PENDAHULUAN
1.1 Seksio Sesarea
1.1.1 Definisi
Seksio Sesarea adalah kelahiran janin melalui insisi dinding abdomen
melalui dinding depan perut (laparatomi), seksio sesarea juga dapat didefinisikan
sebagai suatu histerotomia untuk melahirkan janin dalam rahim.
1.1.2 Epidemiologi
Menurut data WHO, angka persalinan seksio sesarea di dunia terus
meningkat, berdasarkan hasil survey WHO tahun 2004-2008 di tiga benua yaitu
Amerika Latin, Afrika dan Asia diketahui angka kejadian SS terendah di Angola
yaitu 2,3% dan tertinggi di Cina sebesar 46,2%. Demikian juga angka persalinan
SS di Asia meningkat tajam. Di Cina, angka persalinan SS pada tahun 2003
sebesar 19,2% dan pada tahun 2011 meningkat tajam menjadi 36,3%. Di
Indonesia, angka persalinan SS meningkat sangat tajam terutama di kota-kota
besar. Berdasarkan Riskesdas 2010 menunjukkan angka kejadian SS sebesar
15,3%, terendah di Sulawesi Tenggara 5,5% dan tertinggi di DKI Jakarta 27,2%.
Angka persalinan SS di RS Sanglah Denpasar pada tahun 2001 sekitar 22,3% dan
pada tahun 2006 meningkat sampai 34,5%.
1
dipertimbangkan apakah persalinan dapat berlangsung melalui vagina atau
harus dilakukan tindakan sectio caesarea.
c. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta terdapat di bagian atas uterus.
Sejalan dengan bertambah besarnya rahim dan meluasnya segmen bawah
rahim ke arah proksimal memungkinkan plasenta mengikuti perluasan
segmen bawah rahim.
d. Ruptura Uteri
Ruptura uteri baik yang terjadi dalam masa hamil atau dalam proses
persalinan merupakan suatu malapetaka besar bagi wanita dan janin yang
dikandungnya. Dalam kejadian ini boleh dikatakan sejumlah besar janin
atau bahkan hampir tidak ada janin yang dapat diselamatkan, dan sebagian
besar dari wanita tersebut meninggal akibat perdarahan, infeksi, atau
menderita kecacatan dan tidak mungkin bisa menjadi hamil kembali karena
terpaksa harus menjalani histerektomi.
Kausa tersering ruptur uteri adalah terpisahnya jaringan parut bekas sectio
caesarea sebelumnya. Selain itu, ruptur uteri juga dapat disebabkan trauma
atau operasi traumatik, serta stimulus berlebihan. Namun kejadiannya relatif
lebih kecil.
e. Disfungsi Uterus
Mencakup kerja uterus yang tidak adekuat. Hal ini menyebabkan tidak
adanya kekuatan untuk mendorong bayi keluar dari rahim. Dan ini membuat
kemajuan persalinan terhenti sehingga perlu penanganan dengan sectio
caesarea.
f. Solutio Plasenta
Disebut juga solusioplasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh
plasenta sebelum janin lahir. Ketika plasenta terpisah, akan diikuti
pendarahan maternal yang parah. Bahkan dapat menyebabkan kematian
janin. Plasenta yang terlepas seluruhnya disebut solutio plasenta totalis, bila
2
hanya sebagian disebut solutio plasenta parsialis, dan jika hanya sebagian
kecil pinggiran plasenta yang terpisah disebut ruptura sinus marginalis.
2.Indikasi Janin
a. Kelainan Letak
1. Letak Lintang ?
Pada letak lintang, biasanya bahu berada di atas pintu atas panggul
sedangkan kepala berada di salah satu fossa iliaka dan bokong pada sisi
yang lain. Pada pemeriksaan inspeksi dan palpasi didapati abdomen
biasanya melebar dan fundus uteri membentang hingga sedikit di atas
umbilikus. Tidak ditemukan bagian bayi di fundus, dan balotemen kepala
teraba pada salah satu fossa iliaka.
2. Presentasi Bokong
Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian
terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya. Dengan insidensi 3
4% dari seluruh persalinan aterm. Presentasi bokong adalah malpresentasi
yang paling sering ditemui. Sebelum usia kehamilan 28 minggu, kejadian
presentasi bokong berkisar antara 25 30%.
3. Presentasi Ganda atau Majemuk
3
Presentasi ini disebabkan terjadinya prolaps satu atau lebih ekstremitas
pada presentasi kepala ataupun bokong. Kepala memasuki panggul
bersamaan dengan kaki dan atau tangan. Faktor yang meningkatkan
kejadian presentasi ini antara lain prematuritas, multiparitas, panggul
sempit, kehamilan ganda.
b. Gawat Janin
Keadaan janin biasanya dinilai dengan menghitung denyut jantung janin
(DJJ) dan memeriksa kemungkinan adanya mekonium di dalam cairan
amnion. Disebut gawat janin, bila ditemukan denyut jantung janin di atas
160/menit atau di bawah 100/menit, denyut jantung tak teratur, atau
keluarnya mekonium yang kental pada awal persalinan.
Keadaan gawat janin pada tahap persalinan memungkinkan dokter
memutuskan untuk melakukan operasi. Terlebih apabila ditunjang kondisi
ibu yang kurang mendukung. Sebagai contoh, bila ibu menderita hipertensi
atau kejang pada rahim yang dapat mengakibatkan gangguan pada plasenta
dan tali pusar. Sehingga aliran darah dan oksigen kepada janin menjadi
terganggu. Kondisi ini dapat mengakibatkan janin mengalami gangguan
seperti kerusakan otak. Bila tidak segera ditanggulangi, maka dapat
menyebabkan kematian janin.
c. Ukuran Janin
Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan
bayi sulit keluar dari jalan lahir. Umumnya pertumbuhan janin yang
berlebihan disebabkan sang ibu menderita kencing manis (diabetes
mellitus). Bayi yang lahir dengan ukuran yang besar dapat mengalami
kemungkinan komplikasi persalinan 4 kali lebih besar daripada bayi dengan
ukuran normal.
Menentukan apakah bayi besar atau tidak terkadang sulit. Hal ini dapat
diperkirakan dengan cara :
Adanya riwayat melahirkan bayi dengan ukuran besar, sulit dilahirkan
atau ada riwayat diabetes melitus.
Kenaikan berat badan yang berlebihan oleh sebab lainnya (edema, dll).
Pemeriksaan disproporsi sefalo atau feto-pelvik.
4
3. Indikasi Ibu dan Janin
a. Gemelli atau Bayi Kembar
Kehamilan kembar atau multipel adalah suatu kehamilan dengan dua janin
atau lebih. Kehamilan multipel dapat berupa kehamilan ganda (2 janin),
triplet (3 janin), kuadruplet (4 janin), quintuplet (5 janin) dan seterusnya
sesuai dengan hukum Hellin. Morbiditas dan mortalitas mengalami
peningkatan yang nyata pada kehamilan dengan janin ganda. Oleh karena
itu, mempertimbangkan kehamilan ganda sebagai kehamilan dengan
komplikasi bukanlah hal yang berlebihan. Komplikasi yang dapat terjadi
antara lain anemia pada ibu, durasi kehamilan yang memendek, abortus atau
kematian janin baik salah satu atau keduanya, gawat janin, dan komplikasi
lainnya. Demi mencegah komplikasi komplikasi tersebut, perlu
penanganan persalinan dengan sectio caesarea untuk menyelamatkan nyawa
ibu dan bayi bayinya.
5
Adanya kekhawatiran ruptur uteri pada bekas operasi sebelumnya.
6
Dulu angka morbiditas dan mortilitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada
masa sekarang, karena kemajuan yang pesat dalam teknik operasi, anastesi,
penyediaan cairan dan darah, indikasi, dan antibiotik, angka ini sangat
menurun.Angka kematian ibu pada rumah sakit yang memiliki fasilitas operasi
yang baik dan tenaga-tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 1000.
Nasib janin yang ditolong secara seksio sesarea sangat bergantung pada
keadaan janin sebelum dilakukan operasi. Menurut data dari negara-negara
dengan pengawasan antenatal yang baik dan fasilitas neonatal yang sempurna,
angka kematian perinatal 4-7%.
1.2 Presentasi kaki
1.2.1 Definisi
Presentasi janin dalam uterus terutama bokong janin lebih dulu memasuki
rongga panggul, terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong
berada di bawah kavum uteri.Presentasi bokong dapat diklasifikasikan dengan
bagian tubuh janin berdasarkan presentasi dan posisi janin:
.
7
Pada keadaan ini, bagian bokong dan lutut dalam keadaan fleksi total sehingga
bagian kaki yang menempati pelvis
3.Incomplete Breech ( Footling Breech)
Terdiri dari satu atau kedua kaki berada paling rendah
1.2.2 Epedimiologi
Dua setengah sampai tiga persen dimana 75% adalah complete breech
presentasion dan 25% adalah incomplete breech presentasion . Di RS Pirngadi,
Medan 4,4 dan RS Hasan Sadikin Bandung 4,6%.
1.2.3 Etiologi
8
5. Janin sudah lama mati
1.2.4 Diagnosis
Dalam anamnesis mungkin dikemukakan bahwa terasa sesak pada
abdomen bagian atas akibat sering terdorongnya kepala dari gerakan kaki janin.
Presentasi bokong dapat diketahui melalui pemeriksaan palpasi abdomen.
Maneuver Leopold perlu dilakukan pada setiap kunjungan perawatan antenatal
bila usia kehamilan 34 minggu. Untuk memastikan apabila masih terdapat
keraguan pada pemeriksaan palpasi, dapat dilakukan periksa dalam vagina atau
pemeriksaan ultrasonografi.
9
Persalinan seksio caesaria :untuk presentasi bayi seperti presentasi
bokong, seksio sasarea merupakan metode persalinan yang paling aman, untukibu
seksio sesaea mempunyai resiko morbiditas dan mortalitas yang sedikit lebih
tinggi dari persalinan per vaginam. Meskipun demikian, bila keuntungan dan
risiko seimbang, persalinan per vaginam semakin sering dianjurkan, terutama
pada salah satu dari keadaan-keadaan berikut:
3.presentasi bokong kaki ( meningkatkan resiko prolapse tali pusat dan dilatasi
serviks yang tidak sempurna)
1.2.5 Penatalaksanaan
1. Dalam Kehamilan
10
denyut jantung janin harus dalam keadaan baik. Kontraindikasi untuk
melakukan versi luar; panggul sempit, perdarahan antepartum,
hipertensi, hamil kembar, plasenta previa. Keberhasilan versi luar 35-
86 % (rata-rata 58 %). Peningkatan keberhasilan terjadi pada multiparitas,
usia kehamilan, frank breech, letak lintang. Newman membuat prediksi
keberhasilan versi luar berdasarkan penilaian seperti Bhisop skor (Bhisop-like
score).
Skor 0 1 2 3
Station -3 -2 -1 +1,+2
Artinya: Keberhasilan 0% jika nilai <2 dan 100 % jika nilai >9.
Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut,
penggunaan narkosis dapat dipertimbangkan, tetapi kerugiannya antara
lain: narkosis harus dalam, lepasnya plasenta karena tidak merasakan
sakit dan digunakannya tenaga yang berlebihan, sehingga penggunaan
narkosis dihindari pada versi luar
2. Dalam Persalinan
11
Pada kasus dimana versi luar gagal/janin tetap letak sungsang,
maka penatalaksanaan persalinan lebih waspada. Persalinan pada letak
sungsang dapat dilakukan pervaginam atau perabdominal (seksio sesaria).
Pervaginam dilakukan jika tidak ada hambatan pada pembukaan dan
penurunan bokong . Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang:
(1,4)
Persalinan bokong
a. Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang
atau miring.
b. Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi
putaran paksi dalam sehingga trokanter depan berada di bawah
simfisis.
c. Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut, sehingga
distansia bitrokanterika janin berada di pintu bawah panggul.
d. Terjadi pers alinan bokong, dengan trokant er depan
s ebaga i hipomoklion.
e. Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untuk
persalinan trokanter depan, sehingga seluruh bokong janin
lahir.
f. Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke
arah perut ibu.
g. Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.
Persalinan bahu
a. Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi melintang
atau miring.
b. Bahu belakang masuk dan turun sampai mencapai dasar panggul.
c. Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan dibawah
12
simpisis dan bertindak sebagai hipomoklion.
d. Bahu belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang.
e. Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan tangan depan
sehingga seluruh bahu janin lahir.
f. Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi melintang atau
miring.
g. Bahu melakukan putaran paksi dalam.
Persalinan kepala janin
a. Kepala janin masuk pintu atas panggul dalam keadaan fleksi
dengan posisi dagu berada dibagian posterior.
b. Setelah dagu mencapai dasar panggul, dan kepala bagian
belakang tertahan oleh simfisis kemudian terjadi putar paksi dalam
dan menempatkan suboksiput sebagai hipomiklion.
c. Persalinan kepala berturut-turut lahir: dagu, mulut, hidung, mata,
dahi dan muka seluruhnya.
d. Setelah muka, lahir badan bayi akan tergantung sehingga
seluruh kepala bayi dapat lahir.
e. Setelah bayi lahir dilakukan resusitasi sehingga jalan nafas
bebas dari lendir dan mekoneum untuk memperlancar pernafasan.
Perawatan tali pusat seperti biasa. Persalinan ini berlangsung
tidak boleh lebih dari delapan menit
a) Presentasi bokong
(frank breech)
b) Presentasi bokong
kaki sempurna
(complete breech)
c) Presentasi bokong
kaki tidak sempurna
dan presentasi kaki
(incomplete or
footling)
13
Bokong masuk ke pintu
atas panggul dalam posisi
melintang atau miring.
Setelah trokanter belakang
mencapai dasar panggul,
terjadi putaran paksi dalam
sehingga trokanter depan berada
di bawah simfisis.
Terjadi p e r s a l i n a n b o k o n g ,
dengan trokanter depan
s e b a g a i hipomoklion.
Setelah trokanter belakang
lahir, terjadi fleksi lateral
janin untuk persalinan
trokanter depan, sehingga
seluruh bokong janin
lahir.
14
dilahirkan dengan traksi ke
bawah perut.
15
sagitalis berada pada tepi
diameter transversal.
Penurunan ke dalam pelvic
terjadi dengan flexi dari
kepala.
1. Persalinan Pervaginam
Berdasarkan tenaga yang dipakal dalam melahirkan janin pervaginam,
persalinan pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu:
16
Tahapan :
17
dan rawat tali pusat.
Keuntungan :
Kerugian :
Indikasi :
Tahapan :
a) Klasik (Deventer)
18
b) Mueller
c) Lovset
d) Bickenbach.
3. Tahap ketiga : lahirnya kepala, dapat dengan, cara
a) Mauriceau (Veit-Smellie)
b) Najouks
c) Wigand Martin-Winckel
d) Parague terbalik
e) Cunam piper
Tehnik :
Tahap pertama persalinan secara bracht sampai pusat lahir. Tahap kedua
melahirkan bahu dan langan oleh penolong:
1. Cara klasik
Prinsip melahirkan bahu dan
lengan secara klasik ini
melahirkan lengan belakang
lebih dulu karena lengan
belakang berada di ruang yang
luas (sacrum), kemudian melahirkan lengan depan yang berada di bawaah
simpisis. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada
pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin
mendekati perut ibu. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan
ke dalam jalan lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin
sampai pada fossa kubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan
seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin. Untuk melahirkan lengan
depan, pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan penolong dan
ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu.
Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan. Keuntunga cara klasik adalah
pada umumnya dapat dilakukan pada semua persalinan letak sungsang tetapi
19
kerugiannya lengan janin relative tinggi didalam panggul sehingga jari
penolong harus masuk ke dalam jalan lahir yang dapat manimbulkan infeksi.
2. Cara Mueller
Prinsip melahirkan bahu dan
lengan secara Mueller ialah
melahirkan bahu dan lengan
depan lebih dulu dengan
ekstraksi, baru kemudian
melahirkan bahu dan lengan
belakang. Bokong janin dipegang dengan femuro-pelvik yaitu kedua ibu jari
penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada krisat
iliaka dan jari-jari lain mencengkram bagian depan. Kemudian badan ditarik ke
curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak di bawah simpisis
dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya. Setelah bahu
depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke atas sampai bahu belakang lahir.
Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga mengurangi
infeksi.
3. Cara lovset
Prinsip melahirkan persalinan
secara Lovset ialah memutar
badan janin dalam setengah
lingkaran bolak-balik sambil
dilakukan traksi curam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada di
belakang akhirnya lahir dibawah simpisis dan lengan dapat dilahirkan.
Keuntungannya yaitu sederhana dan jarang gagal, dapat dilakukan pada semua
letak sungsang, minimal bahay infeksi. Cara lovset tidak dianjurkan dilakukan
pada sungsang dengan primigravida, janin besar, panggul sempit.
4. Cara Bickhenbach
20
Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara
klasik.
1. Cara Mauriceau
Tangan penolong yang sesuai dengan muka
janin dimasukkan ke dalam jalan lahir. Jari
tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari
telunjuk dan jari keempat mencengkeram
fossa kanina, sedang jari lain mencengkeram
leher. Badan anak diletakkan diatas lengan
bawah penolong seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari
ketiga penolong yang lain mencengkeram leher janin dari punggung. Kedua
tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil seorang asisten
melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh
penolong yang mencengkeram leher janin dari arah punggung. Bila suboksiput
tampak dibawah simpisis, kepala dielevasi keatas dengan suboksiput sebagai
hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata dahi,
ubun-ubun besar dan akhirnya lahirnya seluruh kepala janin.
2. Cara Naujoks
Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga
jari penolong tidak dimasukkan ke dalam mulut janin. Kedua
tangan penolong yang mencengkeram leher janin menarik
bahu curam kebawah dan bersamaan dengan itu seorang
asisten mendorong kepala janin kearah bawah. Cara ini tidak
dianjurkan lagi karena menimbulkan trauma yang berat.
21
tangan penolong. Tangan penolong yang lain memegang kedua pergelangan
kaki, kemudian ditarik keatas bersamaan dengan tarikan pada bahu janin
sehingga perut janin mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai hipomoklion,
kepala janin dapat dilahirkan.
22
untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai teknik pegangan femuro-pelviks,
badan janin ditarik curam kebawah sampai pusat lahir. Selanjutnya untuk
melahirkan badan janin yang lainnya dilakukan cara persalinan yang sama
seperti pada manual aid.
Parameter Nilai
0 1 2
23
Usia kehamilan > 39 minggu 38 minggu < 37 minggu
Pembukaan serviks 2 cm 3 cm 4 cm
Arti nilai:
3 : persalinan perabdominam
4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila nilai tetap
dapat dilahirkan pervaginam.
1.2.6 KOMPLIKASI
24
- Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.
- Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui trauma (endometritits)
- Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, simfidiolisis.
2. Dari faktor bayi:
- Perdarahan seperti perdarahan intracranial, edema intracranial, perdarahan
alat-alat vital intra-abdominal.
- Infeksi karena manipulasi
- Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ektremitas, persendian leher,
rupture alat-alat vital intraabdominal, kerusakan pleksus brachialis dan
fasialis, kerusakan pusat vital di medulla oblongata, trauma langsung alat-
alat vital (mata, telinga, mulut), asfiksisa sampai lahir mati (1,3,4).
1.2.7 Prognosis
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan letak kepala. Di RS Karjadi Semarang, RS Umum Dr.
Pringadi Medan dan RS Hasan Sadikin Bandung didapatkan angka kematian
perinatal masing-masing 38,5%, 29,4% dan 16,8%. Eastmen melaporkan angka-
angka kematian perinatal antara 12-14%. Sebab kematian perinatal yang
terpenting akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu
kepala memasuki rongga panggul serta akibat retraksi uterus yang dapat
menyebabkan lepasnya placenta sebelum kepala lahir. Kelahiran kepala janin
yang lebih lama dari 8 menit umbilicus dilahirkan akan membahayakan kehidupan
janin. Selain itu bila janin berbafas sebelum hidung dan mulut lahir dapat
membahayakan karena mucus yang terhisap dapat menyumbat jalan nafas.
Bahaya asfiksia janin juga terjadi akibat tali pusat menumbung, hal ini sering
dijumpai pada presentasi bokong kaki sempurna atau bokong kaki tidak
sempurna, tetapi jarang dijumpai pada presentasi bokong.
25
BAB II
LAPORAN KASUS
Anamnesis
No. MR : 01.00.38.64
Nama : Ny. K
Umur : 37 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Suku / Bangsa : Batak / Indonesia
Alamat : Jl. Gurilla No. 12
Masuk RSUPM : 11 Juni 2017
Waktu : 15.11 WIB
Paritas : G2P1A0
Anamnesis Penyakit
26
Keluhan Utama : Keluar airair dari kemaluan
Telaah : Hal ini dialami pasien kurang lebih sejak tanggal
10/06/2017 pada pukul 23.00 wib sebelum masuk rumah sakit, bersifat terus
menerus. Volume air sebanyak 3-4 kali ganti doek. Mules-mules ingin melahirkan
(+).Os juga mengeluhkan perut atas terasa penuh. Riwayat keluarnya lendir
bercampur darah dari kemaluan (-). Riwayat perut dikusuk kusuk (-). Riwayat
minum jamu jamuan (-). Riwayat trauma (-). Riwayat keputihan (-). Riwayat
demam (-). Riwayat darah tinggi sebelum kehamilan (-). BAB/BAK: (+)/(+)
normal. Os merupakan pasien dr. Sp.OG dan direncanakan SC elektif a/i
presentasi kaki.
RPT : tidak jelas
RPO : tidak jelas
RIWAYAT HAID
HPHT : 30/08/2016
TTP : 07/06/2017
ANC : 5x obgyn
RIWAYAT PERSALINAN
Laki-laki, 10 tahun, Klinik, Aterm, PSP, Bidan, 4200gr, sehat
Hamil saat ini
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS PRESENS
Sensorium : Compos Mentis Anemis : (-)
TD : 130/80 mmHg Ikterik : (-)
HR : 88 x/i Sianosis : (-)
RR : 24 x/i Dyspnoe : (-)
Temp : 36,8oC Oedema : (+)
STATUS OBSTETRIKUS
- Abdomen : Membesar asimetris
- TFU : 3 jari Bawah Processus Xypoideus
- Teregang : Kanan
- Terbawah : Kaki
- Gerak : (+)
- His : (-)
- DJJ : 130 x/ menit
27
PEMERIKSAAN DALAM
- VT : Cervix 7 cm, eff 100 %, terbawa kaki,selaput ketuban (-)
- ST : Lendir darah (+), air ketuban (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM (11-06-2017)
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
WBC 7,19 4,4 -11,3x 106/ uL
RBC 4,21 4,5 - 5,5 x 106/ uL
HGB 9,0 11,5 -16,5 gr/dl
HCT 29,2 36,0 -45,0 %
MCV 69,4 80,0 96,0 fL
MCH 21,4 28,0 33,0 pg
MCHC 30,8 33 -36 dL
PLT 244.000 150.000 450.000 / uL
RDW-CV 18,5 11,5 14,5 %
Glukosa adrandom 96 < 140 mg/dL
SGOT 29,00 0-40 U/L
SGPT 20,0 0-40 U/L
Alkaline phosphatase 179,00 30-142 U/l
Total Bilirubin 0,65 0,00-1,20 mg/dl
Direct Bilirubin 0,59 0,05 0,3 mg/dl
Creatinin 0,62 0,6 1,2 mg/dL
Uric acid 6,00 3,5-7,0 mg/dL
Waktu perdarahan 3 menit
Waktu protrombin 15,7
INR 1,33
APTT 42,2
28
-
DIAGNOSA SEMENTARA
SG + KDR (37 38) mgg + Presntasi Kaki + AH + Inpartu
TERAPI
- Persiapan Operasi
1. SIO
2. Inj. Ceftriaxone 2 gr Profilaksis (Skin Test)
3. Persiapan darah : 2 bag PRC Post op
4. Pemasangan infus (IVFD RL 20 gtt/i)
5. Pemasangan kateter
6. Konsul perinatology
7. Konsul anastesi
29
abdomen dijahit lapis demi lapis mulai dari peritoneum, otot, fascia, subkutis,
kutis. Luka operaasi ditutup dengan supratul, kassa steril, hypafix. KU ibu post
SC stabil.
Terapi :
1. IVFD RL + Oxytocin10 IU 20gtt/i
2. Inj Ceftriaxone 1 gr / 12 jam
3. Inj Gentamycin 80 mg/ 8 jam
4. Inj Ketorolac 30 mg / 8 jam
5. Inj Ranitidin 50 mg / 12 jam
6. Inj asam traneksamat 500 mg/ 12 jam
7. Tranfusi PRC 2 bag
Anjuran :
1. Awasi vital sign, kontraksi uterus dan tanda-tanda perdarahan
2. Cek darah lengkap 6 jam post tranfusi
NEONATUS
1. Jenis kelahiran : Tunggal
2. Lahir tanggal, pukul : 11 Mei 2017, Pukul : 13:00 WIB
3. Keadaan lahir : Hidup
4. Nilai APGAR : 9/10
5. Bantuan pernafasan : Tidak ada
6. Jenis kelamin : Perempuan
7. Berat badan (g) : 3300 gram
8. Panjang badan (cm) : 47 cm
9. Kelainan bawaan : Tidak ada
10. Trauma : Tidak ada
30
pusat pusat pusat pusat pusat pusat pusat
Perdarahan 5 cc 5 cc 5 cc - - - -
31
Tanggal FOLLOW UP
11 Mei 2017 S : nyeri luka post op
Pukul 17:00 O : SP : Sens : Compos mentis
TD : 120/70 mmHg
WIB
HR : 80 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 36,8 oC
SL : Abdomen : Soepel, peristaltik (+) lemah
TFU : 1 jari bpst
P/V : (+) lochia rubra (+)
L/O : tertutup verband, kesan : kering
BAK : (+) via kateter 100 cc/ jam
BAB : (-) flatus (-)
PERMASALAHAN
1. Apakah penatalaksanaan terhadap pasien ini sudah tepat?
2. Sebagai dokter umum, penanganan apa yang dapat dilakukan terhadap pasien
ini?
BAB IV
ANALISA KASUS
Ny, K , 37 thn, G2P1A0, Kristen, Batak, D3, Pegawai toko, I/d Tn, J, 40 thn,
Batak , SLTA, Wiraswasta, Datang Ke IGD RSUD dr. Pirngadi Medan dengan
keluhan keluar airair dari kemaluan. Hal ini dialami pasien kurang lebih sejak
tanggal 10/06/2017 pada pukul 23.00 wib sebelum masuk rumah sakit, bersifat terus
menerus. Volume air sebanyak 3-4 kali ganti doek. Mules-mules ingin melahirkan
(+).Os juga mengeluhkan perut atas terasa penuh. BAB/BAK: (+)/(+) normal. Os
merupakan pasien dr. Sp.OG dan direncanakan SC elektif a/i presentasi kaki.
RPT : tidak jelas, RPO : tidak jelas, Status Presens: Sensorium: Compos Mentis
TD : 130/80 mmHg,HR: 88 x/I,RR: 24 x/i ,Temp: 36,8oC, Status Obstetrikus
Abdomen:Membesar asimetris,TFU: 3 jari Bawah Processus Xypoideus, Teregang:
Kanan,Terbawah:Kaki,Gerak:(+),His : (-) DJJ: 130 x/ menit.
4.2. Diskusi Kasus
4.1 Anamnesis
Kasus Teori
Pasien merasa perutnya penuh Penyebab sungsang pada kasus ini tidak
dibagian atas dan gerakan diketahui karena berdasarkan literatur
terasa lebih banyak di bagian Lebih dari 50 % kasus tidak ditemukan
bawah. faktor yang menyebabkan terjadinya letak
sungsang.
Dari anamnesis didapatkan kalau ibu
hamil akan merasakan perut terasa
penuh dibagian atas dan gerakan anak
lebih banyak di bagian bawah rahim.
Kasus Teori
4.4 Diagnosis
Kasus Teori
4.5 Penatalaksanaan
Kasus Teori
BAB III
KESIMPULAN
\