Anda di halaman 1dari 8

JOURNAL READING

Risk Factors and Incidence of Macular Edema after Cataract Surgery

Colin J. Chu, Robert L. Johnston, Charlotte Buscombe, Ahmed B. Sallam,

Queresh Mohamed, Yit C. Yang

Ophthalmology 2016, American Academy of Ophthalmology

Disusun oleh:

Sariwidya Anggreani Putri

11.2016.126

Pembimbing:

dr. Margrette Franciscus Paliyama, Sp.M, M.sc.

Fakultas Kedokteran UKRIDA

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata

Periode 10 April 2017 s/d 13 Mei 2017

RS Family Medical Center (FMC), Bogor, Jawa Barat


RESUME JURNAL

JUDUL JURNAL : Risk Factors and Incidence of Macular Edema after Cataract Surgery

PENULIS : Colin J. Chu, Robert L. Johnston, Charlotte Buscombe, Ahmed B. Sallam,


Queresh Mohamed, Yit C. Yang

SUMBER : Ophthalmology 2016, American Academy of Ophthalmology

LATAR BELAKANG : Katarak adalah penyebab global utama kebutaan, dan operasi
katarak adalah salah satu operasi yang paling umum dilakukan. Di seluruh dunia, Pseudofakia
Edema Makula (PME), yang biasanya kistoid, tetap merupakan komplikasi pasca-operasi
paling sering yang mengakibatkan gangguan penglihatan. Insiden PME dalam studi
sebelumnya bervariasi antara 0,2% sampai 20%, tergantung pada apakah diagnosis
dikonfirmasi oleh pemeriksaan klinis saja atau dengan Koherensi Optik Tomografi (OCT)
atau fluorescein angiografi. Dengan munculnya teknik phacoemulsification modern, baru-
baru ini semakin banyak dilaporkan insiden PME tampaknya jauh lebih rendah, antara 0,2%
dan 2,35%. Namun, beberapa kelompok pasien, seperti penderita diabetes, yang memiliki
risiko tertinggi mengalami makula edema pasca-operasi, cenderung tidak diikutkan dalam
penelitian PME pasca-operasi sebelumnya.

TUJUAN : Untuk menentukan kejadian Pseudofakia Edema Makula (PME) setelah operasi
katarak dan mengidentifikasi faktor risiko yang berkontribusi.

METODOLOGI : Studi database retrospektif dengan rekam medis elektronik (EMRs).

KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI

Kriteria inklusi : Operasi katarak (phacoemulsification dan prosedur implantasi lensa intra
okular) antara Desember 2010 sampai Desember 2014 dari 8 situs klinis independen Inggris
menggunakan sistem EMR, Memiliki status diabetes, biometri dan data-data pemeriksaan
oleh dokter mata sebelum operasi, Melakukan kontrol maksimal 90 hari pasca operasi
katarak, Memiliki data-data ada atau tidaknya riwayat penyakit-penyakit sebagai faktor risiko
Kriteria eksklusi : Tidak terdapat edema makula sebelum operasi katarak, Tidak menerima
terapi rutin NSAID profilaksis untuk PME.
HASIL : Dikumpulkan data dengan total 81.984 mata. Data-data tersebut dikelompokkan ke
dalam 3 kelompok analisis. Kelompok 1, yaitu tidak ada faktor risiko (kecuali ambliopia) dan
tidak ada diagnosis diabetes pada saat operasi. Yang termasuk dalam kelompok 1 ini
sebanyak 35.563 mata dan sebanyak 415 mata di diagnosis PME. Interval rata-rata antara
operasi dengan rekaman pertama PME adalah 39,5 hari. Hal ini menimbulkan insidensi
1,17% dari total keseluruhan kasus. Kelompok 2, yaitu ada salah 1 faktor risiko (seperti
terdapat membran epiretinal, penggunaan prostaglandin analog, terdapat oklusi vena retina
sebelumnya, terdapat ablasio retina sebelumnya, uveitis, degenerasi makula terkait usia atau
miopia tinggi) dan tidak ada diagnosis diabetes pada saat operasi. Yang termasuk dalam
kelompok 2 ini sebanyak 11.429 mata dan sebanyak 178 mata di diagnosis PME. Hal ini
menimbulkan insidensi 1,56% dari total keseluruhan kasus. Dalam kategori 2 ini juga
ditemukan PME dominan pada laki-laki. Kelompok 3, yaitu pada pasien yang memiliki
diagnosis diabetes saat operasi dan memiliki rekam medis ada atau tidaknya retinopati
diabetikum dan makulopati sebelum operasi. Yang termasuk dalam kelompok 3 ini sebanyak
4.485 mata dan sebanyak 181 mata di diagnosis PME. Hal ini menimbulkan insidensi 4,04%
dari total keseluruhan kasus.

Gambar 1. Distribusi mata setelah proses penyaringan ke dalam 3 kelompok analisis.


Tabel 1. Perbandingan kejadian PME pada kelompok 1

Tabel 2. Insidensi faktor-faktor risiko pada kelompok 2


Tabel 3. Risiko relatif edema makula baru sesuai dengan tingkatan retinopati diabetikum
pada kelompok 3

KESIMPULAN : Ini adalah salah satu studi terbesar PME dalam praktik klinis, berdasarkan
data terstruktur dari 81.984 kasus operasi phacoemulsification katarak yang dilakukan di 8
lokasi selama 4 tahun dengan menggunakan sistem EMR atau di Indonesia dengan melihat
rekam medis elektronik. Kami juga menemukan rata-rata kejadian edema makula pasca
operasi sebesar 1,17% pada mata pasien yang tidak menderita diabetes di saat operasi, tapi
menemukan peningkatan 4 kali lipat pada mata pasien dengan diabetes. Angka ini mirip
dengan tingkat kejadian antara 0,1% dan 2,35% yang dilaporkan pada penelitian retrospektif
lain oleh Packer et al12 dan Henderson et al7. Dalam penelitian tersebut didapatkan temuan
yang signifikan secara statistik bahwa pada kelompok edema makula lebih banyak ditemukan
pada usia yang lebih tua seperti temuan sebelumnya7,13 dan tekanan intraokular yang
ditemukan lebih tinggi pada kejadian edema makula. Dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa jenis kelamin laki-laki dikaitkan dengan peningkatan kejadian edema makula pasca
operasi. Tidak jelas kenapa pria berada pada risiko lebih tinggi, tetapi tidak mungkin faktor
usia menjadi perancu karena pasien pria rata-rata lebih muda dari pasien wanita yang
termasuk dalam penelitian ini. Peneliti menemukan bahwa pasien yang bukan penderita
diabetes, tetapi memiliki faktor risiko yang diketahui, memiliki risiko PME yang lebih tinggi
seperti yang telah dilaporkan dalam penelitian lain.7,14-5 Penelitian ini juga menemukan
bahwa peningkatan risiko edema makula tidak hanya dikaitkan dengan diabetes tetapi juga
tergantung pada tingkat kerusakan retinopati. Penemuan ini sesuai dengan perkiraan adanya
berkurangnya fungsi penghalang darah retina pada pasien dengan perubahan pembuluh darah
yang lebih parah akibat dari retinopati diabetikum. Penemuan ini menegaskan bahwa risiko
kejadian PME lebih tinggi pada pasien diabetes. Penelitian ini juga menemukan bahwa risiko
tertinggi untuk perkembangan PME pada pasien yang tidak menderita diabetes adalah adanya
membran epiretinal sebelum operasi. Meski ini sesuai dengan data yang sebelumnya telah
dipublikasikan.7,18 Peneliti menduga hal ini disebabkan tidak terbiasanya dilakukan
pemeriksaan makula menggunakan OCT secara rutin sebelum melakukan operasi katarak.
Data penelitian ini juga menunjukkan bahwa pecahnya kapsul intra operasi dikaitkan dengan
risiko PME yang lebih tinggi, namun faktor ini belum terbukti signifikan dalam studi lain
yang lebih kecil. Sebaliknya, meskipun dalam penelitian lain menunjukkan adanya hubungan
antara penggunaan analog prostaglandin topikal dengan kejadian PME, dalam penelitian ini
tidak menunjukkan adanya peningkatan risiko yang signifikan.19,20 Edema makula
pseudofakia umumnya dianggap kondisi self-limiting. Dalam penelitian Henderson et al
ditemukan ketajaman penglihatan yang sangat buruk pada mereka yang memiliki PME di
kunjungan kontrol terakhir. Dalam penelitian ini, peneliti membandingkan 415 mata dengan
PME dengan 35 mata tanpa PME. Peneliti menemukan perbedaan yang sangat signifikan
antara 2 kelompok mata ini terutama dalam hal ketajaman visual yang diambil pada 24
minggu setelah operasi. Selain itu, ada perbedaan yang signifikan pada TIO antara 2
kelompok mata ini, yang peneliti anggap sebagai efek terapi kortikosteroid pasca-operasi
tambahan pada mata dengan PME.

RANGKUMAN DAN HASIL PEMBELAJARAN

Edema makula pseudofakia umumnya terjadi setelah operasi phacoemulsification katarak,


bahkan tanpa adanya komplikasi dan faktor-faktor risiko. Namun, tetap ada beberapa faktor
risiko tertinggi terjadinya PME, diantaranya adalah:

1. Pasien dengan diabetes


2. Pasien dengan usia lebih tua
3. Laki-laki usia berapapun
4. Pada tingkat kerusakan retinopati yang lebih tinggi
5. Memiliki membran epiretinal
6. Pecahnya kapsul intra operasi

Dengan adanya hasil penelitian ini, penting untuk melakukan anamnesis lengkap, melakukan
pemeriksaan pendukung untuk mendiagnosis lebih dini seberapa besar risiko terjadinya PME
yang dapat terjadi serta melakukan edukasi selengkap mungkin mengenai faktor risiko yang
dapat diterima terkait kejadian PME sebelum melakukan operasi katarak.
DAFTAR PUSTAKA

1. Pascolini D, Mariotti SP. Global estimates of visual impairment: 2010. Br J


Ophthalmol 2012;96:6148.
2. Kim SJ, Schoenberger SD, Thorne JE, et al. Topical nonsteroidal anti-inflammatory
drugs and cataract surgery: a report by the American Academy of Ophthalmology.
Ophthalmology 2015;122:215968.
3. Kessel L, Tendal B, Jrgensen KJ, et al. Post-cataract prevention of inflammation and
macular edema by steroid and nonsteroidal anti-inflammatory eye drops: a systematic
review. Ophthalmology 2014;121:191524.
4. Flach AJ. The incidence, pathogenesis and treatment of cystoid macular edema
following cataract surgery. Trans Am Ophthalmol Soc 1998;96:557634.
5. Yonekawa Y, Kim IK. Pseudophakic cystoid macular edema. Curr Opin Ophthalmol
2012;23:2632.
6. Lobo C. Pseudophakic cystoid macular edema. Ophthalmologica 2012;227:617.
7. Henderson BA, Kim JY, Ament CS, et al. Clinical pseudophakic cystoidmacular
edema. J Cataract Refract Surg 2007;33:15508.
8. Gulkilik G, Kocabora S, Taskapili M, Engin G. Cystoid macular edema after
phacoemulsification: risk factors and effect on visual acuity. Can J Ophthalmol
2006;41:699703.
9. Day AC, Donachie PHJ, Sparrow JM, et al. The Royal College of Ophthalmologists
National Ophthalmology Database study of cataract surgery: report 1, visual
outcomes and complications. Eye 2015;29:55260.
10. Keenan TDL, Johnston RL, Donachie PHJ, et al. United Kingdom National
Ophthalmology Database Study: Diabetic Retinopathy. Report 1: prevalence of
centre-involving diabetic macular oedema and other grades of maculopathy and
retinopathy in hospital eye services. Eye 2013;27:1397404.
11. Altman DG. Confidence intervals for the number needed to treat. BMJ 1998;17:1309
12.
12. Packer M, Lowe J, Fine H. Incidence of acute postoperative cystoid macular edema in
clinical practice. J Cataract Refract Surg 2012;38:210811.
13. Schmier JK, Halpern MT, Covert DW, Matthews GP. Evaluation of costs for cystoid
macular edema among patients after cataract surgery. Retina 2007;27:6218.
14. Blair M-L, Kim SJ, Thorne JE, et al. Incidence of cystoid macular edema after
cataract surgery in patients with and without uveitis using optical coherence
tomography. Am J Ophthalmol 2009;148:128135.e2.
15. Loewenstein A, Zur D. Postsurgical cystoid macular edema. Dev Ophthalmol
2010;47:14859.
16. Brito PN, Rosas VM, Coentro LM, et al. Evaluation of visual acuity, macular status,
and subfoveal choroidal thickness changes after cataract surgery in eyes with diabetic
retinopathy. Retina 2015;35:294302.
17. Horozoglu F, Yanyali A, Aytug B, et al. Macular thickness changes after
phacoemulsification in previously vitrectomized eyes for diabetic macular edema.
Retina 2011;31:1095100.
18. Frisina R, Pinackatt SJ, Sartore M, et al. Cystoid macular edema after pars plana
vitrectomy for idiopathic epiretinal membrane. Graefes Arch Clin Exp Ophthalmol
2015;253:4756.
19. Moroi SE, Gottfredsdottir MS, Schteingart MT, et al. Cystoid macular edema
associated with latanoprost therapy in a case series of patients with glaucoma and
ocular hypertension. Ophthalmology 1999;106:10249.
20. Warwar RE, Bullock JD, Ballal D. Cystoid macular edema and anterior uveitis
associated with latanoprost use. Experience and incidence in a retrospective review of
94 patients. Ophthalmology 1998;105:2638.
21. Singh R, Alpern L, Jaffe GJ, et al. Evaluation of nepafenac in prevention of macular
edema following cataract surgery in patients with diabetic retinopathy. Clin
Ophthalmol 2012;6:125969.
22. Mathys KC, Cohen KL. Impact of nepafenac 0.1% on macular thickness and
postoperative visual acuity after cataract surgery in patients at low risk for cystoid
macular oedema. Eye 2010;24:906.
23. Wolf EJ, Braunstein A, Shih C, Braunstein RE. Incidence of visually significant
pseudophakic macular edema after uneventful phacoemulsification in patients treated
with nepafenac. J Cataract Refract Surg 2007;33:15469.

Anda mungkin juga menyukai