Disusun oleh:
11.2016.126
Pembimbing:
JUDUL JURNAL : Risk Factors and Incidence of Macular Edema after Cataract Surgery
LATAR BELAKANG : Katarak adalah penyebab global utama kebutaan, dan operasi
katarak adalah salah satu operasi yang paling umum dilakukan. Di seluruh dunia, Pseudofakia
Edema Makula (PME), yang biasanya kistoid, tetap merupakan komplikasi pasca-operasi
paling sering yang mengakibatkan gangguan penglihatan. Insiden PME dalam studi
sebelumnya bervariasi antara 0,2% sampai 20%, tergantung pada apakah diagnosis
dikonfirmasi oleh pemeriksaan klinis saja atau dengan Koherensi Optik Tomografi (OCT)
atau fluorescein angiografi. Dengan munculnya teknik phacoemulsification modern, baru-
baru ini semakin banyak dilaporkan insiden PME tampaknya jauh lebih rendah, antara 0,2%
dan 2,35%. Namun, beberapa kelompok pasien, seperti penderita diabetes, yang memiliki
risiko tertinggi mengalami makula edema pasca-operasi, cenderung tidak diikutkan dalam
penelitian PME pasca-operasi sebelumnya.
TUJUAN : Untuk menentukan kejadian Pseudofakia Edema Makula (PME) setelah operasi
katarak dan mengidentifikasi faktor risiko yang berkontribusi.
Kriteria inklusi : Operasi katarak (phacoemulsification dan prosedur implantasi lensa intra
okular) antara Desember 2010 sampai Desember 2014 dari 8 situs klinis independen Inggris
menggunakan sistem EMR, Memiliki status diabetes, biometri dan data-data pemeriksaan
oleh dokter mata sebelum operasi, Melakukan kontrol maksimal 90 hari pasca operasi
katarak, Memiliki data-data ada atau tidaknya riwayat penyakit-penyakit sebagai faktor risiko
Kriteria eksklusi : Tidak terdapat edema makula sebelum operasi katarak, Tidak menerima
terapi rutin NSAID profilaksis untuk PME.
HASIL : Dikumpulkan data dengan total 81.984 mata. Data-data tersebut dikelompokkan ke
dalam 3 kelompok analisis. Kelompok 1, yaitu tidak ada faktor risiko (kecuali ambliopia) dan
tidak ada diagnosis diabetes pada saat operasi. Yang termasuk dalam kelompok 1 ini
sebanyak 35.563 mata dan sebanyak 415 mata di diagnosis PME. Interval rata-rata antara
operasi dengan rekaman pertama PME adalah 39,5 hari. Hal ini menimbulkan insidensi
1,17% dari total keseluruhan kasus. Kelompok 2, yaitu ada salah 1 faktor risiko (seperti
terdapat membran epiretinal, penggunaan prostaglandin analog, terdapat oklusi vena retina
sebelumnya, terdapat ablasio retina sebelumnya, uveitis, degenerasi makula terkait usia atau
miopia tinggi) dan tidak ada diagnosis diabetes pada saat operasi. Yang termasuk dalam
kelompok 2 ini sebanyak 11.429 mata dan sebanyak 178 mata di diagnosis PME. Hal ini
menimbulkan insidensi 1,56% dari total keseluruhan kasus. Dalam kategori 2 ini juga
ditemukan PME dominan pada laki-laki. Kelompok 3, yaitu pada pasien yang memiliki
diagnosis diabetes saat operasi dan memiliki rekam medis ada atau tidaknya retinopati
diabetikum dan makulopati sebelum operasi. Yang termasuk dalam kelompok 3 ini sebanyak
4.485 mata dan sebanyak 181 mata di diagnosis PME. Hal ini menimbulkan insidensi 4,04%
dari total keseluruhan kasus.
KESIMPULAN : Ini adalah salah satu studi terbesar PME dalam praktik klinis, berdasarkan
data terstruktur dari 81.984 kasus operasi phacoemulsification katarak yang dilakukan di 8
lokasi selama 4 tahun dengan menggunakan sistem EMR atau di Indonesia dengan melihat
rekam medis elektronik. Kami juga menemukan rata-rata kejadian edema makula pasca
operasi sebesar 1,17% pada mata pasien yang tidak menderita diabetes di saat operasi, tapi
menemukan peningkatan 4 kali lipat pada mata pasien dengan diabetes. Angka ini mirip
dengan tingkat kejadian antara 0,1% dan 2,35% yang dilaporkan pada penelitian retrospektif
lain oleh Packer et al12 dan Henderson et al7. Dalam penelitian tersebut didapatkan temuan
yang signifikan secara statistik bahwa pada kelompok edema makula lebih banyak ditemukan
pada usia yang lebih tua seperti temuan sebelumnya7,13 dan tekanan intraokular yang
ditemukan lebih tinggi pada kejadian edema makula. Dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa jenis kelamin laki-laki dikaitkan dengan peningkatan kejadian edema makula pasca
operasi. Tidak jelas kenapa pria berada pada risiko lebih tinggi, tetapi tidak mungkin faktor
usia menjadi perancu karena pasien pria rata-rata lebih muda dari pasien wanita yang
termasuk dalam penelitian ini. Peneliti menemukan bahwa pasien yang bukan penderita
diabetes, tetapi memiliki faktor risiko yang diketahui, memiliki risiko PME yang lebih tinggi
seperti yang telah dilaporkan dalam penelitian lain.7,14-5 Penelitian ini juga menemukan
bahwa peningkatan risiko edema makula tidak hanya dikaitkan dengan diabetes tetapi juga
tergantung pada tingkat kerusakan retinopati. Penemuan ini sesuai dengan perkiraan adanya
berkurangnya fungsi penghalang darah retina pada pasien dengan perubahan pembuluh darah
yang lebih parah akibat dari retinopati diabetikum. Penemuan ini menegaskan bahwa risiko
kejadian PME lebih tinggi pada pasien diabetes. Penelitian ini juga menemukan bahwa risiko
tertinggi untuk perkembangan PME pada pasien yang tidak menderita diabetes adalah adanya
membran epiretinal sebelum operasi. Meski ini sesuai dengan data yang sebelumnya telah
dipublikasikan.7,18 Peneliti menduga hal ini disebabkan tidak terbiasanya dilakukan
pemeriksaan makula menggunakan OCT secara rutin sebelum melakukan operasi katarak.
Data penelitian ini juga menunjukkan bahwa pecahnya kapsul intra operasi dikaitkan dengan
risiko PME yang lebih tinggi, namun faktor ini belum terbukti signifikan dalam studi lain
yang lebih kecil. Sebaliknya, meskipun dalam penelitian lain menunjukkan adanya hubungan
antara penggunaan analog prostaglandin topikal dengan kejadian PME, dalam penelitian ini
tidak menunjukkan adanya peningkatan risiko yang signifikan.19,20 Edema makula
pseudofakia umumnya dianggap kondisi self-limiting. Dalam penelitian Henderson et al
ditemukan ketajaman penglihatan yang sangat buruk pada mereka yang memiliki PME di
kunjungan kontrol terakhir. Dalam penelitian ini, peneliti membandingkan 415 mata dengan
PME dengan 35 mata tanpa PME. Peneliti menemukan perbedaan yang sangat signifikan
antara 2 kelompok mata ini terutama dalam hal ketajaman visual yang diambil pada 24
minggu setelah operasi. Selain itu, ada perbedaan yang signifikan pada TIO antara 2
kelompok mata ini, yang peneliti anggap sebagai efek terapi kortikosteroid pasca-operasi
tambahan pada mata dengan PME.
Dengan adanya hasil penelitian ini, penting untuk melakukan anamnesis lengkap, melakukan
pemeriksaan pendukung untuk mendiagnosis lebih dini seberapa besar risiko terjadinya PME
yang dapat terjadi serta melakukan edukasi selengkap mungkin mengenai faktor risiko yang
dapat diterima terkait kejadian PME sebelum melakukan operasi katarak.
DAFTAR PUSTAKA