta : EGC, 1995 : 31-61
7. Arnold HI, Odom RB, James WD. Varicella. In : Andrews Diseases of the Skin Clinical
Dermatology. 8th ed. Philadelphia : WB. Saunders Comp, 1990 : 451-3
9. Mitaart AH. Penyakit Kulit karena Virus. Dalam : Penyakit Infeksi Tropik pada Anak.
Jakarta : EGC, 1995 : 74-184