Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa
tinja, karena makanan melewati saluran pencernaan dengan cepat dan tidak
sebaiknya tinja diperiksa dalam keadaan segar karena bila dibiarkan mungkin
sekali unsur unsur dalam tinja menjadi rusak. Pemeriksaan tinja terdiri atas
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing masih tetap ada dan masih
1
2
90% pada anak usia sekolah dasar. Salah satu penyakit infeksi yang masih
penularannya atau dalam siklus hidupnya melalui media tanah. Cacing yang
keadaan cacing yang masih hidup ataupun yang telah dipulas. Cacing yang
akan diperiksa tergantung dari jenis parasitnya. Untuk cacing atau protozoa
cacing ataupun larva yang infektif. Pemeriksaan feses ini juga di maksudkan
untuk mendiagnosa tingkat infeksi cacing parasit usus pada orang yang di
periksa fesesnya. Prinsip dasar untuk diagnosis infeksi parasit adalah riwayat
yang cermat dari pasien. Teknik diagnostik merupakan salah satu aspek yang
pada gejala klinik kurang dapat dipastikan (Gandahusada, Pribadi dan Herry,
2000).
BAB II
METODE
sebagai berikut:
1. Lidi
2. Cover gelas
3. Objek gelas
4. pipet
5. mikroskop
6.Handskun
7. Masker
8.Alat tulis
9. Tempat sampel
4
5
muda dapat,di lihat feces yang telah di homogen kan lalu letakkan di
3.1. Hasil
No Sampel(Feces/Tinja) Keterangan
1 Jumlah Normal
5 Lendir Negatif(-)
6 Darah Negatif(-)
7 Parasit Negatif(-)
9 Eritrosit Negatif(-)
10 Lekosit Negatif(-)
11 Kristal Negatif(-)
6
7
3.2. Pembahasan
A. Makroskopis
lunak dan bebentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau
Warna yaitu Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat
mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh
banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah pemberian
distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat. Warna coklat
yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh
melena; Bau Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal
pada tinja. Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan
protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman. Reaksi tinja
menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu. Tinja yang berbau tengik
atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti
pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam; Darah adanya
darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah
itu mungkin terdapat di bagian lua rtinja atau bercampur baur dengan
bercampur dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut melena
bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada
banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus. Kalau
lendir itu hanya didapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu
baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus. Pada
tinja dan Parasit di periksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan
B. Mikroskopis
cacing, leukosit, eritosit, sel epitel, kristal dan sisa makanan. Dari
kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk trofozoit; Telur
bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila
ditemukan beberapa sel epite lyaitu yang berasal dari dinding usus
terlihat karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah
distal; Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal
mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak.
hampir selalu dapat ditemukan juga pada keadaan normal, tetapi dalam
daunan dan sebagian lagi berasal dari hewan seperti serat otot, serat
4.1. Kesimpulan
dapatkan hasil adalah negetif seperti yang tertera di tabel hasil di atas.
4.2. Saran
12
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing masih tetap ada dan masih
60%-90% pada anak usia sekolah dasar. Salah satu penyakit infeksi yang
2006)
keadaan cacing yang masih hidup ataupun yang telah dipulas. Cacing yang
13
14
akan diperiksa tergantung dari jenis parasitnya. Untuk cacing atau protozoa
telur cacing ataupun larva yang infektif. Pemeriksaan feses ini juga di
orang yang di periksa fesesnya. Prinsip dasar untuk diagnosis infeksi parasit
adalah riwayat yang cermat dari pasien. Teknik diagnostik merupakan salah
satu aspek yang penting untuk mengetahui adanya infeksi penyakit cacing,
yang dapat ditegakkan dengan cara melacak dan mengenal stadium parasit
pada gejala klinik kurang dapat dipastikan (Gandahusada, Pribadi dan Herry,
2000).
BAB II
METODE
Mahasiswa dapat memahami teknik pemeriksaan tinja cara apung dan dapat
a. Alat
1. Lidi
2. Beaker Gelas 30 ml
3. Tabung Reaksi
4. Cover Slide
5. Cawan Petri
6. Botol volume 10 ml
7. Mikroskop Binokuler
8. Slide
b. Bahan
1. Larutan NaCl
2. Sampel Feces
15
16
1. Sebelumnnya siapkan cover slide yang bebas dari lemak dengan cara:
2. Tuang campuran tadi ke dalam cawan petri masukan cover slide yang
keluarkan dan keringkan dengan kain kasa. Simpan pada cawan petri
yang kering.
6. Tuangkan semua larutan NaCl ke dalam beaker gelas dan campur baik-
baik.
7. Tuang isi gelas kimia kedalam tabung reaksi sampai penuh. Buang
permukaan larutan
10. Dengan hati-hati cover slider diambil dan di letakkan di atas slide.
3.1. Hasil
trichiura
Strongyloides Negatif(-)
stercoralis
3.2. Pembahasan
di gunakan adalah NaCl jenuh,NaCl kali ini di buat dengan bahan gabungan
dapur yang di campurkan dengan aquadest hingga garam dapur tidak larut
Kotoran feses yang melekat pada telur dapat terlepas dengan adanya
Kekurangan
17
18
lagi.
dalam praktikum ini. Berarti, tidak terinfeksi parasit. Hasil negatif pada
Sampel atau feses diperoleh dari orang yang sehat (tidak terinfeksi
mikroskop.
dibuahi (telur fertil) dan telur yang belum dibuahi (telur infertil). Telur yang
kuningan diliputi lapisan albuminoid yang tidak rata, isinya embrio yang
tempayan kayu atau biji melon, berwarna cokelat, dan memiliki 2 kutub
berwarna dan berdinding tipis yang tembus sinar. (Soedarto 2011). Ciri-ciri
telur yang telah disebutkan di atas tidak terdapat pada pengamatan feses
dilakukan dengan benar, metode ini sensitif, sederhana, ekonomis dan mudah
dilakukan.
sulit dibedakan satu dengan yang lain, perbedaan hanya sedikit dalam hal
penderita, setelah 1-2 hari akan menetas menjadi larva rabditiform. Setelah
Larva ini berukuran 500 700 , tidak mempunyai rongga mulut dan bulbus
terdapat pada pengamatan feses Irfan dengan metode harada mori sehingga
tempat (di tanah), tidak menggunakan alas kaki dalam kegiatan sehari-hari di
luar rumah dan sering sekali tidak mencuci tangan sebelum makan.
21
cacing dewasa. Pada saat larva menembus kulit terbentuk maculopapula dan
erithema yang sering disertai rasa gatal (ground itch). Migrasi larva ke paru
melekat dan melukai mukosa usus akan menimbulkan perasaan tidak enak di
perut, mual dan diare. Seekor cacing dewasa mengisap darah 0,2 0,3
mikrositer, type efisiensi besi. Biasanya gejala klinik timbul setelah tampak
sesak nafas, lemah dan pusing kepala. Kelemahan jantung dapat terjadi
karena perubahan pada jantung yang berupa hypertropi, bising katub serta
nadi cepat. Infeksi pada anak dapat menimbulkan keterbelakangan fisik dan
mental. Infeksi Ancylostoma duodenale lebih berat dari pada infeksi oleh
Oleh karena itu, untuk dapat mengatasi infeksi cacing secara tuntas,
maka upaya pencegahan dan terapi merupakan usaha yang sangat bijaksana
secara berkala setiap 6 bulan dapat pula dikerjakan. Menjaga kebersihan diri
dan lingkungan serta sumber bahan pangan adalah merupakan sebagian dari
cara-cara hidup sehat, terutama pada anak-anak usia sekolah dasar, dimana
usia ini merupakan usia yang sangat peka untuk menanamkan dan
keluarga untuk mencuci tangan sebelum makan. Memakai alas kaki jika
Tidak buang air besar sembarangan dan cuci tangan saat membasuh.
cacing setiap 6 bulan, terutama bagi yang risiko tinggi terkena infestasi
cacing, seperti petani, anak-anak yang sering bermain pasir, pekerja kebun,
tanah.
bulan pada anak untuk mengurangi angka kejadian infeksi ini pada suatu
daerah. Paduan yang serasi antara upaya prevensi dan terapi akan
(Athiroh, 2006}.
BAB IV
4.1 Kesimpulan
adalah negatif, yang artinya bahwa tidak ditemukan telur dalam feses yang
4.2 Saran
24
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing masih tetap ada dan masih
Indonesia. Hal ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang masih perlu
baik (Kadarsan,2005).
90% pada anak usia sekolah dasar. Salah satu penyakit infeksi yang masih
penularannya atau dalam siklus hidupnya melalui media tanah. Cacing yang
keadaan cacing yang masih hidup ataupun yang telah dipulas. Cacing yang
akan diperiksa tergantung dari jenis parasitnya. Untuk cacing atau protozoa
25
26
cacing ataupun larva yang infektif. Pemeriksaan feses ini juga di maksudkan
untuk mendiagnosa tingkat infeksi cacing parasit usus pada orang yang di
periksa fesesnya. Prinsip dasar untuk diagnosis infeksi parasit adalah riwayat
yang cermat dari pasien. Teknik diagnostik merupakan salah satu aspek yang
pada gejala klinik kurang dapat dipastikan (Gandahusada, Pribadi dan Herry,
2000).
BAB II
METODE
Mahasiswa dapat memahami teknik pemeriksaan tinja cara apung dan dapat
a. Alat
1. Lidi
2. Beaker Gelas 30 ml
3. Tabung Reaksi
4. Cover Slide
5. Cawan Petri
6. Botol volume 10 ml
7. Mikroskop Binokuler
8. Slide
b. Bahan
1. Larutan NaCl
2. Sampel Feces
3.
27
28
1. Sebelumnnya siapkan cover slide yang bebas dari lemak dengan cara: buat
2. Tuang campuran tadi ke dalam cawan petri masukan cover slide yang akan
dan keringkan dengan kain kasa. Simpan pada cawan petri yang kering.
6. Tuangkan semua larutan NaCl ke dalam beaker gelas dan campur baik-
baik.
7. Tuang isi gelas kimia kedalam tabung reaksi sampai penuh. Buang bagian
permukaan larutan
10. Dengan hati-hati cover slider diambil dan di letakkan di atas slide.
3.1 Hasil
trichiura
Strongyloides Negatif(-)
stercoralis
3.2 Pembahasan
di gunakan adalah NaCl jenuh,NaCl kali ini di buat dengan bahan gabungan
dapur yang di campurkan dengan aquadest hingga garam dapur tidak larut
Kotoran feses yang melekat pada telur dapat terlepas dengan adanya
Kekurangan
lagi.
29
30
dalam praktikum ini. Berarti, tidak terinfeksi parasit. Hasil negatif pada
Sampel atau feses diperoleh dari orang yang sehat (tidak terinfeksi cacing
parasit usus).
Pada saat diambil fesesnya, cacing belum bertelur sehingga tidak ditemukkan
dibuahi (telur fertil) dan telur yang belum dibuahi (telur infertil). Telur yang
kuningan diliputi lapisan albuminoid yang tidak rata, isinya embrio yang
Ascaris lumbricoides.
tempayan kayu atau biji melon, berwarna cokelat, dan memiliki 2 kutub jernih
berwarna dan berdinding tipis yang tembus sinar. (Soedarto 2011). Ciri-ciri
telur yang telah disebutkan di atas tidak terdapat pada pengamatan feses Rizqi,
lonjong mirip cacing tambang, mempunyai dinding tipis dan transparan. Telur
pemeriksaan tinja yang lain dalam mendeteksi cacing tambang. Jika dilakukan
dengan benar, metode ini sensitif, sederhana, ekonomis dan mudah dilakukan.
dibedakan satu dengan yang lain, perbedaan hanya sedikit dalam hal
penderita, setelah 1-2 hari akan menetas menjadi larva rabditiform. Setelah
Larva ini berukuran 500 700 , tidak mempunyai rongga mulut dan bulbus
terdapat pada pengamatan feses Irfan dengan metode harada mori sehingga
disebabkan oleh:
tanah), tidak menggunakan alas kaki dalam kegiatan sehari-hari di luar rumah
cacing dewasa. Pada saat larva menembus kulit terbentuk maculopapula dan
erithema yang sering disertai rasa gatal (ground itch). Migrasi larva ke paru
dan melukai mukosa usus akan menimbulkan perasaan tidak enak di perut,
mual dan diare. Seekor cacing dewasa mengisap darah 0,2 0,3 ml/hari,
efisiensi besi. Biasanya gejala klinik timbul setelah tampak adanya anemi,
pada infeksi berat, haemoglobin dapat turun hingga 2 gr %, sesak nafas, lemah
dan pusing kepala. Kelemahan jantung dapat terjadi karena perubahan pada
jantung yang berupa hypertropi, bising katub serta nadi cepat. Infeksi pada
Oleh karena itu, untuk dapat mengatasi infeksi cacing secara tuntas,
maka upaya pencegahan dan terapi merupakan usaha yang sangat bijaksana
secara berkala setiap 6 bulan dapat pula dikerjakan. Menjaga kebersihan diri
dan lingkungan serta sumber bahan pangan adalah merupakan sebagian dari
cara-cara hidup sehat, terutama pada anak-anak usia sekolah dasar, dimana
usia ini merupakan usia yang sangat peka untuk menanamkan dan
Membudayakan kebiasaan dan perilaku pada diri sendiri, anak dan keluarga
Tidak buang air besar sembarangan dan cuci tangan saat membasuh.
khusus.
bulan, terutama bagi yang risiko tinggi terkena infestasi cacing, seperti petani,
anak-anak yang sering bermain pasir, pekerja kebun, dan pekerja tambang
pirantel pamoat (combantrin dan lain-lain) merupakan anti cacing yang efektif
dan albendazole 10 mg/kg BB) dosis tunggal diberikan tiap 6 bulan pada anak
untuk mengurangi angka kejadian infeksi ini pada suatu daerah. Paduan yang
serasi antara upaya prevensi dan terapi akan memberikan tingkat keberhasilan
yang memuaskan, sehingga infeksi cacing secara perlahan dapat diatasi secara
BAB IV
4.1 Kesimpulan
adalah negatif, yang artinya bahwa tidak ditemukan telur dalam feses yang
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta.
Cacingan.
Flynn,R.J. 1973. Parasites Of Laboratory Animal. The Low State University Press
Llinonois.
Galuh. Patwa, AMAK. 1998.Parasit P.T.Media Sarana Press: Jakarta. Diakses dari
Jakarta.
FKUI: Jakarta.
Penerbit FKUI.
EGC.
Jakarta.
Jakarta.
Herry D.I,Wita Pribadi. 1998. Parasitologi Kedokteran. Edisi III FKUI: Jakarta.
Jakarta. EGC.
Noble, Inge. 1961. Parasitologi Kedokteran. Edisi IV. Buku Penerbit FKUI:
Jakarta.
39
Villages of Jember.
Cetakan I: Jakarta.
Poorwo, Soedarmo S, Sri Rezeki S, Hindra I. 2008. Buku Ajaran Infeksi dan
EGC.
Samad Helma. 2009. Hubungan Infeksi Dengan Pencemaran Tanah Oleh Telur
Sri Rezeki S, Hindra I. 2008. Buku Ajaran. Infeksi dan Pediatri Tropis. Edisi I