Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Seksio Sesarea
1.1.1 Definisi
Seksio Sesarea adalah kelahiran janin melalui insisi dinding abdomen
melalui dinding depan perut (laparatomi), seksio sesarea juga dapat didefinisikan
sebagai suatu histerotomia untuk melahirkan janin dalam rahim.

1.1.2 Epidemiologi
Menurut data WHO, angka persalinan seksio sesarea di dunia terus
meningkat, berdasarkan hasil survey WHO tahun 2004-2008 di tiga benua yaitu
Amerika Latin, Afrika dan Asia diketahui angka kejadian SS terendah di Angola
yaitu 2,3% dan tertinggi di Cina sebesar 46,2%. Demikian juga angka persalinan
SS di Asia meningkat tajam. Di Cina, angka persalinan SS pada tahun 2003
sebesar 19,2% dan pada tahun 2011 meningkat tajam menjadi 36,3%. Di
Indonesia, angka persalinan SS meningkat sangat tajam terutama di kota-kota
besar. Berdasarkan Riskesdas 2010 menunjukkan angka kejadian SS sebesar
15,3%, terendah di Sulawesi Tenggara 5,5% dan tertinggi di DKI Jakarta 27,2%.
Angka persalinan SS di RS Sanglah Denpasar pada tahun 2001 sekitar 22,3% dan
pada tahun 2006 meningkat sampai 34,5%.

1.1.3 Indikasi Sectio Caesaria


1. Indikasi Ibu
a. Panggul Sempit Absolut
Oleh karena panggul sempit, kemungkinan kepala tertahan di pintu atas
panggul lebih besar, maka dalam hal ini serviks uteri kurang mengalami
tekanan kepala. Hal ini dapat mengakibatkan inersia uteri serta lambatnya
pembukaan serviks.

b. Tumor yang dapat mengakibatkan Obstruksi


Tumor dapat merupakan rintangan bagi lahirnya janin pervaginam. Tumor
yang dapat dijumpai berupa mioma uteri, tumor ovarium, dan kanker rahim.
Adanya tumor bisa juga menyebabkan resiko persalinan pervaginam
menjadi lebih besar. Tergantung dari jenis dan besarnya tumor, perlu

1
dipertimbangkan apakah persalinan dapat berlangsung melalui vagina atau
harus dilakukan tindakan sectio caesarea.

c. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta terdapat di bagian atas uterus.
Sejalan dengan bertambah besarnya rahim dan meluasnya segmen bawah
rahim ke arah proksimal memungkinkan plasenta mengikuti perluasan
segmen bawah rahim.

d. Ruptura Uteri
Ruptura uteri baik yang terjadi dalam masa hamil atau dalam proses
persalinan merupakan suatu malapetaka besar bagi wanita dan janin yang
dikandungnya. Dalam kejadian ini boleh dikatakan sejumlah besar janin
atau bahkan hampir tidak ada janin yang dapat diselamatkan, dan sebagian
besar dari wanita tersebut meninggal akibat perdarahan, infeksi, atau
menderita kecacatan dan tidak mungkin bisa menjadi hamil kembali karena
terpaksa harus menjalani histerektomi.
Kausa tersering ruptur uteri adalah terpisahnya jaringan parut bekas sectio
caesarea sebelumnya. Selain itu, ruptur uteri juga dapat disebabkan trauma
atau operasi traumatik, serta stimulus berlebihan. Namun kejadiannya relatif
lebih kecil.

e. Disfungsi Uterus
Mencakup kerja uterus yang tidak adekuat. Hal ini menyebabkan tidak
adanya kekuatan untuk mendorong bayi keluar dari rahim. Dan ini membuat
kemajuan persalinan terhenti sehingga perlu penanganan dengan sectio
caesarea.

f. Solutio Plasenta
Disebut juga solusioplasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh
plasenta sebelum janin lahir. Ketika plasenta terpisah, akan diikuti
pendarahan maternal yang parah. Bahkan dapat menyebabkan kematian
janin. Plasenta yang terlepas seluruhnya disebut solutio plasenta totalis, bila

2
hanya sebagian disebut solutio plasenta parsialis, dan jika hanya sebagian
kecil pinggiran plasenta yang terpisah disebut ruptura sinus marginalis.

Gambar 2.1 Abruptio & Plasenta Previa (Sumber: Obgyn.net)

2.Indikasi Janin
a. Kelainan Letak
1. Letak Lintang ?
Pada letak lintang, biasanya bahu berada di atas pintu atas panggul
sedangkan kepala berada di salah satu fossa iliaka dan bokong pada sisi
yang lain. Pada pemeriksaan inspeksi dan palpasi didapati abdomen
biasanya melebar dan fundus uteri membentang hingga sedikit di atas
umbilikus. Tidak ditemukan bagian bayi di fundus, dan balotemen kepala
teraba pada salah satu fossa iliaka.
2. Presentasi Bokong
Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian
terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya. Dengan insidensi 3
4% dari seluruh persalinan aterm. Presentasi bokong adalah malpresentasi
yang paling sering ditemui. Sebelum usia kehamilan 28 minggu, kejadian
presentasi bokong berkisar antara 25 30%.
3. Presentasi Ganda atau Majemuk

3
Presentasi ini disebabkan terjadinya prolaps satu atau lebih ekstremitas
pada presentasi kepala ataupun bokong. Kepala memasuki panggul
bersamaan dengan kaki dan atau tangan. Faktor yang meningkatkan
kejadian presentasi ini antara lain prematuritas, multiparitas, panggul
sempit, kehamilan ganda.

b. Gawat Janin
Keadaan janin biasanya dinilai dengan menghitung denyut jantung janin
(DJJ) dan memeriksa kemungkinan adanya mekonium di dalam cairan
amnion. Disebut gawat janin, bila ditemukan denyut jantung janin di atas
160/menit atau di bawah 100/menit, denyut jantung tak teratur, atau
keluarnya mekonium yang kental pada awal persalinan.
Keadaan gawat janin pada tahap persalinan memungkinkan dokter
memutuskan untuk melakukan operasi. Terlebih apabila ditunjang kondisi
ibu yang kurang mendukung. Sebagai contoh, bila ibu menderita hipertensi
atau kejang pada rahim yang dapat mengakibatkan gangguan pada plasenta
dan tali pusar. Sehingga aliran darah dan oksigen kepada janin menjadi
terganggu. Kondisi ini dapat mengakibatkan janin mengalami gangguan
seperti kerusakan otak. Bila tidak segera ditanggulangi, maka dapat
menyebabkan kematian janin.

c. Ukuran Janin
Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan
bayi sulit keluar dari jalan lahir. Umumnya pertumbuhan janin yang
berlebihan disebabkan sang ibu menderita kencing manis (diabetes
mellitus). Bayi yang lahir dengan ukuran yang besar dapat mengalami
kemungkinan komplikasi persalinan 4 kali lebih besar daripada bayi dengan
ukuran normal.
Menentukan apakah bayi besar atau tidak terkadang sulit. Hal ini dapat
diperkirakan dengan cara :
Adanya riwayat melahirkan bayi dengan ukuran besar, sulit dilahirkan
atau ada riwayat diabetes melitus.
Kenaikan berat badan yang berlebihan oleh sebab lainnya (edema, dll).
Pemeriksaan disproporsi sefalo atau feto-pelvik.

4
3. Indikasi Ibu dan Janin
a. Gemelli atau Bayi Kembar
Kehamilan kembar atau multipel adalah suatu kehamilan dengan dua janin
atau lebih. Kehamilan multipel dapat berupa kehamilan ganda (2 janin),
triplet (3 janin), kuadruplet (4 janin), quintuplet (5 janin) dan seterusnya
sesuai dengan hukum Hellin. Morbiditas dan mortalitas mengalami
peningkatan yang nyata pada kehamilan dengan janin ganda. Oleh karena
itu, mempertimbangkan kehamilan ganda sebagai kehamilan dengan
komplikasi bukanlah hal yang berlebihan. Komplikasi yang dapat terjadi
antara lain anemia pada ibu, durasi kehamilan yang memendek, abortus atau
kematian janin baik salah satu atau keduanya, gawat janin, dan komplikasi
lainnya. Demi mencegah komplikasi komplikasi tersebut, perlu
penanganan persalinan dengan sectio caesarea untuk menyelamatkan nyawa
ibu dan bayi bayinya.

b. Riwayat Sectio Caesarea


Sebenarnya, persalinan melalui bedah Caesar tidak mempengaruhi
persalinan selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak. Apabila
memang ada indikasi yang mengharuskan dilakukannya tindakan
pembedahan, seperti bayi terlalu besar, panggul terlalu sempit, atau jalan
lahir tidak mau membuka, operasi bisa saja dilakukan. Umumnya section
caesarea akan dilakukan lagi pada persalinan berikutnya apabila dijumpai
hal-hal seperti penggunaan teknik sayatan melintang pada section
sebelumnya, terdapat hambatan pada persalinan pervaginam, seperti partus
tidak maju, Cephalo-pelvic disproportion, atau letak lintang. Selain itu,
berdasarkan penelitian, kasus persalinan secara section caesarea yang
terulang kembali, kemungkinan akan terjadi robekan pada dinding rahim.

Sectio caesarea ulangan adalah persalinan dengan sectio caesarea yang


dilakukan pada seorang pasien yang pernah mengalami sectio caesarea pada
persalinan sebelumnya, elektif maupun emergency. Hal ini perlu dilakukan
jika ditemui hal hal seperti :
Indikasi yang menetap pada persalinan sebelumnya seperti kasus panggul
sempit.

5
Adanya kekhawatiran ruptur uteri pada bekas operasi sebelumnya.

c. Preeklampsia dan Eklampsia


Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau
edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Bila tekanan daprah mencapai 160/110 atau lebih, disebut preeklampsia
berat.Sedangkan eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam
persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan
karena kelainan neurologi) dan atau koma dimana sebelumnya sudah
menunjukkan gejala preeklampsia.
1.1.4 Komplikasi
Menurut data Depkes 2010, mengenai angka nasional kejadian persalinan
dengan tindakan seksio sesarea di Indonesia adalah sekitar 15,3%. Dilaporkan
angka nasional komplikasi kehamilan adalah sebanyak 6,5% dan sebanyak 2,3%
mengalami komplikasi.
1. Infeksi puerperal (Nifas)
Ringan, dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
Sedang, dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi , diserta dehidrasi
dan perut sedikit kembung
Berat, dengan peritoniti, sepsis dan ileus paralitik. Infeksi berat sering
kita jumpai pada partus terlantar , sebelum timbul infeksi nifas, telah
terjadi infeksi intrapartun karena ketuban yang telah pecah terlalu
lama
2. Perdarahan, karena :
Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
Atonia uteri
Perdarahan pada placental bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperotonialisasi terlalu tinggi.
4. Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang.
1.1.5 Prognosa

6
Dulu angka morbiditas dan mortilitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada
masa sekarang, karena kemajuan yang pesat dalam teknik operasi, anastesi,
penyediaan cairan dan darah, indikasi, dan antibiotik, angka ini sangat
menurun.Angka kematian ibu pada rumah sakit yang memiliki fasilitas operasi
yang baik dan tenaga-tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 1000.
Nasib janin yang ditolong secara seksio sesarea sangat bergantung pada
keadaan janin sebelum dilakukan operasi. Menurut data dari negara-negara
dengan pengawasan antenatal yang baik dan fasilitas neonatal yang sempurna,
angka kematian perinatal 4-7%.
1.2 Presentasi kaki
1.2.1 Definisi
Presentasi janin dalam uterus terutama bokong janin lebih dulu memasuki
rongga panggul, terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong
berada di bawah kavum uteri.Presentasi bokong dapat diklasifikasikan dengan
bagian tubuh janin berdasarkan presentasi dan posisi janin:
.

1.Frank Breech ( Extended Breech)


Bagian kaki dari janin mengalami fleksi total di bagian bokong dan
ekstensi total di bagian lutut
Telapak kaki berada paling dekat dengan kepala dan bokong
menempati segmen bawah uterus
2.Complete Breech ( Flexed Breech)

7
Pada keadaan ini, bagian bokong dan lutut dalam keadaan fleksi total sehingga
bagian kaki yang menempati pelvis
3.Incomplete Breech ( Footling Breech)
Terdiri dari satu atau kedua kaki berada paling rendah

1.2.2 Epedimiologi

Presentasi bokong terjadi kira-kira 3 sampai 4% kelahiran hampir cukup


bulan dan lebih sering sebelum umur kehamilan 32 minggu. Presentasi bokong
juga lebih mungkin, jika cavum uteri berubah bentuk oleh plasenta previa.

Dua setengah sampai tiga persen dimana 75% adalah complete breech
presentasion dan 25% adalah incomplete breech presentasion . Di RS Pirngadi,
Medan 4,4 dan RS Hasan Sadikin Bandung 4,6%.

1.2.3 Etiologi

Hanya 15% dari seluruh kasus presentasi bokong yang diketahui


etiologinya. Penyebab presentasi bokong yang lain belum diketahui tetapi
berhubungan dengan abnormalitas yang bisa menyebabkan terjadinya presentasi
bokong. Selama 35 minggu pertama kehamilan janin biasanya masih sering
berubah presentasinya, seperti normalnya janin dalam rahim. Ketika janin
prematur ukuran janin lebih kecil dari ukuran rahim. Karena alasan inilah
presentasi bokong terjadi lebih sering pada bayi prematur dari pada bayi yang
cukup minggu
1. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada., misalnya
panggul sempit, hidrosefalus, anensefali, plasenta previa dan lain-lain.

2. Janin mudah bergerak, seperti pada hidroamnion, multipara, janin kecil


(Prematur)

3. Gemeli (kehamilan ganda)

4. Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus, bikornis, mioma uteri .

8
5. Janin sudah lama mati

1.2.4 Diagnosis
Dalam anamnesis mungkin dikemukakan bahwa terasa sesak pada
abdomen bagian atas akibat sering terdorongnya kepala dari gerakan kaki janin.
Presentasi bokong dapat diketahui melalui pemeriksaan palpasi abdomen.
Maneuver Leopold perlu dilakukan pada setiap kunjungan perawatan antenatal
bila usia kehamilan 34 minggu. Untuk memastikan apabila masih terdapat
keraguan pada pemeriksaan palpasi, dapat dilakukan periksa dalam vagina atau
pemeriksaan ultrasonografi.

A.Pemeriksaan Dalam (Vaginal Touches)


Pada presentasi bokong murni, kedua tuberositas iskiadikus, sakrum
maupun anus biasanya teraba, dan setelah terjadi penurunan lebih lanjut, genitalia
eksterna dapat dikenali. Pada presentasi bokong sempurna kaki dapat diraba
disebelah bokong, sedangkan pada presentasi kaki, kaki kanan atau kaki kiri dapat
ditentukan berdasarkan hubungannya dengan ibu jari kaki. Ketika bokong lebih
turunlebih jauh dari panggul, genitalia dapat diraba.
B.Pemeriksaan Ultrasonografi
Peranan ultrasonografi penting dalam diagnosis dan
penilaian risiko pada presentasi bokong.Taksiran berat janin, penilaian volume air
ketuban, konfirmasi letak plasenta, jenis presentasi bokong, keadaan hiperekstensi
kepala, kelainan kongenital.Berat janin dapat diperkirakan secara ultrasonografis
berdasarkan ukuran diameter biparietal, lingkar kepala, lingkar perut dan panjang
tulang femur.
Gambaran ultrasonografi tentang ekstremitas bawah dapat memberikan informasi
tentang jenis presentasi bokong

9
Persalinan seksio caesaria :untuk presentasi bayi seperti presentasi
bokong, seksio sasarea merupakan metode persalinan yang paling aman, untukibu
seksio sesaea mempunyai resiko morbiditas dan mortalitas yang sedikit lebih
tinggi dari persalinan per vaginam. Meskipun demikian, bila keuntungan dan
risiko seimbang, persalinan per vaginam semakin sering dianjurkan, terutama
pada salah satu dari keadaan-keadaan berikut:

1. Diduga disproporsi feto-pelvik

2.Berat janin lebih dari 3500 gram

3.presentasi bokong kaki ( meningkatkan resiko prolapse tali pusat dan dilatasi
serviks yang tidak sempurna)

4. ektensi kepala janin yang berlebihan

5.kematian perinatal dan trauma lahir sebelumnya.

1.2.5 Penatalaksanaan

1. Dalam Kehamilan

Pada umur kehamilan 28-30 minggu ,mencari kausa daripada letak


sungsang yakni dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan
kongenital, kehamilan ganda, kelainan uterus. Jlka tidak ada kelainan
pada hasil USG, maka dilakukan knee chest position atau dengan versi
luar (jika tidak ada kontraindikasi)

Versi luar sebaiknya dilakukan


pada kehamilan 34-38 minggu. Pada
umumnya versi luar sebelum minggu
ke 34 belum perlu dilakukan karena
kemungkinan besar janin masih dapat memutar sendiri, sedangkan
setelah minggu ke 38 versi luar sulit dilakukan karena janin sudah
besar dan jumlah air ketuban relatif telah berkurang. Sebelum
melakukan versi luar diagnosis letak janin harus pasti sedangkan

10
denyut jantung janin harus dalam keadaan baik. Kontraindikasi untuk
melakukan versi luar; panggul sempit, perdarahan antepartum,
hipertensi, hamil kembar, plasenta previa. Keberhasilan versi luar 35-
86 % (rata-rata 58 %). Peningkatan keberhasilan terjadi pada multiparitas,
usia kehamilan, frank breech, letak lintang. Newman membuat prediksi
keberhasilan versi luar berdasarkan penilaian seperti Bhisop skor (Bhisop-like
score).

Skor 0 1 2 3

Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5+

Panjang serviks (cm) 3 2 1 0

Station -3 -2 -1 +1,+2

Konsistensi Kaku Sedang Lunak

Position posterio Mid anterior


r

Artinya: Keberhasilan 0% jika nilai <2 dan 100 % jika nilai >9.

Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut,
penggunaan narkosis dapat dipertimbangkan, tetapi kerugiannya antara
lain: narkosis harus dalam, lepasnya plasenta karena tidak merasakan
sakit dan digunakannya tenaga yang berlebihan, sehingga penggunaan
narkosis dihindari pada versi luar

2. Dalam Persalinan

Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak


ketekunan dan kesabaran dibandingkan dengan persalinan letak
kepala. Pertama-tama hendaknya ditentukan apakah tidak ada kelainan
lain yang menjadi indikasi seksio, seperti kesempitan panggul, plasenta
previa atau adanya tumor dalam rongga panggul.

11
Pada kasus dimana versi luar gagal/janin tetap letak sungsang,
maka penatalaksanaan persalinan lebih waspada. Persalinan pada letak
sungsang dapat dilakukan pervaginam atau perabdominal (seksio sesaria).
Pervaginam dilakukan jika tidak ada hambatan pada pembukaan dan
penurunan bokong . Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang:
(1,4)

bokong sempurna (complete) atau bokong murni (frank breech), pelvimetri,


klinis yang adekuat, janin tidak terlalu besar, tidak ada riwayat seksio
sesaria dengan indikasi CPD, kepala fleksi. Mekanisme persalinan letak
sungsang berlangsung melalui tiga tahap yaitu:

Persalinan bokong
a. Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang
atau miring.
b. Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi
putaran paksi dalam sehingga trokanter depan berada di bawah
simfisis.
c. Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut, sehingga
distansia bitrokanterika janin berada di pintu bawah panggul.
d. Terjadi pers alinan bokong, dengan trokant er depan
s ebaga i hipomoklion.
e. Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untuk
persalinan trokanter depan, sehingga seluruh bokong janin
lahir.
f. Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke
arah perut ibu.
g. Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.
Persalinan bahu
a. Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi melintang
atau miring.
b. Bahu belakang masuk dan turun sampai mencapai dasar panggul.
c. Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan dibawah

12
simpisis dan bertindak sebagai hipomoklion.
d. Bahu belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang.
e. Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan tangan depan
sehingga seluruh bahu janin lahir.
f. Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi melintang atau
miring.
g. Bahu melakukan putaran paksi dalam.
Persalinan kepala janin
a. Kepala janin masuk pintu atas panggul dalam keadaan fleksi
dengan posisi dagu berada dibagian posterior.
b. Setelah dagu mencapai dasar panggul, dan kepala bagian
belakang tertahan oleh simfisis kemudian terjadi putar paksi dalam
dan menempatkan suboksiput sebagai hipomiklion.
c. Persalinan kepala berturut-turut lahir: dagu, mulut, hidung, mata,
dahi dan muka seluruhnya.
d. Setelah muka, lahir badan bayi akan tergantung sehingga
seluruh kepala bayi dapat lahir.
e. Setelah bayi lahir dilakukan resusitasi sehingga jalan nafas
bebas dari lendir dan mekoneum untuk memperlancar pernafasan.
Perawatan tali pusat seperti biasa. Persalinan ini berlangsung
tidak boleh lebih dari delapan menit

Mekanisme letak sungsang dapat dilihat dalam gambar berikut:

Tipe dari presentasi bokong:

a) Presentasi bokong
(frank breech)
b) Presentasi bokong
kaki sempurna
(complete breech)
c) Presentasi bokong
kaki tidak sempurna
dan presentasi kaki
(incomplete or
footling)

13
Bokong masuk ke pintu
atas panggul dalam posisi
melintang atau miring.
Setelah trokanter belakang
mencapai dasar panggul,
terjadi putaran paksi dalam
sehingga trokanter depan berada
di bawah simfisis.

Penurunan bokong dengan


trokanter belakangnya berlanjut,
sehingga distansia
bitrokanterika janin berada di
pintu bawah panggul.

Terjadi p e r s a l i n a n b o k o n g ,
dengan trokanter depan
s e b a g a i hipomoklion.
Setelah trokanter belakang
lahir, terjadi fleksi lateral
janin untuk persalinan
trokanter depan, sehingga
seluruh bokong janin
lahir.

Jika bokong tidak mengalami


kemajuan selama kontraksi
berikutnya, episiotomi dapat
dilakukan dan bokong

14
dilahirkan dengan traksi ke
bawah perut.

Terjadi putar paksi luar,


yang menempatkan
punggung bayi ke arah
perut ibu.
Penurunan bokong
berkelanjutan sampai kedua
tungkai bawah lahir.

Jika kaki janin telah keluar,


penolong dapat menyusupkan
tangan sepanjang kaki
anterior dan melahirkan kaki
dengan flexi dan abduksi
sehingga bagian badan
lainnya dapat dilahirkan.

Bahu janin mencapai pelvic


'gutter' (jalan sempit) dan
melakukan putar paksi dalam
sehingga diameter
biacromion terdapat pada
diameter anteroposterior
diameter pelvic bagian luar.
Secara simultan, bokong
melakukan rotasi anterior
o
90 . Kepala janin kemudian
masuk ke tepi pelvik, sutura

15
sagitalis berada pada tepi
diameter transversal.
Penurunan ke dalam pelvic
terjadi dengan flexi dari
kepala.

(Professor Jeremy Oats and Professor Suzanne Abraham, 2005)

Jenis-jenis persalinan sungsang:

1. Persalinan Pervaginam
Berdasarkan tenaga yang dipakal dalam melahirkan janin pervaginam,
persalinan pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu:

a) Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengan


kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara,
Bracht.
b) Manual aid (partial breech extraction; assisted breech delivery), janin
dilahirkan sebagian menggunakan tenaga dan kekuatan ibu dan
sebagian lagi dengan tenaga penolong.
c) Ekstraksi sungsang (total breech extraction), janin dilahirkan seluruhnya
dengan memakai tenaga, penolong.
2. Persalinan perabdominam (seksio sesaria).

Prosedur pertolongan persalinan spontan

16
Tahapan :

1. Tahap pertama : fase lambat, yaitu mulai melahirkan


bokong sampai pusat (skapula depan).
2. Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat
sampai lahirnya mulut.
3. Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut
sampai seluruh kepala lahir.
Teknik :

1. Sebelum melakukan pimpinan persalinan penolong harus memperhatikan


sekali lagi persiapan untuk ibu, janin, maupun penolong. Pada persiapan
kelahiran.janin harus selalu disediakan cunam Piper.
2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berada didepan vulva.
Ketika timbul his ibu disuruh mengejan dan merangkul kedua pangkal
paha. Pada saat bokong mulai membuka vulva (crowning) disuntikan 2-5
unit oksitosin intramuskuler.
3. Episiotomi dikerjakan saat bokong membuka vulva. Segera setelah
bokong lahir, bokong dicengkram secara Bracht, yaitu kedua ibu jari
penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jani-jari lain
memegang panggul.
4. Pada setiap his, ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan
tampak teregang, tali pusat dikendorkan. Kemudian penolong melakukan
hiperlordosis pada badan janin guna mengikuti gerakan rotasi anterior,
yaitu punggung janin didekatkan ke punggung ibu. Penolong hanya
mengikuti gerakan ini tanpa melakukan tarikan, sehingga gerakan tersebut
dis es uaikan dengan gaya berat badan janin. Bers amaan dengan
dilakukannya hiferlordossis, seorang asisten melakukan ekspresi Kristeller
pada fundus uteri sesuai dengan sumbu panggul. Dengan gerakan
hiperlordossis ini berturut-turut lahir pusar, perut, badan lengan, dagu,
mulut dan akhirnya kepala.
5. Janin yang baru lahir segera diletakan diperut ibu. Bersihkan jalan nafas

17
dan rawat tali pusat.

Keuntungan :

Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena tangan penolong


tidak ikut masuk ke dalam jalan lahir. Dan juga cara ini yang paling
mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.

Kerugian :

Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak sungsang


dapat dipimpin secara Bracht. Terutama terjadi peda keadaan panggul sempit,
janin besar, jalan lahir kaku seperti pada primigravida, adanya lengan
menjungkit atau menunjuk.

Prosedur Manual Aid

Indikasi :

Dilakukan jika pada persalinan dengan cara Bracht mengalami kegagalan,


misalnya terjadi kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala. Dan memang dari
awal sudah direncanakan untuk manual aid.

Tahapan :

1. Tahap pertama :lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan


kekuatan dan tenaga ibu sendiri.
2. Tahap kedua : lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong.
Cara/teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara :

a) Klasik (Deventer)

18
b) Mueller
c) Lovset
d) Bickenbach.
3. Tahap ketiga : lahirnya kepala, dapat dengan, cara

a) Mauriceau (Veit-Smellie)
b) Najouks
c) Wigand Martin-Winckel
d) Parague terbalik
e) Cunam piper
Tehnik :

Tahap pertama persalinan secara bracht sampai pusat lahir. Tahap kedua
melahirkan bahu dan langan oleh penolong:

1. Cara klasik
Prinsip melahirkan bahu dan
lengan secara klasik ini
melahirkan lengan belakang
lebih dulu karena lengan
belakang berada di ruang yang
luas (sacrum), kemudian melahirkan lengan depan yang berada di bawaah
simpisis. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada
pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin
mendekati perut ibu. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan
ke dalam jalan lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin
sampai pada fossa kubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan
seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin. Untuk melahirkan lengan
depan, pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan penolong dan
ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu.
Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan. Keuntunga cara klasik adalah
pada umumnya dapat dilakukan pada semua persalinan letak sungsang tetapi

19
kerugiannya lengan janin relative tinggi didalam panggul sehingga jari
penolong harus masuk ke dalam jalan lahir yang dapat manimbulkan infeksi.

2. Cara Mueller
Prinsip melahirkan bahu dan
lengan secara Mueller ialah
melahirkan bahu dan lengan
depan lebih dulu dengan
ekstraksi, baru kemudian
melahirkan bahu dan lengan
belakang. Bokong janin dipegang dengan femuro-pelvik yaitu kedua ibu jari
penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada krisat
iliaka dan jari-jari lain mencengkram bagian depan. Kemudian badan ditarik ke
curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak di bawah simpisis
dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya. Setelah bahu
depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke atas sampai bahu belakang lahir.
Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga mengurangi
infeksi.

3. Cara lovset
Prinsip melahirkan persalinan
secara Lovset ialah memutar
badan janin dalam setengah
lingkaran bolak-balik sambil
dilakukan traksi curam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada di
belakang akhirnya lahir dibawah simpisis dan lengan dapat dilahirkan.
Keuntungannya yaitu sederhana dan jarang gagal, dapat dilakukan pada semua
letak sungsang, minimal bahay infeksi. Cara lovset tidak dianjurkan dilakukan
pada sungsang dengan primigravida, janin besar, panggul sempit.

4. Cara Bickhenbach

20
Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara
klasik.

Tahap ketiga : melahirkan kepala yang menyusul (after coming head)

1. Cara Mauriceau
Tangan penolong yang sesuai dengan muka
janin dimasukkan ke dalam jalan lahir. Jari
tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari
telunjuk dan jari keempat mencengkeram
fossa kanina, sedang jari lain mencengkeram
leher. Badan anak diletakkan diatas lengan
bawah penolong seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari
ketiga penolong yang lain mencengkeram leher janin dari punggung. Kedua
tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil seorang asisten
melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh
penolong yang mencengkeram leher janin dari arah punggung. Bila suboksiput
tampak dibawah simpisis, kepala dielevasi keatas dengan suboksiput sebagai
hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata dahi,
ubun-ubun besar dan akhirnya lahirnya seluruh kepala janin.

2. Cara Naujoks
Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga
jari penolong tidak dimasukkan ke dalam mulut janin. Kedua
tangan penolong yang mencengkeram leher janin menarik
bahu curam kebawah dan bersamaan dengan itu seorang
asisten mendorong kepala janin kearah bawah. Cara ini tidak
dianjurkan lagi karena menimbulkan trauma yang berat.

3. Cara Prague Terbalik


Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di belakang
dekat sacrum dan muka janin menghadap simpisis. Satu tangan penolong
mencengkeram leher dari bawah dan punggung janin diletakkan pada telapak

21
tangan penolong. Tangan penolong yang lain memegang kedua pergelangan
kaki, kemudian ditarik keatas bersamaan dengan tarikan pada bahu janin
sehingga perut janin mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai hipomoklion,
kepala janin dapat dilahirkan.

4. Cara Cunam Piper


Seorang asisten memegang badan janin pada
kedua kaki dan kedua lengan janin diletakkan
dipunggung janin. Kemudian badan janin
dielevasi ke atas sehingga punggung janin
mendekati punggung ibu. Pemasangan cunam
piper sama prinsipnya dengan pemasangan pada letak belakang kepala. Hanya
saja cunam dimasukkan dari arah bawah sejajar dengan pelipatan paha
belakang. Setelah oksiput tampak dibawah simpisis, cunam dielevasi ke atas
dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu, mulut,
muka, dahi dan akhirnya seluruh kepala lahir.

Prosedur Ekstraksi Sungsang

1. Teknik ekstraksi kaki


Tangan dimasukkan ke dalam jalan lahir mencari kaki depan
dengan menelusuri bokong, pangkal paha sampai lutut,
kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin
sehingga kaki bawah menjadi fleksi. Tangan yang dikuar
mendorong fundus uterus ke bawah. Setelah kaki bawah
fleksi pergelangan kaki dipegang oleh jari kedua dan jari
ketiga dan dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut. Kedua tangan
memegang betis janin, kaki ditarik curam kebawah sampai pangkal paha lahir.
Pangkal paha dipegang kemudian tarik curam ke bawah trokhanter depan lahir.
Kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama dielevasi keatas sehingga
trokhanter belakang lahir dan bokong pun lahir. Setelah bokong lahir maka

22
untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai teknik pegangan femuro-pelviks,
badan janin ditarik curam kebawah sampai pusat lahir. Selanjutnya untuk
melahirkan badan janin yang lainnya dilakukan cara persalinan yang sama
seperti pada manual aid.

2. Teknik ekstraksi bokong


Dilakukan pada letak bokong murni (frank breech) dan bokong sudah berada di
dasar panggul sehingga sukar menurunkan kaki. Jari telunjuk tangan penolong
yang searah bagian kecil janin dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan
di pelipatan paha depan. Dengan jari telunjuk ini pelipatan paha dikait dan
ditarik curam kebawah, sehingga trokhanter tampak dibawah simpisis, maka
jari telunjuk penolong yang lain segera mengait pelipatan paha ditarik curam
kebawah sampai bokong lahir. Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara
femuro-pelviks kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara manual aid.

Prosedur Persalinan Sungsang Perabdominam

Persalinan letak sungsang dengan seksio sesaria sudah tentu merupakan


yang terbaik ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan letak
sungsang pervaginam memberi trauma yang sangat berarti bagi janin. Namun hal
ini tidak berarti bahwa semua letak sungsang harus dilahirkan perabdominam.
Persalinan diakhiri dengan seksio sesaria bila:

1. Persalinan pervaginam diperkirakan sukar dan berbahaya (disproporsi feto


pelvic atau skor Zachtuchni Andros 3).
Skor Zachtuchni Andros

Parameter Nilai

0 1 2

Paritas Primi multi -

Pernah letak sungsang Tidak 1 kali 2 kali

TBJ > 3650 g 3649-3176 g < 3176 g

23
Usia kehamilan > 39 minggu 38 minggu < 37 minggu

Station < -3 -2 -1 atau >

Pembukaan serviks 2 cm 3 cm 4 cm

Arti nilai:

3 : persalinan perabdominam

4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila nilai tetap
dapat dilahirkan pervaginam.

>5 : dilahirkan pervaginam.

2. Tali pusat menumbung pada primi/multigravida.


3. Didapatkan distosia
4. Umur kehamilan:
- Prematur (EFBW=2000 gram)
- Post date (umur kehamilan 42 minggu)
5. Nilai anak (hanya sebagai pertimbangan)
Riwayat persalinan yang lalu: riwayat persalinan buruk, milai social janin
tinggi.

6. Komplikasi kehamilan dan persalinan:


- Hipertensi dalam persalinan
- Ketuban pecah dini

1.2.6 KOMPLIKASI

Komplikasi persalinan letak sungsang antara lain:

1. Dari faktor ibu:

24
- Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.
- Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui trauma (endometritits)
- Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, simfidiolisis.
2. Dari faktor bayi:
- Perdarahan seperti perdarahan intracranial, edema intracranial, perdarahan
alat-alat vital intra-abdominal.
- Infeksi karena manipulasi
- Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ektremitas, persendian leher,
rupture alat-alat vital intraabdominal, kerusakan pleksus brachialis dan
fasialis, kerusakan pusat vital di medulla oblongata, trauma langsung alat-
alat vital (mata, telinga, mulut), asfiksisa sampai lahir mati (1,3,4).

1.2.7 Prognosis

Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan letak kepala. Di RS Karjadi Semarang, RS Umum Dr.
Pringadi Medan dan RS Hasan Sadikin Bandung didapatkan angka kematian
perinatal masing-masing 38,5%, 29,4% dan 16,8%. Eastmen melaporkan angka-
angka kematian perinatal antara 12-14%. Sebab kematian perinatal yang
terpenting akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu
kepala memasuki rongga panggul serta akibat retraksi uterus yang dapat
menyebabkan lepasnya placenta sebelum kepala lahir. Kelahiran kepala janin
yang lebih lama dari 8 menit umbilicus dilahirkan akan membahayakan kehidupan
janin. Selain itu bila janin berbafas sebelum hidung dan mulut lahir dapat
membahayakan karena mucus yang terhisap dapat menyumbat jalan nafas.
Bahaya asfiksia janin juga terjadi akibat tali pusat menumbung, hal ini sering
dijumpai pada presentasi bokong kaki sempurna atau bokong kaki tidak
sempurna, tetapi jarang dijumpai pada presentasi bokong.

25
BAB II
LAPORAN KASUS

STATUS IBU HAMIL

Anamnesis
No. MR : 01.00.38.64
Nama : Ny. K
Umur : 37 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Suku / Bangsa : Batak / Indonesia
Alamat : Jl. Gurilla No. 12
Masuk RSUPM : 11 Juni 2017
Waktu : 15.11 WIB
Paritas : G2P1A0

Anamnesis Penyakit

26
Keluhan Utama : Keluar airair dari kemaluan
Telaah : Hal ini dialami pasien kurang lebih sejak tanggal
10/06/2017 pada pukul 23.00 wib sebelum masuk rumah sakit, bersifat terus
menerus. Volume air sebanyak 3-4 kali ganti doek. Mules-mules ingin melahirkan
(+).Os juga mengeluhkan perut atas terasa penuh. Riwayat keluarnya lendir
bercampur darah dari kemaluan (-). Riwayat perut dikusuk kusuk (-). Riwayat
minum jamu jamuan (-). Riwayat trauma (-). Riwayat keputihan (-). Riwayat
demam (-). Riwayat darah tinggi sebelum kehamilan (-). BAB/BAK: (+)/(+)
normal. Os merupakan pasien dr. Sp.OG dan direncanakan SC elektif a/i
presentasi kaki.
RPT : tidak jelas
RPO : tidak jelas
RIWAYAT HAID
HPHT : 30/08/2016
TTP : 07/06/2017
ANC : 5x obgyn

RIWAYAT PERSALINAN
Laki-laki, 10 tahun, Klinik, Aterm, PSP, Bidan, 4200gr, sehat
Hamil saat ini

PEMERIKSAAN FISIK
STATUS PRESENS
Sensorium : Compos Mentis Anemis : (-)
TD : 130/80 mmHg Ikterik : (-)
HR : 88 x/i Sianosis : (-)
RR : 24 x/i Dyspnoe : (-)
Temp : 36,8oC Oedema : (+)

STATUS OBSTETRIKUS
- Abdomen : Membesar asimetris
- TFU : 3 jari Bawah Processus Xypoideus
- Teregang : Kanan
- Terbawah : Kaki
- Gerak : (+)
- His : (-)
- DJJ : 130 x/ menit

27
PEMERIKSAAN DALAM
- VT : Cervix 7 cm, eff 100 %, terbawa kaki,selaput ketuban (-)
- ST : Lendir darah (+), air ketuban (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM (11-06-2017)
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
WBC 7,19 4,4 -11,3x 106/ uL
RBC 4,21 4,5 - 5,5 x 106/ uL
HGB 9,0 11,5 -16,5 gr/dl
HCT 29,2 36,0 -45,0 %
MCV 69,4 80,0 96,0 fL
MCH 21,4 28,0 33,0 pg
MCHC 30,8 33 -36 dL
PLT 244.000 150.000 450.000 / uL
RDW-CV 18,5 11,5 14,5 %
Glukosa adrandom 96 < 140 mg/dL
SGOT 29,00 0-40 U/L
SGPT 20,0 0-40 U/L
Alkaline phosphatase 179,00 30-142 U/l
Total Bilirubin 0,65 0,00-1,20 mg/dl
Direct Bilirubin 0,59 0,05 0,3 mg/dl
Creatinin 0,62 0,6 1,2 mg/dL
Uric acid 6,00 3,5-7,0 mg/dL
Waktu perdarahan 3 menit
Waktu protrombin 15,7
INR 1,33
APTT 42,2

USG Trans Abdominal

28
-
DIAGNOSA SEMENTARA
SG + KDR (37 38) mgg + Presntasi Kaki + AH + Inpartu

TERAPI
- Persiapan Operasi
1. SIO
2. Inj. Ceftriaxone 2 gr Profilaksis (Skin Test)
3. Persiapan darah : 2 bag PRC Post op
4. Pemasangan infus (IVFD RL 20 gtt/i)
5. Pemasangan kateter
6. Konsul perinatology
7. Konsul anastesi

LAPORAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA


Pada tanggal 11 Mei 2017 pukul 13.00 WIB dengan SC a/i Presentasi kaki +
SG +, Lahir bayi perempuan dengan
BB: 3300 gr; PB: 47 cm; Apgar score 9/10; anus (+)
Ibu dibaringkan di meja operasi dengan infus dan kateter terpasang baik.
Dilakukan tindakan aseptik pada seluruh dinding abdomen, kemudian ditutup
dengan doek steril, kecuali lapangan operasi. Dibawah anestesi spinal dilakukan
insisi midline mulai dari kutis, subkutis, fascia, digunting kekiri dan kanan otot
dilakukan secara tumpul, peritonium dijepit, diujung digunting ke atas dan ke
bawah., tampak uterus gravidarum sesuai kehamilan. Identifikasi SBR , dilakukan
insisi konkaf pada subendometrium. Endometrium ditembus secara tumpul.
Selaput ketuban dipecahkan dengan menarik kaki maka lahir bayi perempuan,
BB: 3300gr, PB: 47 cm, Afgar Score : 9/10, Anus (+). Tali pusat di klem diantara
dua tempat dan digunting diantaranya. Dengan PTT Plasenta lahir spontan, Kesan:
lengkap. Tepi ujung uteri dijepit, cavum uteri dibersihkan, kesan: bersih. Dinding

29
abdomen dijahit lapis demi lapis mulai dari peritoneum, otot, fascia, subkutis,
kutis. Luka operaasi ditutup dengan supratul, kassa steril, hypafix. KU ibu post
SC stabil.
Terapi :
1. IVFD RL + Oxytocin10 IU 20gtt/i
2. Inj Ceftriaxone 1 gr / 12 jam
3. Inj Gentamycin 80 mg/ 8 jam
4. Inj Ketorolac 30 mg / 8 jam
5. Inj Ranitidin 50 mg / 12 jam
6. Inj asam traneksamat 500 mg/ 12 jam
7. Tranfusi PRC 2 bag
Anjuran :
1. Awasi vital sign, kontraksi uterus dan tanda-tanda perdarahan
2. Cek darah lengkap 6 jam post tranfusi

NEONATUS
1. Jenis kelahiran : Tunggal
2. Lahir tanggal, pukul : 11 Mei 2017, Pukul : 13:00 WIB
3. Keadaan lahir : Hidup
4. Nilai APGAR : 9/10
5. Bantuan pernafasan : Tidak ada
6. Jenis kelamin : Perempuan
7. Berat badan (g) : 3300 gram
8. Panjang badan (cm) : 47 cm
9. Kelainan bawaan : Tidak ada
10. Trauma : Tidak ada

PEMANTAUAN POST SC (KALA IV)


Jam 14.00 14.15 14.30 14.45 15.00 15.30 16.00
TD
110/70 110/70 110/70 120/70 120/70 120/80 120/80
(mmHg)
HR 100 98 98 98 96 90 88
RR
19 19 20 20 20 22 20
(x/menit)
Kontraksi
Kuat Kuat Kuat Kuat Kuat Kuat Kuat
Uterus
TFU (cm) Se- Se- 1 jari 2 jari 2 jari 2 jari 2 jari
tentang tentang bawah bawah bawah bawah bawah

30
pusat pusat pusat pusat pusat pusat pusat
Perdarahan 5 cc 5 cc 5 cc - - - -

HASIL LABORATORIUM 6 JAM POST TRANSFUSI


Hb : 12 g/dL Leukosit : 6000/mm3
Ht : 36,5 % Trombosit :150.000 /mm3

31
Tanggal FOLLOW UP
11 Mei 2017 S : nyeri luka post op
Pukul 17:00 O : SP : Sens : Compos mentis
TD : 120/70 mmHg
WIB
HR : 80 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 36,8 oC
SL : Abdomen : Soepel, peristaltik (+) lemah
TFU : 1 jari bpst
P/V : (+) lochia rubra (+)
L/O : tertutup verband, kesan : kering
BAK : (+) via kateter 100 cc/ jam
BAB : (-) flatus (-)

A : Post SC a/i presentasi kaki + NH0


P : - IVFD RL + oxytocin 10 IU 20gtt/i
- Inj. Ceftriaxone 1gr / 12 jam
- Inj. Gentamycin 80 mg/ 8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg / 8 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg / 12 jam
- Inj transamin 500 mg/ 12 jam (24 jam)
- Transfusi PRC 1 bag
12 Mei 2017 S : nyeri luka post op
Pukul 07:00 O : SP : Sens : Compos mentis
TD : 110/70 mmHg
WIB
HR : 72 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 36,7 oC
SL : Abdomen : soepel, peristaltik (+) N
TFU : 1 jari Bpst, kontraksi kuat
P/V : (-) lochia rubra (+)
L/O : tertutup verband, rembes (-)
His : (-)
BAK : (+) via kateter 100 cc/ jam
BAB : (-) flatus (+)
A : Post SC a/i presentasi kaki + NH1
P : - IVFD RL 20gtt/i
- Inj. Ceftriaxone 1gr / 12 jam
- Inj. Gentamycin 80 mg/ 8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg / 8 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg / 12 jam
- Transfusi PRC 1 bag
13 Mei 2017 S : nyeri luka post op
Pukul 07:00 O : SP : Sens : Compos mentis
TD : 120/70 mmHg
WIB
HR : 76 x/i
RR : 18 x/i
Temp : 36,5 oC
SL : Abdomen : soepel, peristaltik (+) N
TFU : 1 jari Bpst, kontraksi kuat
P/V : (-) lochia rubra (+)
L/O : tertutup verband, rembes (-)
His : (-)
BAK : (+) via kateter 100 cc/ jam
BAB : (-) flatus (+)
A : Post SC a/i presentasi kaki + NH2
P : - Cefadroxil 2 x 500 mg
- Asam mefenamat 3 x 500 mg
- Vitamin B. comp 2 x 1
R : - aff kateter
- Aff infus
- Terapi oral
14 Mei 2017 S:-
Pukul 07:00 O : SP : Sens : Compos mentis
TD : 120/80 mmHg
WIB
HR : 84 x/i
RR : 16 x/i
Temp : 36,7 oC
SL : Abdomen : Soepel, peristaltik (+) N
TFU : 1 jari bpst, kontraksi kuat
P/V : (-) lochia rubra (+)
L/O : Tertutup verban, kesan kering
BAB : (-) , flatus (+)
BAK : (+)
A : Post SC a/i presentasi kaki + NH3
P : - Cefadroxil 2 x 500 mg
- Asam mefenamat 3 x 500 mg
- Vitamin B. comp 2 x 1
R/ PBJ Besok

PERMASALAHAN
1. Apakah penatalaksanaan terhadap pasien ini sudah tepat?
2. Sebagai dokter umum, penanganan apa yang dapat dilakukan terhadap pasien
ini?
BAB IV
ANALISA KASUS

4.1 Analisa Kasus

Ny, K , 37 thn, G2P1A0, Kristen, Batak, D3, Pegawai toko, I/d Tn, J, 40 thn,
Batak , SLTA, Wiraswasta, Datang Ke IGD RSUD dr. Pirngadi Medan dengan
keluhan keluar airair dari kemaluan. Hal ini dialami pasien kurang lebih sejak
tanggal 10/06/2017 pada pukul 23.00 wib sebelum masuk rumah sakit, bersifat terus
menerus. Volume air sebanyak 3-4 kali ganti doek. Mules-mules ingin melahirkan
(+).Os juga mengeluhkan perut atas terasa penuh. BAB/BAK: (+)/(+) normal. Os
merupakan pasien dr. Sp.OG dan direncanakan SC elektif a/i presentasi kaki.
RPT : tidak jelas, RPO : tidak jelas, Status Presens: Sensorium: Compos Mentis
TD : 130/80 mmHg,HR: 88 x/I,RR: 24 x/i ,Temp: 36,8oC, Status Obstetrikus
Abdomen:Membesar asimetris,TFU: 3 jari Bawah Processus Xypoideus, Teregang:
Kanan,Terbawah:Kaki,Gerak:(+),His : (-) DJJ: 130 x/ menit.
4.2. Diskusi Kasus

4.1 Anamnesis

Kasus Teori

Pasien merasa perutnya penuh Penyebab sungsang pada kasus ini tidak
dibagian atas dan gerakan diketahui karena berdasarkan literatur
terasa lebih banyak di bagian Lebih dari 50 % kasus tidak ditemukan
bawah. faktor yang menyebabkan terjadinya letak
sungsang.
Dari anamnesis didapatkan kalau ibu
hamil akan merasakan perut terasa
penuh dibagian atas dan gerakan anak
lebih banyak di bagian bawah rahim.

4.2 Pemeriksaan Fisik

Kasus Teori

Palpasi: Pada pemeriksaan luar berdasarkan


Leopold I: TFU 30 cm, pemeriksaan Leopold ditemukan bahwa
Teraba kepala. Leopold I difundus akan teraba bagian yang
Leopold II:Teraba keras dan bulat yakni kepala. Leopold II
punggung kiri teraba punggung disatu sisi dan bagian
Leopold III: Letak kaki kecil disisi lain. Leopold III-IV teraba
Leopold IV: Sudah masuk bokong dibagian bawah uterus. Kadang-
pintu atas panggul kadang bokong janin teraba bulat dan dapat
Auskultasi: DJJ: 132 x/menit, memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi
terdengar jelas di abdomen bokong tidak dapat digerakkan semudah
sinistra lebih tinggi dari kepala.
umbilikus ibu. Denyut jantung janin pada umumnya
Taksiran Berat Janin: 3.300 ditemukan setinggi pusat atau sedikit
gr lebih tinggi daripada umbilikus. Dalam hal
VT: v/v normal, lengkap, ini, setelah pemeriksaan abdomen dilakukan
ketuban (-), teraba kaki di ternyata hasil pemeriksaan fisik yang
Hodge II didapatkan sesuai dengan teori yang ada.
Taksiran berat badan janin dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus Johnson-
Tausak. Setelah dilakukan Sectio Caesarea
didapatkan bayi lahir dengan jenis kelamin
laki-laki, berat badan 2.750 gr. Hasil ini
mendekati dengan angka taksiran berat
janin.
Pada kasus ini, diagnosis letak sungsang
dikuatkan lagi dengan hasil pemeriksaan
dalam yang menunjukkan bahwa bagian
terbawah janin teraba kaki tidak sempurna
dan ketuban telah pecah sebelumnya. Hal
ini sesuai dengan teori yang ada yaitu pada
pemeriksaan dalam kehamilan letak
sungsang, setelah ketuban pecah dapat lebih
jelas terabanya bagian terbawah janin.

4.4 Diagnosis

Kasus Teori

Penegakan diagnosis pasien Pasien ini GIP0A0, gravid 38-39


berdasarkan atas anamnesis dan minggu, tunggal hidup, inpartu kala
pemeriksaan fisik. Pada pasien ini, II, letak kaki tidak sempurna. Usia
diagnosa awal dari IGD G2P1A0, kehamilan yang aterm pada kasus ini
inpartu kala II, letak kaki tidak dapat dibuktikan dari HPHT dan
sempurna. Setelah dilakukan Sectio melalui pemeriksaan tinggi fundus
Caesarea, diagnosa menjadi: G2P1A0, uteri 30 cm serta taksiran berat anak
inpartu kala II, letak kaki tidak 2.790 gr.
sempurna. Pada kasus ini, jika dilihat dari
definisi merupakan kehamilan dengan
letak sungsang, dimana keadaan
janin terletak memanjang dengan
kepala difundus uteri dan bokong
dibagian bawah kavum uteri.
Namun dalam penegakan diagnosis
pada kasus ini terdapat syarat yang
belum terpenuhi yaitu tidak
dilakukan pemeriksaan USG untuk
konfirmasi terhadap presentasi
bagian janin yang terdapat di
bagian terbawah rahim
Sesuai dengan teori yang ada
bahwa diagnosis ditegakkan
berdasarkan keluhan subyektif dan
pemeriksaan fisik atau penunjang
yang telah dilakukan.

4.5 Penatalaksanaan

Kasus Teori

Pada pasien dilakukan tindakan Berdasarkan literatur Persalinan letak


persalinan perabdominal Sectio sungsang dengan Sectio Caesarea
Caesarea. sudah tentu merupakan yang terbaik.
Banyak ahli melaporkan bahwa
persalinan letak sungsang pervaginam
memberi trauma yang sangat berarti
bagi ibu dan janin.
Presentasi kaki dan variannya
direkomendasikan untuk tidak
dilakukan percobaan persalinan per
vaginam.

BAB III
KESIMPULAN
\

Anda mungkin juga menyukai