Anda di halaman 1dari 12

HIPERPITUITARY

Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Hiperpituitary adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi hipofisisme
sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu hormone hipofise atau lebih.
Hormon hormon hipofisis lainnya sering dikeluarkan dalam kadar yang lebih rendah. (Asuhan
Keperawatan Klien Dengan Gangguan Kelenjar Hipofise) (Hotma Rumahardo, 2000 : 36).
2. Anatomi

3. Fisiologi Kelenjar Hipofisis.


Hipofisis merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak di dalam struktur
bertulang (sela tursika) di dasar otak. Sela tursika melindungi hipofisa tetapi memberikan ruang
yang sangat kecil untuk mengembang.
Jika hipofisa membesar, akan cenderung mendorong ke atas, seringkali menekan daerah otak yang
membawa sinyal dari mata dan akan menyebabkan sakit kepala atau gangguan penglihatan.
Hipofisa mengendalikan fungsi dari sebagian besar kelenjar endokrin lainnya. Hipofisa dikendalikan
oleh hipotalamus, yaitu bagian otak yang terletak tepat diatas hipofisa. Hipotalamus dan hipofisis
dihubungkan oleh sistem portal hipotalamo-hipofisis.Melalui sistem tersebut releasing hormon dari
hipotalamus mencapai hipofisis, sehingga hipofisis mudah melepaskan hormon-hormon. ( Guyton
& Hall, 2008. Hal 964).
Hipofisa memiliki 2 bagian yang berbeda, yaitu lobus anterior (depan) dan lobus posterior
(belakang).Hipotalamus mengendalikan lobus anterior (adenohipofisa) dengan cara melepaskan
faktor atau zat yang menyerupai hormon, melalui pembuluh darah yang secara langsung
menghubungkan keduanya. Pengendalian lobus posterior (neurohipofisa) dilakukan melalui impuls
saraf.
Dengan mengetahui kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berada dibawah kendali
hipofisa (kelenjar target), maka hipotalamus atau hipofisa bisa menentukan berapa banyak
perangsangan atau penekanan yang diperlukan oleh hipofisa sesuai dengan aktivitas kelenjar
target. Hormon yang dihasilkan oleh hipofisa (dan hipotalamus) tidak semuanya dilepaskan terus
menerus. Sebagian besar dilepaskan setiap 1-3 jam dengan pergantian periode aktif dan tidak aktif
( Sylvia A. Price, Hal 1214)

A. Fungsi Lobus Anterior


Lobus anterior merupakan 80% dari berat kelenjar hipofisa. Jika hormon yang dilepaskan terlalu
banyak atau terlalu sedikit, maka kelenjar endokrin lainnya juga akanmelepaskan hormon yang
terlalu banyak atau terlalu sedikit.
Lobus anterior menghasilkan hormon yang pada akhirnya mengendalikan produksi dari semua
organ endokrin lain, antara lain:
1. GH/growth hormone/ hormon pertumbuhan/somatotropik hormone/STH
Sekresi dirangsang oleh growth hormone releasing hormone/GHRH (dari hipotalamus).
GH diperlukan untuk:
Pertumbuhan somatik dan mempertahankan ukuran yang telah dicapai.
Mampu meningkatkan metabolisme lemak

Chabellenz Page 1
Dapat meningkatkan aliran gula ke otot dan lemak,merangsang pembentukan protein di
hati dan otot serta memperlambat pembentukan jaringan lemak,dan mengaktifkan faktor
pertumbuhan yang menyerupai insulin
Efek jangka panjang dari hormon pertumbuhan adalah menghambat pengambilan dan
pemakaian gula sehingga kadar gula darah meningkat dan meningkatkan pembentukan
lemak dan kadar lemak dalam darah. Kedua efek tersebut sangat penting karena tubuh
harus menyesuaikan diri dengan kekurangan makanan ketika berpuasa dan dapat
digunakan sebagai cadangan sumber energi.

2. ACTH ( adenocorticotropic hormone )


Pelepasan ACTH dipengaruhi oleh cortricotropin releasing hormone dari hipotalamus.
Berfungsi: merangsang pertumbuhan dan fungsi korteks adrenal untuk mengatur produksi
kortisol dan beberapa steroid yang menyerupai testosteron (androgenik)
Tanpa kortikotropin,kelenjar adrenal akan mengkisut (atrofi) dan berhenti menghasilkan
kortisol, sehingga terjadi kegagalan kelenjar adrenal. Beberapa hormon lainnya dihasilkan
secara bersamaan dengan kortikotropin, yaitu beta-melanocyte stimulating hormone, yang
mengendalikan pigmentasi kulit serta enkefalin dan endorfin, yang mengendalikan persepsi
nyeri, suasana hati dan kesiagaan.

3. TSH (thyroid-stimulating hormone) / hormon tirotropin


Pelepasan TSH dipengaruhi oleh thyrotropin releasing hormon (TRH) dari hipotalamus.
Berfungsi:
Merangsang pertumbuhan
merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid
Terlalu banyak TSH menyebabkan pembentukan tiroid yang berlebihan (hipertiroidisme),
terlalu sedikit TSH menyebabkan berkurangnya pembentukan hormon tiroid (hipotiroidisme).

4. LH (luteinizing hormone)/ interstisial cell stimulating hormone ( ICSH )


merupakan gonadotropin, pada laki-laki LH berfungsi merangsang sekresi testosteron oleh
sel leydig (sel interstitial testis). Pada wanita LH mengendalikan sekresi estrogen dan
progesteron oleh korpus luteum dalam ovarium, merangsang pelepasan sel telur setiap
bulannya dari indung telur& untuk merangsang pembentukan folikel de graff dalam
ovarium.

5. FSH (follicle-stimulating hormone)


merupakan gonadotropin. Pada wanita, FSH merangsang pembentukan estrogen oleh sel sel
folikel dan progesteron,merangsang pelepasan sel telur setiap bulannya dari indung telur&
untuk merangsang pembentukan folikel de graff dalam ovarium. Pada laki-laki ,FSH
berfungsi merangsang tubulus seminiferus untuk meningkatkan pembentukan sperma.

6. hormon prolaktin/ luteotrofin


Pelepasannya dipengaruhi oleh prolactin releasing hormon/PRH.
Berfungsi : mengendalikan sekresi air susu, dan memepertahankan adanya korpus luteum
selama hamil.

B. Fungsi Lobus Posterior


Lobus posterior hanya menghasilkan 2 macam hormon, yaitu hormon antidiuretik dan
oksitosin. Sesungguhnya kedua hormon ini dihasilkan oleh sel-sel saraf di dalam hipotalamus,
sel-sel saraf ini memiliki tonjolan-tonjolan (akson) yang mengarah ke hipofisa posterior, dimana

Chabellenz Page 2
hormon ini dilepaskan.Hormon antidiuretik dan oksitosin tidak merangsang kelenjar endokrin
lainnya, tetapi langsung mempengaruhi organ target
1. Hormon antidiuretik (vasopresin)
Pelepasan ADH dipengaruhi keadaan kurang cairan/dehidrasi. Sel targetnya adalah tubulus
dan arteriol.
berfungsi :
meningkatkan TD
meningkatkan absorsi di tubulus distal
menurunkan kerja otot saluran GI
meningkatkan penahanan air oleh ginjal
Hormon ini membantu tubuh menahan jumlah air yang memadai.Jika terjadi dehidrasi, maka
reseptor khusus di jantung, paru-paru. Otak dan aorta, mengirimkan sinyal kepada kelenjar
hipofisa untuk menghasilkan lebih banyak hormon antidiuretik. Kadar elektrolit (misalnya
natrium, klorida dan kalium) dalam darah harus dipertahankan dalam angka tertentu agar sel-
sel berfungsi secara normal. Kadar elektrolit yang tinggi (yang dirasakan oleh otak) akan
merangsang pelepasan hormon antidiuretik.
Pelepasan hormon antidiuretik juga dirangsang oleh nyeri, stress, olah raga, kadar gula darah
yang rendah, angiotensin, prostaglandin dan obat-obat tertentu (misalnya klorpropamid, obat-
obat kolinergik dan beberapa obat yang digunakan untuk mengobati asma dan emfisema).
Alkohol, steroid tertentu dan beberapa zat lainnya menekan pembentukan hormon
antidiuretik. Kekurangan hormon ini menyebabkan diabetes insipidus, yaitu suatu keadaan
dimana ginjal terlalu banyak membuang air.
2. Hormon Oksitosin
Pelepasan oksitosin dipengaruhi oleh hisapan dan persalinan. Sel targetnya adalah uterus dan
payudara.
berfungsi :
menyebabkan kontraksi rahim selama proses persalinan dan segera setelah persalinan
untuk mencegah perdarahan
merangsang kontraksi sel-sel tertentu di payudara yang mengelilingi kelenjar susu
Pengisapan puting susu merangsang pelepasan oksitosin oleh hipofisa. Sel-sel di dalam
payudara berkontraksi, sehingga air susu mengalir dari dalam payudara ke puting susu.

4. Etiologi
Hiperpituitari dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus, penyebab
mencakup :
a. Adenoma primer salah satu jenis sel penghasil hormone, biasanya sel penghasil GH, ACTH atau
prolakter.
b. Tidak ada umpan balik kelenjar sasaran, misalnya peningkatan kadar TSH terjadi apabila sekresi
HT dan kelenjar tiroid menurun atau tidak ada. (Buku Saku Patofisiologis, Elisabeth, Endah P.
2000. Jakarta : EGC)
Kelenjar pituitary memproduksi hormone pertumbuhan dalam jumlah berlebihan. Jika
hiperpituitarisme terjadi sebelum penutupan epiphiseal, pasien ( bayi dan anak-anak) menderita
gigantisme, yang mengakibatkan seluruh jaringan tubuh tumbu terlalu cepat. Jika hiperpituitarisme
terjadi setelah penutupan epiphiseal, yang jarang sekali terjadi, pasien mengalami acromegaly
yang menyebabkan penebalan tulang, bertamba lebar. Dan pembesaran organ-organ
( visceromegaly).
( DiGiulio,Mery, 2014)

5. Manifestasi klinis

Chabellenz Page 3
a. Perubahan bentuk dan ukuran tubuh serta organ organ dalam (seperti tangan, kaki, jari jari
tangan, lidah, rahang, kardiyamegali)
b. Impotensi
c. Visus berkurang
d. Nyeri kepala
e. Perubahan siklus menstruasi (pada klien wanita), infertilitas
f. Libido seksual menurun
g. Kelemahan otot, kelelahan dan letargi
(Ensiklopedi tubuh manusia).

6. Patofisiologi.
Hiperfungsi hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk bergantung pada sel mana dari kelima
sel-sel hipofise yang mengalami hiperfungsi. Kelenjar biasanya mengalami pembesaran disebut
adenoma makroskopik bila diameternya lebih dari 10 mm atau adenoma mikroskopik bila
diameternya kurang dari 10 mm, yang terdiri atas 1 jenis sel atau beberapa jenis sel. Adenoma
hipofisis merupakan penyebab utama hiperpituitarisme. Penyebab adenoma hipofisis belum
diketahui. Adenoma ini hampir selalu menyekresi hormon sehingga sering disebut functioning
tumor.
Kebanyakan adalah tumor yang terdiri atas sel-sel penyekresi GH, ACTH dan prolaktin. Tumor yang
terdiri atas sel-sel pensekresi TSH-,LH- atau FSH- sangat jarang terjadi. Functioning tumor yang
sering di temukan pada hipofisis anterior adalah:
a. Prolactin-secreting tumor ( tumor penyekresi prolaktin ) atau prolaktinoma.
Prolaktinoma (adenoma laktotropin) biasanya adalah tumor kecil, jinak, yang terdiri atas sel-sel
pensekresi prolaktin.
Gejala khas pada kondisi ini sangat jelas pada wanita usia reproduktif dan dimana terjadi tidak
menstruasi, yang bersifat primer dan sekunder, galaktorea (sekresi ASI spontan yang tidak ada
hubungannya dengan kehamilan), dan infertilitas.
b. Somatotroph tumors ( hipersekresi pertumbuhan )
Adenoma somatotropik terdiri atas sel-sel yang mengsekresi hormon pertumbuhan. Gejalah
klinik hipersekresi hormon pertumbuhan bergantung pada usia klien saat terjadi kondisi ini.
Misalnya saja pada klien prepubertas, dimana lempeng epifise tulang panjang belum menutup,
mengakibatkan pertumbuhan tulang-tulang memanjang sehingga mengakibatkan gigantisme.
Pada klien postpubertas, adenoma somatotropik mengakibatkan akromegali, yang ditandai
dengan perbesaran ektremitas ( jari, tangan, kaki ), lidah, rahang, dan hidung. Organ-organ
dalam juga turut membesar ( misal; kardiomegali). Kelebihan hormon pertumbuhan
menyebabkan gangguan metabolik, seperti hiperglikemia dan hiperkalsemia. Pengangkatan
tumor dengan pembedahan merupakan pengobatan pilihan. Gejala metabolik dengan tindakan
ini dapat mengalami perbaikan, namun perubahan tulang tidak mengalami reproduksi.
c. Corticotroph tumors ( menyekresi ardenokortikotrofik /ACTH )
Adenoma kortikotropik terdiri atas sel-sel pensekresi ACTH. Kebanyakan tumor ini adalah
mikroadonema dan secara klinis dikenal dengan tanda khas penyakit Cushings.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar prolaktin serum ; ACTH, GH
b. CT Scan / MRI
c. Pengukuran lapang pandang
d. Pemeriksaan hormon
e. Angiografi
f. Tes toleransi glukosa
g. Tes supresi dengan dexamethason (Hotman Rumahardo, 2000 : 40).

Chabellenz Page 4
Gigantisme
Definisi
Gigantisme adalah pertumbuhan abnormal dari seluruh tubuh karena kelenjar hypophysis
memproduksi hormon berlebihan. Penyakit ini ditandai oleh pembesaran dan penebalan tulang dahi,
rahang, kaki, dan tangan secara berangsur. Penyakit ini berlangsung lambat dan baru diketahui
setelah penderita memasuki usia menengah. kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi Growth
Hormone (GH) yang berlebihan dan terjadi sebelum dewasa atau sebelum proses penutupan epifisis
Etiologi
Gigantisme Primer atau Hipofisis, di mana penyebabnya adalah adenoma hipofisis. Gigantisme
Sekunder atau hipothalamik, disebabkan oleh karena hipersekresi GHRH dari Hipothalamus.
Gigantisme yang disebabkan oleh tumor ektopik (paru, pankreas, dll) yang mensekresi GH.
Gigantisme disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan. Keadaan ini dapat diakibatkan tumor
hipofisis yang menyekresi GH atau karena kelainan hipotalamus yang mengarah pada pelepasan GH
secara berlebihan. Gigantisme dapat terjadi bila keadaan kelebihan hormone pertumbuhan terjadi
sebelum lempeng epifisis tulang menutup atau masih dalam masa pertumbuhan. Penyebab kelebihan
produksi hormone pertumbuhan terutama adalah tumor pada sel-sel somatrotop yang menghasilkan
hormone pertumbuhan
Patofisiologi
Sel asidofilik, sel pembentuk hormone pertumbuhan di kelenjar hipofisis anterior menjadi sangat
aktif atau bahkan timbul tumor pada kelenjar hipofisis tersebut. Hal ini mengakibatkan sekresi
hormone pertumbuhan menjadi sangat tinggi. Akibatnya, seluruh jaringan tubuh tumbuh dengan
cepat sekali, termasuk tulang. Pada Gigantisme, hal ini terjadi sebelum masa remaja, yaitu sebelum
epifisis tulang panjang bersatu dengan batang tulang sehingga tinggi badan akan terus meningkat
(seperti raksasa).
Biasanya penderta Gigantisme juga mengalami hiperglikemi. Hiperglikemi terjadi karena produksi
hormone pertumbuhan yang sangat banyak menyebabkan hormone pertumbuhan tersebut
menurunkan pemakaian glukosa di seluruh tubuh sehingga banyak glukosa yang beredar di pembuluh
darah. Dan sel-sel beta pulau Langerhans pancreas menjadi terlalu aktif akibat hiperglikemi dan
akhirnya sel-sel tersebut berdegenerasi. Akibatnya, kira-kira 10 persen pasien Gigantisme menderita
Diabetes Melitus. Pada sebagian besar penderita Gigantisme, akhirnya akan menderita
panhipopitutarisme bila Gigantisme tetap tidak diobati sebab Gigantisme biasanya disebabkan oleh
adanya tumor pada kelenjar hipofisis yang tumbuh terus sampai merusak kelenjar itu sendiri.
Manifestasi klinis Gigantisme :
- Pertumbuhan linier yang cepat.
- Tanda tanda wajah kasar
- pembesaran kaki dan tangan
- Pada anak muda, pertumbuhan cepat kepala dapat mendahului pertumbuhan linier
- Beberapa penderita memiliki masalah penglihatan dan perilaku
- Pertumbuhan abnormal menjadi nyata pada masa pubertas
- Jangkung dapat tumbuh sampai ketinggian 8 kaki atau lebih

Akromegali
Definisi
Akromegali adalah pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan hormon pertumbuhan yang
berlebihan dan terjadi pada usia 30-50 tahun
Etiologi
Pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan hampir selalu disebabkan oleh tumor hipofisa jinak
(adenoma)
Manifestasi klinis

Chabellenz Page 5
- Tulang mengalami kelainan bentuk, bukan memanjang. Gambaran tulang wajah menjadi kasar,
tangan dan kakinya membengkak.
- Penderita memerlukan cincin, sarung tangan, sepatu dan topi yang lebih besar.
- Rambut badan semakin kasar sejalan dengan menebal dan bertambah gelapnya kulit.
- Kelenjar sebasea dan kelenjar keringat di dalam kulit membesar, menyebabkan keringat
berlebihan dan bau badan yang menyengat.
- Pertumbuhan berlebih pada tulang rahang (mandibula) bisa menyebabkan rahang menonjol
(prognatisme).
- Tulang rawan pada pita suara bisa menebal sehingga suara menjadi dalam dan serak. Lidah
membesar dan lebih berkerut-kerut. Tulang rusuk menebal menyebabkan dada berbentuk
seperti tong. Sering ditemukan nyeri sendi; setelah beberapa tahun bisa terjadi artritis
degeneratif yang melumpuhkan. Jantung biasanya membesar dan fungsinya sangat terganggu
sehingga terjadi gagal jantung.
- Kadang penderita merasakan gangguan dan kelemahan di tungkai dn lengannya karena
jaringan yang membesar menekan persarafan. Saraf yang membawa sinyal dari mata ke otak
juga bisa tertekan, sehingga terjadi gangguan penglihatan, terutama pada lapang pandang
sebelah luar.
- Sakit kepala hebat
Patofisiologi
Bila tumor asidofilik timbul sesudah masa dewasa muda-yakni, sesudah epifisis tulang panjang
bersatu dengan batang tulang maka orang itu tidak dapat tumbuh lebih tinggi lagi, namun jaringan
ikat longgarnya masih terus tumbuh dan tebal tulangnya msih terus tumbuh. Perbesaran tadi
terutama dapat di lihat pada tulang tulang kecil tangan dan kaki serta pada tulang membranosa,
termasuk tulang tengkorak, hidung, penonjolan tulang dahi , tepi supraorbital, bagian bawah rahang,
dan bagian tulang vertebra, sebab pada masa dewasa muda pertumbuhan tulang tulang ini tidak
berhenti. Akibatnya, tulang rahang tampak menonjol ke depan, kadang kala sampai setengah inci ke
depan, dahi menyempit ke depan sebab pertumbuhan tepi supraorbitalnya sangat besar, hidung
membesar sampai dua kali ukuran normal, kakinya membutuhkan sepatu berukuran 14 atau lebih
besar, dan jari jarinya menjadi sangat tebal

5. Penatalaksanaan
a) Terapi
Dikenal 2 macam terapi, yaitu:
1. Terapi pembedahan (Hipofisektomi melalui nasal atau jalur transkranial )
Tindakan pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal dua macam pembedahan
tergantung dari besarnya tumor yaitu : bedah makro dengan melakukan pembedahan pada
batok kepala (TC atau trans kranial) dan bedah mikro (TESH atau trans ethmoid sphenoid
hypophysectomy). Cara terakhir ini (TESH) dilakukan dengan cara pembedahan melalui
sudut antara celah infra orbita dan jembatan hidung antara kedua mata, untuk mencapai
tumor hipofisis. Hasil yang didapat cukup memuaskan dengan keberhasilan mencapai kadar
HP yang diinginkan tercapai pada 70 90% kasus. Keberhasilan tersebut juga sangat
ditentukan oleh besarnya tumor.
Pembedahan Transphenoidal
Pendekatan transphenoidal sering digunakan dalam melakukan reseksi suatu adenoma. Sela
tursika dicapai melalui sinus sphenoid, dan tumor diangkat dengan bantuan suatu mikroskop
bedah. Insisi dibuat antara gusi dan bibir atas. Pendekatan ini pun digunakan untuk
memasang implant. Suatu lubang dibuat pada durameter pada jalan masuk sela tursika.
Biasanya dirurup dengan lapisan fascia yang diambil dari tungkai, sehingga pasien harus
disiapkan untuk insisi tungkai. Penampilan ini dilakukan untuk mencegah bocornya cairan

Chabellenz Page 6
serebrospinal (CSF). Kebocoran CSF dapat terjadi beberapa hari postoperatif tapi harus
ditutup. Hidung mungkin mempet dan suatu sling perban ditempatkan dibawahnya untuk
mengabsorpsi drainage.
Monitoring terhadap adanya kebocoran CSF perlu dilakukan.
Data-data berikut harus diperhatikan :
a. Keluhan postnasal drip.
b. Menelan yang konstan.
c. Adanya halo ring pada nasal sling atau balutan (tanda berupa cairan CSF yang jernih
disekeliling cairan serosa yang lebih gelap ditengahnya).
d. Memeriksa ada tidaknya glukosa pada drainase nasal.
Cairan serebrospinal mengandung glukosa, sedangkan cairan nasal tidak. Jika tes
glukosa positif, bahan pemeriksaan harus dikirim ke laboratorium untuk konfirmasi lebih
lanjut.
Jika terdapat kebocoran yang menetap, pasien dianjurkan untuk tirah baring dengan kepala
terangkat untuk menggantikan tekanan pada tambalan yang sudah ditentukan. Seringkali
kebocoran CSF sembuh dengan sendirinya, tetapi kadang-kadang diperlukan perbaikan
dengan tindakan operasi. Aktivitas yang meningkatkan tekanan intrakranial harus dihindari.
Nyeri kepala dapat timbul dan dapat diobati dengan analgetik nonnarkotik tau cordein.
Nyeri kepala persisten atau rigiditas nuchal (kaku kuduk) dapat memberikan petunjuk akan
adanya meningitis dan hal ini harus segera dilaporkan. Karena kemungkinan terjadinya risiko
infeksi, maka antibiotik profilaktif dapat diberikan saat preoperatif atau postoperatif.

Intervensi keperawatan lainnya bagi pasien dengan operasi transphenoidal meliputi hal berikut :
1. Memberikan cairan peroral dan diet cairan jernih segera setelah pasien sadar dan tak lagi merasa
mual setelah tinadakan anastesia.
2. Meningkatkan diet yang sesuai (anorexia dapat timbul karena menurutnya sensasi penciuman).
3. Meyakinkan pasien bahwa kehilangan sensasi penciuman hanya sementara dan akan membaik
segera setelah penutup hidung nasal sling diangkat.
4. Memberikan O2 dengan kelembaban tertentu untuk menjaga kelembaban mukosa nasal dan oral.
5. Melakukan perawatan mulut
a. Jangan menggosok gigi (untuk mencegah distrupsi benangjahitan).
b. Menggunakan kapas halus dan lembab pada saat membersihkan gigi.
c. Sering melakukan bilas mulut.
b. Pembedahan transfontal
Jika tumor hipofise dibawah tulang-tulang dari sella tursika (ekstra sellar), kraniotoomi dilakukan
untuk mendapatkan suatu lapang operasi yang cukup. Tumor-tumor intraserebral lain, penyakit-
penyakit atau trauma terhadap struktur-struktur yang berdekatan dengan hipofise atau dapat
menyebabkan disfungsi hipofise sementara maupun permanen.

2. Terapi radiasi
Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan operasi tidak
memungkinkan, dan menyertai tindakan pembedahan kalau masih terdapat gejala akut
setelah terapi pembedahan dilaksanakan.Radiasi memberikan manfaat pengecilan tumor,
menurunkan kadar GH , tetapi dapat pula mempengaruhi fungsi hipofisis. Penurunan kadar
GH umumnya mempunyai korelasi dengan lamanya radiasi dilaksanakan. Eastment dkk
menyebutkan bahwa, terjadi penurunan GH 50% dari kadar sebelum disinar (base line level),
setelah penyinaran dalam kurun waktu 2 tahun, dan 75% setelah 5 tahun penyinaran.
Radiasi hipofisis dilakukan pada pasien dengan adenoma hipofisis yang besar yang tidak
seluruh tumor bisa di angkat. 80% dari pasien dengan akromegali dapat disembuhkan

Chabellenz Page 7
dengan radiasi. Selain mual dan muntah, efek samping radiasi yang paling sering ditemukan
adalah hipopituitarisme.

b) Pemberian obat
Bromocriptine ( parloden ) : suatu dopamine. Merupakan obat pilihan pada kelebihan prolaktin.
Pada mikroadenoma, prolaktin dapat normal kembali. Juga diberikan pada klien dengan
akromegali, untuk mengurangi ukuran tumor.Observasi efek samping pemberian bromokriptin
seperti: hipotensi ortostatik, iritasi lambung, mual, kram abdomen, konstipasi, bila ada efek
samping di atas kolaborasi dengan dokter, berikan obat-obatan setelah klien makan (tidak
diberikan di antara waktu makan).

6. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan fungsi target organ
Pemeriksaan ACTH, TSH, FSH dan LH serta hormone nontropik
Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormone dan dengan melakukan
efeknya terhadap kadar hormone sarum
Foto rongen kepala dan tulang kerang tubuh dengan CT scan
Pengukuran lapang pandang
Tes toleransi glukosa
Tes supresi dengan dexamethason (Hotman Rumahardo, 2000 : 39).
7. Penyuluhan kesehatan pasien dan keluarga
Pasien bersama keluarganya memerlukan penyuluhan kesehatan dan dukungan tentang
perubahan pada citra tubuh, kecemasan, disfungsi seksual, intoleransi aktifitas dan obat yang
diteruskan dirumah. Pasien pascareseksi transfenoidal perlu di beritahu untuk menghindari kegiatan
yang bisa mengakibatkan peningkatan tekanan intracranial, misalnya : membungkuk, bersin, batuk
dan maneuver valsalva ketika defekasi. Pasien perlu menghindari konstipasi. Pasien memerlukan
bantuan ketika melakukan aktifitas hidup sehari-hari karena ia cepat merasa lelah.
8. Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan dilakukan sebelum tindakan pembedahan dilaksanakan. Setelah tindakan
transpenoidal hipofisektomi, perawat menjelaskan agar klien menghindari aktivitas yang dapat
menghambat penyembuhan seperti mengejan, batuk dll. Juga jelaskan agar klien mengindahkan
faktor-faktor yang dapat mencegah obstipasi seperti makan makanan tinggi serat, minum air yang
cukup, pelunak feses bila diperlukan.
Klien tidak menyikat gigi 1-2 minggu sampai penyembuhan sempurna, cukup berkumur setiap kali
setelah makan. Jelaskan bahwa sensasi hilang rasa pada daerah insisi adalah biasa, dapat
berlangsung 3- 4 bulan. Oleh karena itu anjurkan klien memeriksakan gusinya untuk mengetahui
adanya lesi dan perdarahan dengan menggunakan cermin setiap hari.Setelah operasi, pemberian
hormon
untuk memepertahankan keseimbangan cairan. Jelaskan penggunaan obat-obatan dan jelaskan pula
perlunya tindak lanjut secara teratur.

Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat penyakit
2. Kaji usia, jenis kelamin dan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
3. Kaji riwayat penyakit, Tanyakan manifestasi klinis dari peningkatan prolaktin, GH dan ACTH mulai
dirasakan
4. Keluhan utama, meliputi :
Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ-organ tubuh seperti jari-jari, tangan, dll.
Dispaneuria dan pada pria disertai dengan impotensia

Chabellenz Page 8
Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman
Libido seksual menurun
Perubahan tingkat energi, kelelahan, dan letargi.
Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman.
Nyeri kepala, kaji P, Q, R, S, T.
Gangguan penglihatan seperti menurunnya ketajaman penglihatan ganda, dsb.
Kesulitan dalam hubungan seksual.
Perubahan siklus menstruasi ( pada klien wanita ) mencakup keteraturan, kesulitan hamil
Impotensi

5. Pemeriksaan fisik dan masalah klinik yang sering di jumpai, meliputi :


Amati bentuk wajah, khas apabila ada hipersekresi GH seperti bibir dan hidung besar, dagu
menjorok ke depan
Amati adanya kesulitan mengunyah dan geligi yang tidak tumbuh dengan baik
Pemeriksaan ketajaman penglihatan akibat kompresi saraf optikus, akan dijumpai penurunan
visus
Amati perubahan pada persendian dimana klien mengeluh nyeri dan sulit bergerak
Peningkatan perspirasi pada kulit menyebabkan kulit basah karena berkeringat
Suara membesar karena hipertropi laring
Pada palpasi abdomen, didapat hepatomegali dan splenomegali
Hipertensi
Disfagia akibat lidah membesar
Pada perkusi dada dijumpai jantung membesar.

a. Data Subjektif
1. Kelemahan dan pola tidur
2. Pola makan ( fekuensi dan asupan makanan)
3. Higiene khusus dan kebutuhan untuk bercukur
4. Riwayat kardiovaskular
5. Polaintake dan output cairan
6. Rasa tidak nyaman
7. Penggunaan obat obatan
8. Riwayat reproduksi
9. Penggunaan medikasi
10. Kelainan endokrin dan pengelolaannya

b. Data Objektif
1. Tinggi dan berat badan
2. Proporsi tubuh
3. Jumlah dan distribusi masa obat
4. Distribusi lemak
5. Pigmentasi kulit
6. Distribusi rambut

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
2) Disfungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido ; infertilitas impotent
3) Nyeri kepala yang berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor

Chabellenz Page 9
4) Perubahan sensori perseptual (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan transmisi
impuls akibat kompresi tumor pada nervus optikus

Diagnosa keperawatan tambahan yang juga dijumpai adalah


1) Nyeri (kepala,punggung) yang berhubungan dengan tekanan jaringan oleh tumor; hormon
pertumbuhan yang berlebihan
2) Takut yang berhubungan dengan ancaman kematian akibat tumor otak
3) Ansietas yang berhubungan dengan ancaman terhadap perubahan status kesehatan
4) Koping individu takefektif yang berhuhubungan dengan hilangnya kontrol terhadap tubuh
5) Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan kelemahan,latergi

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
Tujuan: Dalam waktu 2 sampai 3 minggu klien akan memiliki kembali citra tubuh yang positif
Intervensi keperawatan :
- Non pembedahan
Intervensi:
a. Klien dengan kelebihan GH, Dorong klien agar mau mengungkapkan pikiran dan
perasaannya terhadap perubahan penampilan tubuhnya
Rasional : Agar perawat dapat mengetahui apa yang dirasakan oleh klien sehubungan
perubahan tubuhnya.
b. Bantu klien mengidentifikasi kekuatannya serta segi-segi positif yang dapat dikembangkan
oleh klien
Rasional : Agar klien mampu mengembangkan dirinya kembali
c. Klien dengan kelebihan prolaktin,yakinlah klien bahwa sebagian gejala dapat berkurang
dengan pengobatan ( ginekomastia, galaktorea )
Rasional : agar klien tetap optimis dan berfikir positif selama pengobatan. Dorong klien
untuk mengungkapkan perasaannya
b. Pemberian obat-obatan
1. Kolaborasi pemberian obat-obat seperti: bromokriptin (parloden). Merupakan obat pilihan pada
kelebihan prolaktin. Pada mikroadenoma, prolaktin dapat normal kembali. Juga diberikan pada
klien dengan akromegali, untuk mengurangi ukuran tumor.
2. Observasi efek samping pemberian bromokriptin seperti: hipotensi ortostatik, iritasi lambung,
mual, kram abdomen, konstipasi, bila ada efek samping di atas kolaborasi dengan dokter,
berikan obat-obatan setelah klien makan (tidak diberikan di antara waktu makan
3. Kolaborasi pemberian terapi radiasi. Terapi radiasi tidak diberikan pada hiperpituitarisme
akut.partikel alfa atau proton beam sebagai sumber radiasi lebih efektif tetapi responnya lambat
4. Awasi efek samping terapi radiasi seperti: hipopituitarisme, kerusaka nervus optikus, disfungsi
okulomotorius, perubahan lapang pandang

2) Disfungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido ; infertilitas impotent.


Tujuan: Klien akan mencapai tingkat kepuasan pribadi dari fungsi seksual. Intervensi:
- Identifikasi masalah spesifik yang berhubungan dengan pengalaman pada klien terhadap
fungsi seksualnya.
Rasional : agar perawat dapat mengetahui masalah seksual klien dan lebih terbuka
kepada perawat.
- Dorong klien agar mau mendiskusikan masalah tersebut dengan pasangannya.
Rasional : agar klien mendapat hasil mufakat bersama pasangannya.

Chabellenz Page 10
- Kolaborasi pemberian obat obatan bromokriptin, Bila masalah ini timbul setelah
hipofisektomi, kolaborasi pemberian gonadotropin.

3) Nyeri kepala yang berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor


- Dorong klien agar mau mengungkapkan apa yang dirasakan.
Rasional : agar perawat mengetahui apa yang dirasakan klien
- Kaji skala nyeri
Rasional : untuk mengetahui intensitas dari nyeri dan untuk menentukan intervensi
selanjutnya
- Berikan tehnik relaksasi dan distraksi
Rasional : pengalihan perhatian dapat mengurangi rasa nyeri.
- Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi rasa nyeri.
Rasional : pemberian obat analgetik untuk mengurangi nyeri

4) Perubahan sensori perseptual (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan


transmisi impuls akibat kompresi tumor pada nervus optikus.
- Dorong klien agar mau melakukan pemeriksaan lapang pandang.
Rasional : agar perawat mengetahui jarak lapang pandang klien.

Perawatan Preoperasi
- Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang dilakukan
- Menjelaskan penggunaan tampon hidung selama 2-3 hari pasca operasi. Anjurkan klien
bernafas melalui mulut selama pemasangan tampon
- Menjelaskan penggunaan balut tekan yang ditempatkan dari bawah hidung, menggosok gigi,
batuk, bersin, karena hal ini dapat menghambat penyembuhan luka
- Menjelaskan berbagai prosedur diagnostik yang diperlukan sebagai persiapan operasi seperti
pemeriksaan neurologik, hormonal, lapang pandang, swab tenggorok untuk pemeriksaan kultur
dan sensitivitas
- Pendidikan kesehatan dilakukan sebelum tindakan pembedahan dilaksanakan. Setelah tindakan
transpenoidal hipofisektomi, perawat menjelaskan agar klien menghindari aktifitas yang dapat
menghambat penyembuhan seperti mengejan, batuk, dll. Juga jelaskan agar klien
mengindahkan faktor-faktor yang dapat mencegah obstipasi seperti makan makanan tinggi
serat, minum air yang cukup, pelunak feses bila diperlukan.

Perawatan Pascaoperasi
- Amati respon neurologik klien dan catat perubahan penglihatan, disorientasi dan perubahan
kesadaran serta penurunan kekuatan motorik ekstrimitas
- Amati pula komplikasi pascaoperasi yang lazim terjadi seperti transient insipidus (diabetes
insipidus sesaat)
- Anjurkan klien untuk melaporkan pada perawat bila terjadi pengeluaran sekret dari hidung
- Tinggikan posisi kepala 30-45 derajat
- Kaji drainase nasal baik kualitas maupun kuantitas
- Hindari batuk, ajarkan klien bernafas dalam, lakukan hygiene oral secara teratur
- Kaji tanda-tanda infeksi
- Kolaborasi pemberian gonadotropin, kortisol ; sebagai dampak hipofisektomi.

Chabellenz Page 11
Chabellenz Page 12

Anda mungkin juga menyukai