Anda di halaman 1dari 7

Rasionalitas Ojek Konvensional dalam Mempertahankan Eksistensi di Tengah Adanya Gojek di Kota

Surabaya

RASIONALITAS OJEK KONVENSIONAL DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI DI


TENGAH ADANYA GOJEK DI KOTA SURABAYA
Hendita Doni Prasetya
Program Studi S1 Sosiologi Fakutas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya
ihenditas@yahoo.com

Martinus Legowo
Program Studi S1 Sosiologi Fakutas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya
m_legawa@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi rasionalitas yang digunakan maupun alasan yang
melatarbelakangi ojek konvensionl dalam upaya mempertahankan eksistensi di tengah adanya
layanan transportasi Gojek di Kota Surabaya. Penelitian ini bersifat kualitatif, menggunakan
pendekatan fenomenologi dari Alfred Schutzs. Teori yang dipakai adalah teori pilihan rasionalitas
(James Coleman) dan tindakan sosial (Max Weber). Hasil penelitian ini menunjukan ojek
konvensional dalam melakukan tindakan mempertahankan eksistensi di tengah adanya Gojek
memiliki preferensi nilai. Terdapat tiga klasifikasi nilai yang menjadi motif ojek konvensional
dalam mempertahankan eksistensi di tengah adanya Gojek, diantaranya adalah : nilai ekonomi
(pendapatan menjadi ojek konvensional lebih menjanjikan daripada menjadi Gojek), nilai solidaritas
(Ojek konvensional lebih mengutamakan kerukunan dan gotong royong), dan nilai tradisi (tradisi
negosiasi tarif antara penumpang dan ojek, sehingga lebih memberikan kebesan penumpang untuk
menawar sesuai yang diinginkan).
Kata Kunci : Rasionalitas, Ojek Pangkalan, Gojek, Eksitensi Ojek

Abstract
This research aims to determine and identify the rationality used and the reasons behind conventional
Ojek in order to maintain their existence in the middle of the transport service company in Surabaya.
This research used qualitative method and used the phenomenolgical approach of Alfred Schutz.
This research used the theory of rationality choice (James Coleman) and social action (Max Weber).
The result of this research shows that conventional Ojek took action to maintain the existence in the
middle of development of Gojek that have preference value. There were three classifications of values
which had been the motive of Ojek conventional to maintain the existence in the middle of
development of Gojek, which were economic value (revenue into Ojek conventional were more
promising than being Gojek), solidarity (Ojek conventional prefered harmony and mutual assistance),
and traditional values (tradition of negotiations between passengers and Ojek riders, let the
passengers the freedom to bargain as desired).
Keywords: Rationality, Conventional Ojek, Gojek, Ojek Existence

PENDAHULUAN transportasi yang menjadi pilihan masyarakat antara lain


Kemacetan telah menjadi pemandangan sehari-hari di adalah ojek.Ojek memberikan soulusi alternatif
perkotaan, terutama pada jam-jam di mana kebanyakan transportasi di tengah padatnya kendaraan agar cepat dan
orang berngkat atau pulang kerja, pada hampir semua bisa menjangkau tempat yang kemungkinan tidak bisa
ruas jalan dan persimpangan di kota dan telah dijangkau oleh mobil atau kendaraan umum lainnya.
memberikan kerugian yang tidak sedikit pada masyarakat Ojek biasanya hanya bisa ditemukan di pangkalan saja,
pengguna maupun yang tidak pengguna. Peningkatan sehingga tidak bisa dipesan sewaktu kita
jumlah sarana angkutan yang tidak diikuti dengan membutuhkannya dengan mendadak, selain itu tarif ojek
perluasan jaringan jalan juga telah semakin menambah juga tidak memiliki standar yang pasti, dan keamanan
kemacetan dan dampak lingkungan yang lain. Untuk yang kurang menjajikan.
tetap mendukung mobilitas manusia dalam memenuhi Saat ini sedang terjadi sebuah revolusi kreatif di
kebutuhan hidupnya di tengah kondisi kemacetan, sarana bidang layanan transportasi. Semuanya dipelopori oleh
transportasi yang sesuai perlu dikembangkan, yaitu gadget, alat komunikasi yang saat ini mengalami
berupalayanan transportasi yang dapat menjangkau pada perkembangan yang sangat pesat, semua telah
saat kondisi jalan yang padat dengan kendaraan. Sarana terakomodasi dalam satu genggaman saja. Dulu, apabila

1
kita memerlukan layanan transportasi, seperti taksi, kita lebih produktif ketika tidak ada penumpang. Gojek hadir
harus menelepon terlebih dahulu, dan apabila untuk menyelesaikan masalah tersebut. Keberdaan
memerlukan ojek harus jalan menuju pangkalan ojek lalu layanan transportasi gojek di perkotaan di samping
nego harga, kemudian kini tinggal menekan tombol pada memberikan manfaat bagi masyarakat dalam melakukan
layar smartphone, tukang ojek langsung datang menemui mobilitas juga berdampak pada pada ojek pangkalan.
kita dan siap mengantarkan sesuatu dengan tujuan dan Karena adanya Gojek ruang-ruang publik ojek pangkalan
tanpa perlu negosiasi masalah tarif, oleh karena itu semakin berkurang, akhirnya tukang ojek pangkalan ikut
mereka beralih kepada ojek yang telah terorganisir dan bergabung dengan Gojek, karena dianggap Gojek
lebih terkini, misalnya ojek online yang saat ini menjadi dianggap lebih banyak menarik penumpang. Tetapi tidak
sorotan masyarakat yaitu Gojek. Gojek adalah penyedia semua tukang ojek pangkalan mau bergabung dengan
jasa ojek yang terintegrasi dengan smartphone kita. Kita Gojek, seperti yang yang dilansir oleh Tempo.co Jakarta.
bisa memanggil ojek hanya dengan sentuhan jari, bisa Jasa layanan angkutan ojek sepeda motor berbasis
melakukan pembayaran juga via aplikasi, bahkan Gojek aplikasi di telepon seluler seperti GoJek dan Grab Bike,
bisa digunakan untuk mengirim barang atau delivery semakin diminati oleh para pengojek konvensional berkat
makanan.Gojek telah mewarnai transportasi di berbagai tawaran penghasilan yang lebih tinggi. Namun tawaran
kota-kota besar di Indonesia misalnya di Surabaya. tersebut ternyata tidak membuat sejumlah pengemudi
Kurang lebih satu tahun terakhir ini Gojek telah hadir dan ojek pangkalan mau bergabung.
diterima di tengah masyarakat, walaupun sempat terjadi Layanan angkutan ojek sepeda motor berbasis
konflik antara Gojek dan ojek pangkalan, diakibatkan telepon seluler seperti GoJek dan Grab Bike memberikan
penumpang ojek pangkalan berkurang karena peluang bagi pengemudi ojek untuk mendapatkan
pelanggannya beralih ke jasa ojek virtual atau Gojek. pelanggan di lokasi mana saja tanpa terikat pangkalan.
Persaingan antara kedua penyedia layanan GoJek di laman resminya menyatakan bahwa seluruh
transportasi konvensional (ojek pangkalan) dan virtual calon pengemudi GoJek akan mendapat pelatihan
(Ojek Online) akhir-akhir ini banyak diberitakan di media menyeluruh mulai penggunaan telepon seluler hingga
massa, dengan permasalahan Gojek Vs Ojek, seperti yang keamanan mengemudi. Selain itu pengemudi akan
sudah kita ketahui sebelumnya, pemukulan-pemukulan mendapat pembagian keuntungan sebesar 80 persen
yang terjadi pada sopir Gojek sudah sering terjadi di untuk pengemudi dan 20 persen untuk perusahaan,
berbagai kota di Indonesia yang menyediakan layanan termasuk bonus saat mencapai target tertentu (Paradipta :
Gojek. Bahkan pernah yang menjadi korban adalah 2015).
warga biasa. Dari berita yang sudah lama beredar di Beberapa alasan orang memilih untuk
situs-situs berita online, pemukulan terhadap sopir Gojek bergabung dengan Gojek karena Gojek menawarkan
ini umumnya dilakukan oleh para pengendara ojek untung yang lebih, tetapi hal itu tidak dirasakan oleh
pangkalan yang memang merasa tersaingi dan tercuri beberapa orang yang dijalaskan di atas, karena mereka
lahan tempat mereka mencari penghasilan.Lantas, apakah menganggap penghasilan mereka harus di bagi dengan
alasan tersebut dapat dijadikan sebagai alasan yang tepat perusahan Gojek. Catatan kritis terhadap Gojek adalah
untuk melakukan tindak kekerasan terhadap sopir pada cara kerjanya yang dianggap mengabaikan tatanan
Gojek?. Walaupun banyak para sopir ojek yang menjadi mapan yang sudah terbangun di banyak pangkalan ojek.
tersangka pemukulan berhasil diamankan, konflik antara Guyub, sistem antri, solidaritas, adalah poin-poin yang
ojek pangkalan dan Gojek semakin hari semakin ditonjolkan untuk memperlihatkan betapa pangkalan ojek
memanas saja. ini sesungguhnya sangat sosialistik, namun kini mereka
Gojek lahir karena adanya permasalahan. benar-benar sedang dihancurkan secara sistematis.
Masalah transparansi harga, masalah keamanan dan Tetapi, keguyuban dan solidaritas para tukang ojek
kepastian dari pengemudi kendaraan, masalah konvensional bukan tanpa cacat. Mendengar pengalaman
ketersediaan helm, hingga berbagai masalah lainnya yang asal getok harga membuat saya berpikir kembali apakah
dialami konsumen mendorong lahirnya. Dari situlah benar ojek pangkalan memiliki empati, solidaritas
Gojek muncul untuk memberikan solusi. Tidak hanya terhadap sesama kelas sosialnya. Memberikan harga
untuk konsumen, masalah juga terjadi di kalangan tukang seenak udel kepada orang yang benar-benar
ojek sendiri.Waktu menunggu di pangkalan harusnya bisa membutuhkan jasanya bagi saya adalah sebuah sikap
lebih produktif. Jika hanya menunggu di pangkalan, kapitalisik, eksploitatif. Padahal tidak sedikit dari para
tukang ojek hanya bisa bekerja ketika gilirannya tiba dan pengguna jasa ojek konvensional adalah kelas kere atau
ketika ada orderan. Padahal, bisa saja ada lokasi dimana kelas menengah yang ga kaya-kaya amat. Tapi apa mau
di pangkalan tersebut kosong sedangkan ada orderan. dikata, logika mencari keuntungan para ojek pangkalan
Atau bisa saja tukang ojek itu melakukan hal lain yang kadung dikuasai oleh kehendak untuk mencari
Rasionalitas Ojek Konvensional dalam Mempertahankan Eksistensi di Tengah Adanya Gojek di Kota
Surabaya

keuntungan sebesar-besarnya. Khas kapitalis. Keguyuban transportasi Gojek yang membuat ruang-ruang publik
dan solidaritas tukang ojek hanya berlaku bagi mereka semakin berkurang.
komunitasnya, tapi tidak berlaku bagi orang-orangdi luar Metode dalam pemilihan subyek menggunakan
mereka. Kendati tidak semua tukang ojek begitu, namun teknik puposive, yaitu subyek penelitian ditentukan
yang picik lebih sering kelihatan daripada yang baik berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang
(Putra : 2015). diambil berdasarkan tujuan penelitian, yakni untuk
Ojek pangkalan dan Gojek, dan layanan sejenis, mengetahui rasionalitas ojek pangakalan dalam
sama-sama kapitalistik, tapi pada derajat yang berbeda. mempertahankan eksistensi di tengah adanya layanan
Jadi sebenarnya tak ada beda antara ojek konvensional transportasi Gojek di Kota Surabaya. Teknik purposive
dengan Gojek: sama-sama berwatak eksploitatif. Yang sampling disini dipakai dikarenakan agar peneliti
membedakan hanyalah, yang satu terorganisir dalam mendapat kemudahan memperoleh informan.
skala kecil dan tidak menyeluruh, sementara yang lain, Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
sangat terorganisir, sangat tersistematis dan menyeluruh. menggunakan data primer dan data skunder. Data primer
Tidak heran karena memang keduanya berkompetisi merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
dalam sistem kapitalisme. sumbernya baik dari hasil obsevasi maupun wawancara.
Untuk meperoleh layanan gojek di Kota Data primer diperoleh secara langsung dari para tukang
Surabaya sangatlah mudah karena bagi pengguna ojek pangkalan di sekitar terminal joyoboyo Kota
smarphone bisa menjangkaunya tanpa harus bertatap Surabaya. Menurut Bungin Proses in-depth interview
muka terlebih dahulu. Pengguna layanan transportasi ini yang dilakukan oleh peneliti dimulai dengan melakukan
tentunya lebih besar, dan adanya layanan Gojek akan tahap getting in ini, agar mendapatkan trust dari subjek
membawa warna baru diantara berbagai layanan penelitian sehingga memudahkan mendapatkan informasi
transportasi khususnya di Kota Surabaya. Tetapi di sisi untuk proses pengumpulan data. Model analisis data yang
lain keberadaan Gojek membuat ruang publik ojek digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik
pangkalan menjadi terancam, karena Gojek secara analisis deskriptif. Analisis data kualitatif memberikan
pengelolaannya lebih teroganisir dan berbasis teknologi hasil penelitian untuk memperoleh gambaran terhadap
melalui smartphone, jadi penumpang tanpa perlu proses yang diteliti dan juga menganalisis makna yang
bernegosiasi masalah tarif dan tanpa menemui di ada di balik informasi, data dan proses tersebut. Analisis
pangkalan ojek, dari berbagai fenomena persaingan yang data kualitatif tidak sekedar menjelaskan fenomena yang
terjadi diantara keduanya membuat peneliti tertarik untuk ada, melainkan ruh yang terkandung, maksudnya
mengakat permasalahan tersebut sebagai fokus penelitian menjelaskan makna yang ada dalam lapangan.
dengan judul Rasionalitas Ojek Konvensional dalam
Mempertahankan Eksistensi di Tengah Adanya Gojek di HASIL DAN PEMBAHASAN
Kota Surabaya. Aktor merupakan para tukang ojek pangakalan di
terminal Joyoboyo Surabaya yang masih bertahan di
METODE PENELITIAN tengah adanya layanan transportasi Gojek di Surabaya
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, hingga saat ini. Tujuan yang ingin dicapai oleh aktor atau
karena permasalahan dalam penelitian ini bersifat para tukang ojek tidak lain adalah untuk mempertahankan
kompleks, dinamis dan penuh makna, sehingga peneliti eksistensi mereka sebagai ojek konvensional di tengah
bermaksud untuk memahami situasi sosial secara adanya Gojek di Kota Surabaya. Untuk itu seorang aktor
mendalam. Selain itu metode kualitatif ini digunakan harus melakukan suatu tindakan untuk mencapai
karena pertama, Metode kualitatif lebih mudah apabila tujuannya. Dalam menentukan suatu tindakan, aktor
berhadapan dengan kenyataan ganda. Kedua, metode ini memperhitungkan sumber daya yang mampu mendukung
menyajikan secara langsung hubungan antar peneliti tujuan yang ingin dicapainya.
dengan subyek. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih Tindakan ojek yang mempertahankan
dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman eksistensi di tengah adanya Gojek mempunyai
pengaruh bersama terhadap pola nilai yang dihadapi beberapa tujuan yang ingin mereka capai, namun
(Lexy : 2002). Fokus dalam penelitian ini melihat dalam pencapaian kepentingan mereka diperlukan
rasionalitas apakah yang digunakan Ojek pangkalan suatu sumber daya yang mampu mereka kontrol,
dalam upaya mempertahankan eksistensi mereka di beberapa sumber daya tersebut diantaranya adalah :
tengah adanya layanan transportasi Gojek di Kota
Surabaya. Tukang Ojek pangakalan memiliki alasan yang 1. Jumlah anggota ojek yang masih bertahan
melatar belakangi tindakannya untuk tetap Beberapa anggota ojek yang masih bertahan di
mempertahankan eksistensi mereka di tengah adanya terminal Joyoboyo membuktikan adanya sumber daya

3
yang telah dimiliki oleh aktor dalam melakukan berkumpulnya tukang ojek, misalnya di pasar, halte
sebuah tindakan yang didasarkan motif. Ojek sebagai bus, terminal, stasiun dan tempat-tempat keramaian
aktor memiliki kepentingan, yaitu untuk bertahan di lainnya. Terminal Joyoboyo merupakan tempat
tengah adanya Gojek di Surabaya. Oleh karena itu berkumpulnya angkutan umum / lyn dan bus kota,
agar kepentingan mereka dapat terealisaikan, maka sehingga tempat tersebut selalu ramai oleh
perlu kontrol terhadap sumber daya yang mereka masyarakat yang ingin bepergian. Hal tersebut
miliki. Menurut Mohamad, selaku ketua ojek dimanfaatkan oleh para ojek untuk mencari
pangkalan di terminal Joyoboyo, mengaku jumlah penumpang. Oleh sebab itu ojek memilih terminal
anggota ojek pangkalan di terminal Joyoboyo saat ini untuk dijadikan pangkalan tetap mereka. Sedangkan
berjumlah 55 orang. Namun tiga diantaranya telah Gojek sebagai penyedia layanan transportasi modern
bergabung menjadi anggota Gojek, dan beberapa tidak memiliki pangkalan khusus seperti ojek
diantaranya sudah jarang mangkal. Tetapi keberadaan konvensional, maka menurut tindakan rasionlitas
mereka di terminal Joyoboyo dengan jumlah yang Coleman, ojek sebagai aktor memiliki sumber daya
tidak sedikit menunjukan bahwa mereka memiliki yang mampu dikontrol berdasarkan sebuah motif atau
sebuah sumber daya untuk bertahan di tengah tujuan agar kepentingannya bisa terpenuhi dan bisa
persaingan penyedia layanan transportasi yang terealisasikan.
beragam saat ini.
Jenis Rasionalitas Ojek Pangkalan dalam
2. Pasar / Pelanggan tetap Mempertahankan Eksistensi di Tengah Adanya
Jauh sebelum adanya Gojek, ojek telah banyak Gojek. :
membantu masyarakat dalam melakukan 1. Rasionalitas Instrumental
perpindahan, ojek dianggap lebih cepat dan Rasionalitas instrumental yaitu tindakan sosial
terjangkau daripada menggunakan kendaraan umum, yang melandaskan diri kepada pertimbangan
seperti angkot / lyn, bus kota, dan taksi. Ojek bisa manusia yang rasional ketika menanggapi
mengantarkan penumpang ke suatu tempat yang lingkungan eksternalnya dan ketika menanggapi
letaknya tidak bisa dijangkau oleh kendaraan umum orang-orang lain di luar dirinya dalam rangka
lainnya, sehingga masyarakat memilih menggunakan usahanya untuk memenuhi kebutuhan hidup.
ojek pangkalan. Rudi, salah satu ojek pangkalan di Tindakan rasional instrumental pada tukang ojek
terminal Joyoboyo mengaku bahwa ia mempunyai yang mempertahankan eksistensinya yaitu
langganan penumpang yang setiap pagi ia antarkan, berdasarkan kebutuhan ekonomi oleh kelurga
contohnya adalah mahasiswa atau TNI. Secara tidak tukang ojek. Ojek pangakalan sebagai pekerjaan
langsung, Rudi telah memiliki pelanggan tetap utama mereka sekaligus mereka sebagai tulang
meskipun ruang-ruang publik mereka sedikit punggung keluarga sehingga mengharuskan
berkurang akibat adanya persaingan oleh layanan mereka untuk mendapatkan penghasilan guna
transportasi yang berbasis smartphone, seperti Gojek. mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga
Masyarakat masih memanfaatkan layanan ojek mereka. Selain itu mereka tidak memiliki
pangkalan, dengan alasan tarif ojek pangkalan yang keahlihan dalam bidang pekerjaan lain, sehingga
bisa ditawar sesuai kesepakatan jarak tempuh, mereka tidak memiliki alternatif pekerjaan lain.
sehingga ojek pangkalan cenderung tarifnya lebih Selain itu keterbatasan tingkat pendidikan yang
murah daripada Gojek karena mempunyai tarif yang dimiliki membuat penghalang mereka untuk
sudah ditetapkan sesuai dengan ketentuan perusahaan bekerja di bidang lain, sehingga mereka merasa
Gojek. Dengan adanya hal tersebut maka, tidak ada tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia lakukan
proses negosiasi tarif antara penumpang dengan selain bertahan di tengah adanya persaingan
pengemudi Gojek. Hal tersebut menunjukan bahwa layanan transportasi seperti Gojek.
ojek pangkalan masih memiliki pasar yang
merepresentasikan sebuah sumber daya. Jadi, ojek 2. Rasionalitas Nilai
pangkalan sebagai aktor mampu mengontrol sumber Pada penelitian ini rasionalitas nilai menunjukan
daya yang mereka miliki untuk merealisasikan bahwa ojek pangakalan dalam mempertahankan
tujuannya. eksistensi mereka di tengah adanya gojek
berdasarkan pertimbangan nilai-nilai. Keberadaan
3. Adanya tempat / Pangkalan layanan transportasi Gojek yang berbasis
Dikatakan sebagai ojek pangkalan karena ojek smartphone dan tidak adanya sistem antrean
memiliki pangkalan khusus yang menjadi tempat seperti halnya ojek pangkalan, Gojek dalam
Rasionalitas Ojek Konvensional dalam Mempertahankan Eksistensi di Tengah Adanya Gojek di Kota
Surabaya

menarik penumpang menggunakan aplikasi yang Rudi sebagai ojek pangakalan di Joyoboyo geram,
ada di smartphone, jadi ketika mendapat orderan dengan mengatakan bahwa Gojek itu ndak
dari penumpang, maka driver Gojek akan jelas, karena Gojek mematok tarif tidak masuk
memperoleh pemberitahuan melalui smarphone akal, misalnya jauh dekat tarifnya sama. Gojek
milik para driver gojek yang berada di sekitar memberikan tarif minimal Rp 20.000 berlaku
tempat calon penumpang (si Peng-order) yang untuk rentang jarak 1 15 Km, misalkan untuk
jumlahnya mungkin lebih dari satu, sehingga para jarak 5 Km dengan jarak 10 Km tarifnya sama,
driver Gojek harus cepat meng-accept order-an sehingga itu yang dianggap oleh Rudi sebagai tarif
dari pelanggan , sehingga driver yang cepat meng- yang tidak masuk akal menurutnya. Sedangkan ia
accept maka akan mendapatkan penumpang. menjadi Ojek pangkalan mengakui bahwa,
Sedangkan pada ojek pangkalan, untuk masalah tarif semua bisa di nego asalkan ada
mendapatkan penumpang tukang ojek cukup kesepakatan, jadi jauh dekat tidak mungkin
berada di pangkalan menunggu penumpang yang menerapkan tarif yang sama.
ingin menggunakan jasanya, dan terkadang tukang Beberapa anggota ojek di terminal
ojek harus menawarkan jasanya kepada orang joyoboyo mengakui bahwa masih ada penumpang
yang lewat di sekitar pangkalanannya . Selain itu , yang lebih percaya dengan ojek pangkalan,
para tukang ojek pangkalan tidak harus bekerja terbukti mereka masih memiliki pelanggan tetap /
keras dalam mendapatkan penumpang, karena penumpang langganan. Hal ini menunjukan bahwa
dalam kelompok ojek ini ketika ada anggotannya masyarakat tidak sepenuhnya beralih ke ojek
yang belum menarik penumpang / belum online, seperti gojek. Beberapa masyarakat masih
mendapatkan penumpang, maka anggota ojek mengandalkan jasa ojek konvensional di tengah
lainnya ketika memperoleh calon penumpang akan adanya ojek yang berbasis teknologi smartphone,
memberikan kesempatan pada anggota lainnya karena alasan kepercayaan. Mereka
yang belum mendapat penumpang untuk mengkhawatirkan penumpang langganannya
mengantarkan calon penumpang tersebut, Karena apabila tukang ojek pangkalan bergabung dengan
dalam kelompok ojek pangkalan terminal gojek, maka mereka akan mngeceawakan
joyoboyo mengutamakan kerukunan dan pelanggan tetap mereka, karena tarif Gojek sudah
solidaritas yang kuat diantara anggotanya, nilai- bukan berdasarkan tawar-menawar, tetapi sudah
nilai itulah yang membuat ojek pangkalan ada ketetapan dan regulasi tersendiri, sehingga
melakukan tindakan bertahan di tengah adanya pelanggan tetap mereka nantinya akan kecewa.
Gojek di kota Surabaya. Kekhawatiran akan mengecewakan
Nilai Solidaritas antar anggota ojek penumpang jika ojek konvensional beralih
pangkalan terbukti ketika ada beberapa anggota menjadi Gojek ini menunjukan bahwa rasionalitas
ojek ada yang tertimpa musibah maka seluruh mereka dalam mempertahankan eksistensi di
anggota ojek akan memberikan bantuan dengan tengah adnya gojek tergolong rasionalitas afeksi,
menarik iuran dari seluruh anggota ojek. Rudi, karena adanya dorongan atau motivasi yang
salah satu informan menjelaskan, saat ini banyak sifatnya emosional meliputi perasan akan
persaingan penyedia layanan transportasi seperti kekecewaan masyarakat terhadap mereka.
ojek di kota Surabaya, ia tidak mengkhawatirkan
akan hal itu, ia meyakini bahwa semua rejeki 4. Rasionalitas Tradisional
manusia sudah diatur oleh Tuhan, yang terpenting Rasionalitas tradisional adalah suatu tindakan
mengutamakan kerukunan antar anggota diatas yang didasarkan kepada kebiasaan-kebiasaan,
segalanya. Hal itu menunjukan bahwa ada tindakan sosial yang didorong dan berorientasi
beberapa nilai-nilai yang mereka pertimbangkan kepada tradisi masa lampau pengalaman
ketika melakukan suatu tindakan, diantaranya nilai sebelumnya. Ojek pangakalan terminal joyoboyo
solidaritas, dan nilai religius. tetap bertahan di tengah adanya layanan Gojek
berlandaskan rasionalitas tradisional. Tindakannya
3. Rasionalitas Afeksi didasarkan akan tradisi ojek pangkalan yang telah
Rasionlaitas afeksi yaitu tindakan sosial yang ada sebelumnya. Beberapa hal yang membedakan
dibuat-buat, suatu tindakan sosial yang timbul ojek pangkalan dengan Gojek adalah pangkalan.
karena dorongan atau motivasi yang sifatnya Ojek konvensional memiliki pengkalan khusus
emosional, meliputi perasaan atau apa yang yang berada di pusat-pusat keramaian. Ojek di
dialami. Keberadaan Gojek di Surabaya membuat terminal Joyoboyo telah ada sejak terminal

5
Joyoboyo berdiri, mereka menjadikan Terminal 3. Nilai Tradisi : Ciri khas dari ojek pangkalan adalah
Joyoboyo sebagai tempat untuk mereka mangkal tarifnya yang bisa dinego, karena negosiasi harga
dan menunggu penumpang. Sehingga penumpang antara calon penumpang dan tukang ojek
yang ingin menggunakan jasa ojek konvensional merupakan tradisi yang telah ada sejak adanya ojek
akan mencari di pangkalan mereka. Sedangkan di terminal Joyoboyo, dan dalam proses negosasi
pada transportasi Gojek, penumpang yang ingin harga terjadi interaksi secara langsung (tatap muka),
menggunakan jasa Gojek harus memesan melalui sedangakan pada Gojek memiliki standar tarif yang
aplikasi yang ada di smartphone terlebih dahulu. otomatis telah ditentukan dan tertera pada aplikasi
Sehingga gojek tidak memiliki pangkalan khusus smartphone setelah calon penumpang selesai mem-
dan mereka selalu berpindah-pindah. boking Gojek secara virtual (tanpa bertatap muka).
Selain adanya pangkalan khusus, yang Hal ini yang membuat tukang ojek melakukan
menjadi ciri khas ojek konvensional adalah tindakan yang berorientasi masa lampau
adanya tawar-menawar tarif antara ojek dan calon
penumpangnya, ketika harga / tariff yang di patok PENUTUP
oleh tukang ojek dirasa kurang setuju maka calon Simpulan
penumpang akan menawar sesuai dengan yang Tujuan yang ingin dicapai oleh Aktor atau para tukang
diinginkan , sampai memperoleh tarif yang ojek antara lain adalah, untuk mempertahankan eksistensi
disepakati diantara ojek dan calon penumpang dan mereka sebagai ojek konvensional. Untuk itu seorang
hal ini telah menjadi kebiasaan yang terjadi turun- ojek konvensional sebagai aktor harus melakukan suatu
temurun. Tindakan yang dilakukan ojek tindakan untuk mencapai tujuannya. Dalam menentukan
konvensional bertahan di tengah adanya Gojek di suatu tindakannya, ojek konvensional memperhitungkan
Kota Surabaya didasarkan oleh kebiasaan- sumber daya yang mampu mendukung tujuan yang ingin
kebiasaan yang berorientasi masa lampau, seperti dicapainya. Sumber daya yang dimilki oleh ojek
proses negosiasi tarif dengan penumpang dan pangakalan adalah : Jumlah anggota ojek yang masih
tentunya berbeda dengan Gojek yang memberikan bertahan, masih adanya pasar / pelanggan tetap, dan
tarif yang tetap dan tidak bisa ditawar seperti adanya tempat / pangkalan. Dengan adanya sumber daya
halnya ojek pangkalan. yang dimiliki oleh ojek konvensional, maka ia akan
mampu merealisasikan tujuannya untuk mempertahankan
Rasionalitas Ojek Konvensional berdasarkan nilai eksistensi mereka. Sedangkan motif nilai yang mendasari
Berikut adalah motif / tujuan aktor dalam melakukan aktor dalam melakukan tindakannya antara lain : Nilai
tindakan berdasarkan nilai : ekonom, yaitu: pendapatan menjadi ojek konvensional
1. Nilai ekonomi : Gojek memberikan standar tarif lebih menjanjikan daripada menjadi Gojek, nilai
yang pasti, namun tarif tersebut bukanlah milik Solidaritas yaitu ojek konvensional lebih mengutamakan
driver Gojek sepenuhnya, namun masih dipotong kerukunan dan gotong royong, dan nilai Tradisi, yaitu
sebagian untuk perusahaan penyedia layanan Gojek, tradisi negosiasi tarif antara penumpang dan ojek,
sedangkan penghasilan ojek konvensional sehingga lebih memberikan kebesan penumpang untuk
sepenuhnya adalah milik ojek sendiri, sehingga menawar sesuai yang diinginkan.
secara ekonomi, menjadi ojek konvensional
hasilnya lebih menjanjikan daripada bergabung Saran
menjadi Gojek. Gojek telah menjadi pelaku monopoli yang mendominasi
2. Nilai Solidaritas : Gotong royong dan saling seluruh pasar ojek pangkalan. Pendapatan Gojek memang
membantu antar sesama anggota ojek pangkalan tergantung pengemudi dalam mencari penumpang, bahkan
yang sedang tertimpa musibah, dan saling berbagi pengemudi Gojek rajin bekerja seharian. Sementara itu,
mengantarkan penumpang dengan anggota lain ojek pangkalan jelas sangat mengandalkan penumpang
yang belum mendapatkan penumpang, sedangkan dari lokasi tempat mereka mangkal, dengan kemungkinan
pada gojek sistemnya adalah siapa cepat, dia mendapatkan penumpang sangat bergantung pada lokasi
dapat, sehingga anggota Gojek harus bekerja keras pangkalan mereka. Apabila kita perhatikan ojek
untuk memantau smartphone jikalau mendapat pangkalan, mereka cukup santai menanti penumpang
order-an dari calon penumpang. Sehinga ojek sambil minum kopi, sehingga akan terjalin interaksi dan
konvensional dalam mempertahankan eksistensi di terjalin kedekatan antar tukang ojek. Perbedaan kedua
tengah adanya Gojek didasari oleh nilai solidaritas layanan transportasi tersebut memang terletak pada
yang ada pada ojek konvensional. sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing layanan
transportasi, namun keduanya tetaplah memiliki tujuan
Rasionalitas Ojek Konvensional dalam Mempertahankan Eksistensi di Tengah Adanya Gojek di Kota
Surabaya

dan bidang yang sama. Tetapi yang perlu di tekankan


bahwa, persaingan usaha selalu ada dan sebagai pelaku
usaha sebaiknya selalu bijak dalam menyikapinya, jangan
sampai terjadi sebuah ketegangan yang berakhir dengan
kekerasan, sehingga yang paling dirugikan adalah
konsumen / penumpang, mereka tentunya akan merasa
tidak nyaman lagi ketika menggunakan jasa ojek. Untuk
pemerintah, sebaiknya memberikan regulasi terkait
adanya transportasi roda dua yang masih belum
terakomodir sebagai kendaraan umum karena dianggap
keselamatannya masih kurang.

DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. 2009. Penelitian Kualitatif : Komunikasi
Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
Lain. Jakarta : Kencana Prenama Media Group
Moloeng, J Lexy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Ritzer, George. 2013. Teori Sosiologi Dari Teori Klasik
Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial
Postmodern. Bantul : Kreasi Wacana.
Suryadi. 2012. TUKANG OJEK, Studi Tentang Perilaku
Berlalulintas di wilayah Perumnas Antang,
Makassar. Skripsi Tidak Diterbitkan.
Makassar : Universitas Hasanuddin
Usman, Sunyoto. 2015. Esai-Esai Sosiologi Perubahan
Sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Rujukan Online
Fahd Magat, Fahd. Gojek vs Ojek Pangkalan di
Bandung.(Online)
(http://www.plimbi.com/article/161682/gojek-
vs-ojek-pangkalan-di-bandung.)
Pradipta, Raditya. 2015. Pengakuan Ojek Pangkalan Soal
Alasan Tak Mau Gabung GoJek. (online).
(http://metro.tempo.co/read/news/2015/08/02/0
83688450/pengakuan-ojek-pangkalan-soal-
alasan-tak-mau-gabung-gojek
Putra, Ferdhi F. 2015. Gojek dan Tantangan Swakelola
Ojek Pangkalan. (Online).
(http://anarkis.org/gojek-dan-tantangan-
swakelola-ojek-pangkalan/

Anda mungkin juga menyukai