Anda di halaman 1dari 22

PROTISTA MIRIP HEWAN: FILUM ACETOSPORA DAN FILUM

MYXOZOA

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Protista yang Dibina oleh Bapak Drs.
Masjhudi, M.Pd. dan Ibu Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si., M.Si.

Disusun oleh :
KELOMPOK 3
OFFERING B

Intan Ayu Idha Wulandari NIM 160341606095


I Wayan Agung K. S. NIM 160341606070
Maulidina Nur Izzati NIM 160341606037
Moniq Indah Setyo Ningsih NIM 160341606083

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Februari 2017
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puja dan puji syukur kehadirat ALLAH SWT karena
rahmat dan hidayahNya kami selaku anggota kelompok dapat menyelesaikan tugas
makalah teoritis ini untuk memenuhi salah satu syarat tugas mata kuliah Protista
dan penulis juga ingin mengetahui karakteristik dan peranan organisme protista
mirip hewan yang tergolong dalam filum Acetospora dan filum Myxozoa. Dalam
makalah yang kami buat ini, kami mendapatkan judul Protista Mirip Hewan Filum
Acetospora dan Filum Myxozoa.

Dengan segala kerendahan hati kami sebagai anggota kelompok menyadari


bahwa penulisan di dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan tidak
luput dari kesalahan. Hal ini mengingat kemampuan dan pengalaman serta
pengetahuan yang kami miliki sangat terbatas untuk menghasilkan karya program
maupun karya tulis yang baik. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
dari semua pihak sangat kami harapkan. Walaupun demikian, kami selaku
kelompok mengharapkan makalah dan hasil pembahasan mengenai protista mirip
hewan Filum Acetospora dan Filum Myxozoa ini dapat berguna bagi semua pihak
khususnya bagi kami selaku mahasiswa.

Penulisan makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari beberapa pihak
yaitu yang paling utama adalah kedua orang tua kami tercinta yang telah
mengijinkan kami meluangkan waktu untuk belajar kelompok.

Kami tidak bisa membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada
kami,namun semoga Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang membalas
segala kebaikan dan bantuan dengan balasan yang berlimpah.Amin.

Malang, 14 Februari 2017


Penyusun

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... iii
ABSTRAK..................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah................................................................ 4
1.3 Tujuan Penulisan................................................................. 4
1.4 Manfaat Penulisan................................................................ 4
1.4 Metode Penulisan................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Filum Acetospora................................................................. 5
2.2 Filum Myxozoa.................................................................... 7
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan.............................................................................. 16
3.2 Saran.................................................................................... 16
DAFTAR RUJUKAN................................................................................... 17

ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Haplosporodium sp........................................................................ 5
Gambar 2. Acetospora..................................................................................... 6
Gambar 3. Acetospora..................................................................................... 6
Gambar 4. Struktur histologi tiram timur yang terinfeksi MSX....................... 7
Gambar 5. Myxobolus cerebralis.................................................................... 13
Gambar 6. Siklus hidup Myxobolus cerebralis................................................ 15

iii
ABSTRAK

Intan Ayu, I Wayan Agung, Maulidina Nur, Moniq Indah. 2017. Protista
Mirip Hewan: Filum Acetospora dan Filum Myxozoa. Makalah.
Universitas Negeri Malang. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Jurusan Biologi. Dosen Pembimbing: Drs.
Masjhudi, M.Pd. dan Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si., M.Si.

Subkingdom protozoa terdiri atas tujuh filum, diantaranya adalah Filum


Acetospora dan Filum Myxozoa. Anggota Filum Acetospora bersifat parasit
obligat ekstraseluler, dengan ciri spora yang kehilangan sumbat di kutub
atau filamen. Semua anggota Filum Myxozoa bersifat parasit obligat
ekstraseluler pada ikan air tawar dan ikan air laut. Parasit tersebut memiliki
spora dengan satu sampai enam filamen kutub yang berbentuk gulungan.

Kata kunci : protozoa, acetospora, myxozoa

1
ABSTRACT

Intan Ayu, I Wayan Agung, Maulidina Nur, Moniq Indah. 2017. Protista
Mirip Hewan: Filum Acetospora dan Filum Myxozoa. Paper.
State University of Malang. Faculty of Mathematic and Science.
Biology Department. Lecturers: Masjhudi, M.Pd. and Sitoresmi
Prabaningtyas, S.Si., M.Si.

Subkingdom protozoa consists of seven phylums, including Phylum


Acetospora and Phylum Myxozoa. Phylum Acetospora members are
obligate parasites extracellular, with characteristic spores lose stopper at the
poles or filaments. All members of Phylum Myxozoa are obligate parasites
extracellular in freshwater fish and saltwater fish. The parasite has spores
with one to six pole-shaped filament windings.

Keywords : protozoa, acetospora, myxozoa

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kata protista berasal dari Bahasa Yunani, yaitu protos yang
artinya pertama/mula-mula, dan ktistos yang artinya
menyusun/membuat. Kingdom protista merupakan kingdom yang
terdiriri atas organisme eukariotik yang masih sangat sederhana.
Kingdom protista dibagi menjadi tiga subkingdom yaitu protista mirip
hewan (protozoa), protista mirip tumbuhan (alga/ganggang), dan protista
mirip jamur (jamur lendir dan jamur air).
Subkingdom protista mirip hewan disebut Protozoa. Protozoa
berasal dari Bahasa Yunani, yaitu proto yang artinya pertama dan zoa
yang artinya hewan. Protozoa memperlihatkan organisme yang terdiri
atas satu sel (uniseluler), namun tidak menunjukkan bahwa protozoa
merupakan organisme sederhana. Bahkan protozoa lebih kompleks
daripada sel dari organisme tinggat tinggi. Pada beberapa filum dari
protozoa, sekelompok sel membentuk koloni dimana hubungan dari
setiap individu sel tidak tergantung satu dengan lainnya untuk sebagian
besar fungsi kehidupan. Namun pada beberapa protozoa yang berbentuk
koloni hubungan antara sel penyusunnya dapat menjadi lebih kompleks
dengan beberapa individu menjadi terspesialisasi sehingga sulit
membedakan antara koloni dengan organisme multiseluler.
Para protozoologist yaitu orang yang khusus mempelajari
protozoa sepakat bahwa protozoa adalah kategori subkingdom yang
terdiri atas 7 filum. Ketujuh filum tersebut meliputi Sarcomastigophora,
Labyrinthomorpha, Apicomplexa, Microspora, Acetospora, Myxozoa,
dan Cilophora. Dasar pembagian subkingdom ke dalam beberapa filum
yaitu tipe inti sel, tipe reproduksi, dan mekanisme pergerakan. Jumlah
spesies dari protozoa lebih dari 38.000 spesies.
Dalam makalah ini akan membahas tentang dua filum yaitu Filum
Acetospora dan Filum Myxozoa. Anggota Filum Acetospora bersifat
parasit obligat ekstraseluler, dengan ciri spora yang kehilangan sumbat

3
di kutub atau filamen kutubnya. Filum Myxozoa umumnya disebut
sebagai myxosporeans, semua anggota bersifat parasit obligat
ekstraseluler pada ikan air tawar dan ikan air laut. Parasit tersebut
memiliki spora dengan satu sampai enam filamen kutub yang berbentuk
gulungan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana ciri khas Filum Acetospora ?
2. Bagaimana ciri khas Filum Myxozoa ?
3. Apa perbedaan Filum Acetospora dan Filum Myxozoa ?
4. Apa peran Filum Acetospora bagi kehidupan ?
5. Apa peran Filum Myxozoa bagi kehidupan ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui ciri khas Filum Acetospora.
2. Mengetahui ciri khas Filum Myxozoa.
3. Mengetahui perbedaan Filum Acetospora dan Filum Myxozoa.
4. Mengetahui peran Filum Acetospora bagi kehidupan.
5. Mengetahui peran Filum Myxozoa bagi kehidupan.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Dapat mengetahui ciri khas Filum Acetospora.
2. Dapat mengetahui ciri khas Filum Myxozoa.
3. Dapat mengetahui perbedaan Filum Acetospora dan Filum
Myxozoa.
4. Dapat mengetahui peran Filum Acetospora bagi kehidupan.
5. Dapat mengetahui peran Filum Myxozoa bagi kehidupan.
1.5 Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini metode penulisan yang digunakan
adalah metode kepustakaan, yaitu dalam pengumpulan data serta bahan-
bahannya, penulis mendapatkannya melalui berbagai referensi dari artikel
jurnal nasional, E-book maupun buku.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Filum Acetospora


Anggota filum Acetospora bersifat parasit obligat ekstraseluler,
dengan ciri spora yang kehilangan sumbat di kutub atau filamen
kutubnya. Contoh anggota filum ini yaitu Haplosporodium bersifat
parasit dalam sel, jaringan, dan rongga tubuh hewan molluska.

Gambar 1. Haplosporodium sp
Sumber : Rahayu, 2014

Haplosporodium sp bersifat parasit obligat dan merupakan patogen


dalam tiram. Salah satu spesiesnya yakni adalah Haplosporodium nelsoni.
Parasit ini menyebabkan penyakit MSX (Multinucleate Sphere X) pada
Crassostrea virginica dan Crassostrea gigas. Infeksi oleh H. nelsoni
berlangsung antara pertengahan Mei dan akhir Oktober. Kematian dari
infeksi baru terjadi sepanjang musim panas dan puncaknya pada bulan Juli
atau Agustus. MSX pertama kali terdeteksi dua dekade lalu di Sungai
Damariscotta, jantung industri tiram Maine.
Tahap plasmodium H. nelsoni terjadi interseluler dalam jaringan ikat
dan epitel. Spora H. nelsoni terjadi secara eksklusif di epitel tubulus
pencernaan. Sporulasi H. nelsoni langka menginfeksi tiram dewasa, tetapi
sering ditemukan pada tiram remaja yang terinfeksi.
MSX tidak berbahaya bagi manusia, dan dapat hadir dalam jumlah
kecil tanpa menyakiti tiram. Infeksi biasanya fatal; kematian terjadi dalam

5
1-3 bulan setelah infeksi. Tanda-tanda inang yang terinfeksi parasit ini
adalah kelenjar pencernaan pucat, tampak kurus, tidak ada pertumbuhan
cangkang baru. Siklus hidupnya tidak diketahui tetapi kemungkinan
menggunakan inang antara dalam daur hidupnya.

Gambar 2. Haplosporodia-like sporonts (arrow) in the gill connective


tissues of Alaskan razor clam.
Sumber : Desser, 1995.

Gambar 3. Histological section showing various stages of haplosporidia-


like sporonts (arrow) and spore development in the gill connective tissues
of Alaskan razor clam
Sumber : Desser, 1995.

6
Gambar 4. Struktur histologi tiram timur yang terinfeksi MSX.
Sumber : Desser, 1995.

2.2 Filum Myxozoa


Filum Myxozoa adalah parasit metazoa mikroskopis dengan tubuh
sangat sederhana . Dimensi dari myxospora, terlihat pada tahap dalam inang
ikan , biasanya antara seper seratus hingga seper duaratus milimeter.
Myxozoa terdiri dari beberapa sel, yang berubah menjadi katup-katup
cangkang , kapsul polar mirip nematocyst dengan filamen polar spiral yang
dapat dipanjangkan , dan serbuk infektif amoeboid.
Filum Myxozoa adalah kombinasi dari dua akar Yunani yaitu myxo
artinya lendir dan Zoa hewan. Anggota Myxozoa adalah parasit intraseluler
invertebrata, terutama ikan tetapi terjadi pada amfibi dan reptil tertentu.
Identifikasi Myxozoa sebagai kelompok hewan adalah contoh
spektakuler dari perpaduan bukti dari banyak jalan sejarah alam , biologi sel
, pengembangan , ultrastruktur , biologi molekuler , dan lain-lain.
Klasifikasi taksonomi telah menempatkan Myxozoans dalam
kelompok yang disebut Sporozoa, kelas dalam Protozoa (misalnya Kudo
1966). Grell (1973) tampak bingung untuk berurusan dengan Myxozoans
(dia menyebutnya (Myxosporidia) dan menempatkan mereka bersama-sama
dengan Microsporidia di kelas pasti dari Protozoa disebut "Cnidosporidia".
Dengan munculnya sistem 5 kerajaan, kelompok sporozoan klasik naik
status filum-tingkat dalam kerajaan baru. Dalam sistem itu, Margulis dan
Schwartz (1988), Sleigh et al. (1984), dan Weiser (1985a) menaikkan status

7
Cnidosporidia filum-tingkat. Kemudian, bukti dari biologi sel,
pengembangan, dan ultrastruktur menunjukkan bahwa kelompok
Cnidosporidian yang sangat berbeda dan tidak membentuk pengelompokan
alam.
Asosiasi Myxozoans dengan kerajaan hewan pertama kali diusulkan
oleh Weill (1938, dikutip dalam Lom 1990), namun mulai memasuki arus
utama biologi sistematis dengan Lom (1990) yang mendukung hipotesis
Weill, bahwa kesamaan struktural yang luar biasa antara kapsul kutub
Myxozoa dan Nematocysts dari Cnidaria menyarankan bahwa Myxozoa
berevolusi dari kelompok hewan. Secara khusus, Weill (1938, dikutip dalam
Lom 1990) mengusulkan bahwa Myxozoa berevolusi dari Narcomedusae
yang menyerupai larva Myxozoa dalam bentuk dan gaya hidup yaitu
beberapa Narcomedusae juga parasit. Lom (1990) lebih lanjut menyatakan
bahwa Myxozoa memiliki tingkat tertinggi diferensiasi selular di antara salah
satu kelompok protista. Karakteristik ini juga konsisten dengan asal-usul
non protista.
Smothers et al (1994), menegaskan bukti struktural dengan bukti
molekuler bahwa Myxozoa adalah metazoans. Siddall et al (1995),
menyajikan bukti yang meyakinkan bahwa Myxozoa adalah hewan
Coelenterate. Myxozoa mempunyai Spora multisel , bentuk kapsul dengan
satu atau lebih polar, parasit pada ikan dan invertebrata.
Contoh: Ceratomyxa, Myxidium.

Klasifikasi
Dunia : Protozoa
Filum : Myxozoa
Kelas : Myxosporea
Ordo : Bivalvulida
Sub ordo : Platysporina
Family : Myxobolidae
Genus : Myxobolus

8
Morfologi
Spora parasit berbentuk bulat dengan bagian anterior meruncing, berukuran
10-20 mm dan mempunyai dua buah kapsul polar dibagian anterior spora.
Parasit ini membentuk pansporoblast yang menghasilkan dua buah spora.

Habitat
Parasit tersebut terdapat pada insang. juga terdapat pada kulit. Parasit
ini berbentuk kista (mengandung spora-spora ) dan akan pecah apabila
matang. Spora-spora akan dilepaskan ke dalam air.

Daur Hidup
Spora berasal dari ikan mati yang terinfeksi, tetapi untuk menjadi
spora yang infektif parasit harus berada di dalam lumpur kolam terlebih
dahulu selama 4 sampai 5 bulan. Penyebaran infeksi melalui oligochaeta
sebagai inang perantara. Pada ikan Brown trout serangan parasit tidak
bersifat pathogen tetapi pada ikan salmonida lainnya sangat pathogen. Pada
inang yang rentang trophozoit ditemukan pada tulang rawan kepala 20 hari
setelah terinfeksi. Trophozoit akan tumbuh dan menghasilkan
pansporoblast. Spora dapat keluar dari tubuh inang bersamaan dengan
penguraian organ pada inang yang mati.

Tanda-tanda Serangan
Tanda-tanda klinis pada ikan yang terserang oleh parasit ini adalah
mempunyai ekor yang khas dan mudah dikenali, yaitu ekor ikan menjadi
berwarna gelap sehingga disebut black tail, tejadi deformasi tulang
sehingga ikan bengkok-bengkok bentuk tubuh, kepala atau rahangnya, dan
ikan memperlihatkan abnormalitas tingkah laku yaitu berenang berputar-
putar seperti sedanng mengejar ekornya sendiri. Gejala abnormalitas
tersebut dinamakan whirling.

9
Pencegahan
Infeksi parasit ini dapat dicegah dengan meniadakan ikan yang
rentan dan melarang import ikan dari daerah dimana penyakit tersebut
berada atau ikan yang telah terinfeksi, serta tidak menggunakan air yang
telah terkontaminasi.

Pengobatan
Myxobolus sp sebagai endo parasit seperti halnya endo parasit
lainnya, belum ada cara-cara pengobatan secara kimiawi yang dapat
dianjurkan, namun untuk mengurangi kerugian yang diderita sangatlah
dianjurkan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Semua fish-fry yang sudah mempunyai gejala sakit diambil.
2. Padat penebaran segera dikurangi dengan jalan memindahkan ke
kolam lain.
3. Memberi pakan yang cukup dan tepat.
4. Bekas kolam yang pernah ada serangan myxobolus dikeringkan dan
diberi kapur.

Contoh Spesies Myxozoa


1. Hoferellus cyprini

Klasifikasi Dan Morfologi


Filum : Myxozoa
Kelas : Myxosporea
Ordo : Bivalvulida
Subordo : Variisporina
Famili : Sphaerosporidae
Genus : Hoferellus
Spesies : Hoferellus cyprini (Doflein, 1898)

10
Secara morfologi, spora Hoferellus cyprini sama dengan deskripsi
Mitraspora cyprini (Fujita, 1912). Oleh karena itu, sebagian penulis
menganggap M. cyprini sebagai sinonim dari Hoferellus cyprini (Doflein,
1898).
Genus Hoferellus saat ini diklasifikasikan dalam keluarga
Sphaerosporidae (Lom 1990). Anggota family ini ditandai dengan memiliki
2 kapsul kutub di bagian anterior dari spora. Spora adalah bulat, bulat
segitiga, atau memanjang dan beberapa spesies memiliki caudal apendages.
Hoferellus cyprini dewasa memiliki panjang antara 20-30 mikron.

Siklus Hidup
Siklus hidup Hoferellus cyprini awalnya dipelajari oleh Plehn (1924).
Dalam penelitiannya ditemukan bahwa tahun perkembangan siklus dengan
produksi spora matang pada perantara akhir musim dingin. Selain formasi
plasmodial dan spora pada lumen tubulus ginjal, Hoferellus cyprini
dianggap intraseluler pada sel-sel epitel tubulus untuk menjadi tahap
perkembangan awal. Pada sekitar bulan April, spora terbentuk dalam
plasmodia pada ureter atau tubulus ginjal.
Pada bulan Oktober hingga November, trophozoites (sekitar 10 nm)
berkembang biak dalam sel epitel tubulus ginjal. Parasit berkembang ke
plasmodium multiseluler (beberapa puluh mm), di mana sel tersier dan
quartenery dibedakan. Plasmodium dilepaskan ke lumen, dan spora
terbentuk pada musim semi berikutnya, ketika suhu air meningkat
(Yokoyama et al, 1990a.). Spora yang dilepaskan di luar inang , dan dicerna
oleh Oligochaeta untuk perkembangan actinosporean (Yokoyama et al,
1993., Trouillier et al., 1996).
Pada negara empat musim, musim gugur merupakan tahap
perkembangan awal Hoferellus cyprini pada sinsitium sel terbentuk dari
epitel tubulus ginjal. Lom dan Dykov berpendapat bahwa setiap trofozoit
intraseluler sekunder, tersier dan kuartener sel terbentuk oleh pembelahan
internal. Pada permukaan tropozoid terdapat sel-sel sparoblast terdapat dua
kapsoid spora pada bagian ujungnya.

11
Redileksi
Hoferellus cyprini merupakan jenis parasit yang habitatnya di
perairan tawar. Beberapa jenis ikan yang terserang parasit Hoferellus cyprini
adalah ikan jenis Carrasius dan Cyprinidae. Predileksi dari parasit ini,
biasanya Hoferellus cyprini menginfaksi ikan pada bagian tubulus ginjal.
Sehingga hal ini mampu menyebabkan tubuh ikan yang sakit sering pada
bagian lateral perut membengkak ke arah satu sisi. Selain itu adalah ginjal
seperti tertekan kearah sisi kanan atau kiri tubuh ikan.

Agen Penyebab
Penyakit myxozoa pada ikan, termasuk Hoferellus cyprini dapat
menginfeksi ikan melalui agen penyebab atau vektor. Terutama jika ikan
sebelumnya dipelihara di kolam, penetasan, atau ditangkap di alam. Infeksi
dapat ditularkan melalui cacing Oligochaete, ikan, siput, atau tanaman air.
Hal ini karena cacing Oligochaete sering berperan sebagai makanan ikan,
dan ini juga dapat menjadi sumber infeksi.

Gejala Klinis
Penyakit ini ditandai dengan distensi abdomen. Tubuh ikan yang
sakit sering pada bagian lateral perut membengkak ke arah satu sisi. Selain
itu adalah ginjal seperti tertekan kearah sisi kanan atau kiri tubuh ikan.
Pada infeksi H. cyprini, trophozoites menempel pada epitel ginjal
dan tubulus ginjal ikan mas. Hal ini menyebabakan terjadinya hiperplasia
dan pembentukan syncytia, occluding lumen tubulus. Pada infeksi berat,
terjadi peradangan kronis dan fibroplasia, dan bias berakhir pada kematian
ikan.

Pengendalian
Sinar ultraviolet dan ozonisasi efektif untuk membunuh
Actinosporeans di air. Anggota Myxosporea sangat resisten terhadap
desinfektan. Sebagai pencegahan terhadap parasit kelas
Myxosporea membutuhkan klorin 1.600 ppm untuk perendaman selama

12
24 jam, atau 5.000 ppm selama 10 menit, untuk efektif untuk membunuh
spora infektif.

2. Myxoma cerebralis
Myxoma cerebralis adalah parasit myxosporean dari salmon atau di ikan
air tawar dan air laut yang menyebabkan penyakit whirling di ikan dalam
populasi ikan liar. Myxoma cerebralis ditemukan memerlukan oligochaete
tubificid (sejenis cacing tersegmentasi) untuk melengkapi siklus hidupnya.
Parasit menginfeksi inangnya dengan sel setelah menusuk mereka dengan
filamen polar dikeluarkan dari kapsul seperti nematocyst.

Klasifikasi dan Morfologi

Gambar 5. Myxobolus cerebralis


Sumber : Hofer, 1903

Klasifikasi Myxobolus cerebralis menurut Hofer,1903 adalah sebagai


berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Cnidaria
Class : Myxosporea
Ordo : Bivalvulida
Ordo : Myxosporida
Familia : Myxobolidae
Genus : Myxobollus
Spesies : Myxobollus cerebralis

13
Spora ini berbentuk lonjong atau oval dan kelihatan mendatar. Ujung
anterior memiliki dua kapsul polar (Markecick, 1951). Menurut Landsberg
(1985) bila dipandang dari depan ujung anterior hampir sama lebarnya
dengan ujung posterior. Dinding katup tidak begitu jelas. Memiliki dua
kapsulpolar yang berukuran sama, berpasangan berbentk labu, dengan
ujung-ujung anerior yang ramping bertemu pada ujung anterior spora.
Kapsul polar terletak pada sudut sumbu longitudinal dengan ujung-ujung
posterior disebelah luar (Molnar et al., 2002).

Siklus hidup
Myxobolus cerebralis memiliki siklus hidup dua inang yang
melibatkan ikan salmonid dan oligochaete tubificid. Sejauh ini, satu-satunya
rentan menyerang terhadap infeksi M. Cerebralis adalah Tubifex. Pertama,
myxospores yang dicerna oleh cacing tubificid . Dalam lumen usus cacing,
spora mengusir kapsul kutub mereka dan menempel pada epitel usus oleh
filamen polar. Kemudian memperbanyak sel, menghasilkan banyak sel
amoeboid oleh proses fisi sel aseksual disebut merogony. Sebagai hasil dari
proses penggandaan, ruang antar sel epitel dalam lebih dari 10 segmen
cacing lainnya dapat menjadi terinfeksi.
Sekitar 60-90 hari postinfection, tahap sel seksual parasit menjalani
sporogenesis, dan berkembang menjadi pansporocysts, masing-masing
berisi delapan spora triactinomyxon-tahap. Spora ini dilepaskan dari anus
oligochaete ke dalam air. Atau, ikan dapat terinfeksi dengan memakan
sebuah oligochaete terinfeksi. Tubificids terinfeksi dapat melepaskan
triactinomyxons setidaknya Spora triactinomyxon dilakukan oleh arus air, di
mana mereka dapat menginfeksi salmonid melalui kulit. Penetrasi ikan oleh
spora ini hanya memakan waktu beberapa detik. Dalam waktu lima menit,
kantung dari sel germinal yang disebut sporoplasm telah memasuki
epidermis ikan, dan dalam beberapa jam, sporoplasm terbagi menjadi sel-sel
individual yang akan menyebar melalui ikan.
Dalam ikan, baik intraseluler dan ekstraseluler tahap mereproduksi
dalam tulang rawan sebesar endogeny aseksual, berarti sel-sel baru tumbuh

14
dari dalam sel-sel lama. Tahap akhir dalam ikan adalah penciptaan
myxospore, yang dibentuk oleh sporogoni. Mereka dilepaskan ke
lingkungan saat ikan terurai atau dimakan. Beberapa penelitian terbaru
menunjukkan beberapa ikan mungkin mengusir myxospores layak saat
masih hidup.

Gambar 6. Siklus hidup Myxobolus cerebralis


Sumber : google

Gejala Infeksi
Ikan yang terserang akan menampkkan gejala klinis, timbulnya
bintil-bintil berwarna kemerah-merahan. Bintil ini sebenarnya merupakan
kumpulan dari ribuan spora. Bintil ini sering menyebabkan tutup insang ikan
selalu terbuka. Terdapat pembengkakan (bisul) disekitar punggung, apabila
bisul tersebut pecah akan mengeluarkan cairan keruh berwarna kuning.
Penyakit Myxosporeasis ini sangat berbahaya, sebab dapat mengakibatkan
kematian hingga 80%. Penyakit ini menimpa ikan remaja dan menyebabkan
deformasi tulang dan kerusakan saraf. Ikan yang terserang penyakit ini
terlihat seperti tidak berenang normal, sulit mencari makan, dan lebih rentan
terhadap predator. Tingkat kematian yang tinggi untuk bibit, hingga 90%
dari populasi yang terinfeksi, dan parasit ini berada di tulang rawan dan
tulang mereka. Mereka bertindak sebagai reservoir untuk parasit yang
dilepaskan ke dalam air setelah kematian ikan.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Filum Acetospora anggotanya bersifat parasite obligat ekstraseluler,
dengan ciri spora yang kehilangan sumbat di kutub atau filamen kutubnya.
Contoh dari anggota filum ini adalah Haplosporodium yang bersifat parasit
dalam sel, jaringan, dan rongga tubuh hewan molluska.
Filum Myxozoa umumnya disebut sebagai myxosporeans, semua
anggota dari filum ini bersifat parasite obligat ekstraseluler pada ikan air
tawar dan ikan akir laut. Parasit tersebut memiliki spora satu sampai enam
filamen kutub yang berbentuk gulungan. Contoh dari filum ini adalah
Myxosoma cerebralis dan Hoferellus cyprini yang bersifat parasit dalam
tubuh ikan.

3.2 Saran
Sebaiknya kita lebih banyak mencari referensi tentang Filum Acetospora
dan Filum Myxozoa supaya dapat memahami dengan baik mengenai materi
yang disajikan / dipresentasikan.

16
DAFTAR RUJUKAN

Desser, S.S. 1995. The demise of a phylum of protists: Myxozoa and other
parasitic Cnidaria. Journal of Parasitology 81: 961-967

Handajani, Hany dan Sri Samsundari. 2005. Parasit dan Penyakit Ikan. UMM
Press. Malang.

Molnr, K. Csaba, Gy. Kovcs-Gayer, va: Study of The Postulated


Identity of Hoferellus cyprini (Doflein, 1898) and Mitraspora cyprini
Fujita, 1912, Acta Veterinaria Hungarica, 1986. 34. (34.) 177181.

Molnar, et.all. 1989. Hoferellosis in Goldfish Carassius auratus and Gibel


Carp Carassius auratus gibelio. Diseases Of Aquatic Organisms
Journal. Vol. 7: 89-95, 198.

Molnar, Kalman. 2007. Site preference of myxozoans in the kidneys of


Hungarian fishes. Diseases Of Aquatic Organisms Journal. Vol.
78: 4553, 2007.

T. Tyml, I. Fiala and J. Lom. 2007. New data on Soricimyxum fegati


(Myxozoa) including analysis of its phylogenetic position inferred
from the SSU rRNA gene sequence. Folia Parasitologica 54: 272

17
18

Anda mungkin juga menyukai