Anda di halaman 1dari 12

PENERAPAN SUFICIENT MULTIFAMILY HOUSE DENGAN

SISTEM PENYARINGAN AIR LIMBAH DI KAWASAN KUMUH


KALI ANGKE

Karlina Yunilawati *1
*1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, Universitas Trisakti
Karlinayunila@yahoo.com

ABSTRAK

Kemunculan permukiman kumuh merupakan fenomena yang banyak terjadi terutama di


negara-negara berkembang. Keadaan daerah perdesaan yang serba kekurangan
meningkatkan arus urbanisasi bagi kota yang mulai padat penduduknya ini, pertambahan
penduduk tiap tahun yang jauh melampaui penyediaan kesempatan kerja, keterbatasan
ekonomi dan kepadatan tinggal menyebabkan kaum urban menempati daerah-daerah
pinggiran (slum area) hingga membentuk lingkungan permukiman kumuh. Tulisan ini
bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi penyebab, tipe, dan karakter dari
permukiman kumuh di kawasan Kali Angke, diharapkan dapat menghasilkan inovasi di
bidang pembangunan dan teknologi pada sanitasi sehingga menjadikan kawasan yang
lebih baik, mandiri, serta dapat memanfaatkan potensi yang ada yang akan memperkuat
identitas kawasan

Kata kunci: permukiman, kumuh, urbanisasi, kepadatan penduduk.

A. PENDAHULUAN

A. 1. Latar Belakang Masalah


Pertumbuhan penduduk yang begitu pesat dan tidak terkndali telah menimbulkan dampak terhadap
aspek kehidupan di wilayah perkotaan. Salah satu aspek yang sangat terasa adalah kebutuhan
papan yang juga meningkat. Hal itu disebabkan karena terbatasnya kemampuan untuk membangun
perumahan yang layak dan semakin terbatasnya lahan perkotaan untuk membangun permukiman
yang mencukupi dan memenuhi syarat. Penduduk yang semakin bertambah disertai dengan arus
urbanisasi yang tinggi bersamaan dengan terjadinya meningkatnya pembangunan industri baru
menyebabkan semakin berkurangnya lahan untuk permukiman. Sebagai konsekwensi banyak
orang yang terpaksa membangun di atas tanah yang tidak direncanakan semula yang menjadikan
lingkungan perumahan tidak teratur dan tidak memiliki prasarana yang memadai seperti fasilitas
jalan lingkungan, sumber air bersih, saluran pembuangan air kotor, persampahan yang akan
menimbulkan berbagai masalah baik ditinjau dari segi kesehatan, keindahan dan kenyamanan,
maupun dari segi hukum yang berlaku yang lebih di kenal dengan kawasan permukiman kumuh.

A. 2. Perumusan Masalah
1. Urbanisasi dan pertumbuhan masyarakat yang terus meningkat yang tidak terkendali
dengan jumlah kebutuhan papan yang terus meningkat memicu tumbuhnya permukiman
kumuh
2. permukiman kumuh menjadikan daerah berantakan dan tidak teratur yang memicu
kriminaitas
3. permukiman kumuh berpotensi mencemari lingkungan baik air, tanah, dan udara

A. 3. Pertanyaan Dalam Penulisan


Pertanyaan yang akan diajukan dalam tulisan berikut adalah:
1. apa penyebab terbentuknya kawasan kumuh
2. apa karakteristik dan ciri dari kawasan kumuh
3. Bagaimana menyiasati permukiman kumuh dan mengurai dampak pencemaran lingkungan
yang di timbulkan

A. 4. Tujuan Penulisan
Penerapan konsep tata bangunan dan lingkungan yang baik sangat berpengaruh terhadap tingkat
kehidupan di suatu permkiman. Tujuan penulisan ini adalah pengusulan solusi terhadap kebutuhan
hunian yang tinggi depan lahan yang menipis tingginya di kawasan kumuh dan cara
meminimalisirkan pencemaran yang dihasilkan baik dari limbah rumah tangga ataupun limbah
industri di Kali Angke

B. KAJIAN PUSTAKA

B.1. Kawasan Kumuh


Menurut Budiharjo (1997) kawasan pemukiman kumuh adalah lingkungan hunian yang
kualitasnya sangat tidak layak huni, berada pada lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan atau
tata ruang, kepadatan bangunan sangat tinggi dalam luasan yang sangat terbatas, rawan penyakit
sosial dan penyakit lingkungan, serta kualitas bangunan yang sangat rendah, tidak terlayani
prasarana lingkungan yang memadai dan membahayakan keberlangsungan kehidupan dan
penghidupan penghuninya.

Gambar 1. kawasan kumuh di jakarta Gambar 2. Kawasan kumuh yang tidak tertata
(Sumber: www.iradiofm.com/) (Sumber: www.jurnal bandung.com)
B.2. Penyebab Tumbuhnya Permukiman Kumuh

Menurut Khomarudin (1997) adalah sebagai berikut :


1. Angka pertumbuhan penduduk yang tak terkendali yang tidak diimbangi dengan perbaikan
dan pertumbuhan ekonomi yang baik.
2. Urbanisasi dan migrasi yang tinggi terutama bagi kelompok masyarakat berpenghasilan
rendah
3. Godaan untuk meraih kesempatan kerja dan penghidupan lebih baik di kota kota besar
4. kegiatan pembangunan yang dilakukan tidak memperhitungkan daya dukung lahan yang
ada
5. Semakin sempitnya lahan permukiman dan tingginya harga tanah
6. Sulitnya mencicil atau menyewa rumah
7. Kurang tegasnya pelaksanaan perundang-undangan

Gambar 3. Terjadinya Urbanisasi Gambar 4. Pembangunan tidak Gambar 5. Keterbatasan lahan


(Sumber: www.seputarjakarta.com) terkendali penyebab kumh
(Sumber: www.google.com) (Sumber:www.iradiofm.com)

B.3. Kategori Permukiman Kumuh Berdasarkan Lokasi

1. Permukiman kumuh tepian sungai atau kali


Merupakan permukiman kumuh yang berada di dalam Garis Sempadan Sungai (GSS).

Gambar 6. kawasan kumuh di tepi sungai Gambar 7. Sistem sanitasi bercampur dengan kali
(Sumber: www.nasional.republika.com) (Sumber: www.nasional.republika.com)
2. Permukiman kumuh dekat pusat kegiatan sosial ekonomi
permukiman kumuh yang terletak di sekitar pusat-pusat aktifitas sosial-ekonomi seperti
halnya lingkungan industri, sekitar pasar tradisional, pertokoan, lingkungan perkantoran,
dan lain-lain.

Gambar 8 dan 9. Kawassan kumuh yang berada di lingkungan gedung tinggi di jakarta
(Sumber: www.liputan6.com)

3. Permukiman kumuh tepian rel kereta api


Merupakan permukiman kumuh yang berada di sepanjang jalur kereta api, tanpa adanya
pembatas

Gambar 10 dan 11. Kawassan kumuh yang berada di lingkungan jalur kereta api
(Sumber: www.jakarta.okezone.com)

B.4. Masalah Yang Ditimbulkan Akibat Permukiman Kumuh


1. Segi pemerintahan
Permukiman kumuh yang umumnya terjadi di kota-kota besar yang tumbuh tidak
terkendali membuat pemerintah dianggap dan dipandang tidak cakap dan tidak peduli
dalam penataan dan menangani pelayanan terhadap masyarakatnya.

2. Segi social
Penduduk di permukiman kumuh tersebut memiliki persamaan dimana sebagian
masyarakat kumuh adalah masyarakat berpenghasilan dan pendidikan rendah yang
dianggap sebagai sumber ketidakteraturan dan ketidakpatuhan terhadap nilai sosial dan
perilaku menyimpang yang menyebabkan kriminalitas dan anarkis

3. Segi lingkungan
Dengan adanya pembangunan di kawasan yang semestinya tidak diperuntukan sebagai
kawasan hunian menimbulkan lingkungan yang tidak sehat, banjir, penyakit menular,
pencemaran linkungan, sistem sanitasi dan drainase yang kian memburuk
B.5. Pencemaran Air
Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan makhluk hidup di muka bumi
ini yang tidak dapat terlepas dari kebutuhan manusia. Dewasa ini, air menjadi masalah yang perlu
mendapat perhatian yang serius. Penyebab terjadinya pencemaran dapat berupa masuknya makhluk
hidup, zat cair atau berbentuk padat, energi atau komponen lain ke dalam air sehingga
menyebabkan kualitas air tercemar. Aspek pelaku dapat disebabkan oleh alam, atau oleh manusia.

G Gambar 12 Pencemaran kali atapun sungai akibat Gambar 13 Pencemaran kali/sungai akibat sampah
limbah pabrik atau limbah rumah tangga (Sumber: www.caraterbarumengatasi.com)
(Sumber: www.nonasmartfilter.com)

B.5.1 Pencemaran Air Di Kawasan Kumuh


Sungai hanya menjadi halaman belakang kota, terabaikan, dan jarang tersentuh. Dengan jumlah
kebutuhan akan hunian yang terus meningkat dengan lahan yang mahal dan menipis serta tidak
dapat dipisahkannya kebutuhan manusia terhadap air, permukiman kumuh tumbuh berkembang
secara liar di pinggir sungai. Dampak yang sering ditimbulkan oleh permukiman kumuh di
bantaran sungai adalah banjir yang menyebabkan hilangnya daerah penyerapan air, menyempitnya
sungai, dan polusi di sungai atau kali.

Gambar 14. Pembangunan rumah Gambar 15. Pembuangan sampah Gambar 16 Penemaran dari
di bantaran sungai pada kali dan sungai penyebab banjir limbah rumah tangga dan pabrik
(Sumber: www.kompasiana.com) (Sumber: www.indolah.com) (Sumber: www.antaranews.com)

B.6 Sejarah Kali Angke


Kali Angke adalah nama sebuah sungai di Jakarta yang termasuk di wilayah Kecamatan Tambora,
Jakarta Barat. Asal mula nama Angke dari bahasa Cina yaitu dari kata Ang yang artinya darah
dan Ke artinya bangkai. Kampung ini dinamakan demikian karena dahulu pada tahun 1740 ketika
terjadi pemberontakan orang-orang Cina di Batavia, beribu-ribu orang Cina mati dibunuh oleh
Belanda. Selama bertahun-tahun kali angke mempunyai peran dalam tingginya tingkat kekumuhan
di kota Jakarta. mulai dari banyaknya penumpukan sampah yang mengakibatkan sering timbulnya
banjir, serta daerah permukiman warga yang sangat dekat dengan kawasan industrial di daerah
angke. Hal-hal tersebutlah yang membuat kali angke menjadi daerah yang mempunyai peran dalam
tingkat kekumuhan kota Jakarta.

Gambar 17. Pembagian zona pada area Kali Angke


(Sumber: www.futurearch.com)

C. ANALISIS
C.1. Studi Kasus Permukiman Kumuh Kali Angke
Ciri-ciri pemukiman kumuh menurut Suparlan (1984) pada kawasan muara Angke adalah:
1. Tata bangunan sangat tidak teratur dan bangunan-bangunan pada umumnya tidak
permanen serta jarak antar bangunan terlalu padat sehingga cahaya matahari yang masuk
sangat minim.

Gambar 18. Jarak balkon antar bangunan terlalu dekat Gambar 19. Jarak bangunan dan sirkulasi tidak
ada pembatas (tidak memperhatikan kdb)
(Sumber: Dokumen pribadi)

2. Jalan-jalan pedestrian sempit dengan jalur pedestrian berkurang lebarnya akibat pemakaian
jalan sebagai tempat parkir motor, tidak aman untuk pejalan kaki dikarenakan banyak
sepeda motor yang melintas

Gambar 20. Jarak jalan terlalu sempit


(Sumber: Dokumen pribadi)
3. Fasilitas drainase sangat tidak memadai, terdapat jalan- jalan tanpa drainase, sehingga
apabila hujan kawasan ini dengan mudah akan tergenang oleh air. Fasilitas pembuangan air
kotor/tinja atau limbah rumah tangga sangat minim sekali yang biasanya langsung menuju
sungai terdekat

Gambar 21. Keadaan cuci piring sehari-hari Gambar 22. Keadaan saluran pembuangan
(Sumber: Dokumen pribadi)

4. Kurangnya ruang terbuka menyebabkan anak bermain di gang-gang depan rumah mereka.
Tidak adanya titik kumpul dan vegetasi seperti taman sama sekali tidak ada dengan kondisi
bantaran sungai yang dijadikan hunian dan tempat pembuangan sampah sementara (TPS)

Gambar 23. Area sungai dii alih fungsikan Gambar 24. Area sungai dii alih fungsikan
menjadi TPS menjadi tempat penyimpanan barang bekas
(Sumber: Dokumen pribadi)

C.2 Kriteria Solusi Masalah


Penataan kembali area permukiman kumuh harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:

1. Kriteria Lokasi: menghasilkan sebuah kawasan serta memanfaatkan potensi kawasan


yang memperkuat identitas kawasan tersebut.
2. Kriteria fungsi: tidak hanya menjadikan bangunan sebagai hunian, tetapi juga memiliki
fungsi yang menunjang aktifitas penghuni yang tinggal didalamnya
3. Kriteria lingkungan: Menanggulangi pencemaran baik dari segi air dan mendukung
kehidupan makhluk lain di sekitar kawasan
4. Kriteria struktur dan material: membuat bangunan yang kokoh dan tahan gempa serta
menggunakan material yang ramah terhadap lingkungan
5. Kriteria sosial: menyediakan area atau fasilitas komunal yang dapat dapat di gunakan
bersama sebagai sarana sosialialisasi
D. INOVASI

D.1. Rumah Jagung (Self-Suficient Multifamily House) Di Area Agri Kultur


Nama dari rumah ini mengadaptasi bentuk dan struktur dari tanaman jagung itu sendiri yang terdiri
dari tangkai pajang yang mampu manahan angin. Setiap modul "Rumah Jagung" terdiri dari 3
modul rumah untuk 3 keluarga yang ditumpuk. Rumah-rumah jagung biasa terletak di sekitar
kawasan kampung dekat ladang pertanian menggunakan material utama yaitu bahan bioconcrete
yang mampu mengurangi suhu di sekitarnya dan dengan kemampuannya yang mampu menyerap
bahan berbentuk cair

Gambar 25. Potongan vertical modul-modul rumah jagung


(Sumber: www.futurearch.com)

D.2. Remediasi Air Sungai Pada Kali Angke

Gambar 25. Potongan horizontal system remediasi air limbah


(Sumber: www.futurearch.com)
PENYARINGAN PENYARINGAN PENYARINGAN WATERPLANT
ZONA MENGGUNAKAN MENGGUNAKAN MENGGUNAKAN & RAIN
INDUSTRIAL PYTHOREMEDIATION BAMBU PASIR WATER
TOWER
Air limbah Setelah itu, air Setelah melalui Setelah Pada waterplant,
dari yang telah di kanal, air di melalui air-air siap untuk
industri di filtrasi oleh arahkan untuk filtrasi di fungsikan lagi
saring bangunan industri, melewati bambu bambu, air di ke irigrasi atau
terlebih di arahkan ke rhizofiltration, endapkan area budidaya
dahulu oleh kanal guna untuk pada sand ikan dan udang.
sistem pythoremediation mengangkat filtration Dengan seperti
penyaringa yang berguna bakteri-bakteri sebelum di ini, penggunaan
n air pada mengangkat zat- yang masukan di air dapat lebih
bangunan zat seperti sabun, terkandung waterplant efektif dan tidak
industri itu sehingga air dapat dalam air kawasan merusak
sendiri. terlihat lebih tersebut. lingkungan
bersih.
D.3. Pengaplikasian

D.3.1 Tipe-tipe rumah jagung


Tiga tipe rumah jagung yang akan di aplikasikan:
1. Tipe 1, Lantai pertama dibesarkan 1,50 cm di atas tanah untuk menghindari banjir dan
di pergunakan sebagai ternak unggas. Di letakan pada luar kawasan
2. Tipe 2, Lantai pertama dibesarkan 1,50 cm di atas tanah untuk memberi privasi,
menghindari banjir, dipergunakan saung, atau ruang komunal setelah bertani. Di letakan
pada tengah kawasan
3. Tipe 3, lantai pertama menjadi saung, dengan (satu perempat) bagian rumah berada
di atas sungai untuk tempat budidaya atau ternak ikan, udang, dan lain lain. Lokasi
berada pada tepi sungai

1
2 1 2 3

Gambar 26. Tipe-tipe rumah jagung yang akan di aplikasikan pada kawasan Kali Angke
(Sumber: www.futurearch.com)

D.3.2 Langkah-langkah Pelaksanaan


1. Langkah pertama adalah mengidentifikasi kawasan kumuh kali angke
2. Membuat node kawasan untuk menandai sebuah kawasan yang baru yg ingin di
revitalisasikan
3. Menentukan area cluster rumah jagung sesuai matapencaharian masyarakat yang akan
menempati rumah jagung, berkebun, berternak, atau budidaya

Gambar 27. Kawasan permukiman Kali Angke yang akan


di revitalisasii
(Sumber: www.futurearch.com)
Gambar 28. Pembagian Cluster sesuai matapencaharian penghuni dan sesuai lokasi
(Sumber: www.futurearch.com)

Gambar 29. sistem remediasi air limbah pada kawasan kali agke
(Sumber: www.futurearch.com)

2
1 3

Gambar 30. Tampak muka Gambar 31. Site plan


(Sumber: Dokumen pribadi)

Gambar 32. Perspektif 1 Gambar 33. Perspektif 2


(Sumber: Dokumen pribadi)
Gambar 34. Perspektif 3 Gambar 35. Perspektif 4
(Sumber: Dokumenpribadi)

D.4 SWOT
D.4.1 Strengths
1. Cepat dalam pembangunan
2. Satu massa bangunan dapat dihuni oleh keluarga
3. Menggunakan material bioconcrete yang dapat menurunkan suhu sekitar dan memiliki
kemampuan menyerap cairan
4. Terdiri dari tiga tipe rumah yang dapat di sesuaikan dengan minat penghuni, yaitu
bercocok tanam, budidaya ikan dan udang, atau ternak unggas
5. Menggunakan material serat pohon palem sebagai media tanam dan sebagai habitat burung
walet

D.4.2 Weakness
1. Material yang mudah terbakar

D.4.3 Opportunities
1. Permukiman dengan menggunakan rumah jagung dapat menyuplai cukup protein, lemak,
dan karbohidrat untuk seluruh rumah tangga yang ada.
2. Rain water harvesting tower tidak hanya menangkap atau menampung air hujan tapi juga
menyaring hujan dan bertindak sebagai habitat burung
3. menciptakan rasa memiliki dalam lingkungan sosial dan ekologi karena adanya simbiois
mutualisme antara manusia yang tinggal dengan makhluk hidup lain disekitarnya
4. Memberi open space pada kawasan berupa taman atau area agri kultur dimana tidak
terdapat pada permukiman sebelumnya

D.4.4. Threats
1. Bau pada area ternak unggas
DAFTAR RUJUKAN

Suparlan. 1986. Permukiman dan Pembangunan. Departemen Pekerjaan Umum,


Jakarta.Dananjaya,

Asrun, Laode. (2014) tipologi permukiman kumuh [online], Tersedia: http://


odexyundo.blogspot.co.id/2009/08/tipologi-permukiman-kumuh.com [28 juli 2017]

Theodore, Raynaldo, et al . (2015) Urban Landscape and Mediation As Catalyst [online], Tersedia:
http://www.futurarc.com/index.cfm/competitions/2015-fap-student-1st-prize-winner/

Anda mungkin juga menyukai