Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH AVERTEBRATA LAUT

Ocean Asidification Terhadap Terumbu Karang

SITI AMINAH

26020115120068

ILMU KELAUTAN A

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Study tentang kelautan merupakan salah satu wahana untuk lebih
memperdalam ilmu lingkungan karena besarnya peran serta laut terhadap siklus
dan dinamika lingkungan hidup. Laut merupakan sumber kontribusi terbesar
dalam tata system hidrologi. Namun, tidak hanya sampai pada batasan itu karena
laut memiliki keunikan dibandingkan dengan sumber air lain yaitu komponen
dasar penyusun air laut berupa zat-zat kimia mikro maupun makro. Oleh karena
itu perlu suatu kajian tentang laut, komponen penyusunnya, dan pergeseran
stabilitas kelautan.
Salah satu pergeseran stabilitas kelautan yaitu akibat terjadiinya pemanasan
global yangb menyebabkan laut menjadi lebih asam. Hal ini sering di sebut
dengan peristiwa Ocean Assidification. Akibat yang di timbulkan dari
pengasaman laut ini berdampak bagi kehidupan laut seperti karang dan kerang
untuk membentuk cangkang yang keras yang diperlukan untuk kelangsungan
hidup mereka, dan terumbu karang menyediakan rumah bagi lebih dari 25% dari
semua spesies laut. Makhluk kecil yang disebut pteropods yang terletak di dasar
rantai-rantai makanan laut juga dapat berdampak serius. Degradasi spesies ini di
dasar ekosistem laut dapat menyebabkan runtuhnya lingkungan ini dengan
implikasi menghancurkan jutaan orang di populasi manusia yang bergantung pada
mereka.
IAP juga menyatakan bahwa, jika CO2 di atmosfer mencapai 550 bagian per
sejuta (ppm) di sepanjang kenaikan yang cepat saat ini dari tingkat pra-industri
sebesar 280 ppm, terumbu karang di seluruh dunia bisa hancur.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Ocean Assidification ?
2. Penyebab Ocean Assidification?
3. Bagaimana mekanisme terjadinya Ocean Assidification dan dampaknya t
erhadap terumbu karang ?
4. Apa dampak Ocean Assidification ?
5. Bagaimana upaya meminimalisir Ocean Assidificatio?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui apa itu Osean Assidification.


2. Menggetahui dampak Ocean Assidification pada terumbu karang
3. Menanggulangi dampak Ocean assidification.
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Ocean Assidification


Ocean acidification (Peningkatan Asam) adalah istilah yang diberikan untuk
proses turunnya kadar pH air laut yang kini tengah terjadi akibat penyerapan
karbon dioksida di atmosfer yang dihasilkan dari kegiatan manusia (seperti
penggunaan bahan bakar fosil). Menurut Jacobson (2005), pH di permukaan laut
diperkirakan turun dari 8,25 menjadi 8,14 dari tahun 1751 hingga 2004 (Kambey,
2013).

Proyeksi Perubahan Asidifikasi Samudera sampai dengan Tahun 2099


Air laut bersifat sedikit basa dengan derajat keasaman (pH) sekitar 8,2 di dekat
permukaan air laut. sejauh ini sejumlah emisi karbon dioksida yang terlarut dalam
lautan menurunkan pH air laut sekitar 0,1 (berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh National Research Council). Penurunan pH 0,1 berarti air menjadi 30 persen
lebih asam dari kondisi sebelumnya. Jika carbon dioksida terakumulasi secara
terus-menerus, diperkirakan tingkat keasaman laut akan turun menjadi 7,8 pada
tahun 2100. Pada saat itu air akan menjadi 150 persen lebih asam dibandingkan
pada tahun 1800. Tidak ada negosiasi dalam perjanjian pembahasan khusus efek
penyerapan karbon di lautan, di mana hasil studi menunjukkan absorbsi karbon
adalah kunci yang merusak makhluk berkerangka keras di lautan (Sunarsih,
2013).

2.2 Penyebab Ocean Assidification


Menurut Mahardika (2012), pemanasan global atau biasa disebut global
warming merupakan suatu fenomena yang terjadi sejak ditemukannya mesin uap
oleh James Watt sehingga menyulut sebuah revolusi besar di Inggris, yaitu
Revolusi Industri. Secara singkat pemanasan global dapat diartikan sebagai
fenomena meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi akibat gas rumah kaca
yang terus terakumulasi di atmosfer.
Pada tahun 1990-an tim ilmuan internasional melakukan proyek penelitian
dengan mengumpulkan dan menganalisis lebih dari 77.000 sampel air laut dari
berbagai kedalaman dan lokasi di seluruh dunia yang memakan waktu 15 tahun.
Dari penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa laut menyerap lebih dari 1/3
karbon dioksida yang ada di udara. Peneliti juga mengestimasikan bahwa sekitar 1
juta ton karbon dioksida diserap oleh laut tiap jamnya. Peter Brewer, ilmuwan
senior di Institut Riset Air Monterey Bay (inilah.com) mengungkapkan bahwa
"Total jumlah karbon dioksida yang telah dimasukkan ke dalam lautan saat ini
adalah sekitar 530 miliar ton"(Awaluddin, 2014).
Ini merupakan berita baik bagi kita yang berada di daratan; artinya lautan
membantu mengurangi emisi rumah kaca yang begitu banyak sehingga membantu
menurunkan laju pemanasan global. Tapi bagi organisme laut, ini merupakan
malapetaka, terutama bagi organisme kunci di lautan seperti karang dan pteropods
(hewan bercangkang) karena kedua organisme ini merupakan bagian dari rantai
makanan.

2.3 Mekanisme terjadinya Ocean Assidification dan dampaknya terhadap


terumbu karang
Menurut Sahabuddin (2015), kontributor terbesar pemanasan global saat ini
adalah karbon dioksida(CO2), metana (CH4) yang dihasilkan agrikultur dan
peternakan (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen
Oksida (NO) dari pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin
ruangan (CFC). Rusaknya hutan-hutan yang seharusnya berfungsi sebagai
penyimpan CO2 juga makin memperparah keadaan ini karena pohon-pohon yang
mati akan melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam jaringannya ke atmosfer.
Menurut Mahardika (2013), global warming dan pengasaman laut mempunyai
hubungan yang sangat erat, dapat diibaratkan seperti ini global warning membawa
malapetaka di daratan, dan asidifikasi (pengasaman laut) membawa malapetaka
bagi spesies laut. Global warming juga berkontribusi terhadap meningkatnya
permukaan air laut dan suhu rata-rata air laut.
Ocean acidification (pengasaman laut) adalah istilah yang diberikan untuk
proses turunnya kadar pH air laut yang kini tengah terjadi akibat penyerapan
karbon dioksida di atmosfer yang dihasilkan dari kegiatan manusia (seperti
penggunaan bahan bakar fosil). Air laut bersifat sedikit basa dengan derajat
keasaman (pH) sekitar 8,2 di dekat permukaan air laut. sejauh ini sejumlah emisi
karbon dioksida yang terlarut dalam lautan menurunkan pH air laut sekitar 0,1
(berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh National Research Council)
(Kambey, 2013).
Penurunan pH 0,1 berarti air menjadi 30 persen lebih asam dari kondisi
sebelumnya. Jika carbon dioksida terakumulasi secara terus-menerus,
diperkirakan tingkat keasaman laut akan turun menjadi 7,8 pada tahun 2100. Pada
saat itu air akan menjadi 150 persen lebih asam dibandingkan pada tahun 1800.
Tidak ada negosiasi dalam perjanjian pembahasan khusus efek penyerapan karbon
di lautan, di mana hasil studi menunjukkan absorbsi karbon adalah kunci yang
merusak makhluk berkerangka keras di lautan (Sunarsih, 2013).
Karbon dioksida (CO2) merupakan sumber utama yang menyebabkan laut kian
asam. Oksida asam yang satu ini dapat berasal dari berbagai aktifitas, diantaranya
hasil buangan industry, peternakan, kendaraan, pembukaan lahan; dapat dikatakan
bahwa sesuatu yang sifatnya menghasilkan energi sepertinya menghasilkan gas
ini. Bahkan manusia juga menyuplai CO2 melalui proses pernapasan (Kambey,
2013)
Menurut Sunarsih (2013), peningkatan suhu permukaan laut menyebabkan
daya larut (solubilitas)nya semakin berkurang. Dalam prosesnya, apabila tekanan
parsial gas karbon dioksida di atmosfer lebih tinggi dari tekanan di dalam air laut,
maka laut akan menyerap karbon. Artinya, bila suhu permukaan laut lebih rendah
dari atmosfer (konsentrasi gas CO2 lebih besar/jenuh di atmosfer, maka
pergerakan CO2 adalah dari atmosfer menuju laut. Sebaliknya, laut akan melepas
karbon bila tekanan parsial (tekanan yang diberikan oleh komponen-komponen
gas dalam campuran gas) gas karbon dioksida di dalam air laut lebih tinggi dari
tekanan di atmosfer.
Karbon dioksida (CO2) masuk dari atmosfer ke lautan melalui bubble (media
penghubung pertukaran gas-gas antara laut dan atmosfer). Bubble ialah
gelembung-gelembung air yang terbentuk akibat deburan ombak. Banyak
sedikitnya gelembung-gelembung dipengaruhi oleh kecepatan angin. Hal inilah
yang membuat kecepatan angin berpengaruh terhadap interaksi pertukaran CO 2
antara laut dan atmosfer. Kelarutan CO2 di laut dipengaruhi oleh suhu permukaan
air laut dan salinitasnya. Kecepatan pertukaran gas antara lautan degan atmosfer
dipengaruhi oleh suhu permukaan laut dan kecepatan angin (Awaluddin, 2014).
Menurut Sunarsih (2013), Karbon dioksida (CO2) yang diserap oleh lautan
dapat menjadi asam ketika bereaksi dengan air (H2O) sehingga disebut oksida
asam. Reaksi tersebut menghasilkan senyawa asam karbonat (H 2CO3) yang
merupakan asam lemah.
CO2(g) + H2O(l) > H2CO3(aq)

Seperti semua asam, asam karbonat kemudian melepaskan ion hidrogen (H +)


ke dalam lautan (spesi yang mengindikasikan larutan bersifat asam menurut teori
Asam Basa Arrhenius).
H2CO3(aq) <> H+(aq) + HCO3-(aq)

Keasaman air laut ditentukan oleh konsentrasi ion hidrogen. Oleh karena itu,
peningkatan ion hidrogen dari pnyerapan karbon dioksida menurunkan pH laut
dan meningkatkan keasamannya. Selain melepaskan ion hidrogen, asam karbonat
juga membentuk ion bikarbonat (HCO3-).
Karbonat dan ion bikarbonat sebenarnya berada dalam kesetimbangan satu
sama lainnya. Namun saat CO2 berlebih memasuki lautan, maka akan
menghasilkan banyak ion bikarbonat sehingga terjadi pergeseran kesetimbangan
pada ion karbonat. Proses ini menghabiskan jumlah ion karbonat yang tersedia
bagi kehidupan laut.
Air laut menjadi kekurangan persediaan karbonat akibat pembentukan ion
bikarbonat. Padahal ion karbonat merupakan zat yang digunakan oleh puluhan riu
spesies hewan laut untuk membentuk cangkang dan tulang (kerangka) serta
karang. Jika keasaman lautan cukup tinggi, air laut menjadi korosif dan
melarutkan cangkang, melemahkan pertumbuhan hewan lautdan terumbu karang
beserta jutaan spesies yang bergantung padanya.
Menurut Kambey (2013), Reaksi pembentukan karang dan cangkang adalah
sebagai berikut :

Ca2+ +CO32- > CaCO3 (kalsium karbonat/ zat kapur)

Jika suplay karbonat berkurang, maka karang harus mengeluarkan energi yang
lebih banyak untuk mengumpulkan ion tersebut. Bahkan bukan hanya
melemahkan pertumbuhan karang, jika keasaman laut cukup tinggi, air laut akan
menjadi korosif , dan melarutkan cangkang.
Terumbu karang begitu rentan untuk mengalami kerusakan bahkan
kematian. Dengan banyaknya karbon dioksida yang diemisikan oleh negara
adidaya ini, maka peningkatan penyerapan karbon dioksida oleh lautan terutama
di laut Indonesia tidak dapat dihindarkan lagi. inilah yang meyebabkan
pengasaman laut semakin menjadi dan merusak ekosistem terumbu karang di
lautan nusantara.

2.4 Dampak Ocean Assidification


Menurut Awaluddin (2014), asidifikasi samudera, tidak dapat disangkal lagi,
adalah bencana lingkungan yang secara diam-diam dapat menghancurkan
ekosistem laut dan mengancam produktivitas perikanan. Berikut dampak yang
dapat ditimbulkan akibat Asidifikasi samudra:

Jika keasaman lautan cukup tinggi, air laut menjadi korosif dan
melarutkan cangkang, melemahkan pertumbuhan hewan laut dan terumbu
karang beserta jutaan spesies hewan laut yang bergantung kepadanya.
Pada akhirnya bencana Asidifikasi samudra yang dahsyat ini akan
memusnahkan mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karang-
karangan (Gattuso et al., 1998), alga coccolithophore (Riebesell et al.,
2000) dan pteropods (Orr et al., 2005) akan mengalami pengurangan
kalsifikasi atau peningkatan pemutusan (maksudnya dissolution) ketika
terpapar oleh naiknya kadar CO2 (Wikipedia).

Pteropoda Limacina helicina yang memegang peranan penting dalam


rantai makanan dan fungsi ekosistem Laut Artik, dan cangkangnya yang
mengandung kalsium karbonat merupakan pelindung yang penting bagi
hewan ini. Namun, studi yang dilakukan LOV (Laboratorium
dOcanographie at Villefranche) menunjukkan bahwa pertumbuhan
cangkang hewan ini diprediksi akan melambat hingga 30% dan pada
karang yang hidup pada daerah dingin, Lophelia pertusa-pteropod lainnya-
pertumbuhannya akan melambat hingga 50%. Terumbu karang tropis
dibangun oleh sejumlah besar spesies sedangkan pada daerah dingin
dibangun oleh satu atau dua spesies namun menyediakan banyak tempat
bagi banyak spesies lain. Penurunan pertumbuhan karang akibat
pengasaman karang ini akan mengancam struktur biologis tersebut (Go
Blue Indonesia).

Tingkat keasaman yang tinggi juga menggangu pendengaran beberapa


spesies laut sehingga sulit baginya untuk mendapatkan makanan maupun
menghindari predator.

Asidifikasi samudra mengganggu efektifitas organism laut dalam


bereproduksi

Pengasaman dapat mengganggu indra penciuman spesies laut salah


satunya ikan giru berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
Australia

Asidifikasi samudra juga memberikan dampak komersial yaitu


mengancam sumber makanan bagi ratusan juta orang dan industri
perikanan, pariwisata serta penangkapan ikan yang telah menampung lebih
dari 38 juta orang secara langsung dan sekitar 162 juta orang yang
bergantung secara tidak langsung

2.5 Upaya Meminimalisir Ocean Assidification

Menurut Awaluddin (2014), Pemangkasan emisi CO2 merupakan satu-


satunya cara yang dapat dilakukan untuk memperlambat efek Asidifikasi samudra
dengan mengurangi aktivitas yang bisa menghasilkan gas CO 2. Tidak mungkin
untuk menaikan derajat keasaman laut dengan cara menetralkannya seperti teori
netralisasi asam basa. Karena butuh berton-ton basa yang harus dilarutkan untuk
mencapai pH sedikit basa yang memungkinkan organisme untuk hidup lebih baik.
Pada saat ini, karang dan hewan bercangkang (pteropoda) harus berhadapan
dengan bahan bakar fosil merah; bukan suatu pertarungan yang seimbang.

BAB III
KESIMPULAN

1. Peningkatan emisi gas rumah kaca, terutama karbon dioksida Amerika Serikat
merupakan penyebab utama pengasaman laut di Florida.
2. Pengasaman laut terjadi akibat penyerapan karbon dioksida yang semakin
meningkat sehingga menaikkan konsentrasi ion H+ di laut.
3. Pengasaman laut menyebabkan kerusakan terumbu karang karena ion
bikarbonat yang jenuh menghambat pembentukan karang dengan mengurangi
ion karbonat (CO32-).
4. Upaya yang harus dilakukan untuk membenahi kerusakan ini ialah dengan
pengurangan emisi gas rumah kaca (khususnya karbon dioksida) dan
konsrvasi terumbu karang terhadap terumbu karang yang terlanjur mengalami
kerusakan.
DAFTAR PUSTAKA

Awaluddin.2014. Pengaruh Derajat Keasaman (Ph) Air Laut Terhadap Konsentrasi


Kalsium Dan Laju Pertumbuhan Halimeda Sp.UNHAS.Makassar

Kambey, Alex.2013. The Growth of Hard Coral (Acropora sp.) Transplants in


Coral Reef of Malalayang Waters, North Sulawesi, Indonesia.
Universitas Sam Ratulangi.Manado

Mahardika,2012.Laut Makin Asam.ILMU HAYAT.Jakarta

Sahabuddin.2015. Peningkatan Konsentrasi Karbondioksida dan Suhu Terhadap


Pertumbuhan dan Histopatologi Makroalga Tropik Halimeda Sp.
.UNHAS. Makkassar

Subarsih.2013. Pengaruh Pengasaman Pada Spesiasi Cu(Ii) Dalam Sistem Asam


Humat-Air.UGM.Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai