BAB I
Taharah artinya bersuci dari najis dan hadas. Najis adalah kotoran yg menjadi sebab
terhalangnya seseorang untuk beribadah kepada Allah Swt. Sedangkan hadas adalah keadaan
tidak suci pada diri seorang muslim yang menyebabkan ia tidak boleh salat, tawaf, dan lain
sebagainya.
Apa saja yang harus dibersihkan?. Semua harus dibersihkan, termasuk badan, pakaian,
tempat dan lingkungan yang menjadi tempat segala aktivitas kita. Lebih-lebih tempat yang kita
gunakan untuk melaksanakan ibadah salat . Lokasi ibadah ini harus suci dari najis dan bersih
dari segala kotoran pasti akan menjadi lebih sempurna dan bermakna.
Taharah meliputi 2 hal yaitu: taharah dari najis dan taharah dari hadas. taharah dari
najis maksudnya adalah membersihkan sesuatu dari najis. Ada tiga macam najis, yaitu najis
mukhaffafah, najis Mutawassitah, dan najis mugalaah.
Najis mukhaffafah adalah najis yang ringan, seperti air seni bayi laki-laki yang belum
berumur dua tahun dan belum makan apapun kecuali air susu ibu. Cara menyucikannya sangat
mudah, cukup dengan memercikkan atau mengusapkan air yang suci pada permukaan yang
terkena najis.
Najis mutawassitah adalah najis pertengahan. Contoh najis jenis ini adalah darah, nanah,
air seni, tinja, bangkai binatang, dan sebagainya. Najis jenis ini ada dua macam, yaitu najis
hukmiyyah dan najis ainiyyah. Najis hukmiyyah diyakini adanya tetapi tidak nyata wujudnya
(zatnya), bau dan rasanya. Cara menyucikannya adalah cukup dengan mengalirkan air pada
benda yang terkena najis. Sedangkan najis ainiyyah adalah najis yang tampak wujudnya (zat-
nya) dan bisa diketahui melalui bau maupun rasanya. Cara menyucikannya adalah dengan
menghilangkan zat, rasa, warna, dan baunya dengan menggunakan air yang suci.
Najis mugaladah adalah najis yang berat. Najis ini bersumber dari anjing dan babi. cara
menyucikkannya melalui beberapa tahap, yaitu dengan membasuh sebanyak tujuh kali. Satu kali
diantaranya menggunakan air yang dicampur dengan tanah. Nah, kalian sudah mengetahui cara
bersuci dari najis..
Kita terkena hadas kecil apabila mengalami/melakukan salah satu dari 4 hal, yaitu:
1. Keluar sesuatu dari qubul (kemaluan) dan dubur,
2. Hilang akal (contoh tidur),
3. Bersentuhan kulit antara laki-laki dan perempuan yang bukan mukhrim, dan
4. Menyentuh qubul (kemaluan) dan dubur dengan telapak tangan.
Cara menyucikan hadas kecil dengan ber-wudu. Apabila tidak ada air atau karena sesuatu
hal, maka bisa dengan tayammum.
Bagaimana dengan hadas besar? Kita terkena hadas besar apabila mengalami/ melakukan
salah satu dari enam perkara, yaitu:
1. Berhubungan suami istri (setubuh),
2. Keluar mani,
3. Haid (menstruasi),
4. Melahirkan,
5. Nifas, dan
6. Meninggal dunia.
Cara menyucikannya adalah dengan mandi wajib, yaitu membasahi seluruh tubuh dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Apabila tidak ada air atau karena sesuatu hal, maka bisa
dengan tayammum.
Masalah hadas besar bagi perempuan menjadi sangat penting dan menarik untuk
dipelajari. Perempuan mengalami peristiwa khusus yang tidak dialami oleh seorang laki-laki.
Seorang perempuan mengalami peristiwa haid, nifas, dan terkadang istihadaah.
Darah yang keluar dari rahim perempuan ada beberapa macam. Ada yang dinamakan
haid, nifas, dan istihadaah. Pertama darah haid, yaitu darah yang keluar pada perempuan saat
kondisi sehat. Adapun ciri-ciri secara umum adalah kental, hangat, baunya kurang sedap, hitam,
merah tua, kemudian berangsur-angsur menjadi semakin bening.
Sebagian perempuan ada yang sudah mengalami haid saat mulai berumur 9 tahun.
Namun, rata-rata mereka mengalaminya pada usia belasan tahun.
Masa haid minimal adalah sehari semalam, biasanya 6 atau 7 hari, dan paling lama
adalah 15 hari. Kalau setelah 15 hari darah masih terus keluar, maka darah itu merupakan darah
istihadah (penyakit). Apabila kalian ada yang mengalami kondisi ini, segeralah berkonsultasi
dengan dokter.
Perlu diingat bahwa perempuan yang sedang haid tidak boleh melaksanakan salat ,
puasa, membaca dan menyentuh/memegang al-Quran, tawaf, berdiam diri di masjid,
berhubungan suami istri, dan cerai dari suami.
Kedua darah nifas, yaitu darah yang keluar sesudah melahirkan, setelah kosongnya rahim
dari kehamilan, meskipun hanya segumpal darah. Sedikit atau banyaknya darah nifas juga
bervariasi. Ada yang hanya satu tetes, keluar sehari, atau dua hari. Rata-rata perempuan
mengeluarkan darah nifas selama 40-an hari, dan paling lama 60 hari. Adapun cara mandi wajib
untuk perempuan yang nifas sama sebagaimana mandinya haid.
Ketiga darah istihadah, yaitu darah yang keluar tidak pada hari-hari haid dan nifas karena
suatu penyakit. Darah istihadah ada empat macam yaitu:
1. Keluar kurang dari masa haid;
2. Keluar lebih dari masa haid;
3. Keluar sebelum usia haid atau setelah masa menopause;
4. Keluar lebih lama dari maksimal masa nifas.
Seorang perempuan yang mengeluarkan darah istihadah tetap harus melaksanakan
kewajiban salat dan puasa. Apabila hendak salat maka bersihkan darah itu, pakailah pembalut,
kemudian ambillah air wudu.
Tata cara taharah dari najis sudah dijelaskan di awal bab ini, sedangkan tata cara taharah
dari hadas meliputi: mandi wajib, wudu dan, tayammum. Adapun sarana yang dapat digunakan
untuk taharah, yakni: air, debu, dan batu. Pada umumnya, orang bersuci menggunakan air.
Adapun air yang bisa dipakai untuk bersuci adalah air yang suci sekaligus menyucikan. Air jenis
ini merupakan air yang bersumber dari alam, baik yang keluar dari bumi maupun yang turun dari
langit, seperti air sumur, air sungai, air hujan, air laut, air danau, air embun, air salju, dan
sebagainya.
1. Mandi Wajib
Mandi wajib adalah mandi untuk menghilangkan hadas besar. Sering disebut juga mandi
janabat/ junub. Adapun cara mandi wajib adalah sebagai berikut.
a. Niat mandi untuk menghilangkan hadas besar. jika dilafalkan maka bacaanya sebagai berikut :
Saya niat mandi menghilangkan hadas besar karena Allah taala.
b. Menghilangkan najis apabila terdapat di badannya seperti bekas tetesan darah.
c. Membasahi seluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Pada saat mandi wajib, kita juga disunahkan untuk mambaca basmalah, mencuci kedua
tangan sebelum dimasukkan ke dalam bejana, ber-wudu terlebih dahulu, mendahulukan yang
kanan dari yang kiri, menggosok tubuh, dan sebagainya.
2. Wudu
Wudu adalah cara bersuci untuk menghilangkan hadas kecil. Adapun tata cara wudu
adalah sebagai berikut.
a. Niat dalam hati, jika dilafalkan maka bacaannya sebagai berikut :
Saya niat wudu menghilangkan hadas kecil karena Allah taala.
b. Disunahkan mencuci kedua telapak tangan, berkumur-kumur dan membersihkan lubang hidung.
c. Membasuh muka.
d. Membasuh kedua tangan sampai siku.
e. Mengusap kepala.
f. Disunahkan membasuh telinga.
g. Membasuh kaki sampai mata kaki.
h. Tertib (dilakukan secara berurutan).
i. Berdoa setelah wudu.
3. Tayammum
Tayammum adalah pengganti wudu atau mandi wajib. Hal ini dilakukan sebagai rukhah
(keringanan) untuk orang yang tidak dapat memakai air karena beberapa halangan (udur).
Suatu ketika, kita sedang memiliki hadas kecil atau besar. Sementara kita harus segera
salat. Namun, pada saat itu tidak tersedia air atau tidak bisa menggunakan air karena sesuatu hal.
Nah, solusinya adalah tayammum dengan menggunakan debu yang suci.
Jadi, tayammum dilakukan dengan menggunakan sarana debu yang suci. Debu
ini digunakan sebagai pengganti air. Apabila kita berada di dalam pesawat atau kendaraan, debu
yang digunakan untuk tayammum cukup mengusap debu yang ada di dinding pesawat atau
kendaraan.
Cara ini boleh dilakukan jika:
a. Tidak ada air dan telah berusaha mencarinya.
b. Berhalangan menggunakan air, misalnya karena sakit.
c. Telah masuk waktu salat .
Ber-tayammum itu mudah, caranya adalah sebagai berikut.
a. Niat (untuk dibolehkan mengerjakan salat );
Aku niat bertayammum untuk dapat mengerjakan salat, karena Allah taala.
b. Mengusap muka dengan tanah (debu yang suci);
c. Mengusap tangan kanan hingga siku-siku dengan debu;
d. Mengusap tangan kiri hingga siku-siku dengan debu
Betapa pentingnya bersuci (taharah) dalam kehidupan kita, baik dari najis maupun dari
hadas. Bersuci memiliki keutamaan dan manfaat yang luar biasa. Keutamaan-keutamaan itu,
antara lain:
a. Orang yang hidup bersih akan terhindar dari segala macam penyakit karena kebanyakan sumber
penyakit berasal dari kuman dan kotoran.
b. Rasulullah saw. bersabda bahwa orang yang selalu menjaga wudu akan bersinar wajahnya kelak
saat dibangkitkan dari kubur.
c. Dapat dijadikan sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt.
d. Rasulullah saw. menegaskan bahwa kebersihan itu sebagian dari iman dan ada ungkapan bijak
pula yang mengatakan kebersihan pangkal kesehatan.
SHOLAT BERJAMAAH
(Indahnya Kebersamaan dengan Berjamaah)
Salat berjamaah adalah Salat yang dikerjakan oleh dua orang atau lebih secara bersama-
sama dan salah seorang dari mereka menjadi imam, sedangkan yang lainnya menjadi makmum.
Nah, Salat lima waktu yang kita lakukan sangat diutamakan untuk dikerjakan secara
berjamaah, bukan sendiri-sendiri (munfarid). Kalian perlu tahu bahwa hukum Salat wajib
berjamaah adalah sunnah muakkadh, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan. Bahkan, sebagian
ulama mengatakan hukum salat berjamaah adalah fardu kifayah.
Keutamaan salat berjamaah bila dibandingkan salat munfarid adalah dilipatkan 27
derajat. Hadis Rasulullah saw.:
Dari Ibnu Umar r.a., Rasulullah saw. bersabda, salat berjamaah lebih utama
dibandingkan salat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.(H.R. Bukhari dan Muslim)
Keistimewaan lain bagi orang yang rajin alat berjamaah adalah akan dibebaskan oleh
Allah Swt. dari api neraka. Perhatikan keterangan dari hadis berikut ini.
Dari Anas bin Malik r.a., dari Nabi Muhammad saw., sesungguhnya beliau bersabda:
Barangsiapa salat di masjid dengan berjamaah selama empat puluh malam, dan tidak pernah
tertinggal pada rakaat pertama darisalat Isya, maka Allah akan membebaskan baginya dari
api neraka. (H.R. Ibnu Majah).
1. Syarat Sah Salat Berjamaah
Salat berjamaah sah apabila memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Ada imam.
b. Makmum berniat untuk mengikuti imam.
c. Salat dikerjakan dalam satu majelis.
d. Salat makmum sesuai dengan salat-nya imam.
Kedudukan imam dalam salat berjamaah sangat penting. Dia akan menjadi pemimpin
seluruh jamaah salat sehingga untuk menjadi imam ada syarat tersendiri. Syarat yang dimaksud
adalah :
a. Mengetahui syarat dan rukun salat, serta perkara yang membatalkan salat,
b. Fasih dalam membaca ayat-ayat al-Qur'an,
c. Paling luas wawasan agamanya dibandingkan yang lain,
d. Berakal sehat,
e. Ballig,
f. Berdiri pada posisi paling depan,
g. Seorang laki-laki (perempuan juga boleh jadi imam kalau makmumnya perempuan semua), dan
h. Tidak sedang bermakmum kepada orang lain.
Sedangkan syarat-syarat menjadi makmum adalah seperti berikut.
a. Makmum berniat mengikuti imam
b. Mengetahui gerakan salat imam,
c. Berada dalam satu tempat dengan imam,
d. Posisinya di belakang imam, dan
e. Hendaklah salat makmum sesuai dengan salat imam, misalnya imam salat Asar makmum juga
salat Asar
2 Makmum Masbq
Makmum Masbuq adalah makmum yang tidak sempat membaca surat al- Fatihah
bersama imam di rakaat pertama. Lawan katanya adalah makmum muwafiq, yakni makmum
yang dapat mengikuti seluruh rangkaian salat berjamaah bersama imam.
Jika kalian dalam kondisi ketinggalan berjamaah seperti ini, perlu kecermatan dalam
tata cara menghitung jumlah rakaat. Untuk itu, perhatikan beberapa ilustrasi peristiwa berikut.
Penjelasan ini sangat penting, siapa tahu kalian mengalaminya:
a. Pada saat makmum datang untuk berjamaah salat Asar, imam masih berdiri pada rakaat
pertama. Makmum berniat, takbiratul ihram, dan membaca al-Fatihah. Namun, sebelum selesai
membaca al-Ftihah imam rukuk, maka dalam keadaan ini makmum harus segera rukuk
mengikuti imam tanpa harus menyelesaikan bacaan al-Fatihah. Makmum semacam ini masih
dinyatakan mendapatkan seluruh rakaat bersama imam. Jadi, Pada saat imam menutup salat
dengan salam, makmum tersebut ikut salam.
b. Pada saat makmum datang untuk berjamaah salat 'Asar, imam sedang rukuk untuk rakaat
pertama. Makmum berniat, takbiratul ihram, dan membaca al-Fatihah meskipun hanya satu ayat.
Lalu, makmum segera rukuk mengikuti imam tanpa harus menyelesaikan bacaan al-Fatihah.
Makmum semacam ini masih dinyatakan mendapatkan seluruh rakaat bersama imam. Jadi, pada
saat imam menutup salat dengan salam, makmum tersebut ikut salam.
c. Pada saat makmum datang untuk berjamaah alat asar, imam sedang itidal atau sujud untuk
rakaat pertama. Makmum berniat, takbiratul ihram, dan langsung itidal atau sujud bersama
imam. Pada saat imam menutup salat dengan salam, makmum berdiri lagi untuk menambah
kekurangan rakaat yang belum selesai.
Pada saat makmum datang untuk berjamaah salat Asar, imam masih berdiri pada rakaat
pertama. Makmum berniat, takbiratul ihram, dan membaca al-Fatihah. Namun, sebelum selesai
membaca al-Fatihah imam rukuk, maka dalam keadaan ini makmum harus segera rukuk
mengikuti imam tanpa harus menyelesaikan bacaan al-Fatihah. Makmum semacam ini masih
dinyatakan mendapatkan seluruh rakaat bersama imam. Jadi, Pada saat imam menutup salat
dengan salam, makmum tersebut ikut salam.asi 2
Pada saat makmum datang untuk berjamaah salat 'Asar, imam sedang rukuk untuk rakaat
pertama. Makmum berniat, takbiratul ihram, dan membaca al-Fatitah meskipun hanya satu ayat.
Lalu, makmum segera rukuk mengikuti imam tanpa harus menyelesaikan bacaan al-Fatihah.
Makmum semacam ini masih dinyatakan mendapatkan seluruh rakaat bersama imam. Jadi, pada
saat imam menutup salat dengan salam, makmum tersebut ikut salam.
Pada saat makmum datang untuk berjamaah alat asar, imam sedang itidal atau sujud
untuk rakaat pertama. Makmum berniat, takbiratul ihram, dan langsung itidal atau sujud
bersama imam. Pada saat imam menutup salat dengan salam, makmum berdiri lagi untuk
menambah kekurangan rakaat yang belum selesai.
3. Halangan Salat Berjamaah
Salat berjamaah dapat ditinggalkan, kemudian melakukan salat sendirian (munfarid).
Faktor yang menjadi halangan itu adalah :
a. Hujan yang mengakibatkan susah menuju ke tempat salat berjamaah,
b. Angin kencang yang sangat membahayakan,
c. Sakit yang mengakibatkan susah berjalan menuju ke tempat salat berjamaah,
d. Sangat ingin buang air besar atau buang air kecil, dan
e. Karena baru makan makanan yang baunya sukar dihilangkan, seperti bawang, petai, dan
jengkol.
Nabi Muhammad saw. lahir pada hari Senin, 12 Rabiul Awwal bertepatan dengan
tanggal 20 April 571 Masehi.
Nabi Muhammad saw. lahir dalam keadaan yatim. Ayahnya, Abdullah bin Abdul
Muthalib wafat saat Nabi Muhammad saw. Masih berusia 6 bulan di dalam kandungan ibunya,
Siti Aminah. Saat bayi, Nabi Muhammad saw. diasuh oleh Halimah Sadiyah dari Bani Saad,
Kabilah Hawazin. Di perkampungan bani Saad inilah Nabi diasuh dan dibesarkan sampai usia 5
tahun.
Saat Nabi Muhammad saw. memasuki usia 6 tahun, ibunya wafat. Ia pun diasuh oleh
kakeknya, Abdul Mulib. Kakeknya adalah seorang pemuka Quraisy yang sangat disegani.
Nabi Muhammad saw. mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang sangat besar dari sang
kakek. Sayang, hanya dua tahun Nabi diasuh kakeknya. Abdul Muthalib meninggal saat Nabi
Muhammad saw. Berusia 8 tahun. Selanjutnya, Nabi Muhammad saw. diasuh oleh pamannya,
Abu Thalib sampai menginjak remaja.
Sejak diasuh oleh pamannya, Nabi Muhammad saw. berkembang sebagai seorang anak
yang mulai menginjak masa remaja. Di situlah Nabi Muhammad saw. diperkenalkan oleh
pamannya bagaimana cara menjalani hidup. Nabi Muhammad saw. mulai mencari pekerjaan
sebagai buruh di usianya yang baru sepuluh tahun agar dapat menghidupi dirinya sendiri.
Mulailah ia menjadi penggembala ternak milik orang lain di daerah gurun Mekah yang sangat
panas Ia makan dari tumbuhan liar yang terdapat di gurun.
Di gurun pasir itulah ia menghayati arti kehidupan. Kesulitan hidup, kesendirian, dan rasa
tanggung jawab menjadikannya lebih matang dari pada usianya.
Sang paman melihat kecerdasan dan kematangan keponakannya, maka pada usia 12
tahun, Nabi Muhammad saw. diperkenalkan kepada ilmu perniagaan. Nabi Muhammad saw.
yang masih remaja pun turut serta dalam pengelolaan ekonomi pamannya. Ia sudah ikut
membawa barang dagangan yang diambil dari majikannya, Siti Khadijah. Hampir 3 tahun Nabi
Muhammad saw. mengikuti pamannya untuk menjajakan barang dagangannya.
Ketika kafilah dagang mereka sampai di kota Basra di wilayah Syria Besar, seorang
pendeta terkenal di masa itu, Buhairah, menghampiri Abu Thalib dan mengatakan, Aku
mengenali anak muda ini sebagai sosok yang kelak akan dinobatkan sebagai rahmat bagi semesta
alam. Hal ini telah tertulis jelas dalam kitab-kitab kami. Buhairah selanjutnya menyarankan
kepada Abu Thalib, Lindungi anak muda ini dari orang-orang Yahudi, lebih baik bawa ia
kembali ke Mekah. Abu Thalib pun menuruti saran pendeta tersebut.
Pada usia 25 tahun, Nabi Muhammad saw. mulai berdagang sendiri tanpa bantuan
pamannya. Ia mengambil sendiri barang dagangannya dan memasarkannya. Ketika berdagang,
Nabi Muhammad saw. sangat jujur, tidak pernah membohongi para pembelinya. Nabi tidak
pernah mengambil keuntungan yang terlalu besar, selalu berkata sopan, ramah, dan penuh kasih
sayang.
Jadi, keberhasilan usaha dagang Nabi Muhammad saw. itu disebabkan oleh pribadi mulia
berikut ini:
1. Berpendirian teguh.
2. Memiliki semangat kerja yang tinggi.
3. Memiliki kejujuran yang luar biasa.
4. Menjunjung tinggi amanah atau kepercayaan yang diberikan orang lain.
5. Mampu menghadapi segala cobaan dan rintangan dalam perjalanan.
6. Menyamakan pelayanan terhadap para pembeli.
7. Memiliki sifat percaya diri.
8. Menampilkan keramahan dan kesopanan, serta kasih sayang kepada siapa saja.
Kejujuran, perilaku santun, kesopanan berbicara, kerja keras, dan kecerdasan Nabi
Muhammad saw. merebut hati setiap orang, termasuk Siti Khadijah. Pertama-tama ia meminta
Nabi Muhammad saw. untuk memasarkan barang dagangannya ke Syria. Hasilnya luar biasa.
Itulah yang membuat Siti Khadijah tertarik dan akhirnya menikah dengan Nabi Muhammad saw.
Mereka dikaruniai 7 orang anak, yaitu: Ibrahim, Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummi
Kulsum dan Fatimah.
) 4( ) 3( ) 2( ) 1(
)5(
(7) ) 6(
Wahai orang yang berkemul (berselimut)! bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan
agungkanlah Tuhanmu. dan bersihkanlah pakaianmu. Dan tinggalkanlah segala (perbuatan)
yang keji. dan janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan)
yang lebih banyak. Dan karena Tuhanmu, bersabarlah.(Q.S. al-Muddair/74:1-7)
Dakwah Nabi Muhammad
Dakwah Nabi Muhammad saw di Mekah
Dengan turunnya wahyu yang kedua, yaitu Q.S. al-Muddair/74: 1-7, Rasulullah saw.
mulai berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Nabi mengajak orang-orang yang terdekat
dengannya. Tujuannya, agar mereka lebih dulu percaya kepada seruannya dan mengikutinya.
Tempat yang beliau pilih untuk berdakwah adalah rumah al-Arqam bin Abil Arqam al Akhzami.
Orang-orang yang pertama kali memeluk Islam atau yang dikenal as-Sabiqn al-
Awwalun, Mereka adalah Siti Khadijah, Abu Bakar, Ali bin Abi Talib, Zaid bin Harisah, dan
Ummu Aiman.
Selain yang tersebut di atas, berkat bantuan Siti Khadijah dan Abu Bakar Siddiq, dari hari
ke hari bertambahlah orang-orang yang beriman kepada seruan beliau, baik pria maupun wanita.
Sahabat pria yang kemudian segera beriman, adalah: Usman bin Affan, Zubair bin
Awwam, Abdurrahman bin Auf, Abdullah bin Masd, Ammar bin Yasir, Yasir (bapak Amar),
Saad bin Zaid, Amir bin Abdullah, Usman bin Madlun, Qudamah bin Madlun, Abdullah bin
Madln, Khalid bin Saad, Saad bin Abi Waqqos, Thalhah bin Ubaidillah, Arqam bin Abil
Arqam, Jafar bin Abi Thalib, Khabab bin Al Art, Bilal bin Rabah, Abi Dzarim Al Ghafary, Abu
Salamah, Imran bin Hasyim, Hasyim (bapak Imran), Amir bin Saad, dan Ubaidah bin Al-
Haris.
Sementara itu, para wanitanya adalah: Shafiyyah binti Abdil Muthallib, Lubabah Ummul
Fadhal binti Haris, Ummu Salamah (istri Abu Salamah), Asma binti Abu Bakar, Asma binti
Amies (istri Jafar), Ratimah binti Khattab, Summiyah (Ibu Ammar).
Setelah Nabi Muhammad saw. berdakwah secara sembunyi-sembunyi, maka
turunlah wahyu yang ketiga, yaitu Q.S. al-Hijr/15: 94-95:
DEFINISI ILMU
Ilmu berasal dari bahasa Arab yaitu (alima, yalamu, ilman) yang berarti mengerti, memahami benar-
benar.
Ilmu dari segi Istilah ialah Segala pengetahuan atau kebenaran tentang sesuatu yang datang dari Allah
SWT yang diturunkan kepada Rasul-rasulNya dan alam ciptaanNya termasuk manusia yang memiliki
aspek lahiriah dan batiniah.
Ilmu dalam bahasa Inggris disebut science, sedangkan pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus
bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut
metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala gejala tertentu di bidang
(pengetahuan) itu.
1. Ilmu adalah sebagian pengetahuan yang bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur dan
dibuktikan.
2. Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan satu putusan
tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke objek yang sama dan
saling berkaitan secara logis.
4. Yang sering kali berkaitan dengan konsep ilmu adalah ide bahwa metode-metode yang berhasil dan
hasil-hasil yang terbukti pada dasarnya harus terbuka kepada semua pencari ilmu.
Menuntut ilmu adalah satu keharusan bagi kita kaum muslimin. Banyak sekali dalil yang menunjukkan
keutamaan ilmu, para penuntut ilmu dan yang mengajarkannya. Adab-adab dalam menuntut ilmu yang
harus kita ketahui agar ilmu yang kita tuntut berfaidah bagi kita dan orang yang ada di sekitar kita
sangatlah banyak. Adab- adab tersebut di antaranya adalah:
Hendaknya niat kita dalam menuntut ilmu adalah karena Allah Subhanahu wa Taala dan untuk negeri
akhirat. Apabila seseorang menuntut ilmu hanya untuk mendapatkan gelar agar bisa mendapatkan
kedudukan yang tinggi atau ingin menjadi orang yang terpandang atau niat yang sejenisnya, maka
Rasulullah telah memberi peringatan tentang hal ini dalam sabdanya: "Barangsiapa yang menuntut ilmu
yang pelajari hanya karena Allah Taala sedang ia tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan mata-
benda dunia, ia tidak akan mendapatkan bau surga pada hari kiamat". (HR: Ahmad, Abu,Daud dan Ibnu
Majah) .Tetapi kalau ada orang yang mengatakan bahwa saya ingin mendapatkan syahadah (MA atau
Doktor, misalnya ) bukan karena ingin mendapatkan dunia, tetapi karena sudah menjadi peraturan yang
tidak tertulis kalau seseorang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi, segala ucapannya menjadi
lebih didengarkan orang dalam menyampaikan ilmu atau dalam mengajar. Niat ini - insya Allah -
termasuk niat yang benar.
Semua manusia pada mulanya adalah bodoh. Kita berniat untuk meng-hilangkan kebodohan dari diri
kita, setelah kita menjadi orang yang memiliki ilmu kita harus mengajarkannya kepada orang lain untuk
menghilang kebodohan dari diri mereka, dan tentu saja mengajarkan kepada orang lain itu dengan
berbagai cara agar orang lain dapat mengambil faidah dari ilmu kita.
Apakah disyaratkan untuk memberi manfaat pada orang lain itu kita duduk dimasjid dan mengadakan
satu pengajian ataukah kita memberi manfa'at pada orang lain dengan ilmu itu pada setiap saat?
Jawaban yang benar adalah yang kedua; karena Rasulullah bersabda: "Sampaikanlah dariku walaupun
cuma satu ayat (HR: Bukhari)
Imam Ahmad berkata: Ilmu itu tidak ada bandingannya apabila niatnya benar. Para muridnya bertanya:
Bagaimanakah yang demikian itu? Beliau menjawab: ia berniat menghilangkan kebodohan dari dirinya
dan dari orang lain.
Sudah menjadi keharusan bagi para penuntut ilmu berniat dalam menuntut ilmu untuk membela
syari'at. Karena kedudukan syari'at sama dengan pedang kalau tidak ada seseorang yang
menggunakannya ia tidak berarti apa-apa. Penuntut ilmu harus membela agamanya dari hal-hal yang
menyimpang dari agama (bid'ah), sebagaimana tuntunan yang diajarkan Rasulullah saw. Hal ini tidak ada
yang bisa melakukannya kecuali orang yang memiliki ilmu yang benar, sesuai petunjuk Al-Qur'an dan As-
Sunnah.
Apabila ada perbedaan pendapat, hendaknya penuntut ilmu menerima perbedaan itu dengan lapang
dada selama perbedaan itu pada persoalaan ijtihad, bukan persoalaan aqidah, karena persoalaan aqidah
adalah masalah yang tidak ada perbedaan pendapat di kalangan salaf. Berbeda dalam masalah ijtihad,
perbedaan pendapat telah ada sejak zaman shahabat, bahkan pada masa Rasulullah saw masih hidup.
Karena itu jangan sampai kita menghina atau menjelekkan orang lain yang kebetulan berbeda pandapat
dengan kita.
Termasuk adab yang tepenting bagi para penuntut ilmu adalah mengamalkan ilmu yang telah
diperoleh, karena amal adalah buah dari ilmu, baik itu aqidah, ibadah, akhlak maupun muamalah.
Karena orang yang telah memiliki ilmu adalah seperti orang memiliki senjata. Ilmu atau senjata (pedang)
tidak akan ada gunanya kecuali diamalkan (digunakan).
Hendaklah para penuntut ilmu mengamalkan ilmunya, baik berupa aqidah, ibadah, akhlak, adab dan
muamalah, karena hal ini adalah merupakan hasil dan buah dari ilmu itu. Pengemban ilmu itu seperti
pembawa senjata; Bisa berguna dan bisa pula mencelakakan sebagaimana sabda Rasulullah SAW: Al
Quran itu membelamu atau mencelakakanmu. (HR. Muslim). Membelamu apabila kamu amalkan dan
mencelakakanmu apabila tidak kamu amalkan. (Kitab al Ilmi, Syaikh Utsaimin hal:32)
Karena keutamaan ilmu itulah ia semakin bertambah dengan banyaknya nafkah (diamalkan dan
diajarkan) dan berkurang apabila kita saying (tidak diamalkan dan diajarkan) serta yang merusaknya
adalah al kitman (menyembunyikan ilmu). (Hiyah Tholibil Ilmi, Bakr Abu Zaid hal :72).
Penuntut ilmu harus selalu lapang dada dalam menerima perbedaan pendapat yang terjadi di
kalangan ulama. Jangan sampai ia mengumpat atau mencela ulama yang kebetulan keliru di dalam
memutuskan suatu masalah. Mengumpat orang biasa saja sudah termasuk dosa besar, apalagi kalau
orang itu adalah seorang ulama. Ini adalah masalah yang sangat penting, karena sebagian orang sengaja
mencari-cari kesalahan orang lain untuk menjatuhkan mereka dimata masyarakat. Ini adalah kesalahan
terbesar. (Kitab al Ilmi, Syaikh Utsaimin hal 41).
Termasuk adab yang paling penting bagi kita sebagai seorang penuntut ilmu adalah mencari
kebenaran dari ilmu yang telah didapatkan. Mencari kebenaran dari berita berita yang sampai kepada
kita yang menjadi sumber hukum. Ketika sampai kepada kita sebuah hadits misalnya, kita harus meneliti
lebih dahulu tentang keshahihan hadits tersebut. Kalau sudah kita temukan bukti bahwa hadits itu
adalah shahih, kita berusaha lagi mencari makna (pengertian) dari hadits tersebut.
Hendaklah sabar dalam menuntut ilmu, tidak terputus (ditengah jalan) dan tidak pula bosan, bahkan
terus menerus menuntut ilmu semampunya. Kisah tentang kesabaran salafush shalih dalam menuntut
ilmu sangatlah banyak, sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma bahwa beliau
ditanya oleh seseorang: Dengan apa anda bisa mendapatkan ilmu? Beliau menjawab: Dengan lisan
yang selalu bertanya dan hati yang selalu memahami serta badan yang tidak pernah bosan. (Kitab al
Ilmi, Syaikh
Bahkan sebagian dari mereka (salafus shalih) merasakan sakit yang menyebabkannya tidak bisa bangun
dikarenakan tertinggal satu hadits saja. Sebagaimana terjadi kepada Syubah bin al Hajjaj rahimahullah,
ia berkata: Ketika aku belajar hadits dan tertinggal (satu hadits) maka akupun menjadi sakit.
Barangsiapa mengetahui keutamaan ilmu dan merasakan kelezatannya pastilah ia selalu ingin
menambah dan mengupayakannya, ia selalu lapar (ilmu) dan tidak pernah kenyang sebagaimana sabda
Rasulullah SAW: Ada dua kelompok manusia yang selalu lapar dan tidak pernah kenyang: orang yang
lapar ilmu tidak pernah kenyang dan orang yang lapar dunia tidak pernah keying pula. (HR. Al Hakim dll
dengan sanad tsabit) (Hilyah al Alim al Muallim, Syaikh Salim al Hialaliy hal 22- 23)
Abu al Aliyah rahimahullah menuturkan:Kami mendengar riwayat (hadits) dari Rasulullah Shalallahu
Alaihi Wassalam sedang kami berada di Basrah (Iraq), lalu kamipun tidak puas sehingga kami berangkat
ke kota Madinah agar mendengar dari mulut mereka (para perawinya) secara langsung. (Audah ila as
Sunnah, Syaikh Ali Hasan al Atsariy hal 44).
Wajib bagi para penuntut ilmu untuk mengambil ilmu dari sumbernya, yang tidak
a. Al-Quranul Karim; Wajib bagi para penuntut ilmu untuk berupaya membaca, menghafal, memahami
dan mengamalkannya.
b. As Sunnah As Shahihah; Ini adalah sumber kedua syariat Islam (setelah Al Quran) dan penjelas al
Quran Karim.
c. Sumber ketiga adalah ucapan para ulama, janganlah anda menyepelekan ucapan para ulama karena
mereka lebih mantap ilmunya dari anda. (Kitab al Ilmi, Syaikh Utsaimin hl :43,44, dan 45)
Termasuk adab terpenting pula adalah masalah pemahaman tentang maksud Allah
dan juga maksud Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam; Karena banyak orang yang
diberi ilmu namun tidak diberi pemahaman. Tidak cukup hanya menghapal al Quran
dan hadits saja tanpa memahaminya, jadi harus dipahami maksud Allah dan Rasul-Nya
Shalallahu Alaihi Wassalam. Alangkah banyaknya penyimpangan yang dilakukan oleh
kaum yang berdalil dengan nash-nash yang tidak sesuai dengan maksud Allah dan Rasul-
Nya SAW sehingga timbullah kesesatan karenanya.
Kesalahan dalam pemahaman lebih berbahaya dari pada kesalahan dikarenakan kebodohan. Seorang
yang jahil (bodoh) apabila melakukan kesalahan dikarenakan kebodohannya ia akan segera
menyadarinya dan belajar, adapun seorang yang salah dalam memahami sesuatu ia tidak akan pernah
merasa salah dan bahkan selalu merasa benar. (Kitab al Ilmi, Syaikh Utsaimin hal :52)
Inilah sebagian dari adab yang harus dimiliki oleh para penuntut ilmu agar menjadi suri tauladan yang
baik dan mendapatkan kesuksesan di dunia dan di akhirat, amien.
Dalam Al-Qur'an banyak sekali dalil yang tentang keutamaan menuntut ilmu ini menunjukkan bahwa
menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi umat manusia sejak lahir sampai mati. "Allah akan
mengangkat orang-orang yang beriman yang mempunyai ilmu
Dari ayat diatas jelaslah bahwasanya orang yang memeliki ilmu derajatnya lebih tinggi dibandingkan
dengan orang-orang yang tidak berilmu, kita sebagai kaum muslimin juga tahu bahwasanya manusia
diangkat sebagai kholifah dimuka bumi ini dikarena dikarenakan pengetahuannya bukan karena
bentuknya ataupun asal kejadiannya Sementara itu dalam surat lain Allah berfirman "Katakanlah :
"Samakah orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak berilmu" (QS, Az-Zumar : 9), jelas
menyuruh manusia itu untuk berfikir apakah kira-kira manusia yang berilmu dengan manusia yang tidak
berilmu itu sama. Dengan demikian jelaslah bahwa Islam sangat memuliakan orang-orang yang berilmu
bahkan menganggap orang yang berilmu itu sebagai penerus Rosul, apa yang disampaikannya akan
menjadi penerang jalan yang lurus, amalan orang yang berilmu sama dengan amalan jihad. Imam Al-
Ghazali mengatakan : "Allah mengangkat derajat orang-orang dengan ilmu, lalu menjadikan mereka
kebaikan sebagai pemimpin dan pepberi petunjuk yang diikuti, petuntuk dalam kebaikan, jejak mereka
mereka diikuti dan perbuatan mereka diamalkan. Para malaikat ingin menghiasi mereka dan mengusap
mereka dengan sayap- sayapnya. Setiap yang basah dan yang kering bertasbih bagi mereka dan
memohon ampun bagi mereka, bahkan ikan-ikan dilaut dan binatang-binatang, hewan-hewan buas dan
ternak-ternak didaratan serta bintang-bintang dilangit. Karena Ilmu menghidupkan hati dan menerangi
pandangan yang gelap serta menguatkan yang lemah. Dengan Ilmu hamba mencapai kedudukan orang-
orang yang salih.
Rasulullah SAW, Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, yang mereka
wariskan adalah al-ilmu . Barang siapa yang mengambil warisan tersebut, maka ia telah mendapatkan
sesuatu yang besar ( H.R Abu Dawud dan At Tirmdzi)
Perkataan Rasulullah SAW, Kalian lebih tau tentang urusan dunia kalian (H.R Muslim) Ilmu lainnya
seperti ilmu fisika, kimia, akuntansi dst tetap memiliki faidah jika
- Terkadang hukumnya menjadi wajib, ketika mempelajarinya termasuk persiapan yang Allah
perintahkan dalam firmannya: (dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu
menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak
mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya
akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)). (QS. Al-Anfaal: 60)
Ilmu merupakan sandi terpenting dari hikmah. Sebab itu, Allah memerintahkan manusia agar mencari
ilmu atau berilmu sebelum berkata dan beramal. Firman Allah: (Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya
tidak ada Illah selain Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu serta bagi (dosa) orang-orang
mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat
tinggalmu). (QS. Muhammad: 19).
I lmu sebelum berkata dan beramal. Sufyan bin Uyainah berkata: manusia paling bodoh adalah yang
membiarkan kebodohannya, manusia paling pandai adalah yang mengandalkan ilmunya, sedangkan
manusia paling utama adalah yang takut kepada Allah.
Ibnu Taimiyah mengatakan: bahwa ilmu yang terpuji, sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Qur'an
dan As Sunnah, ilmu yang diwariskan para nabi. Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya para Nabi tidak
mewariskan dirham dan dinar, tetapi mereka
mewariskan ilmu. Maka barang siapa mengambilnya, ia sangat beruntung. (HR Abu
Ibnu Taimiyah membagi ilmu yang bermanfaat, menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Ilmu tentang Allah, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan lain-lain, seperti yang disebutkan adalah
Al-Qur'an surat Al-Ikhlas.
2. Ilmu tentang persoalan-persoalan masa lalu yang dikabarkan Allah; persoalan-persoalan masa kini,
dan persoalan-persoalan masa mendatang, seperti yang dikabarkan dalam Al-Qur'an, yaitu ayat-ayat
tentang kisah-kisah, janji-janji, ancaman, surga, neraka, dam sebagainya.
3. ilmu tentang perintah Allah yang berhubungan dengan hati dan anggota badan, seperti iman
kepada Allah melalui pengenalan hati serta amaliah anggota badan. Pemahaman ini bersumber pada
pengetahuan dasar-dasar iman dan kaidah-kaidah islam.
Pemahaman akan Ilmu. Banyak orang yang masih keliru memahami masalah ilmu. Mereka memahami
Al-Qur'an dan As Sunnah hanya sebatas verbalitas semata, dan tidak memahami hakekat yang
terkandung didalamnya. Betapa banyak orang yang hafal ayat Al- Qur'an, namun tidak memahami
isinya. Perbuatan seperti ini tentu saja bukan termasuk perbuatan orang-orang beriman, "Perumpamaan
orang yang beriman membaca Al Qur'an seperti jeruk sitrun yang baunya wangi dan rasanya manis.
Perumpamaan orang beriman yang tidak membaca Al-Qur'an seperti kurma yang tidak berbau dan
rasanya manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Al- Qur'an seperti sekuntum bunga yang
baunya wangi, tetapi rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur'an
seperti labu yang tidak berbau dan rasanya pahit". (HR Bukhari dan Muslim)
Ilmu dan Amal Perbuatan yang Sesuai Ilmu yang sempurna adalah ilmu yang diendapkan dalam hati,
kemudian diamalkan. Inilah yang juga disebut ilmu bermanfaat, yang nerupakan sandi terpenting dari
hikmah. Ilmu ini akan memberikan kebaikan kepada pemiliknya, sedangkan ilmu tanpa amal akan
menghujat pemiliknya pada hari kiamat. Oleh karena itu, Allah memperingatkan kaum beriman yang
hanya bisa berbicara tetapi tidak melakukan apa-apa. (Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu
mengatakan apa yang kamu tidak perbuat? Amat besar kemurkaan di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa yang tiada kamu kerjakan). (QS.Ash Shaf: 2 - 3)
Menyebarkan Ilmu; Allah juga memperingatkan kita agar tidak meyembunyikan ilmu. Kita diperintahkan
untuk menyampaikan ilmu yang merupakan karunia Allah itu sebatas kemampuan kita. Allah tidak
memaksakan seseorang kecuali dalam batas kemampuannya. (Sesungguhnya orang-orang yang
menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan, berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan
petunjuk, setelah kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan
dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati). (QS. Al Baqarah: 159).
Simak pula perkataan seorang penyair: Jika ilmu tidak kau amalkan, ia akan menjadi
bukti atasmu. Dan kamu beralasan jika kamu tidak mengetahuinya. Kalau kamu memperoleh ilmu
Sesungguhnya, setiap perkataan seseorang akan dibenarkan olah
perbuatannya.
1.lmu adalah amalan yang tidak terputus pahalanya sebagaimana dalam hadits: jika manusia meninggal
maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara: shodaqoh jariahnya, ilmu yang bermanfaat dan anak
yang sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya. (HR Bukhori dan Muslim)
2. Menjadi saksi terhadap kebenaran sebagaimana dalam firman Allah SWT: (Allah menyatakan
bahwasanya tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali dia. Yang menegakkan keadilan. para
malaikat dan orang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). (QS. Ali Imran 18)
3. Allah memerintahkan kepada nabinya Muhammad SAW untuk meminta ditambahkan ilmu
sebagaimana dalam firman Allah, (... dan katakanlah: Ya Rabb ku, tambahkanlah kepadaku ilmu)
(QS.Thahaa 114)
4.Allah mengangkat derajat orang yang berilmu. Sebagaimana firman Allah, (... Allah mengangkat orang
beriman dan memiliki ilmu diantara kalian beberapa derajat dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan(QS. Mujadilah 11)
5.Orang berilmu adalah orang yang takut Allah SWT, sebagaimana dalam firmannya: (.... sesungguhnya
yang takut kepada Allah diantara hambanya hanyalah orang-orangyang berilmu). (QS. Fathir 25).
6. Ilmu adalah anugerah Allah yang sangat besar, sebagaimana firmanNya: (Allah menganugerahkan
al-hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Quran dan As-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-
Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak.
Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)). ( QS. Al-
Baqarah 269) 7 Ilmu merupakan tanda kebaikan Allah kepada seseorang Barang siapa yang Allah
menghendaki kebaikan padanya, maka Allah akan membuat dia paham dalam agama (HR Bukhari dan
Muslim).
8. Menuntut ilmu merupakan jalan menuju surga, Barang siapa yang menempuh suatu jalan dalam
rangka menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga (HR Muslim)
9. Diperbolehkannya hasad kepada ahli ilmu,Tidak hasad kecuali dalam dua hal, yaitu terhadap orang
yang Allah beri harta dan ia menggunakannya dalam kebenaran dan orang yang Allah beri hikmah lalu
ia mengamalkannya dan mengajarkannya (HR Bukhari )
10. Malaikat akan membentangkan sayap terhadap penuntut ilmu,Sesungguhnya para malaikat benar-
benar membentangkan sayapnya karena ridho atas apa yang dicarinya ( HR. Ahmad dan Ibnu majah )
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas bin Malik dari Nabi SAW bersabda:Menuntut ilmu itu wajib
bagi setiap muslim.
tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-
tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya,
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.